Halo Asalamualaikum perkenalkan namaku Aruni, Aurini ,A_R_U_N_ I, tidak ada nama belakang ataupun nama depan, bahkan marga sekalipun tidak ada ya cuman Aruni tok!,,
Entahlah dulunya kedua orang tuaku tidak memiliki ide atau memang mereka berdua terlalu malas membuatkan nama yang lebih moderen sedikit mungkin.
Ok kita lanjut, kisah ceritaku dimulai dari sebuah desa terpencil dipesisir pantai selatan disitulah tempat tinggalku tercinta, ya aku memang sangat menyukai tempat tinggalku yang penuh kenangan indah dengan kudua orang tuaku, walaupun sekarang aku seorang yatim piatu, tinggal dirumah reot seorang diri karena aku anak tunggal.
Saodara dari Ayah ataupun dari Ibuku tidak terlalu akrap dengan kami, karena kami terlalu miskin mungkin sebab itulah mereka enggan akrab dengan kami.
Kedua orang tuaku meninggal tiga tahun yang lalu, pas setelah aku baru menamatkan pendidikan sekolah menengah pertama.
Aku sosok gadis yang periyang bertubuh mungil, ya tidak mungil mungil amat sih dan juga tidak terlalu cantik tapi masih lumayanlah kalo diajak kondangan tidak malu maluin kalau kata temanku.
Kehidupan tiga tahun ini kulalui dengan senyuman, walaupun aku harus terseok seok mencari nafkah untuk menghidupi diriku sendiri serta biyaya menamatkan pendidikan sekalah menengah atas, semua bisa kulalui dengan senyum ceriaku.
Singkat cerita disinilah aku didalam sebuah mobil bersama tetanggaku kak Atin dan juga seorang sopir yang mengendarai mobilnya meninggalkan desa tercintaku menuju kota yang akan kami tuju.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih hampir lima jam kami akhirnya sampai ditempat tujuan. Dan disinilah aku sekarang berada didepan sebuah rumah besar dan juga megah, aku sampai ternganga dibuatnya karena terlalu takjub.
Aku sampai tidak sadar sudah dipanggil berkali kali oleh kak Atin, lantaran kak Atin tidak mendapati aku berjalan disampingnya.
( bisa dibayangkan kan para pembaca betapa polos dan kampungan si Aruni).
"Aruni!!! eh Aruni kamu itu tak panggil panggil kok malah bengong aja to disitu, ayo buruan masuk",,,,
"ha iya, iya kak".
Aku tersadar dari rasa takjubku, karena aku belum pernah melihat rumah sebesar dan sebagus ini dikampung halamanku, kemudian aku mengikuti langkah kaki kak Atin masuk kedalam rumah, baru melangkahkan kaki ini masuk kedalam rumah, lagi dan lagi aku dibuat takjub dengan desain dan interior ruangan rumah ini, tapi kali ini aku tidak berani bersikap kampungan lagi karena aku takut ketahuan oleh tuan sipemilik rumah.
Tibalah kami disebuah kamar belakang dilantai bawah tepatnya disebelah dapur.
"Aruni ini kamar kita berdua kedepannya kita akan menempati kamar ini, yang itu ranjang kamu yang ini ranjang aku, sekarang kamu bersih bersih dulu, aku mau melapor sama pak bos kalau kita sudah sampai".
" iya kak baik". , aku segera membuka tas ranselku mengambil pakaian dan menatanya didalam lemari kecil disebelah ranjang,, tidak banyak barang yang aku bawa karena memang aku tidak memiliki banyak barang barang berharga kecuali sertifikat tanah tempat tinggalku.
"Sudah selesai beres beresnya?, ayo ikuti aku naik kelantai atas",, kak Atin menunjukkan setiap ruangan sambil memberi tahu tugas apa saja yang harus aku lakukan dan ku kerjakan.
