"Pergi....! dan jangan pernah kembali lagi ke Rumah ini. Teriak Nyonya Yuan kepada Amor. Putri Tirinya yang selama ini tinggal bersama Nyonya Yuan. Wanita berparas cantik ini, terpaksa harus meninggalkan rumah peninggalan kedua orang tuanya.
Ketika saudara dirinya menghasut Nyonya Yuan agar mengusir Amor dari rumah mereka. "Apa salahku Ma, Mengapa kau mengusirku? tanya Amor yang belum mengetahui pokok permasalahan yang sebenarnya.
"Kau jangan berpura-pura tidak tahu, Mama sudah mengetahui semuanya. Kau merahasiakan aibmu dengan rapat-rapat. Tetapi aku pasti akan mengetahuinya. Sepandai-pandainya kau menutupi aibmu, pasti akan terbongkar juga. Pergi dari sini aku tidak Sudi melihat wajah kotormu itu lagi!"
"Buat malu keluarga saja? teriak Nyonya Yuan yang mampu membuat Amor menatap Nyonya Yuan dengan tatapan penuh tanya.
Sementara Soraya hanya memandang Amor dengan tatapan sinis. "Makanya jadi wanita itu jangan ganjen." cibir Soraya yang mampu membuat Amor mengerutkan keningnya. Ia benar-benar bingung maksud perkataan Soraya.
"Apa maksudmu?
Soraya tertawa terbahak-bahak menatap sinis ke arah Amor. "Lebih baik kau pergi dari sini daripada emosi Mama semakin memuncak.
"Pergi dari sini!" teriak Nyonya Yuan kembali
"Tapi di luar hujan ma, Amor mau pergi ke mana, jangan usir Amor ma."
"Aku tidak Sudi melihat kau lagi di rumah ini. pergi dan jangan pernah kembali lagi." teriak Nyonya Yuan sambil melemparkan tas milik Amor yang berisikan beberapa potong pakaian milik Amor.
"Pergi...! jangan sampai Mama semakin emosi melihat kau." Soraya mendorong tubuh Amor sampai tersungkur ke lantai. Amor bersujud di kaki Nyonya Yuan. Tetapi Nyonya Yuan sama sekali tidak bergeming. dan langsung menyeret Amor keluar dan menghempaskan tubuh Amor ke halaman.
Padahal saat itu hujan lebat mengguyur kota Manila. Amor berusaha bangkit dan bertanya-tanya dalam hati, kesalahan apa yang ia lakukan sehingga Nyonya Yuan mengusirnya dari rumah layaknya mengusir seorang binatang.
"Ya Tuhan apa salahku, mengapa mama mengusirku?" ratapnya sambil Membayangkan wajah kedua orang tuanya. Ia tidak ingin meninggalkan rumah peninggalan orang tuanya, karena itu salah satu amanah dari Nyonya Ellen. "Mami Maafkan Amor, Amor harus pergi meninggalkan rumah ini. Tapi percayalah suatu saat nanti aku akan kembali ke rumah ini."batin Amor sambil melangkah pergi dari rumah peninggalan kedua orang tuanya.
Di jalanan ibukota Manila, Amor menelusuri trotoar yang sudah tergenang air. gemuruh petir menggema di telinganya. Tetapi ia tidak dapat menghindari. Nyonya Yuan yang telah mengusirnya dari rumah. "Aku harus pergi ke mana sekarang? Aku sama sekali tidak memiliki uang. Jika aku mencari kos-kosan di sini gumamnya dalam hati sambil terus berjalan.
Tubuh Amor semakin lemah, sudah menggigil kedinginan. Satu jam lamanya ia berjalan, tetapi ia tak kunjung menemukan tempat yang bisa berteduh dengan nyaman. Entah karena faktor kelelahan, Amor merasa tiba-tiba pusing dan dunia seolah berputar. sambil menggigil kedinginan Amor tetap perlahan berjalan. Hingga Ia tidak mampu lagi membopong bobot tubuhnya.
Brukk...
Amor terjatuh di tengah jalan. Ia jatuh pingsan. Curah hujan yang begitu deras menerpa tubuh pucat Amor. Hingga sebuah mobil mewah melintasi jalanan itu dan melihat sosok tubuh Amor tergeletak trotoar
itu.
