"Bicaralah Nilam apa sebenarnya tujuanmu? Kenapa kau melakukan semua ini padaku?"
Tubuhku didorong menuju tembok yang terasa begitu dingin oleh seorang pria dengan tatapan mata yang penuh kemarahan. Aku merasakan sakit yang amat sangat di tanganku yang dia genggam dengan begitu erat. Aku ingin menangis karena rasa sakit itu dan mengatakan kepadanya bahwa rasa sakit itu sangat melukai aku. Genggaman erat tangannya itu membuat kata-kata yang ingin aku keluarkan dari tenggorokanku terasa tercekat. Tapi rasa sakit yang dia sebabkan di tanganku ini tidak sama sakitnya dengan perasaan yang aku rasakan di dalam hatiku saat ini.
Rasa sakit yang sama menyedihkannya dan air mataku terasa begitu panas seperti racun yang bisa melukai mataku.
"Apakah kau sudah kehilangan lidahmu atau apa? Katakan kepadaku apa tujuanmu menjadi istri dari Erfandi!"
Dia berteriak dengan penuh kemarahan dan kembali genggaman tangannya semakin lebih kuat dan terasa menyengsarakan aku. Aku bersyukur bahwa genggamannya itu tidak sampai ke leherku atau bisa saja dia membuat aku tidak bisa bernafas.
"Apakah kau sudah begitu tamak dan juga tidak tahu malu sampai kau bisa tidur dengan seorang pria yang usianya cukup pantas untuk menjadi Papa mu hanya karena kau ingin hidup penuh kekayaan bersamanya?"
Dia berteriak lagi dan kali ini genggamannya semakin lebih kuat dan membuat aku merintih kesakitan. Tapi dia terlihat tidak menghiraukan rasa sakit yang aku rasakan seolah semua apa yang aku lakukan tidak membuat dia merasa terganggu sedikitpun.
"Bicara padaku Nilam." Teriaknya dan membuat aku langsung mematung.
Saat itu aku benar-benar ingin mengatakan kepadanya tentang banyak hal. Tapi bibirku terasa begitu berat, hatiku juga sangat berat dan aku bisa saja menangis. Menangis karena aku sebenarnya sangat mencintai pria yang ada di depanku ini. Tapi sekarang dia akan menjadi putraku. Tapi aku secara legal sudah menikah dengan Papa nya dan sudah menjadi Mama nya di bawah hukum yang berlaku.
'Sungguh ironis.'
"Sialan kau Nilam." Teriak Aldi dan melepaskan genggaman tangannya dariku. "Kau membuat aku begitu terluka. Aku menyesali pada saat di mana hari aku bertemu denganmu. Aku menyesal di hari aku membiarkan dirimu mengambil seluruh hatiku. Aku membencimu Nilam Yuniarta Widuri atau sekarang aku seharusnya memanggilmu Mama." Ucapnya dengan senyuman mengejek.
'Mama....' Itulah apa jadinya diriku baginya sekarang. Seorang Mama yang dia benci dan juga sangat menjijikkan baginya. Aku bukanlah apa-apa di matanya melainkan seorang wanita murahan dan seorang wanita penghianat yang meninggalkan dirinya bagi Papa nya yang kaya itu.
Kakiku terasa lemah dan aku terjatuh di lantai dengan penuh rasa sakit. Rasa sakit yang mungkin tidak akan bisa dia mengerti. Aku tidak diberikan pilihan apapun. Tapi apakah dia bisa mempercayai aku jika aku mengatakan kepadanya bahwa aku masih mencintainya sama seperti tiga tahun yang lalu.
Tiga tahun yang lalu semuanya berjalan begitu sempurna dan jika aku mengatakan bahwa hari bahagiaku bersamanya akan menjadi mimpi buruk saat ini. Aku tidak akan bisa untuk hidup dengan hal seperti itu. Aku ingin mati saat ini juga, tapi karena si kecil Leon, aku harus menghadapi semua ini dalam keheningan.
Aku berjalan ke arah tempat tidur dan melihat ke arah anakku yang tertidur dengan lelap. Dia adalah satu-satunya cahaya yang membuat aku bisa hidup di dunia ini.