"Ini tugas tugas kamu setiap harinya,
Terutama pagi, sebelum Pak bos selesai olah raga kamu harus sudah menyiapkan air untuk mandi, baju dan perlengkapan Pak bos buat berangkat bekerja harus sudah dipersiapkan,
nanti aku kasih tau semua barang barang keperluan Pak bos harus diletakkan dimana ok, sudah paham?"
" ok kak semoga cepat paham hehehe".
Aku mencatat semua penjelasan kak Atin tentang apa saja pekerjaanku dan semua tanggung jawab tugas yang harus aku kerjakan. Intinya semua yang ada dilantai atas aku sendiri yang harus mengerjaka nya.
Karena dilantai atas hanya ada empat ruangan dengan ukuran yang super luas, yaitu kamar Pak bos, ruangan kerja, ruangan tempat untuk fitness, serta satu ruangan dengan lemari lemari besar yang menempel di dinding. Kak Atin menjelaskan bahwa ruangan ini tempat menaruh pakaian Pak bos beserta aksesoris dan lain lainya.
Sementara kak Atin bertugas di bagian lantai bawah mencakup, belanja, memasak, membersihkan taman dan lain lainnya.
Setelah makan malam kak Atin memberitahuku supaya datang keruangan kerja Pak bos.
"toktok toktok"
" masuk"
terdengar suara beliau dari dalam menyuruhku masuk.
Ku tutup kembali pintu dengan perlahan, ku tundukkan kepala karena sejujurnya aku sangat takut, apalagi ini pertama kalinya aku bertatap muka dengan beliau.
"Namamu Aruni kan"
"Sudah tau pekerjaan apa saja yang harus dilakukan?"
"Sudah Pak bos",
ku jawab dengan tetap menundukkan kepala, karena gugup aku memanggilnya kadang tuan kadang Pak bos seperti yang Kak Atin lakukan.
"Apa pendidikan terakhirmu?"
"sekolah menengah keatas Tuan"
"Kenapa kamu mau bekerja ditempat saya?
Padahal kamu bisa saja bekerja di toko ataupun ditempat lainnya,"
"Saya masih takut bekerja di kota karena saya memang masih belum punya pengalaman bekerja."
"Ya sudah sekarang buatkan saya kopi, ingat jangan terlalu manis,"
"Baik Tuan",
dengan cepat aku keluar dari ruangan pak bos, karena kakiku gemetar berhadapan dengan beliau.
"Tok tok ini kopinya tuan"
"Taruh dimeja"
"Apa masih ada hal lain yang perlu saya bantu Tuan?"
"Kenapa sudah buru buru mau pergi, tolong ambilkan tas kerja dikamar saya"
"Baik tuan"
"Ini Tuan tas kerjanya"
"Baik kemarikan"
"Oya perkenalkan nama saya Adam suseno
Ya sudah keluarlah"
"Baik Tuan"
"Aruni!!!!!!!!!!!!!! naik!!! kenapa menyiapkan air dingin buat saya mandi"
aku yang sedang minum kopi pun berjingkat kaget mendengar lengkingan suara Pak bos.
aku segera berlari menuju sumber suara yang memanggilku, baru sampai aku di depan pintu kamar sudah mendapat semburan dahsyatnya.
"kenapa airnya dingin"
"Ya siapa suruh tuan olah raganya lama sekali, kan airnya jadi dingin lagi biasanya juga olah raganya selesai jam enam pagi, tapi hari ini sudah hampir mau jam tujuh baru selesai, nah salah tuan sendiri kan,"
"Sudah sudah cepat siapkan air hangat lagi untuk saya mandi, jangan banyak protes"
"ya kan sayang tuan, ini airnya masih bersih kok dibuang buang, ini di kota lo tuan mahal airnya"
"Memangnya harus bagaimana"
"ya kan bisa diambil sedikit buat cuci kaki tuan baru ditambahkan air panas lagi"
"memangnya kaki saya kotor dan harus dicuci, atau bagaimana kalau dipakai mandi kamu saja biar saya yang mandikan, atau buat kita mandi berdua saya tidak keberatan, kalaupun harus pakai air dingin nanti juga bakal panas kalau mandi berdua.