Sheirkkkk....
"Kamu Kenapa rem mendadak?" teriak Tuan Bernando marah kepada asistennya.
"Maaf Tuan sepertinya ada orang yang jatuh pingsan di sana." sahut Fauzan.
"Jalan saja! ucap Bernando memerintahkan kepada anak buahnya untuk segera melajukan mobil miliknya.
Ketika mobil itu sudah melewati tubuh pucat Amor sekitar 50 meter, Tiba-tiba Bernando meminta kepada Fauzan untuk memutar balik mobil miliknya.
"Putar balik!"perintah Bernando kepada Fauzan dibalas anggukan dari Fauzan.
Fauzan langsung memutar balik mobil itu, dan menghentikannya tepat di samping tubuh Amor yang sudah tidak berdaya. "Bawa masuk dia. Kalau dia masih hidup!" perintah Bernando kepada Fauzan.
Fauzan langsung keluar dari mobil dengan menggunakan payung yang ada di dalam mobil itu. Fauzan membopong tubuh Amor duduk tepat di samping kemudi karena sebelumnya ia memastikan kalau Amor masih hidup.
"Tuan sepertinya wanita ini masih hidup kita bawa ke mana? tanya Fauzan penuh selidik.
"Bawa ke rumah sakit!" perintah Bernando langsung dilaksanakan oleh Fauzan tanpa membantah sedikitpun.
Hujan lebat masih menerpa ibu kota Manila. mobil yang ditumpangi oleh Bernando dan Amor saat ini sudah tiba di salah satu rumah sakit ternama di kota Manila. Fauzan langsung turun dari mobil itu setelah memarkirkan mobil miliknya tepat di depan ruang UGD.
"Suster tolong ada pasien gawat darurat."teriak Fauzan meminta salah satu suster dan dokter yang bertugas di sana untuk segera memberikan bantuan kepada Amor. Dokter dan suster yang melihat Fauzan hadir di sana sudah mengetahui Siapa yang memerintah mereka.
Suster langsung mendorong branker menghampiri mobil yang dikendarai oleh Fauzan. Amor dibopong naik ke atas Branker untuk mendapatkan pertolongan pertama di rumah sakit ini. Fauzan membuka pintu mobil untuk Bernando.
Bernando jalan masuk mengikuti suster dan dokter yang mendorong Branker "Lakukan yang terbaik kepada wanita itu." perintah Bernando
"Maaf Tuan Fernando, tapi wanita itu siapa?
"Siapa kau berani menanyakan itu kepadaku?" ucap Bernando dengan arogannya.
Sang dokter langsung menundukkan kepalanya, lalu berjalan masuk menemui suster yang berusaha mengganti pakaian Amor. Dokter yang bertugas di sana langsung melakukan pemeriksaan. Mereka pun menyuntikkan beberapa cairan obat ke tubuh Amor.
Berharap Amor cepat pulih kembali
Amor belum sadarkan diri Bernando masuk ke dalam ruang UGD
Iya melihat wajah polos Amor yang terlihat pucat. "Dia kenapa? tanya Bernando dengan wajah yang datar kepada dokter yang bertugas di sana.
"Dia hanya kelelahan! dan tubuhnya yang kedinginan membuat dirinya kehilangan kesadaran." sahut dokter itu sambil mengembangkan senyumnya menatap Bernando dengan tatapan penuh arti.
"Apa dia butuh rawat inap?
"Sepertinya iya Tuan!"
"Lakukan yang terbaik kepadanya Aku tidak ingin kau asal-asalan mengobatinya. kapan dia akan sadar? kami sudah menyuntikkan cairan obat ke tubuh nona ini. Mungkin sebentar lagi nona ini,akan sadar Tuan tenang saja.
"Sebentar lagi berapa menit?
kembali Bernando bertanya dengan wajah datar membuat dokter itu pun menggelengkan kepalanya. Tapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia tidak ingin karirnya akan kandas begitu saja jika berbicara salah sedikitpun kepada Bernando.
"Mungkin sekitar 15 menit lagi Tuan." sahut dokter itu sambil menatap wajah pucat Amor. dokter itu bertanya-tanya di dalam. "Sebenarnya siapa wanita ini? mengapa Tuan Bernardo membawanya ke rumah sakit ini? Bukankah kekasihnya Nona Marisa?" gumam dokter itu sambil terus memperhatikan cara pandang Bernando ke arah Amor.
