NovelToon NovelToon

Cinta Dalam Tragedi

Bab 1. Bertemu dengan yoga

Sudah tiga tahun sejak lulus kuliah Nabiqha azzahra masih belum mendapatkan pekerjaaan tetap. Meski dia cerdas dan lulus sebagai mahasiswa terbaik, tapi tetap sulit baginya mendapat pekerjaan karena kekurangannya sebagai tuna rungu.

Sewaktu kecil Biqha mengalami demam tinggi hingga kejang, yang membuatnya mengalami SENSORINEURAL HEARING LOSS. Yaitu keadaan hilangnya kemampuan menangkap gelombang suara karena infeksi yang merusak saraf bagian dalam telinga.

Itu menjadi alasan utama, sulitnya Biqha mendapat pekerjaan. Karena dia sulit berkomunikasi dengan orang lain. Sekali pun dia masih bisa berbicara, tapi tetap saja kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar berbeda dari orang pada umumnya. Bahkan suaranya pun terdengar sengau dan serak.

Namun Biqha tidak mau menyerah. Dia yakin suatu saat nanti, dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sekedar penjual kue.

Setelah lelah berkeliling mengajukan surat lamaran pekerjaanya, Biqha mampir ke mini market untuk membeli minuman sekalian membeli keperluannya yang lain.

Saat dia sedang mengantri di kasir, tiba-tiba pundaknya ditepuk pelan oleh seseorang yang ada di belakangnya. Biqha pun menoleh ke belakang. Biqha terpaku sejenak melihat sosok pria tampan nan gagah, dengan jas dan dasi yang semakin membuat penampilannya memukau.

" Biqha? Nabiqha kan? " tanya pria itu ketika Biqha menoleh padanya.

" Yhoggha... " jawabnya setelah mengenali pria itu.

Seketika orang disekitar mereka menoleh, mendengar suara aneh yang keluar dari mulut Biqha. Bahkan mereka yang tidak benar-benar memperhatikan ucapannya, tidak akan mengerti apa yang Biqha ucapkan.

" Iya aku Yoga. Prayoga Hermawan temen SMA kamu. Kamu inget kan? "

Jawab Yoga antusias dan Biqha pun mengangguk.

Bagaimana Yoga tidak antusias. Mengetahui gadis berhijab nan ayu yang sejak lama dia kagumi, ternyata masih mengingatnya. Meski mereka sudah tujuh tahun tidak bertemu.

Sejenak mereka saling pandang dengan takjub. Terpesona dengan masing-masing. Tujuh tahun berlalu tentu saja banyak yang berubah dengan mereka. Yoga yang kini gagah, tidak lagi kurus alias cungkring seperti dulu. Jelas menjadi semakin tampan dan terlihat berwibawa dengan jas mahalnya.

Begitu pula sebaliknya, Nabiqha yang semakin cantik dengan tampilan dewasanya juga begitu memukau bagi Yoga. Meskipun tubuhnya tetap mungil seperti dulu. Mungkin hanya bertambah tinggi beberapa senti saja.

" Apa kabar Bi? " Tanya Yoga

" Bhaikh.... khamuh? "

( Baik. ... kamu?) Jawab Biqha disertai gerakan jarinya sebagai bahasa isyarat.

Yoga mengerti bahasa isyarat. Karena dulu dia sengaja mempelajari bahasa isyarat agar bisa semakin dekat dengan Biqha. Agar bisa lancar berkomunikasi dengan gadis pujaanya semasa SMA itu.

" Seperti yang kamu liat...... Aku baik. Ayo maju... ! Giliranmu. "

Yoga merentangkan tangannya ke arah depan. Mempersilakan Biqha untuk maju ke kasir.

" Mbak, biar saya yang bayar sekalian ya... ! " Ucap Yoga pada kasir di depannya.

Dengan sigap Yoga mengambil belanjaan dari tangan Biqha, lalu meletakannya di meja kasir. Biqha langsung melambaikan tangannya cepat, memberi isyarat agar Yoga tidak perlu membayar belanjaannya.

" Jhanghan... " ( Jangan..... )

" Gak papa Biqha. Biar aku yang bayar. "

Biqha menarik lengan Yoga untuk menahannya mengeluarkan uang dari dompet. Tapi Yoga tidak menghiraukannya. Akhirnya Biqha pasrah. Setelah Yoga selesai membayar belanjaan, mereka pun keluar dari mini market tersebut.

" Biqha kamu udah makan siang belum? Temani aku makan siang yuk.... Mau gak? "

Semula Yoga ingin secepatnya kembali ke kantor, dan makan siang di kantor saja setelah bertemu klien. Namun karna merasa haus dia berpikir untuk mencari air mineral.Tak disangka dia bertemu dengan gadis pujaan hatinya dulu di mini market ini. Jadi seketika rencananya berubah.

" Mau ya... ! Sebentar aja. Nanti aku antar kamu balik lagi ke kantor kamu. Ok ? "

Melihat tampilan Biqha yang menggunakan kemeja dengan rok panjang, lengkap dengan blezer dan hijab pasminanya. Selayaknya tampilan karyawan kantoran, membuat Yoga berpikir kalau Biqha sama seperti dirinya yang sedang ada urusan diluar kantor. Atau sedang mencari makan siang diluar.

" Kamu kerja dimana Biqha? "

Biqha hanya menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Yoga. Dia merasa malu karena belum mendapatkan pekerjaan. Sementara Yoga langsung berubah ekspresinya setelah melihat Biqha menggelengkan kepalanya. Tersirat raut kecewa di wajahnya.

" Sebentar aja Biqha..... Gak akan lama kok. Lagian udah lama banget kita gak ketemu. Masa sekalinya ketemu mau berlalu gitu aja, tanpa ngobrol sama sekali. Mau ya... makan siang bareng.....? Biar bisa ngobrol sebentar. Kangen juga ngobrol sama kamu. "

Biqha tersenyum manis menanggapi kalimat terakhir yang Yoga ucapkan.

Biqha menjelaskan kepada Yoga, kalau dia menggelengkan kepalanya bukan karena menolak ajakannya. Tapi menjawab pertanyaannya yang terakhir tentang pekerjaan. Karena dia belum mendapatkan pekerjaan sejak lulus kuliah. Dan dia perpakaian rapi seperti ini, karena sedang mencari pekerjaan.

" Oh...... gitu. Kirain.... "

Yoga tertawa kecil. Kemudian mereka pun tertawa bersama.

