NovelToon NovelToon

Terjerat Pernikahan Kontrak

TPK Bab 1: Sebuah Rumor.

Suara hiruk pikuk tepukan tangan terdengar begitu ramai, di sebuah gedung mewah di pusat kota sedang berlangsung sebuah pesta besar; acara yang di adakan Perusahaan DB Fashion dalam rangka merayakan launching desain produk fashion terbaru mereka yang sudah tembus pasar Internasional.

"Di mana Pak CEO, beliau harus segera naik podium untuk memberikan sambutan kepada para tamu undangan."

Salah satu staf mulai kutar ketir, ini acara siapa tapi sang pemeran utama malah tidak ada, padahal sang MC sudah memanggil manggilnya. "Tolong Pak Arkan, jangan membuat reportase saya menurun, para tamu undangan pasti akan menyalahkan jasa kami karena kami tidak bisa menyusun acara dengan baik. Mereka akan kecewa Pak."

Lelaki itu bahkan sampai merengek, menatap sosok lelaki yang selalu manjadi kaki tangan CEO dingin itu, rasanya jika mengingat kembali hari hari yang lalu, dia tidak akan menerima job dari perusahaan ini karena yang dia tahu Pak Darrel Bastian Baskara seorang lelaki dingin yang suka bertingkah sesuai kemauannya sendiri.

"Langsung Catwalk saja, Pak Darrel bukan orang yang bisa kita suruh sesukanya. Model-model di belakang sudah siap semuanya kan?" Arkan hanya bisa mencari solusi, dia sendiri yang merupakan adik iparnya saja sangat sulit memahami atasannya itu, bahkan sekarang dia tidak tahu Bos nya itu sedang ada di mana.

"Akh, baiklah."

Tepukan tangan kembali terdengar, walau dari beberapa tamu yang hadir sedikit kecewa karena tidak bisa melihat sosok pemimpin dari perusahaan ini, setidaknya mereka bisa terhibur dengan munculnya para model yang berjalan lenggok menggenakan outfitnya masing-masing. Memang tidak di ragukan, dari beberapa perusahaan yang bergerak di bidang fashion, perusahaan inilah yang paling besar, desain-desain yang mereka keluarkan pun, banyak di kagumi dan di mintai mayarakat luar.

Di aula yang sama di sudut yang berbeda, persis di sebuah meja di mana kalangan bangsawan berada, lima Nyonya dari berbagai perusahaan, dan para petinggi pemerintah terlihat sedang menikmati Fashion Show itu dengan bercanda riang. Ketidak muncul Darrel ti tengah acara membuat mereka semakin leluasa untuk bergosip ria.

"Duh, sungguh di sayangkan kan ya. Padahal Nak Darrel sudah mapan, usianya pun sudah cukup matang untuk menikah tapi belum juga memiliki kekasih." Bu Arini sang provokator mulai bicara, baginya yang memiliki kelas sosialita paling tinggi di antara Nyonya di sana membuat dia begitu percaya diri untuk menggunjing orang.

"Iya, ya Bu. Padahal banyak sekali wanita cantik di sekelilingnya. Lihat saja model yang ada di depan, mereka nampak cantik tapi Pak Darrel sepertinya tidak tertarik untuk mengencani salah satu dari mereka, sungguh di sayangkan."

"Ikh, Jeng. Apa kalian ketinggalan berita, Pak Darrel itu memiliki kelainan, makanya tidak ada niatan untuk menikah." Sang provokator kedua mulai beraksi, bahkan dia sok berbisik seolah fakta ini tidak boleh di ketahui orang lain, padahal dia sengaja ingin memancing perhatian orang-orang. "Pak Darrel itu impoten, sudah jelas dia tidak ada ketertarikan untuk menikah." celetuknya tanpa dosa.

Nyonya-nyonya yang lain langsung syok, benarkah demikian, salah satu dari mereka ada yang menyayangkan dan ada juga yang terlihat senang, bagi mereka yang tidak menyukai keluarga Baskara bukankah ini berita yang menguntungkan.

Bu Arini sampai tersenyum kecil, sepertinya rencananya untuk membuat rumor buruk tentang lelaki yang di idam-idamkan putrinya berhasil dengan lancar. "Duh kasihan sekali ya Nyonya Baskara, beliau pasti begitu terpukul kalau keadaan putranya seperti itu."

...***...

