Hari ini tengah hujan dengan begitu deras. Cuaca dingin membuat Mike merasa kesal. Tapi kesendiriannya membuatnya tidak memperdulikan apapun yang ada di sekelilingnya. Dia tengah duduk di atas sebuah bangku yang begitu kotor di dekat pantai. Kekecewaan tampak begitu jelas di wajahnya dan hal itu terus membuatnya tampak berpikir keras. Sang Papa baru saja mengumumkan bahwa Papa nya itu akan menikah dengan seorang wanita yang hampir seusia dengan dirinya.
Papa Mike sudah berusia 49 tahun dan sekarang Mike sendiri berusia 24 tahun. Tidak ada masalah apapun dengan hal itu. Mike sudah melihat dedikasi Papa nya untuk dirinya selama ini dan Mike sangat menghargai hal itu. Tapi apa yang di permasalahkan oleh Mike adalah tentang wanita yang akan dinikahi oleh Papa nya Itu.
'Bagaimana aku bisa menerima seorang wanita untuk menjadi istri kedua Papa?
Apakah aku sendiri akan peduli kepada wanita itu?
Apakah aku bisa menghadapi untuk melihat kebahagiaan mereka sementara aku sendiri merasa terluka dari dalam?'
Pertanyaan itu terus muncul dalam kepala Mike. Dia lantas mengangkat jemarinya di udara memikirkan apa yang baru saja terjadi dan menyalahkan semua itu kepada Papa nya karena sudah memberikan dia banyak pekerjaan yang membuatnya sangat sibuk sepanjang hari.
Kegelapan dari lautan semakin mendekat ke arahnya. Dia terus melihat ke arah ombak yang tampak sedikit jelas di depan matanya dan mengetahui apa yang tengah dia lakukan. Dia pun menggelengkan kepalanya dia mencoba untuk memikirkan sesuatu hal yang lebih baik.
Sementara itu di tempat lain, Jane terlihat begitu penasaran dan juga gugup melihat seseorang yang berada di pantai yang tidak jauh dari kamar tempat dia menginap. Pria itu terlihat terluka dan juga mabuk. Caranya berjalan membuat Jane yakin bahwa pria itu tengah menangis.
Sekarang tengah hujan dan pria yang tidak lain adalah Mike itu tidak memiliki sebuah payung. Jane merasa bingung dengan apa yang harus dia lakukan, dia pun hanya bisa terus menatap ke arah pria itu.
Pria itu terlihat tampan dengan rambut yang hampir menyentuh pundaknya. Pria itu juga menggunakan jaket berwarna hitam yang membuatnya terlihat semakin tampan dan juga seksi.
Jane berpikir apa yang membuat pria itu menangis di tengah-tengah hujan.
"Mungkin karena kekasihnya. Apakah kekasihnya selingkuh dan dia merasa dikhianati? Atau mungkin istrinya berselingkuh darinya?" Ucap Jane.
Dia pun lantas berdiri karena terus memikirkan hal bodoh itu seraya tertawa. Kemudian Jane pun berdiri dan hendak masuk ke dalam kamarnya. Tapi dia langsung membeku..
"Apakah dia benar-benar serius?" Ucap Jane lalu berlari ke arah pria itu dan menarik pria itu ke tepian. "Apa yang salah dengan dirimu? Hei pria? Apakah kau mau membuatmu tubuhmu itu menjadi hal yang tidak berguna? Apakah kau tidak tahu bahwa ada banyak wanita yang memimpikan untuk bisa dicintai oleh pria seperti dirimu?" Ucap Jane kepada pria itu.
Jane tidak begitu familiar dengan tempat itu karena dia baru saja tiba di tempat itu, di mana dia belum pernah mengunjungi tempat itu sama sekali. Jadi dia pun menarik pria itu masuk ke dalam kamarnya.
Ini adalah malam pertama Jane berada di kamar hotel itu. Tapi sekarang dia diganggu oleh seorang pria yang tidak dia kenal dan Jane tidak punya pilihan lain selain untuk membawa pria itu masuk ke dalam kamarnya.