" Ya udah yuk.... Kita cari makan ! Nanti kita lanjut ngobrolnya. "

Yoga pun berjalan menuju mobilnya di ikuti oleh Biqha di belakangnya. Yoga membukakan pintu mobil di sisi sebelah kiri untuk Biqha. Setelah memastikan Biqha duduk dengan nyaman, Yoga pun menutup pintunya. Kemudian dengan segera berlari menuju ke sisi kanan.

Dengan segera Yoga menyalakan mesin mobilnya, lalu melaju meninggalkan area tersebut.

Di dalam perjalanan Biqha memandang kagum pada Yoga. Yoga benar-benar tampan. Garis wajahnya kini lebih tegas. Ditambah lagi tubuhnya yang kini lebih proporsional, semakin membuat Yoga nyaris sempurna.

Biqha tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Yoga. Lelaki yang pernah beberapa kali mengungkapkan cinta kepadanya, semasa sekolah dulu. Tapi tidak pernah diterimanya, dengan alasan tidak mau pacaran sebelum lulus kuliah.

Itu bukan sekedar alasan, karena memang pendidikan yang menjadi prioritasnya. Dia takut kalau pacaran akan mengganggu fokus belajarnya dan berpengaruh pada nilainya. Semua itu bisa berpotensi dihapuskannya beasiswa untuknya.

Tentunya Biqha tidak mau itu terjadi, karena dia ingin mewujudkan cita-cita almarhum sang ayah. Yang ingin dia terus bersekolah hingga menjadi sarjana. Meski keadaan ekonomi keluarganya tidak bisa mendukung.

Karena itu Nabiqha harus bisa mempertahankan prestasinya, agar beasiswanya tidak di cabut dan bisa terus sekolah. Itu sebabnya dia tidak mau memikirkan masalah cinta-cintaan.

Meski ditolak berkali-kali, Yoga tidak pernah menyerah dan tidak pernah berubah sikap terhadap Biqha hingga mereka lulus. Kalau boleh jujur, sebenarnya Biqha memiliki kekaguman terhadap Yoga. Hatinya telah luluh dengan ketulusan dan perhatian Yoga.Tapi dia tetap mau memegang prinsipnya untuk tidak pacaran sebelum lulus kuliah.

Biqha masih menatap lekat pada Yoga yang fokus mengemudi. Hatinya berbunga-bunga mengingat masa lalu.

' Mikirain apa sih aku ini... gak mungkin kan Yoga masih punya perasaan yang sama sama aku. Dia juga pasti udah punya pasangan sekarang. Sadar Nabiqha..... sadar... '

Biqha bergumam dalam hatinya. Kemudian Biqha pun memalingkan wajahnya ke arah luar. Memandang jalanan yang ramai.

" Biqha kamu mau makan apa? " Tanya Yoga tetap memandang lurus ke depan.

Hening. tidak ada jawaban. Yoga pun menoleh ke arah samping melirik Biqha yang menatap ke jalanan.

' Oh iya, lupa. Biqha kan gak bisa denger ya. Bodoh lu Yoga. '

Batin Yoga mengatai dirinya sendiri.

Yoga menyentuh lengan Biqha dengan ujung jarinya, membuat Biqha berpaling ke arahnya. Dengan memainkan ekspresi wajah Biqha seolah bertanya pada Yoga 'ada apa? '

" Kamu mau makan apa? "

" Thertsherhah khammuh dja." ( Terserah kamu aja )

Indra pendengaran Biqha memang tidak berfungsi dengan baik, tapi Biqha bisa membaca gerak bibir dengan sangat baik.

" Khemmm..... Mie bakso di depan sekolahan kita dulu masih ada gak sih?" Tanya Yoga yang dijawab cepat oleh Biqha dengan mengangukkan kepalanya.

" Mhahshih. Hakhu jhugghak mhahshih shukha khehshannah. "

( Masih. Aku juga masih suka kesana. )

" Kita kesana aja apa ya ? "

" Bholheh. " ( Boleh. )

" Kangen juga sama mie baksonya mang Udin. Hehehe...... " Yoga terkekeh begitu pun Nabiqha.

Mereka pun menikmati makan siang mereka di warung mie bakso mang Udin. Sambil bercerita tentang masa lalu, mereka bercanda tawa bersama. Tidak perduli dengan tatapan pengunjung lainnya yang menatap mereka dengan tatapan aneh. Lebih tepatnya menatap ke arah Nabiqha. Gadis berhijab yang ayu namun bersuara aneh, alias gaguk.

Nabiqha sendiri sudah tidak risih lagi dengan pandangan seperti itu. karena dia sudah terbiasa dengan tatapan orang-orang kepadanya. Bahkan dulu dia juga pernah dibuly karna kekurangannya itu. Jadi tatapan-tatapan aneh itu bukan masalah baginya.

Mereka terus mengobrol di sela-sela makan mereka. Dengan wajah yang berseri-seri, Yoga selalu menatap lekat Biqha setiap kali obrolan mereka terjeda. Dan Biqha selalu tersipu mana kala menyadari tatapan Yoga itu.

" Jadi..... Sekarang kamu udah punya pacar dong ya Bi ? " Tanya Yoga secara tiba-tiba.

Melihat jemari Biqha yang masih polos tanpa ada satu pun cincin yang melingkari, Yoga mengambil kesimpulan bahwa Biqha pasti belum menikah. Tapi soal pacar dia tidak bisa memprediksi. Itu membuatnya penasaran.

" Secara dulu kan.... Kamu selalu nolak aku karena kamu bilang gak mau pacaran sebelum lulus kuliah. Sekarang kan kamu udah lulus jadi..... kamu pasti udah pacaran kan sekarang ? " Sambungnya.

Biqha menggelengkan kepalanya malu-malu.

" Belum...? "

Yoga masih bertanya dengan tatapan tidak percayanya. Sedangkan Biqha mengangguk malu.

" Masa sih?" Tanyanya lagi.

" Mhanhah hadha yhang mhahu shhammah hakhu Gha. " ( Mana ada yang mau sama aku Ga. )

Ucap Biqha sembari menunduk sedikit.

" Hakhu bheghinnih. shemmuhah lhakhkih-lhakhkih phashthih mhalhuh dhekhket shhammah khakuh. " ( Aku begini. Semua laki-laki pasti malu deket sama aku) tambahnya lagi.

" Aku mau sama kamu Bi. Aku gak malu sama sekali. Justru aku bangga bisa deket sama kamu. Karna kamu itu istimewa buat aku." Sanggah Yoga dengan cepat.