Sementara itu di sebuah cafe, Darrel duduk dengan tegak menatap sosok pengusaha ternama; Pak Kenan Ardi Wijaya. Beliau adalah generasi kedua sang miliarder nomor satu, bahkan perusahaan nya yang cukup besar pun ada dalam kepakan sayap kekuasaan perusahaan Wijaya.

"Ada apa Pak. Saya begitu terkejut saat anda tiba-tiba ingin bertemu dengan saya?" Darrel mulai bertanya, karena permintaan orang ini dia sampai harus meninggalkan acara nya sendiri. "Apa ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya lagi. Bagaimanapun, beliau adalah salah satu investor terbesar di perusahaannya bahkan karena perusahaan Wijaya pula desain-desainnya bisa tembus pasar internasional.

"Maaf Nak Darrel, mungkin ini terdengar begitu tiba-tiba, tapi saya benar-benar membutuhkan bantuan Anda." Kenan langsung memantapkan tujuannya, setelah dia melihat langsung sosok Darrel, dia yakin kalau lelaki ini cocok untuk menjadi suami Renzela. "Tolong menikahlah dengan keponakan saya!" pintanya tanpa beban.

Darrel sontak langsung tercengang kaget, mimpi apa dia semalam sampai tiba-tiba di todong dengan sebuah ajakan pernikahan, dia sampai terbatuk-batuk saking kagetnya.

"Menikah? bukannya ini begitu tiba-tiba padahal ini pertemuan pertama kita Pak." Darrel sampai kehabisan kata-kata, kalau saja ini orang lain dia akan menganggap nya sebagai angin lalu, bahkan akan langsung meninggalkan tempat itu, tapi masalahnya ini Pak Kenan, permintaanya pasti bukan sebuah lelucon.

TPK Bab 2 : Desakan.

"Sudah hampir satu Minggu, apa Darrel belum menghubungi mu?" Kenan sampai menghela nafas, padahal katanya Darrel akan mempertimbangkan permintaannya tapi sudah selama ini lelaki itu belum juga menghubunginya.

"Belum, Pak. Sepertinya Pak Darrel menolak secara halus permintaan Bapak, dengan beralasan ingin mempertimbangkan nya."

"Tolong bujuk dia dengan cara apapun. Renzela benar-benar membutuhkan calon suami seperti dia." Kenan kembali bicara pada sekretarisnya. Keadaan sekarang sudah sangat mepet sebelum Bernard mensertifikasi semua aset warisan milik Renzela atas namanya sendiri. Meskipun Bernard Ayah kandung Renzela tetap dia tidak rela jika kekayaan itu di gunakan Bernard untuk berfoya-foya dengan wanita simpanannya.

"Pak, maaf sebelumnya." Sekretaris itu sampai membungkuk, cukup ragu mengutarakan pendapatnya. "Apa anda yakin akan menikahkan Nona Renzela dengan Pak Darrel? Ada rumor yang beredar kalau Pak Darrel memiliki kelainan, Pak." ucapnya menceritakan.

"Kelainan?" Kenan sampai kaget, padahal saat pertama kali dia melihat sosok Darrel, hanya kesempurnaan yang dia lihat; wajah yang tampan, rambut hitam berkilau, tubuh tegak dan tinggi, serta otot-ototnya yang kokoh nampak terlihat begitu maskulin meski terhalang sebuah jas hitamnya. Benar-benar bak model papan atas, sampai rasanya kalau Darrel sendiri yang menjadi model untuk desain produk fashion nya, itu akan lebih baik di banding model-model karyawan nya sendiri.

"Rumor yang beredar mengatakan kalau Pak Darrel lelaki impoten, Pak." Dengan ragu sekretaris itu menjelaskan, jika saja rumor itu benar, bukankah itu tidak baik untuk Nona Renzela. Meski pernikahan ini begitu mendesak, menurutnya memilih calon yang baik adalah hal yang paling penting.

"Itu hanya sebuah rumor kan." Kenan malah menanggapi nya dengan begitu enteng, tidak heran, jika memang itu benar, manusia memang tidak luput dari kekurangan, tapi ada satu hal yang bisa dia manfaatkan dengan adanya rumor itu, "Justru bukankah itu lebih baik." timpalnya lagi dengan menyeringai.

Kalau itu benar-benar rumor yang beredar, sekarang dia bisa sedikit bernafas lega karena sepertinya Darrel akan menerima tawaran dari nya untuk bisa menikahi Renzela.

