Karya ini ditulis dengan tujuan untuk menghibur si pembaca. Apa yang tertuang, hanyalah sebatas kekayaan imajinasi sang penulis. Tidak bermaksud menyinggung siapapun, atau mendiskreditkan pihak manapun.
Yang paling penting, semua karya Mommy merupakan novel yang bergenre Adult Romance. Ingat, jangan sampai salah pilih bacaan ya readers.
Selamat membaca 😇
.......
.......
...🌻🌻🌻...
Namanya adalah Adhisti, mata cokelatnya begitu cantik, kulitnya bersih dengan warna alami yang biasa di dimiliki oleh buah langsat. Jika dilihat, wanita yang memiliki rambut sebahu berwarna hitam itu mirip dengan artis papan atas Indonesia yang telah melanglang buana go internasional.
Wanita berusia 25 tahun itu, merupakan pribadi yang ceria dan supel membuatnya begitu di sayangi banyak orang, membuatnya sedikit terhibur meski tak lagi memiliki orang tua.
Hanya tinggal dengan kakeknya di sepetak rumah yang ada di kawasan padat penduduk, sepadat tumpukan sampah berbau menyengat yang biasa ia lewati, kala bekerja menuju sebuah mall besar sebagai housekeeping.
Telah lebih dari tiga tahun ini, Dhisti menjalani pekerjaan itu dengan penuh rasa syukur.
Walau...ia juga harus ingat betul, bila bukan karena kebaikan teman kakeknya, ia mungkin juga tak akan bisa menerima informasi seputar lowongan pekerjaan itu.
Ia pribadi yang ramah, supel, namun cuek dengan tatapan- tatapan penuh selidik kala ia melakukan aksi yang konyol.
Pernah suatu ketika, ia yang hanya memiliki beberapa rupiah, terlihat menunggu jam diskonan buka dengan posisi tiduran dan mata terkantuk-kantuk, demi bisa mendapatkan baju yang menurutnya sangat bagus. Membuat rekannya yang berada di bagian busana, menggeleng heran dengan tingkah wanita yang emang gue pikirin itu.
Meskipun ramah, tapi bukan berarti ia mau akrab dengan semua orang. Ia merupakan orang yang tahu diri. Tak ingin membuat masalah dengan gesekan sosial yang berpotensi membuat hidupnya semakin tidak tenang.
" Besok jadi libur?" Tanya kakek seraya menghidangkan sepiring kacang rebus yang asapnya membumbung tinggi ke udara.
Dhisti menggeleng pelan," Besok aku ngambil kerjaan lain kek di cafenya bang ridho. Uangnya lumayan. Semoga beberapa tahun lagi, kita bisa pindah ke rumah yang lebih pantes kek!"
Kakek Dhisti tersenyum seraya mengangguk. Pria yang sudah sering sakit-sakitan itu, terus merawat cucunya dengan sepenuh hati. Ia bersyukur, walau keadaannya pas-pasan, namun cucunya laksana embun pagi yang selalu menyejukkan hatinya kala merasa gersang.
" Jangan terlalu ngoyo nak. Kakek lihat kamu ini tiap libur gak ada waktu buat istirahat. Kita ini kalau belum di takdirkan punya sama yang kuasa, yang sekeras apapun berusaha bakal belum bisa nak!"
Sembari mengunyah kacang yang terus membuatnya ketagihan meski rahangnya sudah pegal itu, ia selalu manggut-manggut kala mendengarkan nasihat kakek.
Meski terdengar abai, namun sebenarnya ia selalu merasa terharu tiap kakek memberinya nasihat.
" Kakek selalu khawatir tiap kamu belum pulang. Kamu tahu sendiri, kaki kakek ini linu kalau dibuat jalan jauh!" Seru kakek menatap cucunya yang asik memamah biak.
" Aman kalau itu kek. Makanya kakek cepetan belajar hape, kalau ada apa-apa biar bisa nelpon. Dah jam 7 nih, aku berangkat dulu ya? Keburu gak ada Lin ( angkot) nanti!" Ia menyerbetkan tangannya ke celana kulotnya, sesaat sebelum menyalami sang kakek.