Aku sekarang memang berada di masa kini. Tapi hatiku masih tinggal di masa lalu. Semua masalah saat di mana aku masih bersama dengan Aldi bisa aku lewati dengan begitu mudah. Dan waktu yang kami lalui bersama satu sama lain terasa begitu indah. Namun semua menjadi terpisah secara tiba-tiba.
"Aldi aku minta maaf." Aku menutup mulutku dan menangis perlahan berharap untuk tidak membangunkan bayi mungilku yang tertidur dengan lelap dan tampak tidak menghiraukan apa yang terjadi di sekelilingnya.
******
PoV Aldi
Aku menutup pintu dengan keras yang ada di belakangku saat aku meninggalkan Nilam di kamarnya. Wanita sialan itu masih merupakan kekasihku 3 tahun yang lalu. Kami tidak punya masalah apapun dan aku bahkan hendak melamarnya agar bisa menikah dengannya. Tapi dia tiba-tiba mengirim sebuah pesan dan mengatakan bahwa kami harus putus dan berhenti berhubungan.
Dia bahkan tidak berani untuk mengatakan semuanya kepadaku secara langsung. Aku merasa begitu terluka sehingga membuat aku tidak bisa bernapas dengan benar. Aku pikir bahwa aku akan mati saat ini juga setelah mengetahui semuanya.
Dulu, aku bahkan mau mencoba untuk memberikan dia kesempatan. Tapi entah kenapa dia menolak apapun yang aku lakukan untuk memperbaiki hubungan kami. Aku akhirnya memutuskan untuk pergi menjauh dari negara ini untuk menyelesaikan kuliahku daripada harus berada disini dan selalu melihatnya yang sudah bukan lagi menjadi kekasihku.
Aku mengisolasi diriku sendiri dari semua orang. Aku bahkan tidak mau menghadiri pernikahan Papa ku. Dan sekarang aku menyesali semua keputusanku itu. Kenapa aku harus melakukannya dan tidak mau hadir di pernikahan Papa.
Karena saat aku kembali setelah 3 tahun berkuliah di luar negeri, mantan kekasihku itu malah berubah menjadi Mama ku dan sialnya lagi, dia malah memberikan aku seorang adik tiri laki-laki.
Sekali lagi aku merasakan perasaan familiar di mana hal itu membuat aku begitu sengsara. Saat Papa ku memperlihatkan dan memperkenalkan kepadaku bahwa Nilam adalah Mama baruku. Sebelum aku pergi meninggalkan negara ini, hubunganku dengan Papa memang sedang tidak baik. Tapi dengan kehadiran Nilam sebagai istri dari Erfandi, Papa ku, itu semakin membuat semuanya jauh lebih buruk lagi.
Setelah apa yang kami sebut dengan makan malam keluarga, aku bertemu dengannya di koridor dan mencoba untuk bicara dengannya dan mencoba memahami kenapa dia melakukan semua itu kepadaku. Namun dia tidak mengatakan apapun kepadaku dan terus melihat ke arahku dengan matanya yang tampak berair itu.
Aku benci untuk mengatakan hal ini. Tapi air matanya selalu membuat aku menjadi lemah. Aku benci untuk melihat rasa sakit dalam dirinya. Tapi dia memang pantas mendapatkan hal itu, untuk apa yang sudah dia lakukan kepadaku 3 tahun yang lalu.
Apa sebenarnya alasan utamanya sampai dia mau menjadi istri dari Papa ku? Apakah dia tidak memikirkan bagaimana perasaanku sedikit saja?
Kami sudah berhubungan begitu baik dan bahkan sangat romantis. Bahkan semua teman-teman kami mengatakan bahwa kami adalah pasangan yang sangat serasi.
Aku benar-benar tidak habis pikir kenapa dia bisa melakukan semua ini padaku. Apa kekayaan yang dimiliki Papa jauh lebih penting baginya dibanding cinta? Atau jangan-jangan selama ini dia hanya berpura-pura mencintai aku demi bisa dekat dengan Papa?
Bersambung....
Beberapa tahun yang lalu...
"Nilam bangunlah Nilam....!!"
Aku merasa ada sebuah pukulan atau sebuah buku yang sangat tebal terasa mengetuk di kepalaku dan itu ternyata adalah dosen matematika ku, Bu Delia. Aku langsung bangun dan melihat kearahnya yang menatap ke arahku seolah dia itu seperti seekor singa yang begitu marah.