Sekretaris itu malah melongo heran, ekspresi macam apa itu, Pak Kenan malah terlihat begitu senang dengan adanya rumor itu. "Akh begitu kah?" Dia hanya bisa pamit dengan mundur perlahan. Otaknya sepertinya cukup lembut untuk bisa memahami apa maksud dari ucapan atasannya itu.

...***...

Keadaan di kediaman keluarga Baskara, semua anggota keluarga itu terlihat sedang berkumpul di meja makan, Pak Baskara sengaja mengumpulkan ketiga anaknya karena sudah lama tidak melakukan quality team untuk acara makan malam bersama.

Seperti biasa, Darrel yang merupakan putra pertama duduk paling dekat dengan sang Ayah, Mariana adik kedua Darrel duduk di depannya bersebelahan dengan sang Ibu. Sedangkan Azka adik bontot Darrel yang masih kuliah, duduk paling ujung bersama kedua keponakan kembar nya yang baru berumur enam tahun; Syakir dan Syakira.

"Bagaimana kuliah mu Azka?" Baskara mulai bicara untuk menghangatkan suasana, walau mereka tinggal serumah, dia jarang memperhatikan nya karena selalu sibuk dengan tambang batubara nya.

"Lancar, Yah." Azka menjawab singkat, dari pada menanggapi acara makan malam keluarga yang begitu membosankan dia lebih senang bisa bertemu dengan kedua keponakannya yang sedang masa aktif aktifnya. Bahkan dari tadi dia tidak henti-hentinya menyuapi kedua bocah itu membantu Arkan Ayah mereka berdua.

"Kau sendiri Darrel, bagaimana perkembangan perusahaan mu sekarang?" Baskara kini beralih pada putra pertama nya. Sejujurnya inilah alasannya dia mengundang semua anaknya, karena kalau dia meminta Darrel untuk menemuinya seorang diri, putranya pertamanya ini tidak akan menemuinya dengan mudah.

"Berjalan baik, Yah." Seperti biasa, Darrel pun menjawab singkat, dan kembali menyantap makanan nya. Dia benar-benar ingin segera menghabiskan makanan ini agar bisa lekas pulang ke kediaman nya sendiri.

Melihat cara makan putranya yang begitu tergesa-gesa, Iriana dengan sengaja menambahkan daging steak kesukaan Darrel agar putranya itu bisa lebih lama duduk bersama mereka, "Makan yang banyak sayang."

"Bu, aku sudah kenyang." Darrel sampai protes, gerak-gerik kedua orang tuanya malah membuat nya semakin curiga. Ada udang di balik batu, sepertinya memang ada maksud lain atas undangan makan malam ini. "Bicarakan saja apa yang kalian inginkan!" tidak mau berbelit-belit, dia pun langsung bertanya untuk memastikan.

"Akh, kau memang paling peka, Kak." Mariana kini yang menimpali, langsung menatap sang ibu dan saling melempar senyaman. Mereka akan mulai mengintrogasi lelaki lajang di hadapan mereka. "Kapan Kakak menikah, Kakak sudah cukup tua loh?" tanyanya langsung.

"Iya, Darrel. Kapan kau akan menikah? Lihat adik mu, bahkan dia sudah memiliki dua anak," Iriana menimpali dengan penuh semangat. Dia dan sang suami sudah cukup tua, mereka ingin melihat putranya menikah sebelum mereka benar-benar tiada. "Umur Ibu dan Ayah sudah sangat tua, bagaimana kalau kita keburu tiada sebelum kau menikah." timpalnya lagi.

Darrel sampai menghela nafas, inilah pertanyaan yang selalu dia dengan dari lima tahun yang lalu, dan selalu saja alasan meninggal yang kedua orang tuanya andalkan padahal sampai sekarang mereka masih tetap sehat dan bugar. "Aku belum mau menikah, Bu." Tolaknya tanpa pikir panjang. Baginya pernikahan dan menjalani sebuah hubungan adalah sesuatu yang merepotkan, dia benar-benar tidak tertarik dengan itu. Yang ada di pikirannya hanya pekerjaan saja.

"Darrel, umur mu sudah tiga puluh tahun Nak. Apa kau tidak malu sampai sekarang masih melajang seperti ini." Iriana berusaha mendesak, bagaimana pun, rumor yang sudah beredar sangat berdampak buruk pada keluarga mereka. Dan dia akan semakin mengkhawatirkan keadaan putranya.