Kakek menyambut uluran tangan Dhisti dan mencium punggung tangan lelaki tua itu dengan takzim. Merasa begitu damai kala melihat cucunya bersemangat seperti ini. Meski, sejumput rasa nyeri kerap menyelinap ke dalam relung hatinya, manakala mengingat jika cucunya tak bisa mendapatkan kehidupan selayaknya manusia lain yang memilih keluarga yang utuh.
Cucu malangnya yang menjelma menjadi wanita kuat itu, merupakan harta yang tak terhingga untuknya. Berharap suatu hari nanti, akan ada pria yang bisa menjaganya, sebelum ia meninggalkan dunia yang sungguh fana ini .
...***...
Sementara itu di belahan bumi lain, seorang pria yang sibuk membentuk otot dengan berbagai pelengkap fitnes, tampak begitu bersemangat dalam menjaga staminanya.
Alsaki, pria yang kini genap berusia 30 tahun memiliki karir cemerlang, wajah ngganteng, mobil yang banyak, harta berlimpah, serta rumah real estate yang tak main-main. Meski begitu, ia bukanlah Bento. 😁
Pria yang memilih untuk membujang di usianya yang terbilang matang karena suatu hal itu, selalu menggunakan kesempatan workout untuk menepikan diri dari padatnya jadwal pekerjaan serta rutinitas yang membelenggunya.
Semua ini gara-gara adik cerewetnya, yang meminta dia menjadi model pakaian rancangannya dengan dalih jika Al merupakan model yang sangat pas untuk mengenakan pakaian itu.
Tak di sangka, karena ketampanan yang begitu menghipnotis banyak kaum hawa, membuat Alsaki kerap hilir mudik ke stasiun televisi untuk talk show dan dinilai mampu menciptakan situasi viral di era saat ini.
Bahkan, adik dari Al kini semakin kurang ajar karena meminta kakaknya untuk mau menerima endorse beberapa produksi milik temannya, karena pria itu nyatanya mampu mendongkrak penjualan sebuah produk karena ketampanannya.
Al menerima bukan karena ia kurang uang, tapi karena adiknya itu selalu merajuk jika ia menolak. Dan Al sangat menyayangi adik perempuan satu-satunya itu. Membuatnya selalu saja mengalah.
Awalnya, ia mau melakukan hal itu sebab selain bisa membuat puas hati adiknya, Al juga ingin melakukan selingan untuk membunuh kejenuhannya.
Karena, selain kepalanya selalu mumet dengan urusan kantor yang kerap memantik emosinya, menyenangkan hati sang adik merupakan kebahagiaan tersendiri untuknya.
Tak berhenti disitu, pesona Al yang selalu mampu membius kaum hawa dimanapun mereka berada itu, kini menjadi boomerang untuk pria itu. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, bila semua yang telah ia lakukan justru menjadi titik repotnya.
Ya, Al tak menyangka jika animo masyarakat terhadapnya begitu tinggi. Ia bahkan yang saat itu hendak makan di sebuah restoran kenamaan, bahkan kuwalahan kala meladeni orang-orang yang mengajaknya berfoto, meminta tandatangan, dan hal aneh-aneh lainnya seperti mengusap perut ibu-ibu yang sedang hamil, dengan dalih agar putranya kelak bisa setampan Alsaki.
Damned!
Semakin hari, semakin parah saja. Ia bahkan merasa telah kehilangan waktu bebasnya. Nyatanya, sebuah ketenaran telah merenggut kedamaian hidupnya. Kini, ia begitu kesulitan kala berada di luar, bahkan hanya untuk sekedar menikmati makanan.
Membuatnya selalu mengenakan kacamata serta topi guna membuat kamuflase. Sungguh, jika sudah begini pasti assistenya yang akan kerepotan.
Jam yang berganti, membuat semua kesibukan yang ada harus segera Al sikapi. Ia yang kini kembali harap-harap cemas sebab salah satu clientnya akan mengajaknya bertemu di salah satu mall terbesar di kota itu, sedikit ketar-ketir.
