NovelToon NovelToon

HOLD ME ON [COMPLETED]

PROLOG

Sosok yang sejak kecil sudah digadang-gadang bisa berjodoh itu kini sudah tumbuh dewasa. Mereka sejak kecil bersahabat dekat, dengan kepribadian dan tingkah laku yang bertolak belakang.

Awal pertemuan mereka adalah ketika menjadi teman satu kelas di Playgroup, menjadi teman sekelas satu tahun, mereka kemudian harus berpisah karena Arra berhasil lolos masuk sebuah sekolah dasar kenamaan.

Jenjang sekolah dasar yang biasa butuh enam tahun, Arra bisa menyelesaikannya hanya dalam empat tahun. Sekolah menengah pertama yang harusnya tiga tahun, ia hanya butuh dua tahun. Begitu pula dengan sekolah menengah atas, ia hanya butuh dua tahun.

Dan dia berhasil masuk perguruan tinggi diusia tiga belas tahun! Bukan fakultas sembarangan, ia lolos di fakultas kedokteran. Di sebuah universitas negeri di Jogjakarta.

Jika dulu ia menolak jadi dokter karena merasa kesepian kedua orangtuanya sibuk dirumah sakit, kini Arra bertekad bahwa ia harus jadi dokter hebat macam kakek nenek dan kedua orangtuanya yang kesemuanya adalah dokter spesialis.

Masuk kedokteran di usia tiga belas tahun? Sangat jarang terjadi, dan Arra berhasil menembusnya, ia jadi mahasiswi fakultas kedokteran termuda seangkatan. Bukan hanya termuda, namun ia keturunan darah murni, bukan cuma orangtuanya yang dokter, tetapi kakek neneknya juga!

Sementara Aldo, ia melewati semua bangku sekolahnya dengan normal. Tanpa loncat kelas dan lain sebagainya. Karena memang ia bukan anak yang superior macam Arra atau Edo, sang Abang yang juga berhasil masuk kedokteran di usia yang baru enam belas tahun.

Cita-citanya lain dari kedua orangtuanya yang merupakan pasangan dokter dan pengacara kondang itu. Ia ingin jadi angkatan bersenjata. Ia ingin jadi seorang anggota prajurit TNI angkatan darat. Itu cita-cita Aldo.

Tumbuh berkembang bersama, cinta itu pun tumbuh diantara mereka. Edo yang tahu sang adik jatuh cinta dengan Arra lebih memilih mundur teratur di sang adik. Ia mengubur dalam-dalam cintanya untuk sosok cantik nan jenius itu.

"Kamu jatuh cinta sama Arra?" tanya Edo ketika malam itu mereka berbincang bersama di kamar Edo.

"Iya," jawab Aldo sambil nyengir lebar.

Arra dan Aldo sama-sama masih tiga belas tahun saat itu dan Edo sudah dua puluh satu tahun.

"Masih bocah pada cinta-cintaan," hanya itu komentar Edo, ia berusaha menyembunyikan luka hatinya yang mengetahui bahwa sang adik jatuh hati pada sosok Arra.

"Daripada kakak, udah tua masih aja jomblo."

Rasanya Edo ingin memukul kepala Aldo keras-keras, tapi mana tega? Ia begitu sayang pada adiknya itu hingga kemudian ia rela mundur membiarkan sang adik jatuh hati dan mengejar gadis yang ia cintai.

Edo sendiri sudah dua puluh satu tahun sekarang, ia sedang menjalani kepaniteraan klinik tahap akhirnya. Ia mendapat gelar sarjana kedokterannya di usianya yang ke sembilan belas tahun lebih enam bulan. Dan setelah ini ia harus bersiap untuk UKMPPD dan siap untuk internship selama satu sampai dua tahun.

Sampai di usianya yang ke dua puluh satu tahun ini ia belum pernah sekalipun pacaran. Maklum teman-teman seangkatannya rata-rata usianya lebih tua dari dia semua. Dia peserta akselerasi sejak SD hingga SMA.

"Dia sudah lolos masuk FK kan?" tanya Edo yang sekali lagi takjub dengan kecerdasan gadis itu.

"Iya nih, ngapain juga jadi dokter," gerutu Aldo sambil memainkan Smartphone miliknya.

Edo buru-buru menipuk kepala Aldo dengan bantal.

"Ingat, bapak kau, bapak kita ngasih makan, bayarin sekolah, beliin apa yang kita mau itu hasil dia jadi dokter."

"Iya deh iya, kalau aku mah ogah!" Aldo kembali serius dengan game online-nya.

"Ingat, jangan macam-macam kalian berdua. Kalian masih bocah."