"Oh ya Tuhan, Kau sangat berat. Aku harus meminta bayaran darimu karena hal ini. Berapa tinggi mu ngomong-ngomong? Kenapa aku terlihat begitu pendek di sisimu? Apakah kau tahu, aku hanya 150 cm. Sekarang kau harus berjalan. Tidakkah kau merasa kasihan padaku? Oh ya, siapa namamu? Kenapa kau mau pergi berenang malam-malam begini? Upsss.... maaf, itu bukanlah kata yang benar. Kenapa kau mau mati?"
Dan Jane terus bicara bla bla bla seolah pria itu mendengarkan dirinya.
Dia langsung menendang pria itu saat dia menaruh pria itu di atas sebuah kursi.
"Hah!!! Kau benar-benar pria yang membuat masalah bagiku." Ucapnya.
Jane lalu membuka pakaian pria itu dan membantunya untuk masuk ke dalam kamarnya. Dia pun tertawa kecil karena ini adalah pertama kalinya dia menyentuh tubuh seorang pria dan perasaan menggelitik ada di dalam dirinya yang merasa terus penasaran.
Jane lantas mendorong pria itu di atas tempat tidur. Dia bernafas dengan cukup kelelahan dan pada akhirnya mulai santai. Dada pria itu tampak begitu bidang hingga sampai memperlihatkan otot di perutnya. Jane pun tertawa melihat ke arah tempat tidurnya yang basah karena pria itu.
Dalam satu kali melangkah dia menarik celana pria itu dan membuangnya ke dalam kamar mandi.
"Ini adalah pekerjaan yang tidak mudah bagiku. Hei, apakah kau tahu bahwa ini adalah pertama kalinya bagiku melihat tubuh seorang pria seperti saat ini. Tapi kenapa mereka mengatakan di dalam sebuah cerita novel romansa bahwa senjata seorang pria itu besar dan keras. Tapi, milikmu ini sangat lemah." Ucap Jane dengan penasaran.
Dia mendekat ke arah senjata milik pria itu dan memperhatikannya.
"Hmmm... menurut cerita yang aku baca dan ketahui, senjata ini akan bereaksi saat kau memegangnya. Hei, bisakah aku memegangnya. Sebentar saja, hanya ingin membuat rasa penasaranku ini menghilang." Ucap Jane dengan tertawa dan memegang senjata milik pria itu dengan keras. Tapi senjata milik pria itu terasa lembut dan juga lembek.
'Aha! Novel itu berbohong. Tidak ada reaksi apapun sama sekali.' ucap Jane dalam hati.
Jane pernah membaca sebuah novel dewasa yang mengatakan bahwa senjata milik seorang pria akan menjadi begitu kuat seperti besi jika itu bangun. Jane pun berdiri dan meninggalkan pria itu karena kecewa.
"Aduuhh....!!" Jane merintih karena salah melangkah yang membuatnya menginjak sebuah kursi yang patah.
Dia pun lalu terjatuh tepat di atas tubuh pria itu. Jane merasa begitu aneh karena ada sesuatu yang mengeras dan menyentuh perutnya. Kemudian dia pun bangun.
"Aaaaa....!! Ular...." Teriak Jane melompat yang membuat pria itu membuka matanya dan juga mulutnya, hendak mengatakan sesuatu.
Mata Jane semakin membesar saat melihat perubahan dari sesuatu yang dia lihat seperti sebuah mainan itu. Sementara itu, pria itu bernama Mike itu tampak mencoba untuk menjernihkan pandangannya dan mencoba bicara. Tapi Jane tidak menghiraukan dirinya. Tatapan Jane terus mengarah diantara dua paha Mike itu.
'Bagaimana itu bisa membesar? 1 menit yang lalu itu terasa begitu lembut seperti slime. Tapi sekarang tampak berdiri dengan begitu gagah seolah ada tulang yang tumbuh di dalamnya.' ucap Jane dalam hati.
Bersambung....