" Saya sambil nunggu istri saya belanja Pak. Jadi biar efisien, kita ketemu di resto mall itu saja!"
Membuatnya mendecah meski akhirnya berangkat juga menuju ke tempat dengan potensi kepadatan yang pasti, dan tentu saja bisa mengancam ketenangan dirinya.
Dan benar saja, seusai menyelesaikan pertemuannya dengan salah satu client penting, ia yang nampak pias karena segerombolan wanita kini mengejar serta meneriaki namanya dan membuatnya harus segera lari dan bersembunyi.
" Sial, jika begini terus menerus, aku pasti akan cepat mati karena stres!" Gumamnya memantau sekumpulan wanita yang tampak sibuk mencari, sembari bersembunyi di sebuah ruangan.
Membuat seorang wanita yang tiba-tiba datang dengan seragam housekeepingnya, menatap heran pria berkemeja parlente yang tampak mengeluarkan keringat sebiji buah pepaya.
" Hey, siapa kamu? Ngapain kamu disini?" Teriak Dhisti dengan tatapan terkejut dan membuat pria itu semakin ketar-ketir karena suara kerasnya.
.
.
.
.
Karena DenJOn dan Arimbi sudah di ambang Tamat, author di tuntut untuk melahirkan karya baru. Semoga suka 🙏
...🌻🌻🌻...
Wanita itu pasti sudah gila, bagiamana bisa dia malah berteriak saat Al ada disana karena sedang menepi guna bersembunyi. Benar-benar mengkhawatirkan.
Begitu bunyi batin Al kesal.
Dengan gerakan cepat, Al buru-buru mengambil masker, topi ,serta kacamata, lalu menarik sebuah Hoodie dari dalam ranselnya dan membuat Dhisti terlolong.
" Apa yang kau lakukan?" Tanya Dhisti dengan tatapan tajam seraya melihat Al sibuk mengenakan beberapa aksennya dengan cepat.
Al sedetik terdiam kala wanita di depannya itu tampak menatapnya kesal. Apa wanita itu tak mengenali dirinya? Mustahil sekali saat semua wanita memujanya, disini masih ada satu betina yang bahkan berani ketus terhadapnya.
" Aku hanya menumpang ganti baju karena toilet penuh. Apa kau tidak kesana, ada Alsaki yang membuat manusia itu berjubel"
" Aku tidak berminat!"
" Apa? Tidak berminat?"
"Tunggu dulu, kau tidak berniat untuk mencuri kan?" Tanya Dhisti dengan tatapan memindai penuh selidik. Membuat Al sedikit tersentak.
" Sial, pria setampan aku ada juga yang tidak mengenali, benar-benar!"
TRING!
Saat ia sibuk di tuding oleh wanita galak di depannya, ponsel Al berbunyi dan membuat wanita itu menatap gerakannya beberapa saat.
Kakak dimana? Tolongin aku dong meet and great peluncuran produk barunya Nicholas.
" Apa? Brengsek sekali!" Membuat Al mengumpat tak percaya sebab adiknya berniat memintanya untuk membantu kekasihnya. No way!
Dhisti yang mendengar Al mengumpat, sontak menatapnya lekat. " Kau mengumpatiku?" Tanya Dhisti dengan wajah marah.
Namun, saat melihat wanita itu menatapnya tajam, Al mendadak memiliki ide yang sangat licik.
"Maaf aku bukanlah pencuri, dan satu lagi...aku tidak mengumpat kepadamu!"
" Sekarang, bisakah kau menolongku? Aku ingin keluar tapi para wanita itu membuatku tak bisa lewat. Pria bernama Al itu benar-benar membuat orang lain repot!"
Dhisti yang mendengar hal itu langsung membenarkan ucapan Al, sebab rupanya ada yang sama dengan posisinya. Membuatnya mengangguk setuju.