"Kenapa harus malu Bu. Umur tiga puluh tahun hanya sekedar angka tiga dan nol, kenapa harus di permasalahkan." Darrel malah menimpali dengan begitu enteng, permintaan orang tuanya untuk segera menikah sudah dia anggap seperti hembusan angin.

"Kak Darrel!" Mariana yang kesal sendiri, bisa-bisanya kakaknya itu bicara sesantai itu, "Kakak harus menikah, setidaknya akan ada orang yang memperhatikan mu dan mengurus mu, kan?" ucapnya lagi berusaha membujuk Kakak nya.

"Tanpa menikah pun aku masih bisa hidup dengan baik, kau tidak perlu mencemaskan ku, Ana." Lagi-lagi Darrel menjawab dengan begitu enteng, bahkan tanpa merasa bersalah dia malah dengan begitu santai menyantap makanan tanpa mempedulikan sekitar. "Lihat saja kediaman ku yang luasnya dua kali lipat dari rumah mu, semuanya bisa ku urus dengan baik tanpa seorang istri." celetuknya lagi malah meledak sang adik.

Arkan yang mendengar alasan konyol itu sampai terkekeh, "Sudahlah sayang, di bujuk seperti apapun Kakak mu memang tidak ada niatan untuk menikah." ucapnya menimpali.

"Jadi rumor yang beredar memang benar kalau kau memiliki kelainan." Baskara kini yang menimpali.

Dan rupanya itu sukses membuat kedua alis Darrel berkerut. "Aisst. Apa kalian percaya pada rumor itu?" Dia malah balik bertanya. Kesal sendiri, rumor itu benar-benar mengganggu ketenangannya.

Bukan tanpa alasan, rumor itu benar-benar membuat citranya menjadi buruk dan tentunya itu sangat berpengaruh pada perusahaan, dan pemasaran produk fashion nya. Bahkan dalam jangka waktu seminggu saja sudah ada beberapa klien yang menolak produk-produknya hanya karena rumor itu.

"Awalnya kami ingin menyangkal nya Kak. Tapi kalau keadaan Kakak yang bersikeras tidak ingin menikah, bukannya itu seolah mengiyakan kalau rumor itu memang benar." Mariana yang menimpali, bahkan dia yang lebih khawatir kalau Kakak nya ini benar-benar memiliki kelainan. "Makanya Kakak harus segera menikah biar rumor itu menghilang dengan sendirinya."

"Aisst, dasar rumor sialan." Darrel hanya bisa membatin. Saking kesalnya dia sampai menusuk potongan terakhir steak nya dengan begitu keras, bahkan piring itu pun sampai hampir pecah di buatnya.

...*...

Acara makan malam selesai, Darrel kini sudah sampai di kediamannya, lekas memasuki kamar mandi membersihkan tubuhnya sebelum dia berisitirahat.

"Argh, ini benar-benar gila." Dia sampai mengusap kasar wajahnya saat air shower sudah mengguyur seluruh tubuhnya, pikirannya mendadak kacau, haruskah dia menerima tawaran Pak Kenan untuk menikahi gadis yang tidak dia kenal, bahkan alasan Pak Kenan memintanya menikahi gadis itu benar-benar membuatnya kehabisan akal.

"Renzela," Bibirnya sampai bergumam mengucapkan nama gadis yang bahkan dia tidak tahu rupanya seperti apa, saat pertemuannya dengan Pak Kenan waktu itu, dia tidak mau banyak bertanya karena memang dia bermaksud ingin menolak permintaannya. "Apa aku terima saja permintaan Pak Kenan, sepertinya itu tidak terlalu buruk, kita akan sama-sama di untungkan."

TPK Bab 3 : Persetujuan.

"Bang! Apa yang ada mengganggu pikiran mu? Abang terlihat tidak fokus seharian ini." Sudah ketiga kalinya Arkan keluar masuk ruangan atasannya ini, dan beberapa kali pun ekspresi itu yang selalu dia lihat, terlihat suram dan masam. "Apa gara-gara rumor itu?" tanyanya lagi karena belum ada jawaban. Kakak iparnya masih tetap diam.

"Kakak ipar! Halo." Telapak tangannya bahkan bergerak naik turun di depan wajah yang sedang melamun itu.

"Aisst," Darrel sampai kesal, dia malas bicara dengan siapapun. Di kepalanya sedang di penuhi rumor sialan yang telah menghancurkan citranya dan kini bayang-bayang permintaan Pak Kenan seolah seperti angin segar yang akan menguntungkan nya. Tapi tetap saja dia enggan sekali jika harus menikah, dan memiliki hubungan sakral, terlebih dengan seorang wanita yang tidak dia kenal. "Minggir kau!"