Jane merasa begitu terpana yang membuatnya berjalan mendekat dan meniup pedang itu untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya. Tapi Jane langsung terjatuh saat pria itu berdiri dan langsung memegang leher Jane.
Mata Jane membelalak sempurna dengan mulutnya yang terbuka. Dia bingung dengan apa yang tengah terjadi. Dia semakin bingung karena pria itu mulai melakukan hal yang tidak masuk akal baginya dan hampir membuatnya tidak bisa bernafas.
Jane ingin marah dan mengutuk pria itu. Namun, semakin dia bicara semakin pria itu menggerakkan tubuhnya dan membuat Jane tidak bisa mengatakan apapun. Pria itu bertingkah sangat aneh dan merubah posisinya dengan menaruh kedua kakinya di pundak Jane dan kemudian memegang kepala Jane seraya memaksa Jane untuk membuka mulutnya dengan lebar.
Gigi Jane menyentuh kulit senjata Mike dan dia bisa merasakan darah. Jane terus berusaha untuk mencoba bisa melepaskan dirinya sendiri. Tapi cengkraman pria itu cukup kuat dan memaksa Jane untuk membuka mulutnya lagi.
Jane menjadi sangat putus asa. Air mata Jane mulai terjatuh di pipinya, tapi sesuatu menarik perhatiannya.
'Sial. Apakah dia baru saja buang air kecil di mulutku?' tanya Jane dalam hati.
Tangan Mike terasa melonggarkan pegangannya, memberikan kesempatan bagi Jane untuk bisa kabur darinya.
Jane langsung berlari dengan cepat ke arah kamar mandi. Ada rasa lengket di dalam mulutnya yang membuat dia memuntahkan semua yang ada di dalam perutnya. Jane mengumpat kesal karena pria itu sudah begitu berani memperlakukan dirinya seperti itu.
Jane sebenarnya datang kemari untuk liburan dan bukan untuk menjadi sebuah toilet bagi orang lain. Jane berjanji bahwa dia tidak akan pernah melupakan kejadian memalukan yang dia alami malam ini. Bagaimanapun, Jane akan terus mengingat wajah pria itu di dalam kepalanya untuk bisa balas dendam, jika mereka bisa bertemu lagi nantinya.
Jane begitu marah, bahkan dengan sikat gigi saja tidak bisa membuat semuanya merasa lebih baik.
Dengan wajah yang tampak sangat marah, Jane kembali ke dalam kamar dan memaksa pria itu untuk bangun dengan menendang dan juga terus menampar pria itu. Tapi pria itu hanya tersenyum dan tertidur seperti dia tengah mendapat mimpi yang paling indah.
5 menit berlalu dan Jane masih berada di sana kelelahan menendang Mike. Dia duduk dan berpikir tentang apa yang baru saja terjadi kepadanya.
Jane berpikir bahwa beraninya pria itu melakukan hal seperti itu kepadanya. Dia lalu kembali berlari kembali ke arah kamar mandi dan memuntahkan lagi semua yang ada di dalam perutnya. Semuanya terasa aneh di dalam mulutnya dan dia mulai merasa tidak enak.
Jane terus menyumpahi Mike bahkan setelah memukuli dirinya secara terus-menerus hal itu tidak membuat Jane bisa merasa lebih tenang. Dia merasa begitu kotor dengan memikirkan apa yang sudah terjadi kepada dirinya. Dengan matanya yang terasa memanas, Jane sangat ingin memakan tubuh Mike saat ini juga.
Jane lalu berjalan ke arah Mike untuk kembali memukulinya. Tapi darah yang ada di sprei membuat Jane merasa begitu terkejut.
'Apakah aku sudah melukai pedangnya?' pikir Jane.
Jane lantas berlari dengan cepat ke arah Mike yang masih tertidur dan setelah itu dia pun bisa menghela nafas panjang saat dia melihat ke arah pedang milik Mike yang ternyata hanya tergores saja.