"Hehhh itu kan maunya Bapak, nanti Pak kalau sudah halal kalau mau mandi berdua, hhhhhhhhh"
aku segera berlari keluar kamar menuju dapur untuk membantu kak Atin menyiapkan sarapan pagi.
Begitulah pekerjaan ku setiap hari, ada saja adu mulut ringan dengan Pak bosku yang tampan yang statusnya menggantung, duda bukan suami orang juga bukan, seperti mahluk jadi-jadian ya.
Kalau kata kak Atin aku dan si Bapak bos yang tampan yang sudah mencair dari salju bekunya bagaikan Tomy and Jerry.
Karena kalau yang aku dengar dari cerita kak Atin, Pak bos berubah menjadi pendiam dan dingin bagikan salju beku dari lemari pendingin didapur setelah dikhianati istrinya
Tanpa terasa aku sudah bekerja di rumah ini hampir sembilan bulan.
dulunya aku takut sekali setiap menghadapi kemarahan Pak bos.
tapi semakin kesini kok aku jadi gemes sekali ya, padahal orang nya itu pendiam tidak ada senyum dan hanya ada satu expressi yaitu datar, sama dengan pakaian yang selalu beliau pakai hanya ada dua warna hitam dan putih.
Kaya tivi di kampungku saja ya para pembaca, itupun nontonnya harus menunggu sampai yang punya tivi memutar baru bisa menonton.
tapi kalau lagi marah aduhhhh cetar cetar cetar membahana seperti petasan imlek milik orang China.
Seperti pagi ini dari taman belakang rumah saja aku bisa mendengar gemlegar merdunya suara Pak bosku yang semerdu suara penyanyi dangdut Siti Badriah hanya karena aku salah menaruh bolpoin yang terbalik, lalu beliau memanggil ku dengan suara merdunya.
dan dengan tidak masuk akalnya beliau mengatakan bahwa ini merupakan suatu pemborosan, dengan alasan jika tinta bolpoin nya kering maka tidak dapat di gunakan lagi.
Padahal seberapa banyak kekayaan yang dimiliki oleh Pak bosku itu, mungkin kalau dihitung dengan menggunakan kalkulator maka nolnya tidak akan muat, atau bisa bikin kaca kalkulator pecah.
dan yang semakin membuat aku jadi heran, setelah beliau pulang dari luar negeri kok ada saja yang disalahkan,
sedikit sedikit Aruni sedikit sedikit Aruni, tak ayal aku pun harus bolak balik naik turun tangga, yah apa boleh buat namanya juga pembantu tidak mengapa kalau harus terzolimi yang penting tidak tersakiti.
"ADAM"
Adam Suseno seorang CEO pendiri perusahaan Adam's Group bisa dibuat kelimpungan oleh seorang gadis kecil polos yang berasal dari kampung bahkan terkesan kampungan, siapa lagi kalau bukan Aruni
bahkan karena tingkah pecicilan serta senyum ceria nya Aruni, Adam yang notabene merupakan seorang yang pendiam kaku dan terkesan beku sekarang jadi mencair bahkan sering berteriak-teriak.
Ada saja tingkah Aruni yang membuat Adam naik darah
tapi dengan seiring berjalannya waktu tingkah Aruni menjadi penghibur tersendiri bagi Adam bahkan perlahan-lahan menjadi pengobat luka,
luka yang pernah ditorehkan oleh orang yang sangat dicintainya
luka penghianatan isterinya dulu, sekarang perlahan-lahan sembuh dengan kehadiran gadis polos itu.