Biqha langsung tersipu. Wajahnya merona mendengar kalimat yang diucapkan Yoga. Tidak menyangka lelaki itu akan mengatakan kalimat-kalimat seperti itu lagi. Meski mereka sudah tujuh tahun lamanya tidak bertemu.

Hening sejenak. Dengan raut wajah yang sama-sama tersipu malu mereka terdiam menikmati suasana dan perasaan masing-masing. Kemudian Yoga berusaha mengalihkan pembicaraan agar tidak terjadi kecanggungan.

" Khemm..... Jadi kamu masih sering main kesini setelah lulus ya?"

" Khalhau lhaghih phenghen bhakhsoh dja. " ( Kalau lagi pengen bakso aja )

" Kalau aku baru kali ini nih.... main lagi kesini setelah lulus." jelas Yoga.

" Walaupun udah dua tahun balik kesini, baru kali ini sempet main kesini lagi. Gara-gara ketemu kamu nih.... Jadi kangen ngebakso disini." terang Yoga lagi.

Yoga pun menceritakan kalo dia baru dua tahun ini pulang menetap lagi di Indonesia. karena sebelumnya dia menetap di London inggris, untuk menyelesaikan pendidikannya hingga S2.

Biqha hanya manggut-manggut menanggapi cerita Yoga. Sembari mengingat kenangan dulu, dimana Yoga sempat berpamitan dengannya sebelum berangkat ke London.

Yoga juga sempat membujuknya untuk ikut kuliah di London. Dan berkata akan berusaha membantunya mendapatkan beasiswa kesana. Tapi dia menolaknya. Karena tidak bisa meninggalkan ibunya yang berjuang sendirian demi hidupnya dan sang adik.

" Rasa baksonya masih sama enaknya ya... kayak mang udin yang bikin. Walaupun sekarang udah anaknya yang ambil alih " Ucap Yoga membuyarkan lamunan Biqha.

Biqha terkekeh lalu menjawab.

" Nhammahnyhah djhugghah hannhaknyhah" ( Namanya juga anaknya )

" Iya ya...... Udah pasti diajarin bapaknya racikkannya. " Yoga pun ikut terkekeh geli.

Setelah mereka selesai makan siang, Mereka pun beranjak dari tempat mereka duduk. Saat berjalan menuju parkiran, Yoga tiba-tiba memberikan kartu namanya pada Biqha.

" Bi, datanglah ke kantorku besok. Kebetulan kemarin salah satu staf keuanganku resign. Karna sudah hamil besar dan suaminya tidak mengijinkanya bekerja lagi. Sesuai dengan jurusanmu, ekonomi akuntansi kan? Semoga kamu bisa bergabung di perusahaanku ya Bi. " Ucapnya penuh harap.

Biqha mengangguk mantap sembari mengucapkan 'amiin' dalam hatinya. Berharap hal yang sama seperti yang Yoga ucapkan.

Biqha melirik sekilas pada kartu nama di tangannya. Tertulis disana nama Prayoga Hermawan, CEO. Biqha tidak heran karena setaunya Yoga memang seorang keturunan 'sultan'. Keluarganya mempunyai perusahaan besar dengan banyak cabang.

Kali ini Biqha optimis bisa mendapat pekerjaan dengan bantuan Yoga. Mengingat kata-kata manis Yoga tadi di dalam sana, yang jelas mengatakan kalau dia masih menaruh hati terhadapnya.

Gak masalah kalau harus melalui jalan nepotisme untuk mendapatkan pekerjaan. Yang penting dirinya punya kesempatan untuk bisa bekerja. Dan setelah itu dia akan membuktikan kalau dia punya kemampuan, dan layak untuk menjadi karyawan disana. Begitulah pemikiran Biqha saat ini.

* maaf ya... kalau tulisannya berantakan. karena saya masih sangat... sangat.... sangat amatir dan gak punya banyak pengetahuan cara menulis yang baik.

Ini juga nekat coba-coba untuk menuangkan imajinasi disini. Semoga ada yang suka ya sama ceritanya.

Sumpah...... deg-degan banget..... *

Bab 2. Mengenang kisah cinta pertama

Di sebuah ruangan Yoga duduk di balik meja kerjanya. Tangannya memegang pena tapi tidak digunakan untuk menulis, melainkan dimainkan saja. Terkadang diputar-putar, terkadang diketuk-ketukan ke meja sembari terus melamun.

Setelah kembalinya dari makan siang tadi, nyatanya Yoga bukannya bekerja. Dia malah sibuk melamun sambil terus tersenyum, mengingat kejadian tak terduga tadi siang. Dia tidak menyangka bisa bertemu kembali dengan Nabiqha Azzahra. Gadis pujaan hatinya saat SMA dulu.

Dia terus menerus melamun terkenang kejadian siang ini. Semakin larut dan semakin menerawang jauh ke masa lalu, mengenang kisah kebersamaanya dengan Biqha.

Flashback sepuluh tahun yang lalu....

Yoga remaja memang termasuk cowok yang agak lemah, untuk ukuran remaja laki-laki pada umumnya. Ditambah tubuh cungkringnya serta sifat penakut dan selalu bergantung pada sahabatnya Erick, membuatnya tak jarang mendapat bulian. Baik itu dari teman-temannya atau bahkan dari seniornya di sekolah.

Yoga sering dikatai 'anak mama' karena dianggap cengeng setiap kali mendapat gangguan dari temannya.

Yoga anak semata wayang. Karena itu orang tuanya sangat memanjakannya dan protektive terhadapnya, terlebih sang mama.

Bagaimana tidak, bukan hal yang mudah bagi orang tuanya untuk mendapatkan buah hati. Butuh perjuangan dan proses yang panjang hingga memakan waktu bertahun-tahun lamanya. Bahkan saat di dalam kandungan pun Yoga harus dijaga ekstra hati-hati.

Itulah mengapa dia sangat di manja oleh orang tuanya. Namun itu justru membuatnya tidak bisa mandiri. Cenderung menjadi penakut. Karena sejak kecil sudah terbiasa ekstra terjaga. Gak boleh main ini, gak boleh itu. Nanti takut ini, nanti takut itu.

Saat ini, dibelakang gudang sekolah. Yoga sedang berjongkok menangis sendirian. Bersembunyi sehabis dibuli teman-teman sekelasnya.

Karena pagi ini orang tuanya datang ke sekolah, komplain kepada pihak sekolah tentang pembulian yang terjadi padanya. Tentu pihak sekolah memberikan peringatan kepada teman-temannya tersebut. Namun bukanya jera, mereka malah semakin membulinya. Apalagi mereka tau saat ini pelindungnya, Erick sang sahabat sedang membolos.