" Kau benar, pria itu sungguh di puja-puja disana, tapi orang sepertiku ini yang harus membereskan kekacauannya. Bahkan para wanita menjadi sering lama-lama di toilet dan membuat pekerjaanku menjadi ganda!" Seru Dhisti dengan emosi yang meledak-ledak.
Membuat Al meringis keki sebab itu artinya kemarahan itu ditujukan untuk dirinya. Damned!
" Ternyata tidak semua orang menyukaiku ya?" Batin Al tak menyangka.
" Memangnya apa hebatnya dia? Untungnya aku tidak suka dengan para artis atau sejenisnya. Aku kadang juga heran dengan mereka, apa yang mereka dapatkan dari menjerit dan berteriak seperti itu. Apa pria bernama Al itu akan menggubrisnya? Sungguh halu yang kebablasan!"
Ya, Dhisti memang tak menyukai hingar bingar semacam itu. Lebih tepatnya tak memiliki kesempatan. Hidupnya habis untuk bekerja dan melakukan sebuah operasi terselubung, karena suatu hal.
Al menelan ludah seraya melirik wanita yang tampak bersungut-sungut dan terlihat tak bisa menahan kekesalannya itu. Dari tempat Al membagi konsentrasi, ia sempat melirik ID card wanita yang ternyata memiliki nama Adhisti itu.
" Adhisti!" Seru Al yang merasa jika ia harus menggunakan Adhisti untuk bisa menolongnya.
" Kau mengenalku?" Tanya Dhisti tak percaya.
" CK, itu kan ada namamu!" Seru Al mendecak dengan wajah datar. Membuat wanita itu langsung malu.
" Nih buat kamu. Tapi... tolong bawa aku turun ke bawah pakai lift karyawan!"
Dhisti langsung melongo manakala melihat empat pecahan rupiah bergambar proklamator, yang kini di suguhkan ke arahnya. Membuat tegukan ludah itu kini terjadi.
" Hah, gila! Empat ratus ribu cuman minta turun ke bawah?" Kebetulan listrik waktunya bayar, bisa buat beli beras juga nanti!" Batin Dhisti menimbang- nimbang dan terlihat tak mau menolak rezeki.
Membuat Al tersenyum menyeringai. Sepertinya, walau ketampanannya tak serta merta membuat semua orang mengenalinya, tapi uang yang ia miliki selalu bisa memuluskan jalannya.
Daebak!
" Ikut aku!" Seru Dhisti seraya ngeloyor pergi, dan membuat Al menarik seulas senyuman.
"Oke, this time for freedom!" Batin Al bersorak senang.
Namun rupanya, kata ' ikut aku' yang Dhisti ucapkan, tak pernah wanita itu sangka jika akan begitu membuatnya sebegitu repot.
Ya, saat jam pulang kerja Dhisti tiba, ia yang kini mencegat sebuah angkot, terkejut dengan kemunculan pria yang beberapa jam lalu memberinya empat ratus ribu hanya untuk melewati lift.
" Kau? Kenapa masih disini?" Tanya Dhisti dengan wajah kaget sebab tak mengira jika pria itu masih nongol di hadapannya.
" Aku perlu bantuanmu lagi!" Sahut Al yang masih mengenakan masker lengkap.
" Bantuan? Bantuan apa lagi?" Tanya Dhisti yang semakin heran.
" Emmhhh, boleh nggak aku ikut kamu pulang?"
" Hah?" Mata dan mulut wanita itu kini sama-sama melebar.
" Nggak, nggak ada. Ngawur aja, kenal kagak mau ikut pulang!" Ketus Dhisti yang tentu saja menolak mentah-mentah permintaan gila laki-laki asing itu.
Membuat Al langsung murung meski masker masih menutupi wajahnya.
" Maksudku... aku numpang sebentar dirumahmu sambil cari kontrakan, aku nggak kenal siapa-siapa di sini!"
" Emang kita kenal?" Sergah Dhisti yang malas.
" Ya... maksudku, selama 24 jam terakhir, kau adalah satu-satunya orang yang aku kenal. Namamu Dhisti kan?"