"Nilam, apakah kau ingin mengejek aku?" Tanya Bu Delia.
"Ti... Tidak Bu Delia. Aku tidak bermaksud mengejek Ibu." Balas ku..
"Oh benarkah? Jadi apakah bagimu pelajaran ku ini sangat tidak menarik? Kenapa kau bisa tidur di dalam kelasku?" Tanya Bu Delia lagi kepadaku.
"Aku... aku minta maaf Bu Delia. Ini hanya karena aku mengalami vertigo." Ucapku gugup.
"Aku mengerti.... Kalau begitu biarkan aku membantumu untuk menyembuhkan vertigo mu itu." Ucap Bu Delia.
'Menyembuhkan vertigo ku?'
Aku mengedipkan mata sebagai respon atas ucapan Bu Delia yang begitu tiba-tiba mengatakan hal itu. Aku sebenarnya tidak bisa mengerti dengan apa yang dia maksudkan oleh Bu Delia untuk menyembuhkan vertigo yang aku alami, yang sebenarnya vertigo ini bukanlah suatu penyakit yang begitu serius bagiku.
Aku bukanlah seorang penakut. Tapi aku tidak pernah bisa menandingi wanita yang ada di depanku ini. Tapi aku selalu merasa muak dengan pemahamannya yang selalu salah terhadap diriku.
Bagaimanapun, yang ada di dalam pikiran seorang guru seperti Bu Delia yang mengatakan bahwa aku ini seorang pemalas, sebenarnya salah besar. Aku bukan lah pemalas, aku hanya tidak tertarik terhadap pelajaran matematika yang diajarkannya.
"Tapi Bu, hanya ada satu cara untuk menyembuhkan vertigo ku ini, yaitu dengan membiarkan aku tidur. Apakah Bu Delia akan mengizinkan aku untuk tidur kembali?" Tanyaku.
Saat itu tatapan Bu Delia langsung berubah marah, tatapan yang bisa aku sebut dengan 80% kemarahan. Untungnya kemarahannya itu tidak lebih tinggi dari itu. Bagaimanapun 80% juga cukup besar dan bisa menyebabkan masalah untukku. Untuk hal itu, aku pun diberikan hukuman untuk membersihkan semua toilet wanita.
Aku hanya bisa menghela nafas dan mengikuti perintahnya karena itu semua memang kesalahanku.
Aku menghabiskan sepanjang waktu untuk membersihkan toilet wanita di mana aku bisa menyebut semuanya adalah puncak dari segala kotoran. Aku benar-benar tidak bisa mempercayai bahwa orang yang begitu pembersih seperti diriku ini harus menyentuh semua hal kotor seperti ini.
"Nilam.... Nilam...."
Aku mendengar sahabat baik ku, Lila, memanggil aku dari jarak yang cukup jauh. Dia lalu berlari dengan cepat ke arahku.
"Hai Lila." Ucapku tersenyum.
"Aku dengar bahwa kau dihukum oleh Bu Delia. Aku mau datang kemari dan membantumu tapi aku..."
"Sudahlah, tidak apa-apa. Kau tidak perlu merepotkan dirimu sendiri tentang hal ini." Balas ku.
"Jadi.... apakah sekarang kau sudah selesai?" Tanya Lila yang menatap aku masih memegang alat pel.
"Iya sebentar lagi. Berikan aku waktu beberapa menit lagi untuk menyelesaikan tugas ini dan aku akan segera menemui mu nanti." Balas ku.
Lila menganggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan aku.
Beberapa saat kemudian, aku pun selesai melakukan semua hukumanku. Setelah itu, aku lantas pergi ke gudang yang merupakan ruangan tempat menaruh semua barang-barang pembersih itu, seperti deterjen dan juga alat pel. Ruangan itu sedikit besar. Aku pun berjalan ke arah belakang sebuah lemari besar untuk menaruh deterjen itu.
Aku masih berada di belakang lemari saat aku mendengar pintu terbuka dan tertutup kembali. Tiba-tiba aku mendengar dua orang mulai bertengkar dan hanya Tuhan yang tahu apa alasannya.