Bingung kenapa semua itu bisa terjadi, Jane pun hanya bisa membersihkan darah yang ada di seprei itu dan menaruh plester di pedang milik Mike yang diambil dari dalam tasnya. Jane bersyukur bahwa dia selalu membawa plester obat itu bersamanya.
Namun Jane merasa kesal lagi, dia Lalu menarik selimut untuk menutup tubuh Mike. Dia lalu pergi mandi dan mengemasi semua barang-barangnya. Namun dia melupakan ********** di kamar mandi.
Setelah memukuli Mike satu kali lagi, Jane pun kemudian langsung berjalan pergi ke arah meja resepsionis Untuk melakukan check out.
Resepsionis bertanya kepadanya, kenapa dia check out begitu terburu-buru. Tapi Jane hanya mengatakan kepada resepsionis itu bahwa dia mendapat sebuah panggilan darurat.
Jane tentu tidak mungkin mengatakan kepada resepsionis itu tentang hal bodoh yang sudah dia lakukan bersama dengan Mike di dalam kamarnya.
Jane lalu pergi tanpa berbalik lagi.
...****************...
Dalam perjalanan pulang, Jane tetap merasa tidak tenang. Pikirannya terus membayangkan tentang bagaimana seksi dan tampannya pria itu. Pipi Jane pun merona mengingat bagaimana siput itu berubah menjadi ular.
Jadi dia mencoba untuk menutup matanya dengan sangat erat. Mencoba untuk melupakan apa yang sudah terjadi padanya di kamar hotel itu. Itu adalah pertama kalinya Jane melihat tubuh seorang pria yang tidak mengenakan sehelai kain pun. Dan yang lebih parahnya, rasa penasaran Jane terhadap pedang, membuatnya malah mengalami hal yang tidak mengenakkan. Dimana hal itu tidak akan pernah bisa dia lupakan sepanjang hidupnya.
Beberapa saat kemudian...
"Nona, anda sudah tiba." Ucap pria yang duduk di kursi depan sejak tadi fokus mengemudikan mobilnya.
Jane yang duduk di kursi belakang dengan mata yang tengah tertutup langsung begitu terkejut mendengar ucapan pria yang terlihat berusia paruh baya itu.
"Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku sudah tiba?" Tanya Jane dengan arogan.
Pria itu tertawa. Dia lantas mengatakan kepada Jane, bahwa Jane sendiri lah yang sebelumnya sudah mengatakan kepada sopir taksi itu untuk mengatakan kepadanya jika dia sudah tiba di kota.
Jane pun tersadar dan mengingat semuanya. Dia pun meminta maaf dan tak lupa berterima kasih kepada sopir itu.
Sopir itu kemudian membantu Jane menurunkan barang bawaannya yang disimpan di bagasi mobil.
"Terima kasih Pak, dan sekali lagi saya maaf karena saya terlalu arogan." Ucap Jane dengan wajah yang tampak malu.
"Tidak apa-apa Nona, saya mengerti. Sepertinya Nona tengah mendapatkan masalah yang cukup berat. Bersemangat lah Nona, dan jaga diri anda." Balas sopir itu kemudian masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Jane yang masih berdiri di pinggiran jalan.
Setelah taksi itu sudah tak terlihat lagi, Jane pun kemudian pergi menuju salon miliknya yang terletak dekat dari tempat dia turun dari dalam taksi.
Sekarang sudah tengah malam, dan tidak ada orang di salon milik Jane. Jane tahu bahwa dia tidak mungkin bisa pulang ke rumah dengan kondisinya yang seperti ini. Mama nya pasti akan memarahi dirinya sampai pagi jika Sang Mama melihat dirinya dengan perasaan yang tidak senang seperti saat ini.
Setelah masuk ke dalam salon, Jane pun melihat ke arah sebuah sofa yang besar. Dia pun merasa bahwa dia butuh waktu untuk berbaring dan tidur sampai dia bisa melupakan pria bajingand itu.
Bersambung....
*Author Note:
Hai semuanya....