Adam bahkan akan sangat khawatir bila sehari saja tidak mendengar celotehan Aruni,
padahal dulu ketika Adam membina rumah tangga dengan istrinya, Adam tidak pernah merasa khawatir, dia merasa selalu percaya dengan istrinya alhasil penghianatan lah yang didapatnya.
Adam memang belum resmi bercerai dengan mantan istrinya karena masih mengingat Budi mantan mertuanya terhadap keluarga Adam.
Satu bulan diluar negeri karena perjalanan bisnis Adam sudah kelimpungan karena jarang sekali bisa mendengar suara Aruni karena perbedaanya waktu.
Ada saja alasan Adam mencari Aruni menanyakan apakah lantai kamarnya sudah dipel, apakah ruang kerjanya sudah dilap, dan masih banyak lagi berbagai jenis alasan hanya agar Adam bisa mendengar suara Aruni.
Adam sudah banyak banyak berfikir akan segera menyelesaikan perceraiannya dengan mantan istrinya setelah kembali dari perjalanan bisnis.
Setibanya di tanah air Adam langsung menuju ke perusahaan untuk menyelesaikan beberapa urusan.
Pukul sebelas malam lebih lima puluh menit Adam tiba di rumah.
dia tersenyum setelah membuka pintu kamar mendapati Aruni tertidur pulas di sofa.
tadi siang Adam memang menelfon memberi tahu Aruni supaya nanti malam dilarang untuk tidur dulu dan harus menunggunya dengan alasan untuk mempertanggung jawabkan kebersihan kamarnya.
Adam mendekat dan berjongkok disebelah sofa sambil tersenyum mengamati wajah polos yang akhir akhir ini berhasil mengobrak abrik pikirannya.
tanpa Adam sadari bibirnya sudah menempel dibibir Aruni dan ********** pelan,
Adam tersadar dan segera menghentikan aksinya, kalau diteruskan dirinya akan menuntut lebih, dia segera membersihkan diri agar pikirannya waras kembali.
Tidak butuh waktu lama untuknya mandi, dia memilih membaringkan Aruni di ranjang dari pada membangunkannya.
dia ingin melihat bagaimana reaksi Aruni besok pagi.
Pukul lima pagi Adam terbangun dan mendapati Aruni sudah tidak ada lagi di ranjang.
setelah menunaikan kewajiban sebagai hamba Allah Adam melakukan rutinitas seperti pagi sebelum.
Maksud hati ingin mencari perhatian Aruni agar bisa mengungkapkan perasaan, yang terjadi malah terkesan menyiksa Aruni,
Aruni dimana kaos kakinya, Aruni tolong ambilkan air minum, dan masih banyak lagi Aruni tolong ini tolong itu, tak jarang barang yang diminta sebenarnya sudah tersedia di dekatnya,
ada lagi hal konyol yang Adam katakan terhadap Aruni yaitu meminta agar dirinya bertanggung jawab karena sudah tidur dengannya, walaupun sebenarnya tidak terjadi hal-hal apapun.
"ARUNI"
perkataan Adam terus terngiang-ngiang di kepala Aruni, bahkan ia sendiri masih belum memahami apa yang terjadi.
pukul tiga pagi ia terbangun, betapa kagetnya ketika menyadari bahwa dia tertidur di kamar Pak bosnya dan yang lebih membuatnya shock ia tidur dengannya di ranjang yang sama pula, seingatknya kemarin dia duduk di sofa.
Dan yang membuat Aruni jadi linglung, bagaimana mungkin beliau meminta agar Aruni bertanggung jawab terhadapnya dan harus merawatnya menggunakan seumur hidup.
Membayangkannya saja Aruni sudah pusing, ya Tuhan apa yang harus dilakukan.
"bagaimana apakah sudah diputuskan?"
"apa tidak boleh di ganti yang lain Pak bos"
"tidak kamu sudah menodai kesucian tubuh saya"
kesucian dari Hongkong, status saja sekarang sudah duda.