" Khammuh khennaphah? "

( Kamu kenapa? )

Tiba-tiba terdengar suara menghampirinya.

Biqha yang baru saja membantu guru olahraga membawa beberapa peralatan ke dalam gudang. Melihat sebagian punggung Yoga yang berguncang, seperti sedang terisak dibalik tembok belakang gudang. Biqha pun menghampirinya.

Yoga dengan cepat mengusap wajahnya dan menoleh ke arah asal suara. Dia melihat seorang siswi berhijab, yang mungil dan cantik sudah ada disebelahnya.

Dia tidak begitu mengenal gadis yang saat ini ada didekatnya, tapi dia tau kalo gadis itu adalah teman sekelas dari sahabatnya. Dia tau karena pernah beberapa kali melihatnya, saat menemui Erick di dalam kelas pada jam istirahat.

Mereka memang tidak sekelas saat SMA, karena Erick masuk di kelas unggulan. Ya... meski agak badung, sahabatnya itu memiliki otak yang sangat cerdas.

" Khammuh khapphai dhishinnih? "

( Kamu ngapain disini? ) Tanya Biqha.

Yoga hanya terpaku melihat Biqha. Karena kurang mengerti apa yang diucapkannya. Biqha yang paham kalau Yoga pasti tidak mengerti, dengan cepat mengambil notes kecil dan pulpen dari saku seragamnya. Kemudian menulis disana. Setelah itu menyerahkan notesnya pada Yoga.

// kamu kenapa? lagi ada masalah ya? //

Yoga pun menggelengkan kepalanya setelah membaca notes Biqha. Tiba-tiba lonceng tanda istirahat pun berbunyi.

Biqha melihat jam dipergelangan tangannya. Waktu menunjukkan saatnya jam istirahat. Namun melihat mata Yoga yang basah dan wajahnya yang muram, dia memutuskan untuk menemaninya. Biqha berpikir tidak jadi masalah, karena dia punya waktu sampai jam istirahat berakhir.

Kemudian Biqha mengambil notesnya kembali dan menulis lagi lalu menyerahkan pada yoga.

// kalau kamu butuh temen cerita, aku bisa kok jadi pendengar yang baik. walau mungkin gak kan bisa membantu menyelesaikan masalahmu.... tapi setidaknya bisa membuat kamu sedikit lega. //

Selesai membaca notes itu, Yoga kembali beralih pada Biqha. Dan Biqha tersenyum manis sekali padanya. Senyum Biqha bagai penenang bagi Yoga.

Biqha yang masih mengenakan baju olah raga, mendudukan tubuhnya bersandar pada tembok di sisi samping gudang. Kemudian menatap Yoga dan tersenyum kembali.

Yoga seperti terhipnotis dengan senyum Biqha. Dia pun ikut menjatuhkan bokongnya duduk di sebelah Biqha. Yoga menceritakan masalahnya. Biqha pun mengamati dengan seksama. Karena pendengarannya kurang baik, jadi Biqha terus menatap wajah yoga agar bisa membaca gerak bibirnya.

" Therhus..... khammuh...... shemmbhuyih... dhishinnih ? "

( Terus... kamu.... sembunyi... disini? )

Biqha sengaja mengucapkan secara perlahan dan terbata agar yoga bisa memahami ucapannya.

Yoga yang mulai paham mengangguk cepat.

" Khem..... Chemmhen. "

( Khem..... Cemen.)

Seketika raut wajah Yoga berubah mendengar Biqha mengatainya 'cemen'. Yah... kata itu yang Yoga tangkap dari ucapan Biqha barusan.

Melihat wajah Yoga yang berubah kesal, Biqha tersenyum kecil sambil mengelengkan kepalanya pelan. Biqha pun kembali menulis di notesnya. Sementara Yoga hanya terdiam memperhatikan biqha yang sedang menulis. Setelah selesai Biqha memperlihatkannya.

// kamu kan cowok... masa sembunyi cuma gara-gara dikata-katai, dijahili terus dibuli doang. Itu artinya kamu lemah, kamu kalah dan mereka menang. //

Biqha kembali menulis. Begitulah caranya berkomunikasi bila teman-temannya tidak mengerti apa yang dia ucapkan. Apalagi kalau harus mengucapkan kalimat yang panjang.

// Kamu lihat aku. aku tidak bisa mendengar. Suaraku aneh dan ucapanku juga tidak jelas. Teman-teman memanggilku dengan sebutan 'si gaguk'. Mereka bilang suaraku aneh seperti suara dinasaurus. Tapi aku gak memperdulikannya. **Kare**na ucapan mereka itu gak penting. Kalau kamu terus mendengarkan ejekan mereka, kamu sendiri yang akan rugi. Seperti sekarang kamu menjadi terpuruk sendiri. Membolos saat jam pelajaran akan membuatmu jadi tertinggal. Sedangkan mereka akan semkin senang melihat keterpurukanmu. Jadi abaikan saja mereka ! Selagi mereka tidak berlaku kasar padamu, jangan hiraukan mereka. Kalaupun mereka sampai berlaku kasar, kamu jangan takut. Lawan saja mereka ! Kamu kan cowok, harus berani ! Masa kalah sama aku yang cewek, gaguk lagi. Lagi pula mereka kan sudah dapat peringatan dari kepala sekolah. Jadi kalau mereka berani main kasar, mereka pasti akan dapat sanksi dari sekolah. Jadi kamu gak perlu takut. //

Yoga menatap Biqha dan tersenyum tipis. Begitupun sebaliknya, Biqha tersenyum memberi semangat padanya. Kata-kata biqha menjadi semangat tersendiri baginya.

" Hangghap shadjha mherhekhah hannjhing yhang shukhah mhekhnghong ghong."

( Anggap saja mereka a****g yang suka menggongong )

Ucap Biqha sambil menepuk pundak Yoga.

" Khamuh khafhilhahyhah. "

( kamu kafilahnya )

Lanjut Biqha kemudian menunjuk pada Yoga.

Yoga mengangguk dan tersenyum lebar. Kata-kata semangat dari Biqha, seperti suntikan vitamin yang masuk ke dalam tubuhnya yang lemah. Dia menjadi segar dan kembali bertenaga.

" Makasih ya... Udah mau nemenin aku. "

Biqha tersenyum manis.