Mohon maaf ya jika ceritanya terlalu absurd... 😁😁🙏🙏
Iya karena memang seperti ini jalan awal ceritanya, semoga kalian bisa mengerti dan tetap suka ya*.... 😊😊
Beberapa saat kemudian di dalam kamar hotel itu....
"Mike bangunlah." Ucap Sang Papa berusaha membangunkan Mike dari tidur lelapnya.
"Hmmmm....." Mike merenggangkan otot tubuhnya dan menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
Mike masih tidak menyadari dimana dia berada saat ini. Dia semakin menutup tubuhnya yang terasa dingin dengan selimut.
"Lihatlah sekelilingmu Mike." Ucap Sang Papa berusaha menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Mike.
Namun Mike menahan selimut yang ditarik Papa nya itu agar tidak terbuka.
"Aku ngantuk Pa. Biarkan aku tidur lebih lama." Ucap Mike dengan mata yang masih tertutup.
Sang Papa tampak menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Mike yang belum juga berubah dewasa.
"Mike, apa yang sudah kau lakukan kepada customer kita sampai membuat dia harus meninggalkan hotel kita ini di waktu tengah malam." Tanya Sang Papa.
"Hmmm...." Balas Mike lagi setengah sadar dan merasa bingung dengan pertanyaan yang diajukan Papa nya itu.
"Aku dengar bahwa wanita ini melakukan check in kemarin pagi untuk waktu 1 bulan. Tapi tanpa penjelasan apapun, dia langsung pergi tadi malam tanpa mengatakan kepadaku bahwa.... Apakah kau alasan dari semua ini?" Ucap Sang Papa yang tengah mengintrogasi Mike.
Mike merasa bingung. Meski bukti sebenarnya sudah menunjukkan semuanya. Tapi Sang Papa masih ingin menanyakan apa yang terjadi kepada Mike secara langsung.
Mike membuka matanya dan melihat ke arah tubuhnya yang terekspos dengan jelas di depan Papa nya dan hal itu membuat Sang Papa menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak bisa mengingat apapun terjadi semalam. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku tidur di sini." Jawab Mike dengan malas.
Sang Papa menghela nafas panjang.
"Penjaga bilang bahwa ada seorang wanita yang membantumu masuk ke dalam kamar ini." Balas Sang Papa.
"Dan kenapa penjaga itu tidak membantu ku?" Tanya Mike dengan marah.
"Penjaga itu bilang bahwa dia datang dan mencoba untuk membantu. Tapi dia tidak sengaja melihat suatu pertunjukan yang tidak pernah bisa dia bayangkan. Jadi dia pun pergi dengan cepat. Jika kau berada di posisi dirinya, apakah kau akan membantu bos mu, saat bos mu itu tengah mencoba berbaring di atas tempat tidur dengan seorang wanita yang berada di sela kedua kakinya." Ucap Sang Papa yang terdengar tertawa kecil.
Sang Papa kembali membayangkan bagaimana wajah dari penjaga malang itu yang tidak bisa bicara dengan lancar saat menceritakan semua hal yang dia lihat kepada dirinya.
"Papa.... Apa yang Papa bicarakan sebenarnya? Ini bukan waktunya untuk bercanda." Ucap Mike.
"Bangun dan bersiaplah. Kita akan bertemu pukul 04.00 sore nanti untuk meeting dan sekarang sudah pukul 02.00 sore. Cepat lah." Ucap Sang Papa dengan begitu serius lalu keluar dari dalam kamar itu.
Mike masih membaringkan kepalanya di atas tempat tidur dan mulai memikirkan tentang apa yang telah terjadi malam tadi keada dirinya. Namun dia hanya bisa mengingat bahwa dia mau berenang sebentar. Dia merasa pusing tadi malam dan berenang adalah hal yang baik untuk dilakukan dan setelah itu dia tidak bisa mengingat apapun lagi.
"Huh!!" Gerutu Mike.
Dia mengingat bahwa ada seorang wanita bertubuh mungil yang muncul di dalam pikirannya dan wanita itu menggunakan gaun malam berwarna merah.