Dhisti mendengus demi melihat pria aneh yang kini membuatnya kesal.
" Sebenarnya...aku ini sedang mencari keluargaku tapi belum ketemu, sekarang nomer mereka bahkan tidak bisa dihubungi, jadi..."
" Kau kan bisa tinggal di hotel!" Potong Dhisti yang terlihat ogah di ikuti oleh pria itu.
" Uangku sudah kuberikan kepadamu semua. Nih lihat kalau nggak percaya! Mana mungkin aku menyewa hotel!"
Al menunjukkan isi dompetnya yang kosong dan menutupi kartu saktinya, sebab ia memang jarang menggunakan uang cash untuk transaksi.
Membuat Dhisti menatap tak percaya.
" Apa kau mau, uangku yang sudah ada padamu aku minta lagi?" Tanya Al menaikturunkan kedua alisnya dan membuat Dhisti mencelos.
Pria sialan!
"Enak aja dia, aku kan mau beli beras setelah ini!" Batin Dhisti yang tentu tak akan mau, sebab uang itu akan ia gunakan untuk membeli keperluannya.
No way, never ever!
" Ya udah ikut aku kalau gitu, tapi awas ya kalau kamu berani macem-macem!" Ancam Dhisti yang membuat Al mengangguk dengan seringai yang tak di sadari oleh Dhisti.
...🌻🌻🌻...
Adhisti nampak biasa saja kala berjejalan di dalam angkot berwarna biru tua, yang di dalamnya berisikan beberapa manusia langka itu. Mulai dari bencong, pengamen botak yang membawa ukulele, hingga makhluk setengah jadi kelas hompimpa.
Namun berbeda dengan Al, pria itu terlihat tak baik-baik saja sebab ia yang biasanya duduk di dalam mobil mentereng dan kinclong dengan jok empuk dan AC yang tiada berhenti mendinginkan, kini harus berhimpitan dengan ibu-ibu yang membawa sekeranjang sayur berisi jengkol dan lalapan.
Membuatnya pusing.
" Astaga, kenapa wanita itu terlihat biasa saja. Rongsokan ini sungguh bau!"
Al membatin seraya mendecak tak percaya ke arah Dhisti yang dengan santainya memainkan ponsel tanpa terlihat ada tanda-tanda terganggu dengan ketidaknyamanan itu.
" Kenapa?" Tanya Dhisti yang merasa jika pria di depannya itu nampak tak nyaman.
" Tidak apa-apa, aku hanya lapar!" Bohong Al seraya tersenyum sekilas walau tak terlihat karena tertutup masker.
Dhisti melengos kesal ke arah pria rewel itu. Terus dia harus membelikan makanan gitu? No way!
Saat angkot itu menepi karena ada satu orang penumpang yang turun, Dhisti seketika membulatkan matanya demi melihat orang lain yang kini masuk lalu duduk tepat di sampingnya.
Merasa sangat tak suka kala wanita itu masuk.
Dhisti yang melihat hal itu seketika mengambil posisi, lalu dengan perlahan mendekatkan diri dengan berpura-pura terjaduk, dan membuat dia dan wanita itu terhuyung bersama.
" Astaga, maaf-maaf!"
Wanita di dekatnya itu mengangguk kaku, tak menyadari apa yang telah Dhisti lakukan terhadapnya. Namun sejurus kemudian, Dhisti tersenyum licik sebab apa yang ia lakukan telah berhasil.
Membuat Al memicingkan matanya kala melihat Dhisti yang nampak memasukkan sesuatu kedalam tasnya.
" Kiri Pak!"
Al yang masih terlolong itu, kini mau tidak mau ikut turun karena sejatinya ia mengikuti wanita aneh itu agar ia bisa mengindari adiknya yang bisa kembali membuat semuanya runyam.
" Rumahmu sudah dekat?" Al bertanya ke arah Dhisti yang sibuk mengaduk tasnya dan terlihat puas dengan hasilnya. Tak menyadari akan perbuatan yang di lakukan oleh wanita ketus itu.
" Belum lah, masih jauh!" Sahutnya santai.