" Aku Yoga. "

Yoga mengulurkan tangan ke hadapan Biqha.

" Hakhuh thahuh. "

( Aku tau )

" Hah ? "

Yoga bingung dengan maksud Biqha. Dia menggaruk-garuk kepalanya.

Biqha menunjukkan ke arah sisi kiri seragam Yoga disana ada nametag 'PRAYOGA HERMAWAN'

" Oh... "

Lalu mereka pun tertawa bersama.

" Hayhoh khithah khembahlih khe khelhas. Jham histhiyakhat shudhah mhauh habbhis"

( Ayo kita kembali ke kelas. Jam istirahat sudah mau habis. )

" Ayo.... "

Yoga pun mengikuti langkah Biqha yang sudah lebih dulu bangkit dari duduknya dan beranjak menjauh dari sana.

" Eh.. ... tunggu ! Nama kamu siapa ? "

Tanya Yoga.

Tapi Biqha mengabaikanya dan terus berjalan ke depan.

" Hei..... "

Panggil Yoga pada Biqha.

" Oh iya...... Dia kan gak bisa denger ya.... "

Seketika Yoga baru teringat kalau cewek yang bersamanya tadi tuna rungu. Yoga pun langsung berlari mendekatinya, dan segera meraih tangannya.

" Nama kamu siapa ? "

Karena Biqha masih menggunakan baju olahraga, jadi Yoga tidak bisa melihat nametag nya.

Biqha tersenyum, kemudian meraih telapak tangan Yoga yang menariknya tadi. Lalu menulis namanya disana. Setelah itu dia melambaikan tangan dan pergi berlalu kembali ke kelasnya.

Yoga memandangi telapak tangannya dengan bahagia.... karena merasa mendapat teman baru. Atau mungkin perasaan bahagia yang lebih dari itu.

Sejak hari itu, mereka jadi semakin dekat. Tiap kali jam istirahat, Yoga selalu datang ke kelas unggulan untuk menemui sahabatnya dan juga Biqha. Meski mereka gak selalu bisa bareng, karna Biqha dan Erick yang gak bisa akur. Selalu ada aroma persaingan diantara sahabatnya dan Biqha. Karena Erick dan Biqha adalah rival yang selalu berebut posisi pertama di sekolah.

Semakin hari Yoga semakin kagum pada sosok Nabiqha. Nabiqha yang penuh semangat, mandiri, cerdas, baik, sopan, lemah lembut, sederhana dan juga kuat. Sedikit banyak telah membantu mengubah Yoga menjadi sosok yang lebih berani, lebih percaya diri dan lebih mandiri. Biqha sering berkata pada yoga.

" Laki-laki itu gak boleh manja. Laki-laki harus jadi pemimpin, jadi imam. Jadi gak boleh manja. "

Lama kelamaan rasa kagum itu berubah jadi rasa sayang, rasa cinta... rasa ingin memiliki. Dan semakin hari rasa itu semakin tumbuh.

Suatu ketika dibagian belakang gedung sekolah, Yoga kembali diganggu oleh teman-temannya saat Erick sedang membolos. Yoga memberanikan diri melawan mereka. Meski seorang diri sedang mereka berempat. Yoga tetap melawan, seperti yang Biqha katakan dia 'tidak boleh takut'. Yoga tidak mau lagi terlihat lemah. Hingga mereka pun berkelahi, lebih tepatnya Yoga dikeroyok oleh mereka.

" SHETTTOOOOPPPPPH..... "

( STOOOPPPP....)

Terdengar teriakan dari kejauhan yang tidak jelas. Tapi siapapun pasti tau itu suara siapa, karna hanya satu orang yang memiliki suara unik sepertinya.

Tak berselang lama, Biqha sudah berada ditengah-tengah mereka. Berhasil melerai dan langsung berdiri di depan Yoga berusaha melindunginya. Gadis mungil itu seakan tidak punya rasa takut. Dia menghalau empat lelaki dengan postur tubuh yang jelas lebih besar darinya.

" Hei.... gaguk. Lo gak usah ikut campur deh, ini urusan cowok. Minggir lo... "

Bentak Aldi yang berlagak seperti ketua genk.

" Tau nih. Minggat sono.... Belajar aja di perpus. Jangan kepo sama urusan orang. " Tambah yang lainya.

" Hakhuh ghakh hakhan bhiarh...."

( Aku gak akan biar....)

" Akkhhhh.... udah lah. Capek gue dengerin si gaguk ngomong. Pusing. "

Potong Aldi cepat sebelum Biqha menyelesaikan kalimatnya.

" Hari ini cukup. Awas aja lo kalau berani ngelaporin kita lagi. "

Tambahnya kemudian beralih pada Yoga.

" Yuk cabut..... "

Selepas kepergian mereka, Biqha gegas membantu Yoga dan memapahnya ke UKS.

Biqha dengan lembut membantu membersihkan luka-luka di wajah Yoga dengan alkohol. Setelah itu mengoleskan obat di setiap lukanya. Pelipis kiri dan sudut bibir Yoga berdarah. Kedua pipinya dan kening sebelah kanan memar. Cukup parah memang, tapi yoga tidak menyesal.

Karena meski hanya sekali dua kali, Yoga berhasil juga membalas pukulan mereka. Dan dia bangga akan hal itu. Sebab ini pertama kali dalam hidupnya dia berkelahi. Apalagi imbasnya dia bisa dapat perhatian dan kelembutan dari sang pujaan hati.

" Biqha.... aku sayang kamu."

Biqha langsung terpaku, terkejut tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Yoga meraih tangan yang sedari tadi mengoleskan obat di wajahnya, dan menggenggamnya dengan penuh perasaan.

" Aku akan berubah Bi... Aku gak akan biarkan mereka menindasku lagi. Aku juga udah belajar beladiri sama Erick. Supaya aku bisa jadi cowok yang kuat dan bisa selalu di andalkan. Aku pengen jadi pelindungmu Bi.... Aku gak akan biarin siapa pun ngata-ngatain kamu. Sekalipun itu Erick, sahabatku sendiri. "

Biqha tidak bisa berkata apapun, dia masih sangat terkejut. Dadanya berdebar-debar dengan pernyataan dan sikap Yoga padanya saat ini.

" Aku pengen kita sama-sama terus kayak gini Bi...."

Tambahnya sambil menatap lekat dan penuh harap pada Biqha.

" Biqha... mau ya jadi pacar aku !"

Bola mata Biqha membulat sempurna. Mulutnya ternganga tak percaya, dan jantungnya semakin berdegub kencang.