"Bagaimana kau bisa begitu kejam kepadaku Aldi? Aku memberikan semua yang aku miliki kepadamu dan kau tetap mau kita berpisah dan memutuskan hubungan kita tanpa memikirkan perasaanku."
Aku mendengar suara seorang wanita yang setelah itu diikuti oleh suara seorang pria yang terdengar marah.
"Hah... perasaan apa yang kau maksud itu? Jangan membuat aku tertawa Sinta. Sebelum kita memulai hubungan ini, kau sudah tahu bahwa tidak ada perasaan apapun diantara kita berdua."
"Tapi aku aku berpikir setelah apa yang terjadi diantara kita kau dan aku..."
"Berhentilah bermimpi Sinta. Tidak ada seorang gadis yang bisa mengambil hatiku hanya karena menghabiskan satu malam bersamaku." Ucap pria itu menyela ucapan si wanita.
"Kau begitu kejam..." Balas si wanita.
Aku mendengar suara wanita itu menangis dengan keras. Aku tidak tahu bagaimana wajahnya, yang aku tahu di pasti merasa sangat terluka meski aku tidak bisa melihat ekspresi di wajahnya. Tapi aku percaya bahwa tidak ada gadis manapun yang akan merasa baik-baik saja setelah mendengar ucapan yang begitu kejam dari pria yang mereka cintai.
Tapi tangisan wanita itu sepertinya tidak membuat pria itu peduli padanya. Apa yang terjadi malah ucapan yang dia keluarkan dari mulutnya tampak seperti sebuah batu yang di taruh di pundak wanita itu yang membuat wanita itu merasa kesakitan, atau hal lainnya adalah, ada air dingin yang ditumpahkan di wajah wanita itu tanpa aba-aba lebih dulu.
"Dalam hal apa aku ini merupakan orang yang kejam? Haruskah aku mengingatkan padamu bahwa kau sendiri lah yang memaksa untuk memberikan tubuhmu kepadaku." Ucap pria itu.
"Dan kau sama sekali tidak menolak ku. Jadi kenapa sekarang kau malah menolak ku?" Tanya wanita itu lagi.
"Aku sudah mengatakan kepadamu sebelumnya bahwa aku tidak tertarik kepadamu. Aku bosan dengan bagaimana posesifnya dirimu. Kau begitu cemburuan dan juga terlalu mesum kepadaku. Aku hanya membutuhkan seorang kekasih yang jinak yang bisa membuat semua fansku menjauh dariku dan hanya dirinya yang bisa ada di depanku." Ucap pria itu.
"Aku bisa jadi wanita seperti itu dan menghangatkan tempat tidurmu setiap malam jika kau mau." Balas wanita itu.
Itulah saat aku menyadari bahwa wanita itu tidak begitu terluka, karena dia memang sudah bersiap untuk menyerahkan dirinya untuk seorang pria seperti itu.
'Di mana harga dirinya sebagai seorang wanita?' pikirku dengan membeku.
Aku begitu heran akan sikap wanita itu.
"Aku benar-benar muak terhadap seorang wanita seperti dirimu. Pergilah menjauh dari hadapanku." Ucap pria itu.
"Al... Aldi...." Seru wanita itu.
"Aku bilang keluar lah...." Teriak pria itu.
Aku mendengar pria itu berteriak dengan sangat keras. Aku pun mengintip dan melihat bahwa wanita malang itu dengan tanpa harga dirinya berlari keluar dengan air mata yang mengalir di pipinya saat pria itu tampak berdiri dengan tidak merasa bersalah sedikitpun. Dia berdiri membelakangi aku.
'Dasar pria kotor.' ucapku pada diriku sendiri.
Aku lalu berdiri bermaksud untuk pergi meninggalkan pria itu ke arah lainnya, tapi aku tidak sengaja membuat suatu barang terjatuh yang membuat suara keras dan membuat kehadiranku yang tadinya tidak diketahui sekarang diketahui olehnya.
"Siapa di sana?" Teriaknya melihat ke arahku.
Tapi aku begitu kesal dengan keteledoran ku ini.
'Apa yang harus aku lakukan sekarang?' pikirku.
Bersambung....