Adam memang sudah resmi bercerai dengan mantan istrinya.
walaupun proses perceraiannya di selingi dengan banyak sekali drama.
karena mantan istrinya ingin membina hubungan kembali, tapi Adam tidak bisa mentolerir bila sudah pada titik penghianatan.
"Aruni mari kita bicara"
""saya ingin berterus terang, saya memang tertarik dengan kamu, dan saya ingin membina hubungan yang serius dengan kamu"
sudah diputuskan bulan depan kita menikah, saya tidak menerima penolakan,
"loh loh ya tidak bisa begitu dong Tuan"
"Tuan saja belum mengenal saya lebih dalam, kok sudah mai menikahi saja.
"saya sudah tau semua, semua luar dan dalam kamu, termasuk dalaman yang sering kamu pakai".
"Tuan bukan rada-rada kan"
"berani kamu bilang saya rada-rada"
"sudah sudah berikan semua berkas-berkas penting kamu, biar saya yang mengurus semua"
" loh loh tidak, saya tidak mau Tuan, kalau begitu saya lebih baik berhenti bekerja"
"baik kalau itu pilihan kamu, saya akan melaporkan kepihak berwajib, bahwa kamu tadi malam telah melakukan pelecehan seksual terhadap saya dengan bukti CCTV kamar saya, atau kamu ingin melihat rekamannya bagaimana kamu tadi malam menindih tubuh suci saya, dan kamu ciumi seperti binatang buas"
"tidak!!! saya tidak mau melihatnya"
Akhirnya Aruni tidak bisa berkutik, dia pasrah dengan nasib yang menantinya didepan.
Adam memang terkesan memaksa, tapi dia sudah tidak bisa lagi menunda.
selama hampir dua tahun Aruni bekerja di rumahnya banyak sekali mata laki-laki yang memandangnya dengan minat.
sebenarnya wajar saja jika banyak para pemuda ataupun laki-laki dewasa yang suka dengan Aruni.
selain periang Arini juga tipikal orang yang sangat mudah akrab.
tanpa terasa hari pernikahan sudah tinggal besok lusa.
Aruni masih terus bertanya-tanya apakah benar dirinya akan menikah dengan bosnya sendiri.
Kak Atin juga tidak banyak komentar,
karena dari sekitar enam bulan Aruni bekerja di rumah Adam.
Adam sudah banyak bertanya tentang Aruni berasal dan Adam juga mengatakan kepada kak Atin bahwa ia tertarik dengan Aruni dan ingin membina hubungan yang serius.
Hari H akhirnya pun tiba"
Aruni sedang dirias, ia terlihat sangat cantik dengan sanggul rambut berhiaskan bunga-bunga melati yang segar semerbak harum.
Sementara Adam sendiri terlihat tengah berdiskusi dengan para penghulu.
karena Aruni menyerahkan kepada Adam untuk mencari wali nikahnya.
sehingga ia menyerahkan wali nikah Aruni kepada Bapak penghulu.
Aruni menceritakan bahwa keluarganya tidak dekat dengan saudara dari Bapak ataupun saudara dari Ibunya, sebab itulah ia tidak tau dimana tempat tinggal para saudaranya.
" saya terima nikah dan maskawin nya Aruni binti alam Bapak Turiman,
dengan maskawin uang sebesar satu milyar rupiah dibayar tunai"
"sah sah sah"
"para saksi apakah sudah sah?"
"sah, Alhamdullilah"
Mereka semua memanjatkan doa dan mengaminkan niat baik dari kedua mempelai.
Acara resepsinya memang diadakan di rumah Adam sendiri dengan sederhana sesuai dengan permintaan Aruni.
Dengan alasan tidak mau menghambur- hambur kan uang.
Tidak banyak yang hadir pada acara resepsinya, hanya kerabat dekat Adam dan beberapa rekan bisnisnya.