"Oke -oke aku mundur, tapi diluar ada seseorang yang ingin bertemu dengan Kakak ipar."

"Siapa?" Darrel sampai sedikit terkejut, jangan bilang itu Pak Kenan. Akan bahaya kalau adik iparnya mengetahui permintaan aneh Pak Kenan, karena jika dia menerima permintaan itu pun ada sesuatu yang sudah dia rencanakan, dan itu tidak boleh di ketahui pihak keluarganya.

"Pak menteri, beliau yang waktu itu menyeponsori acara kita, Bang. Kalau tidak salah namanya Pak Atmaja." Arkan langsung menjelaskan saat melihat keterkejutan Bos nya. "Bahkan beliau ke seni bersama istrinya; ibu Arini." ucapnya lagi menjelaskan.

Darrel sampai menghela nafas, sedikit lega karena itu bukan Pak Kenan tapi kesal kenapa harus keluarga lebay itu, dia enggan sekali menemui mereka, "Kau saja yang temui mereka, dan tanya apa mau nya. Bilang saja aku tidak ada di kantor!"

"Tapi Kak?"

"Lakukan atau ku ingin ku pecat dari perusahaan ini." Darrel sampai melotot, bahkan nada suaranya terdengar dingin, sudah bosan bekerja bersamanya kah, sampai mengabaikan perintah nya.

"Iya-iya." Arkan hanya bisa menunduk takut, lekas keluar ruangan meski ini begitu di sayangkan, "Padahal mereka ingin membicarakan tentang putri mereka." keluhnya dalam hati. Kalau putri Pak Menteri berjodoh dengan Kakak ipar nya, itu akan lebih bagus.

Pintu ruangan kembali tertutup, Darrel kini sudah memantapkan pilihannya, dia benar-benar akan menerima permintaan Pak Kenan, bukan hanya karena akan mendapatkan jaminan kerjasama dengan jangka waktu yang panjang, pernikahan itu juga akan meredakan rumor yang sudah beredar.

"Selamat sore Pak!" Darrel langsung menyapa saat panggilan telepon nya sudah tersambung dengan Pak Kenan, "Maaf saya baru menghubungi Bapak!" ucapnya lagi.

"Tidak apa-apa Nak, Darrel. Saya mengerti, pasti akan sulit bagi anda untuk mempertimbangkan ini." Kenan di sebrang sana sampai begitu antusias, dia sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban lelaki itu. "Jadi bagaimana keputusan anda?"

"Baik Pak, saya akan membantu Bapak dan keponakan Bapak. Tapi seperti yang anda ketahui pernikahan bukan sesuatu yang enteng, maaf jika kedepannya mungkin saya akan mengecewakan, bapak." Darrel tidak ingin menanggung resiko, alasan Pak Kenan ingin menikahkan keponakannya dengannya, masih membuatnya terheran-heran, jadi dia tidak bisa berjanji benar-benar bisa menuntaskan masalah mereka.

"Tidak apa-apa Nak Darrel. Sebelum nya saya sangat berterima kasih karena Nak Darrel sudah mau mambantu. " Kenan sampai memasang seulas senyum, memang tidak salah dia memilih calon untuk Renzela, lelaki ini begitu penuh kesopanan dan berwibawa. "Jadi, Nak Darrel bisa kan besok ikut bersama saya ke London untuk bertemu dengan Renzela?" tanyanya lagi memastikan.

Darrel sampai menghela nafas, bisa-bisanya Pak Kenan langsung mengajaknya pergi ke luar negeri mendadak seperti ini, bagi beliau sepertinya Indonesia-London sudah seperti Jakarta-Bandung yang terhalang jarak dekat. "Iya, tapi saya juga memiliki satu permintaan Pak!" Darrel kini memberanikan diri mengutarakan keinginannya, balasan karena Pak Kenan tiba-tiba langsung mengajaknya menemui Renzela tanpa menyuruhnya untuk sedikit bernafas setelah menerima permintaan itu.

"Apa itu?"

"Saya ingin di beri kesempatan untuk bicara empat mata dengan keponakan, Bapak." Darrel langsung mengutarakan permintaan nya dengan tegas, walau sedikit ragu takut menyinggung, tapi dia tetap harus mengucapkan itu.