Aku benar-benar bingung. Alasan apa yang bisa untuk aku berikan kepadanya. Bahkan jika aku berkata bahwa aku tidak sengaja berada di sini, dia pasti tidak akan pernah percaya kepadaku.
"Siapa di sana? Keluarlah, sebelum aku membuat perhitungan denganmu...!!" Ucap pria itu lagi.
'Pria bajingand itu....'
Aku merasa kesal sekali.
Tidak bisa kah dia berpikir bahwa tadi hanya seekor tikus besar yang lewat. Kenapa dia harus begitu sensitif terhadap sebuah suara. Dan di sini aku hanya bisa berharap bahwa akan ada seekor kucing yang melompat dan entah dari mana datangnya. Sama seperti adegan di dalam sebuah film. Tapi tentu saja ini bukanlah sebuah film dan semuanya memang kenyataan yang terjadi kepadaku.
"Aku bilang tunjukkan dirimu..." Teriak pria itu lagi.
Aku tidak punya pilihan lain lagi. Aku pun keluar dan berdiri menghadapnya. Aku lalu melihat matanya yang tampak begitu marah. Tapi entah kenapa, kemarahannya itu langsung terlihat hilang begitu saja saat aku berjalan mendekat di hadapannya.
"Oh jadi kau lah orang yang memata-matai aku." Ucapnya dengan menyeringai padaku.
Entah kenapa, melihatnya seperti itu membuat aku merasa gemetar secara tidak sadar. Aku tidak yakin kenapa hal ini bisa terjadi padaku.
"Aku tidak memata-matai dirimu. Di samping itu, aku juga tidak melihat apapun dan bahkan aku juga tidak mendengar apapun." Ucapku.
"Oh ya? Apakah benar seperti itu?" Tanya pria itu lagi kepadaku.
"Tentu saja." Balasku dengan cepat.
Aku benar-benar ingin segera pergi dari tempat ini dan menghindar dari pria brengsek yang terus memperlihatkan senyuman licik di wajahnya ini padaku.
"Kalau begitu buktikan. Jika kau bersalah, maka kau harus menciumku." Balasnya.
"Huh, kenapa aku harus melakukan hal itu? Kenapa aku harus memberikan pembuktian kepada seorang pria brengsek seperti dirimu yang baru saja mengabaikan kekasihnya setelah menggunakan...."
Ucapan ku langsung terhenti dan aku menyesali apa yang baru saja aku katakan itu. Aku tidak bisa percaya bahwa aku baru saja mengatakan semuanya kepada pria brengsek ini. Mulut bodohku ini bicara terlalu banyak.
"Kau berani mengatakan kepadaku bahwa kau tidak memata-matai aku." Ucapnya dengan tatapan yang berubah begitu marah di matanya, namun bibirnya terlihat terus menyeringai dan membuat aku merasa semakin gugup.
"Tentu saja aku tidak melakukannya. Ini semua terjadi karena aku berada di tempat yang benar tapi hanya saja berada di waktu yang salah." Ucapku padanya.
"Kau akhirnya mengakui kesalahanmu dan juga kejahatan yang kau lakukan." Ucapnya padaku.
"Kejahatan apa? Kaulah orang yang jahat di sini. Semua orang bisa saja berpikir bahwa kau itu adalah malaikat. Tapi kenyataannya, kau adalah pria brengsek." Balasku.
"Karena kau sudah mengetahui hal itu, maka aku tidak akan melepaskan mu dengan begitu mudah." Ucapnya dan berjalan mendekat ke arahku membuat jantungku berdegup sangat kencang.
Tapi aku dengan cepat mencoba untuk menghindar dengan berjalan mundur sampai akhirnya punggungku mengenai tembok.
"Apa... apa yang akan kau lakukan? Jangan mendekat padaku atau aku akan...."
"Atau apa Nilam Yuniarta Widuri..." Ucap pria itu memotong ucapan ku.
"Apa?" Ucapku dengan begitu terkejut.
Bagaimana bisa pria brengsek ini mengetahui nama panjang ku. Tapi aku bahkan tidak mengenal siapa dia dan aku belum pernah bertemu dengannya sekalipun sebelumnya. Tapi dia menyebut nama panjang ku setiap ejaan katanya dengan benar dan membuat namaku seolah terdengar familiar disebut olehnya, dan juga terlihat begitu jelas disebutkan dari bibir seksinya itu.