Sementara dari pihak Aruni memang tidak ada, hanya kak Atin lah yang sudah Aruni anggap sebagai saudara.
Sejauh ini keluarga Adam memang tidak pernah mempermasalahkan anggota keluarga mereka menikah dengan siapa,
kalau sudah jodoh apapun bentuknya apapun kondisinya tidak dapat ditolak,,,, bentuk, dikira tempe kali ya bisa dibentuk- bentuk.
Acara resepsinya berlangsung dengan lancar dan meriah. Pukul sebelas malam berapa dari kerabat Adam dan rekan bisnisnya berpamitan pulang, ada juga yang masih asik ngobrol dengan Adam sendiri.
Pukul dua belas malam lebih Adam menyuruh Aruni untuk naik kelantai atas dan beristirahat, karena ia sudah melihat Aruni kelelahan dan beberapa kali menguap.
Dan pukul dua dini hari para tamu rekan bisnisnya sudah diantara pulang oleh supir mereka masing-masing karena ada dari beberapa mereka yang sudah benar-benar mabuk.
Sementara dilantai atas setelah membersihkan diri Aruni tampak duduk termenung di sofa, kesedihan tapak jelas di wajahnya, akan tetapi air matanya tidak dapat mengalir, kenangan-kenangan bersama kedua orangtuanya tampak menari-nari dipelupuk mata.
Kesedihan terbesar dalam hatinya adalah kedua orangtuanya tidak dapat menyaksikan hari pernikahannya dan belum bisa membahagiakan Meraka, kedua orangtuanya sudah lebih dulu berpulang kepada yang maha kuasa.
Aruni berjingkat kaget saat Adam membuka pintu, ada sedikit aroma alkohol menguar dari tubuh Adam.
"Tuan bau sekali, silakan anda bersih-bersih dulu airnya sudah saya siapkan"
"Aruni saya tidak mau mendengar kamu memanggil saya dengan sebutan Tuan lagi,
karena saya bukan majikan kamu, saya sekarang suami kamu"
"iya iya saya sudah tau, sudah sana Tuan mandi dulu",. Aruni berpura-pura biasa saja padahal dirinya sudah gugup setengah mati.
"ingat ya setelah saya selesai mandi, saya tidak mau mendengar kamu memanggil saya dengan sebutan Tuan lagi, kalau saya masih mendengar kamu memanggil saya dengan sebutan Tuan lagi habis' kamu malam ini". Sambil menjetitkan jari di kening Aruni, Adam berlalu pergi ke kamar mandi.
Adam memang sudah menyuruh kak Atin untuk membawa barang-barang Aruni dipindahkan ke kamarnya.
Adam sendiri tidak akan pernah memaksa Aruni untuk berubah sesuai dengan keinginannya, dia akan membiarkan Aruni sendiri perlahan-lahan beradaptasi. Ia ingin seterusnya Aruni bisa bahagia menjalani kehidupan bersama dirinya. Walaupun sebenarnya Adam terkesan memaksakan kehendaknya sendiri kepada Aruni.
Akan tetapi jauh di dalam lubuk hati Adam ia ingin membahagiakan gadis yatim piatu yang malang ini. Gadis yang sudah membuatnya jatuh cinta dengan tingkah pecicilannya itu.
Setelah sedikit berendam untuk merilekskan tubuh. Adam segera keluar dari kamar mandi, ia mendapati Aruni sudah menggelar dua sajadah.
Adam segera mengenakan pakaian yang sudah di siapkan Aruni untuknya.
"Kita laksanakan shalat Sunnah Tuan"
"hemm, habis kamu malam ini"
Aruni diam mematung, karena lupa dengan ultimatum suaminya, ya sekarang dia sudah bersuami.