" Bi..... mau kan..... kita pacaran ? "

Harapnya masih mengenggam erat tangan Biqha.

Biqha masih terdiam. Bingung harus berkata apa.

" Biqha..... " panggil Yoga sekali lagi.

Satu detik, dua detik, tiga detik...

" Mhahaf Gha'..... Hakhuh ghakh bhishah. "

( Maaf Ga'.... Aku gak bisa.)

Biqha menatap sendu pada Yoga.

Kemudian Biqha menarik tangannya dari genggaman Yoga. Terlihat jelas raut kekecewaan diwajah Yoga.

" Hakhu ghakh mhahu phacharhan dhulhu shamphai hakhu lhulhus. Hakhu mhahu fhokhus bhelhajhar shamphai jhadhi sharjhanhah. Shepherthi harhaphan halmharhum ahyhahkhu. Mhahaf yhah Gha'..."

( Aku gak mau pacaran dulu sampai aku lulus. Aku mau fokus belajar sampai jadi sarjana. Seperti harapan almarhum ayahku. Maaf y Ga'...)

Yoga tersenyum miris, mencoba menerima kenyataan dan memaklumi alasan Biqha.

" Bukan karena kamu gak suka sama aku kan Bi...?" Tanyanya masih tidak percaya

Biqha melambai-lambaikan kedua tangannya cepat, di sertai gelengan kepala.

" Khammhuh bhaikh. Hakhuh shenneng bhishah phunnyakh themmhen khayyakh khammuh"

( Kamu baik. Aku seneng bisa punya temen kayak kamu.)

Meski kecewa dan patah hati. Tapi Yoga tetap bersyukur Biqha masih mau berteman denganya. Apalagi terbukti setelah hari itu, Biqha tidak berubah terhadapnya. Tidak menghindar dan menjauhinya. Cukup baginya bisa tetap dekat dengan Biqha sebagai temannya saat ini.

Bab 3. Mengenang kisah cinta pertama 2

Tahun kedua di SMA, Yoga berhasil masuk ke kelas unggulan. Sekelas dengan sahabatnya dari kecil dan juga pemilik hatinya sungguh membuatnya bahagia.

Hari-harinya terasa semakin indah. Walaupun cintanya dulu ditolak, tapi Yoga tidak lagi kecewa. Karena nyatanya sekarang dia justru semakin dekat dengan Biqha.

Meski hanya berstatus teman saja, tapi Yoga merasa memiliki harapan besar suatu saat bisa mendapatkan cintanya. Karena yang dia tau sampai detik ini, hanya dirinya saja teman deket cowok yang Biqha punya.

" Kamu bawa apa Bi? "

Melihat Biqha berjalan memasuki pelataran sekolah dengan tiga kotak besar di tangannya, dua di kanan dan satu di kiri. Yoga segera menghampirinya dan meninggalkan Erick di belakangnya.

" Khuweh. Hakhuh mhahu thithip dhih khannthin. "

( Kue. Aku mau titip di kantin )

" Kamu mau jualan kue? "

Tanya Yoga bersemangat.

Biqha mengangguk. Dengan sigap Yoga mengambil 2 kotak besar berisi kue-kue itu dari tangan biqha.

" Rick.... bantuin dong ! "

Dengan gerakan kepalanya, Yoga memerintahkan Erick untuk mengambil satu kotak yang ada pada Biqha.

" Gue..? "

Erick menghadapkan jari telunjuknya ke wajahnya sendiri.

" Ngapain..? Kan udah ada elo. Katanya mau jadi pelindung si gaguk. Mau jadi orang yang selalu bisa dia andelin. Ya udah..... Usaha sendiri lah. Jangan minta tolong sama gue. "

Ucap Erick bernada sindiran itu.

" Erick...... "

Sentak Yoga dengan tatapan tajam.

Yoga tidak suka dengan perkataan sahabatnya. Biqha pun langsung mengerucutkan bibirnya, karena merasa kesal dengan sikap Erick.

" Bhilhang hadjha khammuh ghakh mhahu bhanthuhin hakhuh. "

( Bilang aja kamu gak mau bantuin aku )

" Nah itu tau... Lagian percuma gue bantuin juga. Lo gak bakalan bilang terima kasih sama gue. Buat apa gue susah-susah bantuin lo. "

Ucap Erick ketus sambil bersidekap tangan di dada. Membuat Biqha semakin mendengus kesal. Kemudian Biqha beralih pada yoga, karena malas meladeni Erick yang menyebalkan.

" Gha'.... Khamhuh mhahuh chobakhin ghakh? "

( Ga'....... kamu mau cobain gak? )

Biqha membuka tutup kotak yang ada ditangannya. Didalamnya ada berbagai macam gorengan. Ada risol, pastel, tahu isi, bala-bala, dan lain sebagainya. Biqha juga menawarkan Yoga kue-kue basah yang ada di dua kotak yang dia bawa.

Lagi- lagi Erick membuat Biqha kesal. Saat dia masih menawarkan pada Yoga, Erick lebih dulu mengambil gorengan dalam kotak yang dia pegang. Tidak hanya satu, melainkan dua sekaligus. Biqha langsung melotot pada Erick sangking kesalnya.

" Jangan pelit.... Nanti rejekinya seret. Lagian itu mata gak usah dipelotot-pelototin gitu. Mata lo tetep aja sipit, gak bakal jadi belok. " Erick berkata sambil memakan gorengan dengan santainya.

" Rick... jangan gitu dong ! Inikan buat dijual."

" Khmmm.... Lumayan...."

Erick bergumam sambil terus mengunyah gorengan yang ada di tangannya, tanpa mau menanggapi ucapan Yoga.

" Gha' ... Khammuh chobbhahin jhuggakh..."

( Ga'...... Kamu cobain juga )

" Gak usah Bi. Yuk.... Aku bantu bawain ke kantin. "

Ajak Yoga sambil menenteng kedua box di tangannya.

" Jangan sok jual mahal. Pastelnya lumayan enak loh Ga'. Lu kan suka pastel. "

Biqha mengambil pastel lalu menyodorkan ke arah mulut Yoga. Yoga yang tadi sempat menolak, berubah pikiran. Karena tidak mau menyia-nyiakan kesempatan makan langsung dari tangan Biqha. Rasanya benar-benar enak. Apalagi ditambah dengan hati yang berbunga-bunga, pastelnya jadi semakin terasa nikmat.

" Khemmmm... Tadi aja sok gak mau. Sekarang lahap bener..... " Ledek Erick melihat Yoga yang makan dengan lahap sambil senyum-senyum itu.