" Hah, kalau jauh kenapa turun?" Tanya Al yang sedikit kesal. Mendengus dibawah teriknya matahari yang sebenarnya sudah sedikit melorot ke sisi barat.
" Lu tu crewet banget ya? Katamu lapar, ayo kita makan mumpung aku dapat rezeki!"
Al menatap tak percaya wanita di depannya yang sebentar jutek, sebentar kalem itu. Benar-benar susah di selami.
" Terpaksa uang darimu kita kongsi lagi buat makan!"
Al hanya diam dan tak mau menjawab. Sudah kepalang tanggung untuk sekedar menyela.
Dhisti menyeret langkahnya menuju sebuah warung makan sederhana dengan menu merakyat. Pecek lele.
" Dua mbak, makan sini. Minumnya es teh manis aja!"
Al menatap iba sebuah warung makan sederhana, yang kini telah ia duduki bersama Dhisti.
" Untung aku ketemu cewek brengsek tadi. Duitnya lumayan. Enak aja dia bisa berkeliaran bebas setelah membuatku seperti ini!" Dhisti yang mengetuk-ngetuk meja bertaplak plastik dari bungkus kopi yang di renda itu, membatin sebab ia telah berhasil mencopet dompet milik wanita yang pernah menjadi penggoda mendiang ayahnya dulu.
" Silahkan mbak!"
Lamunannya menguap kala dua porsi makanan dengan lele garing yang di siram sambal kemangi segar itu, telah terhidang di meja.
Membuat Al menatap nanar makanan di depannya itu.
" Katanya lapar, ayo makan!"
Dhisti langsung mencelupkan tangannya ke wadah air basuhan, dan langsung mencubit daging lembut lele lalu menyuapkan ke mulutnya tanpa melihat Al yang masih ragu-ragu untuk menyantap.
" Mmmm!"
Al meneguk ludahnya demi rasa heran kala melihat Dhisti yang bisa makan seenak itu, di tempat jelek macam ini.
" Mmmm!"
Dengan ragu, Al turut mencelupkan tangannya lalu mencoba memakan makanan yang bahkan sama sekali belum pernah ia coba itu, demi melihat ekspresi berlebihan Dhisti.
Tentu saja ia tak pernah mencoba makanan seperti itu sebab pria kaya macam dirinya tak akan pernah mendatangi tempat seperti itu bukan?
" Kau ini kenapa? Katamu lapar, ayo makan ini enak tau. Sambelnya disini itu juara, dari dulu rasanya gak berubah!"
Al mendecah tak percaya jika keputusannya untuk menghilang sementara waktu, kini justru membuatnya terpaksa bersama wanita aneh.
Namun, diluar dugaannya, tempat yang menurutnya kurang bersih dan kurang higienis itu, ternyata memiliki rasa makanan yang sangat enak. Daebak!
" Enak kan?" Tanya Dhisti dengan posisi menggerogoti kepala ikan air tawar itu.
Ia yang di tatap Dhisti dengan tersenyum, kini turut mengangguk dengan menyuguhkan senyum yang sama. Menjadi pengalaman pertamanya makan di tempat reot dengan wanita yang mata duitan.
Kini mereka berdua menikmatinya makanan itu dengan lahap. Hingga, Dhisti yang kekenyangan seketika sendawa dan membuat Al menghentikan kegiatan mengunyahnya.
" Eeeikkkk! Alhamdulillah!"
Membuat pria di sampingnya itu seketika menyudahi aksi makannya.
" Kok sudah, masih banyak itu. Kau tidak mau ya?" Tanya Dhisti polos yang menatap kepala ikan lele yang tak terjamah oleh Al.
" Aku sudah kenyang!" Bohong pria bertopi hitam itu yang kini tersenyum meringis.
" Bodoh sekali, bagian lele yang paling enak itu kepalan. Kemarikan!"
Al kini mendelik tak percaya demi melihat Dhisti yang merampas kepala lele yang ada di piringnya dengan satu cakupan. Membuat Al geleng-geleng kepala.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!