Kenan sesaat terdiam, "Nak Darrel tidak akan macam-macam kan?" Otaknya langsung traveling, kalau mau bicara berdua saja terkesan sangat mencurigakan.

"Tidak Pak Kenan, hanya saja kalau kita akan menjadi suami istri bukannya kita harus pendekatan dan saling mengenal satu sama lain." Untung Darrel punya alasan yang tepat, dia jadi tidak terlalu gugup saat Pak Kenan berbalik bertanya seolah sedang mengintrogasi nya.

"Iya, baiklah. Biar setelah di sana saya bicarakan dengan keponakan saya."

...****************...

London.

Renzela terlihat memasuki sebuah restoran, celingukan sana sini mencari beberapa pelayan, sesuai arahan yang tadi Daddy Kenan arahkan dia harus mencari pelayan restoran di sini biar dia langsung di arahkan ke tempat calon suaminya berada. Walau sedikit tidak nyaman harus bertemu sembunyi sembunyi seperti ini, tapi ini lebih baik dari pada di ketahui Papinya.

"Ada yang bisa saya bantu, Non?" Pucuk dicinta ulam pun tiba, yang sedang di cari-cari malah datang dengan sendirinya. Salah satu pelayan restoran itu terlihat menghampiri Renzela.

"Iya Mba, saya sudah ada janji dengan orang yang bernama Darrel. Darrel Bastian Baskara." Bahkan Renzela sampai menyebutkan nama calon suami nya itu dengan begitu lengkap takut pelayan ini salah menuntunnya.

"Oh, Pak Darrel. Sebelah sini, Non."

Renzela pun langsung mengekor di belakang pelayan itu, masih celingukan melihat keadaan, terlebih sekarang dia malah di arahkan ke sebuah ruangan yang terlihat lebih mewah, "Sepertinya orang itu memesan ruangan VIP." gumamnya dalam hati. Saking fokusnya melihat sekeliling dia sampai tidak sadar pelayan itu sudah membukakan pintu untuk nya.

"Silahkan Non. Pak Darrel sudah menunggu di dalam!"

Renzela langsung mengangguk berterima kasih, setelahnya kembali menoleh menatap pintu masuk ruangan itu, "Ayo, Renzela kau pasti bisa." Dia sampai menghirup nafas panjang. Walau dia enggan melakukan pernikahan ini tapi setidaknya ini demi Mami nya. Dia harus membuat Papinya tidak bisa bertindak sesukanya dan kembali menyayangi Mami nya seutuhnya.

Renzela perlahan masuk, setelah beberapa langkah berada di dalam, matanya kini melihat sosok lelaki yang tengah duduk tegak dengan setelah jas hitam melekat di tubuhnya, "Apa pelayan itu tidak salah menunjukkan arah." Langkahnya tiba-tiba berhenti. Daddy Kenan tidak menceritakan dengan jelas seperti apa sosok Darrel, jadi dia tidak yakin kalau ini benar-benar lelaki yang Daddy Kenan maksud.

Darrel yang baru sadar akan kehadiran seorang di ruangan itu langsung mengangkat kepala dan menatap gadis kecil itu dengan penuh tanya, "Siapa Kau?" tanyanya heran. Padahal ini ruangan VIP tapi masih saja ada orang yang salah masuk ruangan.

"Maaf! Saya sedang mencari Pak Darrel, dan katanya beliau ada di ruangan ini." Walau begitu gugup karena tatapan lelaki itu yang begitu dingin, Renzela memberanikan diri untuk bicara, karena memang pelayan tadi yang mengarahkan nya sampai sini.

Darrel sampai terkejut, kenapa gadis kecil ini tahu namanya, jangan bilang kalau gadis ini adalah wanita yang harus dia nikahi, "Apa kau Renzela?"

"Iya." Renzela langsung mengiyakan dan detik selanjutnya dia baru menyadari sesuatu, tidak ada orang asing yang tahu namanya kecuali orang ini benar-benar Darrel yang Daddy Kenan maksud. "Apa jangan-jangan anda Pak Darrel?"

Keterkejutan terlihat jelas di wajah dua insan itu, terlebih Darrel, lelaki itu hampir frustasi, tidak mengira kalau wanita yang harus dia nikahi masih balia seperti ini.

"Aisst, dasar bodoh. Kenapa aku begitu ceroboh mau saja mengiyakan permintaan Pak Kenan tanpa bertanya dulu beberapa umur wanita yang harus aku nikahi."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!