Bersambung....
hai hai emak datang lagi membawa bacaan yang bagus nih untuk kalian. Yuk langsung mampir.
JANGAN LUPA LIKE, COMMENT VOTE DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓🙏
Bernando menatap wanita yang ia bawa ke rumah sakit dengan tatapan seksama. iya sama sekali tidak mengenali wanita itu. Tetapi entah mengapa lelaki Arogan seperti Bernando pertama kalinya menaruh iba kepada seorang wanita.
Biasanya Bernando terkenal dengan tidak pedulinya kepada setiap orang. Bahkan Bernando terkenal sebagai seorang pria kejam, tidak memiliki empati kepada setiap orang. Entah Apa yang membuat tiba-tiba Bernando meminta kepada asistennya Untuk menghentikan mobil miliknya saat melihat sosok wanita jatuh pingsan di atas trotoar saat mereka melintas di sana.
"Aduh kepalaku terasa nyut-nyutan! keluh Amor yang baru mulai sadarkan diri dari pingsannya. Bernando melipat kedua tangannya di dada. Menatap wanita yang ada di atas brangker itu dengan tatapan penuh tanya.
"Aku berada di mana?
"Dan dimana tasku? ucap Amor sambil meneliti seisi ruangan. Ia Melihat jarum infus tertancap di punggung tangannya. "Kok aku bisa berada di rumah sakit? gumamnya belum memperhatikan sosok Bernando yang masih tidak membuka suara sama sekali dan memilih untuk menatap wanita itu dengan seksama.
Salah satu suster datang menghampiri Amor. "Bagaimana Nona apa masih terasa pusing? tanya Suster itu ramah. "Kepalaku sedikit nyut-nyutan, tapi Siapa yang membawaku ke rumah sakit? tanya Amor kepada suster yang datang menghampiri dirinya.
Suster itu melirik ke arah Tuan Bernando. lalu Bernando menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya, agar Suster itu tidak memberitahu kalau dirinya yang membawa Amor ke rumah sakit. "Ada seseorang yang membawa anda ke sini nona, menurut penuturan orang itu Anda jatuh pingsan di tengah jalan." sahut Suster itu memberitahu kepada Amor.
Amor berusaha mengingat apa yang terjadi terhadapnya. Hingga suara lengking Nyonya Yuan terngiang-ngiang di pikirannya. membuat rasa pusing yang begitu dahsyat ia rasakan.
Amor menjerit kesakitan, Membuat Bernando sedikit panik. Tetapi ia mengurungkan niatnya untuk menghampiri Amor yang berada di atas Branker. Sementara dia memilih duduk di sofa. Asisten Bernando datang menghampiri Bernando di ruang UGD dimana Amor masih mendapatkan perawatan medis disana. "Apa yang terjadi kepadanya Tuan, mengapa dia menjerit? tanya boy kepada Bernando.
Bernando mengkerdikkan bahunya lalu menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya. agar boy tidak berisik di sana. Boy langsung terdiam, ketika dirinya mendapatkan tatapan tajam dari Tuan Bernando. Saat itu juga suster meminta kepada Amor untuk istirahat di rumah sakit.
"Maaf Nona, anda membutuhkan perawatan yang intensif di rumah sakit ini. Kondisi Anda belum pulih total, Sehingga anda merasa pusing dan suhu tubuh Anda masih tinggi. Biarkan kami merawat Anda terlebih dahulu sampai keadaan nona semakin membaik." ujar Suster itu kepada Amor.
"Tapi aku tidak memiliki biaya untuk membayar biaya rumah sakit saya. Saya tidak memiliki siapa-siapa lagi, tas saya sudah hilang tidak ada lagi disini dan entah siapa yang membawaku ke rumah sakit ini aku juga tidak tahu.
Amor terus menelisik seisi ruang UGD. "Anda tenang saja Nona, ada seseorang yang membayar biaya rumah sakit nona
"Siapa dia?
"Maaf Nona, tapi saya tidak bisa memberitahu siapa yang membantu nona. Karena seseorang itu meminta kepada saya dan juga dokter yang bertugas menangani Nona untuk tidak memberitahu siapa jati dirinya."sahut Suster itu membuat Amor mengerutkan keningnya.