Mike terus memaksa kepalanya untuk mengingat tentang wanita itu. Tapi wajah wanita itu tampak buram.
Rasa sakit yang dirasakan di antara kedua kakinya mengalihkan perhatiannya. Dia menarik selimut dan matanya hampir saja terasa meledak. Dia melompat dan memeriksa kenapa ada plester di sana dan dia pun terkejut melihat apa yang terjadi di hadapannya.
Ada darah di atas tempat tidur. Mike pun berpikir, apakah dia sudah melakukan hubungan badan dengan seorang wanita semalam.
'Tapi siapa dia?' tanya Mike dalam hati.
Mike berdiri dan mencoba untuk memeriksa kamar itu, berpikir apakah seseorang memang pernah menginap di sana semalam bersamanya. Tapi dia tidak mendapatkan bukti apapun ya g menunjukkan bahwa dia tidur dengan seorang wanita semalam.
'Ini semua tidak mungkin terjadi... Tapi darah itu menunjukkan semuanya...' ucap Mike dalam hati.
Mike lalu masuk ke dalam sebuah kamar mandi yang berukuran sangat kecil dan hanya cukup untuk satu orang saja. Dia masuk ke dalamnya dan mulai mandi. Saat dia berdiri, dia melihat sebuah kain merah yang bergantung di belakang pintu.
Mike menatap semakin dekat ke arah kain itu dan dia pun tertawa kecil saat dia menyadari kain apa itu. Dia pun menyadari bahwa semalam dia memang tidak sendirian di kamar itu. Setelah selesai mandi, Mike lalu memanggil sopir untuk membawakan pakaian ganti untuknya.
Setelah selesai bersiap-siap, dia keluar dari dalam kamar hotel itu dan mengecek ke meja resepsionis, mencari tahu tentang siapa wanita yang sudah melakukan check in di kamar itu. Tapi resepsionis itu hanya mengatakan nama dari wanita itu dan tidak ada hal lainnya lagi. Mike pun memutuskan untuk merubah peraturan baru untuk penerimaan tamu dan menaruh sebuah kamera CCTV di setiap sudut Hotel itu.
...****************...
Setelah tiba di kantornya, Mike mencoba untuk mengecek nama dari wanita itu di situs laman internet. Tapi dia tidak bisa menemukannya. Mike pun berpikir bahwa bisa jadi wanita itu menggunakan nama palsu karena untuk menginap di hotelnya para tamu tidak perlu menunjukkan identitas asli saat melakukan check ini. Tapi sekarang karena sesuatu sudah terjadi, Mike pun berpikir untuk membuat peraturan baru untuk keamanan yang lebih ketat.
Kepala Mike terasa sakit memikirkan tentang apa yang sudah terjadi semalam dan kenapa dia mendapat plester di pedangnya.
'Kenapa bisa ada luka di sana? Apakah wanita itu menggigitku?' tanya Mike dalam hati.
"Tunggu dulu....!" Ucap Mike langsung berdiri karena merasa tidak percaya.
Pikirannya kembali mengingat bahwa ada wanita yang berlutut di hadapannya semalam.
"Sial! Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?" Tanya Mike kepada dirinya sendiri.
Apapun yang dikatakan Sang Papa tadi tentang meeting, Mike sama sekali tidak mau menghadiri meeting itu karena kepalanya terasa begitu pusing memikirkan siapa wanita itu. Dia terus saja bertanya kepada dirinya sendiri, apakah dia melecehkan wanita itu atau wanita itu sendiri yang memang menginginkan semuanya.
Bukti dari kepolosan wanita itu ada di sprei kamar hotel itu. Mike pun merasa begitu bersalah dan dia memutuskan untuk pulang ke rumah dan tidur.
Mike hanya bisa berharap bahwa dia bisa menemukan identitas asli dari wanita itu. Agar dia bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan wanita itu, agar dia bisa mengurangi rasa penasaran dan juga bersalah dalam dirinya itu.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!