Yoga dan Biqha pun melangkah masuk beriringan menuju kantin. Lalu diikuti oleh Erick di belakang mereka.

***

Siang itu saat lonceng baru saja berbunyi, Yoga bergegas ingin berhambur keluar kelas karena merasa mendapat panggilan alam.

" Rick, gue mau ke toilet dulu ya. Tungguin gue.... jangan kemana-mana dulu ! "

Perintah Yoga sambil memenggang perutnya yang terasa tak nyaman.

" Yaelah...... Gue udah laper nih. Tadi gue gak sempet sarapan soalnya. "

Keluh Erick sambil berkacak pinggang.

" Iya. Bentaran doang kok. Ya... ! "

Yoga langsung berlari kecil ke luar kelas menuju toilet. Saat hendak melewati Biqha, dia pun menyempatkan menepuk pundak Biqha. Memintanya menunggu saat Biqha sudah mengalihkan pandangan ke arahnya.

" Bi... tungguin ya ! Aku mau ke toilet bentar. "

Yoga pun berlalu tanpa sempat mendengar jawaban dari Biqha

Semenjak mereka sekelas, Yoga, Biqha dan Erick selalu bersama. Walaupun akan ada saja drama perdebatan antara Erick dan Biqha, secara mereka adalah rival sejati. Namun Yoga selalu menjadi jalan bagi mereka untuk berdamai.

Di dalam toilet, tiba-tiba saja dari ruang closed Yoga mendengar percakapan seorang siswa dengan temennya.

" Udah..... udah.... Masih senyam-senyum aja."

" Makin hari makin cantik aja tuh cewek. " ucap seorang siswa.

kemudian terdengar suara gemericik air....

" Gue akuin sih Biqha emang cantik. Apa lagi senyumnya....manis banget." Tanggap seorang teman.

' Hah... kok Biqha? Biqha...... Nabiqha gue maksud mereka? '

Yoga bertanya-tanya dalam hatinya.

" Terus lesungnya itu loh.... Gemesin banget. " Tambah siswa itu lagi kepada temannya.

" Iya. Sebenernya Biqha itu termasuk tipe gue tau Van. Imut-imut, manis, pinter. Sayang aja gaguk. Kalau udah denger suaranya jadi illfeel. " Terang temannya.

' Fix. Ini sih Biqha. Biqha gue yang mereka omongin. '

Batin Yoga bergumam lagi.

" Ya itu sayangnya. Kalau aja dia gak gaguk, udah gue pacarin dari dulu. Bakal gue pepet terus..... Gak akan gue lepas. "

' Sialan.... '

Umpat Yoga dalam hati sambil mengepalkan tangannya.

" Ya udah Van...... Coba aja lo pacarin dia. Kan lumayan. Daripada jomblo. "

" Mikir juga kali gue Yud, kalau mau macarin dia. Masak gue keren gini punya pacar gaguk. Tampang sih ok, tapi..... kalo ngomongnya begitu, ya malu juga lah gue. "

" Kwha..kha... haha.... " Tawa mereka pun terdengar menggelegar dalam ruangan tersebut.

Sementara di dalam Closed, Yoga benar-benar geram mendengarnya. Dia bergegas menyelesaikan urusannya, dan segera keluar ingin melabrak siswa yang membicarakan Biqha tadi. Tapi sayangnya mereka sudah menghilang....

***

Sekembalinya dari kantin......

Yoga dan Erick sudah duduk di kursinya masing-masing, sembari menunggu waktu istirahat selesai. Tempat duduk mereka memang bersebelahan, tidak dengan Biqha yang jauh di depan.

Sebenarnya saat pertama kali masuk kelas ini, Yoga inginnya duduk dekat Biqha di depan. Tapi karena Erick tidak suka di depan, dan dia memaksa Yoga duduk di dekatnya. Jadilah sekarang mereka duduk bersebelahan di baris paling belakang.

" Rick...... " panggilnya sembari menyenggol lengan Erick.

" Khem... " Erick hanya berdehem saja sambil tetap fokus pada buku yang di bacanya.

Yoga menggeser kursinya lebih dekat pada Erick, agar bisa berbincang dengan sahabatnya itu tanpa terdengar oleh teman yang lain.

" Ada yang naksir Biqha selain gue Rick. "

" Ah....? " Erick menoleh dengan ekspresi datarnya

Yoga mulai bercerita tentang kejadian di toilet tadi.

" Dia bilang kalau Biqha gak 'begitu'...... dia pasti udah macarin Biqha dari dulu. "

" Begitu? apa maksudnya ? " Tanya Erick tidak mengerti.

" Yah.... begitu..... "

Jawabnya sambil memainkan jari menunjukan dengan bahasa isyarat.

" Oh...... "

Ucap Erick setelah paham.

Erick juga memahami bahasa isyarat karna Yoga memaksanya ikut kursus SIBI. Yoga tidak enak hati kalau harus menyebutkan kekurangan Biqha. Karena itu dia menyebut kata 'begitu' pada Erick.

Yoga benar-benar tidak suka, setiap kali mendengar ada yang mengatai Biqha 'gaguk'. Rasanya ingin marah kalau ada yang menyebut Biqha dengan panggilan 'gaguk' atau ' si T**i'. Bahkan saat Erick yang memanggil Biqha dengan sebutan itu pun, dia akan marah.

" Terus......? "

Tanya Erick yang masih berlagak cuek.

" Ya...... Gimana dong Rick ? "

Yoga merengek meminta saran pada sahabatnya.

" Gimana apanya ? Ya biarin aja lah. Lagian haknya dia mau suka sama siapa aja. "

Erick menoleh menatap sahabatnya yang kini berwajah lesu.

" Ya gue tau Rick. Semua orang punya hak buat suka sama siapa aja. Tapi kan Biqha punya gue. " Terangnya lagi pada Erick.

" Hah...? "

Erick mengangkat kedua alis dan membulatkan bola matanya, mendengar pernyataan Yoga barusan.

" Lo amnesia ? Lo udah ditolak mentah-mentah kali Ga'....." Terang Erick.

" Bukan ditolak. Dia cuma gak mau pacaran sebelum lulus kuliah. " Sanggah Yoga.

" Sama aja kali Ga'.... Itu namanya lo ditolak. " Tutur Erick lagi yang mulai kesel dengan sahabatnya ini.

Yoga tertunduk lesu. Membuat Erick menarik nafas panjang, karena tidak habis pikir dengan sahabatnya itu yang seakan tergila-gila akan cinta monyetnya.