Sementara Bernando dan boy sudah meninggalkan ruang UGD, Ia membiarkan Amor sendiri disana. Tetapi Bernando meminta kepada pihak rumah sakit untuk melakukan perawatan yang terbaik kepada Amor. "Siapa yang membawaku ke rumah sakit? dan siapa juga yang membiayai biaya rumah sakit ini? gumamnya dalam hati karena dirinya tidak mengetahui siapa sosok yang membantu dirinya.
"Tuan, Anda serius kalau kita akan meninggalkan wanita itu di sini? tanya boy penasaran kepada Bernando Apa maksud dan tujuan Bernando tidak memberitahu kalau dirinyalah yang membantu Amor saat itu.
"Jangan banyak bertanya, antar aku ke apartemenku. perintah Bernando kepada boy dibalas anggukan dari boy. lalu Setelah tiba di parkiran, boy membuka pintu mobil untuk Bernando. Hujan masih melanda kota Manila tetapi tidak selebat saat Amor dibawa ke rumah sakit.
"Siapa wanita itu,apa Tuan mengenalnya?
"Tidak."
"Kalau Tuan tidak mengenalnya, mengapa Tuhan repot-repot membantunya, bahkan membiayai seluruh pengobatannya
"Sejak kapan kau memiliki wewenang untuk bertanya mengenai apa saja yang aku lakukan terhadap orang lain? ucap Bernando dengan raut wajah datar membuat boy langsung terdiam meminta maaf kepada Bernando. Tuan Bernardo sama sekali tidak menjawab terus menatap lurus ke depan.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 30 menit dari rumah sakit dimana Amor dirawat, akhirnya Bernando dan boy tiba di sebuah gedung apartemen mewah yang ada di kota Manila. Boy menghentikan mobil yang ia kendarai. lalu memutar tubuhnya membuka pintu untuk Bernando. Bernando jalan masuk ke lift lalu menekan tombol angka dua puluh.
Ting....
lift terbuka lebar. Bernando dan boy sudah berada di lantai 20 apartemen. Bernando masuk ke dalam apartemen mewah miliknya lalu mendudukkan bokongnya di atas sofa.
boy membuka jas milik Bernando lalu meletakkannya di tempat semula. Salah satu asisten rumah tangga langsung membawa segelas air mineral untuk Bernando. Wanita paruh baya yang selalu setia melayani Bernando di apartemen miliknya datang menghampiri Bernardo.
Bernardo sudah menganggap wanita paruh baya itu seperti ibu kandungnya sendiri. selain karena wanita paruh baya itu begitu menyayangi Bernando, dan juga memperhatikan Bernando dengan tulus. membuat Bernando juga benar-benar menyayangi wanita paruh baya yang tinggal bersamanya di apartemen miliknya.
"Cari tahu siapa sebenarnya wanita itu, aku beri waktu cuma satu hari." perintah Bernando kepada boy membuat boy langsung membungkukkan badannya.
"Baik Tuan, perintah Tuan akan segera saya laksanakan." ucap boy sambil menundukkan kepalanya meninggalkan Bernando duduk di sofa
Ia teringat dengan sosok seorang wanita yang terlihat cantik, walaupun saat keadaan dirinya jatuh pingsan yang entah mengapa dirinya tiba-tiba saja membayangkan sosok wanita yang ia bantu dan membawa ke rumah sakit.
Sementara di tempat lain Amor masih bertanya-tanya di dalam hati, siapa yang membantunya. Apalagi suster mengatakan kalau biaya pengobatan Amor selama berada di rumah sakit, sudah dibayar oleh orang yang membantu dirinya.
"Siapa yang membantu aku?
"Apa laki-laki yang duduk di ruang tunggu UGD? batin Amor. Tiba-tiba suster datang kembali menghampiri Amor untuk mengontrol kondisi kesehatannya. Untungnya kondisi kesehatan Amor semakin membaik.
"Mudah-mudahan kondisiku cepat pulih, Aku akan kembali mencari pekerjaan. Kalau tidak, aku tidak mengetahui bagaimana aku mau melangsungkan perjalanan hidupku. Malang banget sih nasibku, setelah ditinggal kedua orang tuaku. Bahkan aku terusir dari rumahku sendiri." ratap Amor sambil memejamkan matanya.