'Ayolah Nilam...! Bisa-bisanya kau berpikir bahwa bibir pria brengsek ini seksi.' ucapku dalam hati mencoba menghilangkan pikiran nakal ku itu.
"Atau apa, Nilam Yuniarta Widuri?" Ucapnya lagi dengan suara yang begitu mengintimidasi dan membuat aku merasa gemetar.
Aku pasti berbohong jika aku mengatakan bahwa aku tidak takut padanya saat ini. Aku takut jika dia akan melakukan suatu hal yang jahat padaku. Tapi aku berusaha untuk menyembunyikan ketakutan yang ada di dalam diriku. Aku benar-benar tidak mau membiarkan pria brengsek ini tahu bahwa aku tengah ketakutan dan hal itu tentu semakin bisa memberikan dia alasan lebih untuk bisa membully diriku lebih jauh lagi.
"Atau aku akan memberikanmu jurus kungfu ku nanti." Ucapku dengan bangga.
Padahal sebenarnya, jauh dalam diriku aku merasa tidak begitu percaya diri. Meski aku tahu jurus kungfu, aku sedikit tidak yakin apakah aku mampu untuk melawannya mengingat bentuk tubuhnya cukup berotot.
Apa yang terjadi berikutnya, dia malah tertawa seolah dia begitu terhibur dengan apa yang baru saja aku katakan padanya.
'Apakah dia menganggap bahwa aku ini lemah?'
Aku tidak bisa begitu saja membiarkan dia menganggap aku sebagai wanita lemah. Bagaimana pun jurus kungfu ku cukup hebat. Jadi aku langsung mencoba untuk meninju ke arah wajahnya. Tapi dia menangkap tanganku dengan begitu mudah dan langsung memutar tanganku di belakang kepalaku. Dia memegang tanganku dengan hanya menggunakan sebelah tangannya saja. Tapi aku tetap tidak bisa untuk melepaskan genggaman tangannya yang terasa semakin kuat itu. Saat itulah aku menyadari perbedaan kekuatan antara seorang pria dan seorang wanita.
Aku ternyata sama sekali bukan tandingannya.
'Sial! Kenapa dia begitu kuat?' Ucapku dalam hati.
Aku melihat dia tersenyum seperti iblis yang terus melihat kearah ku dengan wajah yang semakin dekat ke arahku dengan matanya yang entah kenapa terlihat begitu indah.
Dibalik, sikapnya yang sangat menyebalkan, pria ini sebenarnya cukup tampan. Dia memiliki postur tubuh yang cukup tinggi dan juga berotot. Pantas saja wanita bernama Sinta tadi sangat tergila-gila padanya.
Sepertinya pria yang berdiri dihadapanku saat ini memang sosok pria yang diidolakan banyak kaum wanita. Aku tidak akan heran maupun terkejut dengan hal itu, karena pria ini memang terlihat begitu sempurna, kecuali sikap menyebalkan nya saja yang sulit membuat aku untuk bisa mengagumi ketampanan yang dia miliki.
'Andai saja dia itu sosok pria yang baik. Pasti akan ada banyak wanita yang tergila-gila padanya. Sedangkan saat ini saja, meski sikapnya cukup menyebalkan ada saja wanita yang tergila-gila padanya bahkan sampai merelakan tubuhnya bagi pria brengsek ini.'
"Menarik." Ucapnya yang langsung membuyarkan lamunanku.
"Apa?" Balas ku dengan begitu bingung.
"Kau adalah kandidat terbaik." Jawabnya namun hal itu semakin membuat aku bingung.
"Kandidat terbaik untuk apa maksud mu?" Tanyaku dan dia perlahan mendekat ke arahku.
Tapi aku langsung mengalihkan wajahku dari wajahnya dan aku bisa merasakan nafasnya yang berhembus perlahan di telingaku. Dengan jarak yang sedekat ini, membuat jantungku terasa berdegup semakin kencang.
"Aku mau kau menjadi kekasihku." Ucapnya padaku.
"Apa?" Ucapku begitu terkejut.
"Jadilah kekasihku, Nilam Yuniarta Widuri..." ucapnya lagi yang membuat aku semakin takut.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!