Setelah mereka berdua mengambil air wudhu untuk mensucikan diri, mereka mengerjakan sholat dua rakaat, dan diakhiri dengan salam. Adam menjulurkan tangannya dan disambut Aruni dengan mencium tangan Adam, ia sendiri mencium kening Aruni, serta mencium ubun-ubun melapaskan doa, doa yang baik-baik tentunya yang ia panjatkan.
"tidurlah untuk malam ini aku akan melepaskanmu, akan tetapi besok jangan berharap"
setelah membisikan kata-kata itu Adam membopong Aruni untuk dibaringkan di ranjang king' saisnya.
Pagi menjelang pukul empat lebih tiga puluh menit waktu pagi Aruni terbangun, karena sudah kebiasaan dan sudah ada alarm alami dalam dirinya, ia duduk sebentar untuk menyesuaikan keadaan, dan mengumpulkan ingatan. Ia tidak lupa kalau sekarang sudah punya suami jadi dia tidak kaget ada orang lain yang tidur disebelahnya.
Ia bergegas masuk kamar mandi membersihkan diri, sekitar lima belas menit selesai, ia berdiri termangu di tepian ranjang, ia ragu untuk membangunkan suaminya dengan sebutan apa"
"aaaahh bodoamatlah"
"m_mas bos bangunan sudah waktunya untuk shalat".
tanpa dua kali panggilan Adam sudah menggeliat bangun dan mengerjapkan mata.
ia segera bergegas bangun" mencuri kecupan sekilas sambil berlalu pergi ke kamar mandi dengan tersenyum.
Aruni sendiri mematung ditepian ranjang, ia segera tersadar dan bergegas masuk keruangan pakaian melalu pintu penghubung, menyiapkan sarung serta baju Koko milik suaminya dengan hati berdebar-debar, ia belum tau apakah suaminya akan sholat di masjid seperti biasanya atau sholat berjamaah dirumah.
Ternyata Adam tidak pergi sholat ke masjid, mereka melaksanakan shalat berjamaah di dalam kamar. Setelah mengucapkan salam, Aruni mencium tangan Adam dan Adam yang mencium kening Aruni"
"ayo kita tidur lagi' kepala saya masih sedikit pusing"
"t_tapi saya harus bekerja m_ mas bos"
"Aruni sekarang kamu tidak perlu mengerjaka semua pekerjaan rumah,
tugas kamu sekarang hanya perlu mengurus saya dan anak-anak kita nantinya, dan itu harus menggunakan seumur hidup kamu"
Blush seketika muncul rona merah di pipi Aruni. Dengan malu-malu ia merebahkan diri di sebelah suaminya. Adam segera menarik Aruni kedalam pelukannya.Karena tadi malam mereka berdua sama-sama hanya tidur beberapa jam saja, mereka berdua segera terlelap.
Pukul sepuluh pagi mereka berdua sama-sama terbangun karena gesekan satu sama lain, Aruni segera membalikkan badannya merasa dirinya terlalu gugup dan malu.
"kenapa hem dimana sifat pecicilanmu itu"
Adam sengaja menggoda Aruni, ia tau Aruni masih malu-malu dan belum terbiasa.
"Siapa juga yang pecicilan" Tuan yang terlalu datar".
Aruni tidak terima karena dianggap dirinya pecicilan.
"masih berani memanggil dengan sebutan Tuan" hem" habis kamu.
Adam menangkap kedua tangan Aruni dan menekannya di atas kepala.
"ayo katakan mau dimulai dari mana dulu hukumannya"
Adam menelusuri wajah Aruni dengan ciuman-ciuman kecil.
Ia sengaja memberikan sentuhan sentuhan ringan agar Aruni bisa rileks dan tidak tegang.
Aruni sendiri hanya bisa mengerjapkan mata tidak tau apa yang harus dia perbuat. Adam membisikan kata-kata agar Aruni menyerahkan sepenuhnya kepada Adam.
Dengan perlahan-lahan Aruni pun menjadi rileks dan bisa mengikuti permainan Adam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!