Bersambung......
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏🙏🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓💓
Di tempat lain tepatnya di rumah peninggalan kedua orang tua Amor, terlihat Soraya tersenyum penuh kemenangan karena dirinya merasa berhasil mengusir Amor dari rumah milik orang tuanya sendiri. "Dengan tidak adanya kamu di sini itu berarti seluruh apa yang ada di rumah ini sudah hak milikku. gumam Soraya sembari membuka lemari yang ada di kamar yang selama ini ditempati oleh Amor.
Soraya merasa dia yang akan memiliki semua harta kekayaan milik kedua orang tua Amor. setelah Amor berhasil diusir dari rumah kedua orang tua kandungnya. "Kenapa tidak dari dulu aku mengusir Amor dari rumah ini. semua yang ada di rumah ini pasti akan menjadi milikku dari dulu. Tapi ya sudahlah yang pasti saat ini aku sudah berhasil mengusir Amor dari rumah ini."Soraya bermonolog sendiri karena dirinya sudah berhasil mengusir Amor.
Nyonya Yuan lie datang menghampiri Soraya yang sedang berada di kamar milik Amor. "Kau ngapain Di Sini? tanya Nyonya Yuan Lie kepada Putrinya.
"Mulai hari ini aku akan tidur di kamar ini. sepertinya gambar ini lebih besar dan lebih mewah dari kamar yang aku tempati. Lagian Amor sudah tidak ada di rumah ini jadi nggak masalah kan kalau aku yang tidur di sini." ucap Soraya sambil menelisik seisi kamar milik Amor.
"Ini memang sudah milik kamu. wanita murahan itu tidak akan berani lagi untuk datang ke rumah ini."
"Berarti Mami mengizinkan Soraya tidur di sini dan semua yang berada di kamar ini menjadi milikku?.
" Tentu." sahut Nyonya Yuan sambil pergi meninggalkan putrinya di sana tersenyum penuh kemenangan di atas penderitaan Amor.
****
Keesokan paginya, Amor terbangun dari tidurnya ketika dokter dan uster datang menghampiri dirinya."Selamat pagi Nona Amor, bagaimana perasaan anda saat ini Apa sudah baikan?" tanya dokter itu kepada Amor yang masih berbaring di atas blanker yang disediakan oleh pihak rumah sakit.
Amor menganggukkan kepalanya. "Iya dokter kondisiku saat ini sudah semakin membaik. Sepertinya aku sudah bisa pulang." sahut Amor berharap dokter akan mengizinkannya pulang saat itu juga.
"Baik saya akan memeriksa kondisi kesehatanmu dulu, nanti kalau kondisi kesehatanmu sudah membaik kau bisa pulang.
"Aku bisa pulang tapi entah pulang mau kemana? gumam Amor dalam hati sambil memejamkan matanya saat dokter memeriksa kondisi kesehatannya.
"Semuanya sudah stabil, kondisi kesehatanmu sudah semakin membaik. kau sudah bisa pulang jika kau mau."
"Terima kasih Dokter, sahut Amor sambil meminta suster untuk melepaskan jarum infus yang tertancap di punggung tangannya.
Amur berusaha mengembangkan senyumnya kepada dokter itu. Ia menutupi pil pahit yang terjadi di kehidupannya. Tidak ada angin tidak ada hujan sekejap ia kehilangan segalanya. "Ayah, Ibu maafkan aku. Tidak bisa menjaga amanah ibu untuk tetap menjaga rumah kita. Tapi percayalah suatu saat nanti Amor akan segera kembali ke sana."gumam Amor dalam hati sembari beranjak dari atas Branker melangkahkan kakinya yang entah ke mana tujuannya.
langkah gontai Amor menuju keluar rumah sakit. Ia mencari-cari sebuah tas yang ia bawa sebelumnya dari rumahnya. Tetapi ia sama sekali tidak menemukannya karena anak buah Tuan bernandu membawa tas itu ke rumah utama keluarga Bernando. mereka berharap akan menemui Amor kembali di rumah sakit.