" Lagian tadi lo bilang orang itu bakal macarin Biqha.... Kalau seandainya Biqha gak gaguk kan? "

" Rick.... " Yoga langsung menatap tidak suka pada Erick.

" Iya...iya... ' Begitu'. "

Erick meralat ucapannya dan menggantinya menggunakan bahasa isyarat.

" Orang itu bilangnya kan kalau se - an - dai -nya. Si Biqha itu gak ' begitu'. Baru dia mau macarin. "

Erick menegaskan kata seandainya, agar Yoga bisa mencerna kata-katanya dengan baik.

" Berarti dia masih mikir. Itu artinya dia masih waras. Pikirannya sehat. Gak kayak elo....... Error. "

Lanjut Erick menjelaskan dengan nada yang semakin kesal pada Yoga.

" Apaan sih lo Rick. Gitu banget sama sohib sendiri juga. Lagian kenapa sih lo gak suka banget gue sama Biqha ? "

Tanya Yoga yang ikut kesal mendengar omongan Erick.

" Bukannya gue gak suka...... Pertama. "

Erick menunjukkan satu jarinya.

" Dia 'begitu'. Kedua.... " lanjut Erick menunjukkan satu jarinya lagi.

" Lo udah ditolak. Dan ketiga.... Emang gak ada cewek lain apa? Ya ampun Ga'..... Lo itu udah ditolak sama dia, masssihhhh aja.... " Tambah Erick yang tidak bisa melanjutkan kalimat terakhirnya, karena tidak tau harus berkata apa lagi.

" Elo yang aneh. Orang gue cintanya sama Biqha, masa gue cari cewek lain. Lo belum pernah jatuh cinta sih...... Makanya gak tau rasanya kalau udah cinta tu gimana. "

Hening sejenak.......

" Emang siapa sih orangnya? " Tanya Erick penasaran.

" Gue gak tau. Gue gak liat orangnya cuma denger obrolan mereka aja. Tapi gue denger temennya manggil dia Van... Van.. gitu. " Jelas Yoga.

" Van...? Vandi? Evan? Ervan? Arfan juga ada tuh kakak kelas kita. Atau si Ivan temen basket kita ? "

Erick mencoba memprediksi.

" Tau....... "

Jawab Yoga dan langsung berlalu pergi menghampiri Biqha.

" Yeeee........ "

Kesal Erick melihat tingkah sahabatnya.

****

Sebenernya memang banyak siswa di sekolah yang mengagumi kecantikan Biqha. Sepertinya siapapun itu, pasti akan mengakui kalau Biqha itu cantik nan ayu. Meski dia tidak tinggi semampai seperti layaknya model yang banyak digandrungi cowok-cowok.

Namun bodynya yang imut, kulitnya yang putih mulus, dan mata yang agak sipit. Serta hidung mancung dan bibir tipis merah merona alaminya, mampu mempesona siapa saja yang melihatnya. Seperti ucapan siswa di toilet itu. Kalau saja dia bisa bicara normal, pasti dia akan jadi primadona di sekolah.

Menyadari hal itu, Yoga jadi cemas sendiri. Memikirkan adanya kemungkinan-kemungkinan cowok lain yang sedang berusaha mendekati Biqha.

' Gak.. Gak boleh. Biqha harus jadi pacar gue. '

Gumam Yoga dalam hatinya, saat sedang berbaring di ranjangnya sambil menatap langit-langit kamarnya.

Yoga membulatkan tekad untuk mengungkapkan perasaannya lagi pada Biqha. Yoga berpikir mungkin dulu momentnya tidak pas. Karena waktu itu Yoga lagi babak belur. Mukanya bonyok, gak keren sama sekali. Masa nembak cewek di UKS sekolah dalam keadaan babak belur. Benar-benar gak romantis.

" Gue harus tembak dia dengan romantis kali ini. Biar dia terharu, terus terima deh cinta gue. "

***

Pagi ini sesampainya di sekolah, Yoga langsung menghampiri Erick di tempat duduknya. Kebetulan pagi ini Erick yang lebih dulu sampai. Dia merapatkan kursinya di samping Erick. Kemudian mendekatkan wajahnya ke arah telinga Erick.

" Rick.... Rencananya gue mau nembak Biqha lagi. "

" HAH ? " Erick mengerutkan dahinya.

" Hadueh.... " Kemudian menggelengkan kepalanya.

" Kali ini gue mau nembak dia dengan cara yang romantis. " Jelas Yoga dengan semangat 45nya.

" Kira-kira kayak gimana ya Rick ? "

" Ya mana gue tau. Lo cari tau aja tuh di film-film romantis. " Jawab Erick jengah.

" Dinner romantis.... ?Liburan ke puncak...? atau.... Tembak dia di lapangan sekolah yang dihiasin ribuan mawar putih? Menurut lo gimana Rick? "

Tanya Yoga sambil menerawang jauh membayangkan momen-momen romantis itu.

Erick memegang kepalanya, lalu memijat pangkal hidungnya.

" Gak usah yang aneh-aneh deh Ga'. Pake dinner- dinneran segala macam. Kalo mau makan...... Udah ajak aja ke warung bakso mang Udin. Noh..... di depan. "

Tunjuk Erick dengan mendongakkan kepalanya ke depan.

" Yee..... Gue serius. " Tegasnya sambil memukul pelan lengan Erick.

" Katanya.... cewek itu suka kalo diromantisin. Jadi gue mau nembak dia dengan cara yang romantis. Biar dia terharu dan akhirnya nerima gue. Gitu Rick." Sambungnya lagi.

" Kalo diterima...... Kalo gak ? "

" Jangan gitu dong Rick...... Tega banget lo doain gue kayak gitu. "

Rajuk Yoga yang langsung meluluhkan tubuhnya dengan lemah.

" Lah..... Gue nanya. Bukan do'ain. Gimana kalo ntar lo ditolak lagi, hah ? "

Yoga terdiam. Semangat 45 nya luntur seketika.

" Makanya lo bantuin gue dong.... ..! " Mohonnya dengan memegang lengan Erick.

" Hah...? Gak...... Gak... Gak... Gak... "

Erick menggeleng-gelengkan kepalanya berkalai-kali.

" Ayolah Rick.... Bantuin gue ! " Rengeknya lagi.

" Gak... Gak... Gak... Gue pusing......Kepala Gue pusing... " Erick terus menggelengkan kepala sambil berlalu pergi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!