"Sedih sekali kehidupan ini, Aku sama sekali tidak memiliki apa-apa. Bahkan pakaian pun hanya yang aku kenakan saat ini."gumam Amor dalam hati tetapi tetap berjalan keluar dari rumah sakit hingga Ia pun berdiri di pintu gerbang rumah sakit. Menunggu entah apa yang ditunggunya, bingung melangkah ke mana.
"Ke kanan atau ke kiri? gumamnya sedikit ragu-ragu. Hingga Ia pun memilih untuk berjalan ke arah kanannya. Berniat untuk mencari pekerjaan setidaknya dia dapat makan sehari. Saat ia melangkahkan kaki sekitar 50 meter dari rumah sakit. mobil yang dikendarai oleh Fauzan menghampiri langkah Amor.
"Nona mau kemana? tanya Fauzan ketika ia sudah menepikan mobilnya lalu ia keluar menghampiri Amor. Amor menatap Fauzan dengan tatapan penuh tanya. Ia sama sekali tidak mengenali Fauzan. Ia sekilas mengingat kalau Fauzan lah yang membantu dirinya membawa ke rumah sakit bersama seorang pria tampan. yang ia juga tidak mengenali siapa lelaki itu.
Amor berusaha mengembangkan senyumnya, menatap Fauzan dengan Tatapan yang sulit diartikan. "Kau wanita yang semalam kan? tanya Fauzan memastikan kalau Amor benar-benar wanita yang ia tolong malam itu.
Amor menganggukkan kepalanya. "Kau mau ke mana Biar aku antar.
"Aku tidak memiliki tujuan."sahutnya sambil menundukkan kepalanya.
"Maksud kamu?
"Aku tidak memiliki tempat tinggal, Aku ingin mencari pekerjaan. Aku sudah tidak memiliki apa-apa tasku kemarin yang aku bawa pun sudah hilang."sahutnya sambil terus tertunduk.
"Kamu tenang saja tasmu tidak hilang. tasmu berada di rumah Mas bosku. Jika kau mau mungkin kau bisa bekerja di rumah majikanku. Kau akan kubawa bertemu dengannya. Dengan penuh pertimbangan akhirnya Amor bersedia mengikuti Fauzan. ketika Amor sudah berada di dalam mobil, Fauzan langsung melajukan mobil yang ia kemudian menuju rumah utama keluarga Bernando.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 30 menit kemudian. Mereka tiba di rumah utama keluarga Bernando. Fauzan menghentikan mobilnya di parkiran mobil.
"Ayo turun jangan takut." ujar Fauzan sambil keluar mobil itu. Ia mau nonton Amor masuk ke rumah utama. Nyonya Alena yang sedang duduk di sofa menikmati siaran televisi menatap kedatangan Fauzan yang tidak seorang diri.
"Fauzan dengan siapa kau datang? tanya Nyonya Alena penuh selidik
"Ini nyonya, wanita yang aku ceritakan tadi malam. Sepertinya Dia memutuskan pekerjaan. Kalau boleh Apakah dia bisa bekerja dirumah ini? tanya Fauzan berharap Nyonya Alena menerima Amor bekerja di rumah utama keluarga Bernando.
"Siapa nama kamu? tanya Nyonya Alena.
Amor langsung memberi salam kepada Nyonya Alena mencium punggung tangan Nyonya Alena dengan sopan. "Nama saya Amor nyonya."sahutnya dengan sopan membuat Nyonya Alena terkesan. Nyonya Alena menganggukkan kepalanya. Lalu menatap Amor dengan tatapan penuh tanya.
"Apakah kau sudah pernah bekerja? tanya Nyonya Alena penuh selidik.
Amor menggelengkan kepalanya. Karena memang benar semenjak kecil Amor sama sekali belum pernah bekerja. Apalagi ketika kedua orang tua Amor masih hidup, semua kebutuhannya dapat dipenuhi kedua orang tuanya hingga Nyonya menghembuskan nafas terakhir. Saat Nyonya Ellen mengalami kecelakaan.
"Tapi bagaimana bisa kau bekerja di sini sementara kau sama sekali belum berpengalaman bekerja.
"Aku akan berusaha Nyonya semampuku, aku akan bekerja dengan rajin itu pun jika Nyonya mengizinkan Amor bekerja di sini."sahut Amor penuh harap.
Bersambung......
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏🙏🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓💓
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!