Aldo hanya mengangguk, memang mau macam-macam yang kayak gimana sih? Ia tersenyum simpul matanya masih fokus ke layar handphonenya. Sementara Edo hanya tersenyum kecut, tak masalah jika ia harus mengalah. Yang penting Aldo bisa menjaga dengan baik gadis itu. Tidak menyakiti sosok itu dan selalu membuat dia bahagia.

Sedangkan Edo? Jangan khawatirkan Edo, ia yakin ia akan mendapatkan bahagianya sendiri. Ia percaya itu.

Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Simak terus kisah mereka dalam "HOLD ME ON" yang baru mulai terbit bulan Desember 2020.

Kisah ini merupakan sekuel dari novel pertama sayang di platform ini "CINTA JAS PUTIH"

Jangan lupa like, comment dan share kisah ini ya ...

Terima kasih

PS : Disarankan membaca kisah CINTA JAS PUTIH lebih dulu ya yang ingin tahu lebih mendalam tentang tokoh dalam cerita ini, terimakasih.

Pengenalan Tokoh

Arraneysa Kaenina Bhaskara

Puteri sulung pasangan Dokter Yudha Bhaskara, Sp.PD dan Dokter Melisa Atmajaya, Sp.OG.

Visualnya pakai cewek cantik Indonesia yang hobi cosplay nih, cocok nggak buat Arra?

Namanya Franzeska Edelyn

Edo Ajiwasita

Putera sulung pasangan Dokter Adnan Sanjaya, Sp.B dan Yuri Indarti, S.H, M.H.

Visualnya pakai Fendi Chow terlalu dewasa nggak sih?

Aldo Sindhutama

Putera bungsu pasangan Dokter Adnan Sanjaya, Sp.B dan Yuri Indarti, S.H, M.H yang juga adalah adik dari Edo Ajiwasita.

Visualnya pakai Angga Aldi Yunanda aja deh, cocok nggak?

Dicky Chandra Wijaya

Putera sulung pasangan Dokter Yanuar Wijaya, Sp. THT dan Anita Puspita, S.IP.

Kalau ini author pakai Rendy Martin, gimana wkwkwk

Mereka adalah lakon utama kisah ini ya ...,

Kalau untuk kisah orangtuanya rasanya sudah tidak perlu dibahas lagi bukan?

Seperti yang dulu Author katakan, kali ini pakai visual lokal Indonesia aja ya hehehe suka pusing kalau dari yang luar, takutnya nggak Nemu lagi yang pas umur hahaha

Lagipula stock orang Thailand cuma banyak ceweknya, cowoknya kurang stock nih

Author juga bukan pecinta Drakor juga, jadi buta sama aktor aktris Korea, tahunya cuma Choi Siwon, Lee Min-ho, Song Hye Kyo, Song Jong Ki dan sejenis itu lah 🤣🤣

Tolong rekomendasikan Drakor yang medical content dong, alias isinya tentang kedokteran selain DOTS ya, sudah pernah nonton.

Author suka yang bau-bau kedokteran pokoke!

Karena lapak "Cinta Jas Putih" masih ramai, jadi pending dulu untuk kisah mereka ya, nampaknya masih pada baper sama kisah orangtua bocah-bocah di lapak ini wkwkw

Yuk share komentar di kolom komentar, mau di up kapan kisah ini.

Author sih nurut yang mau baca ya, toh nulis kalau kagak ada yang baca sama aja kan yeee 😭😭

Please jangan lupa tinggalkan like dan comment untuk bikin cerita ini selalu up

Terimakasih

Jogja

Arra menatap nanar kamar kost barunya itu. Mulai nanti malam ia pindah tidur di sini, pindah kehidupan di sini dan mulai semuanya sendirian. Tidak akan ada tepukan lembut Lili yang membangunkan dirinya tiap pagi, kecupan hangat Yudha sang papa, semuanya akan ia lewati dengan sendirian.

"Arra sudah benar-benar siap?" tanya Lili yang paham, Arra begitu berat berpisah dengan kedua orangtua dan adik kembarnya.

Arra menatap Lili dengan senyuman manis, siap tidak siap dia harus siap bukan? Ia sudah menyelesaikan segala keperluan administrasi untuk masuk ke fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada itu. Di usianya yang baru tiga belas tahun, ia sudah harus duduk di bangku perguruan tinggi. Luar biasa bukan.

Yudha menatap putri sulungnya itu penuh haru, jujur sebagai ayah ia takut meninggalkan putrinya itu sendirian. Ia masih cukup kecil. Namun di sisi lain ia cukup bangga! Dengan usia yang belum ada lima belas tahun Arra sukses menembus masuk fakultas kedokteran bergengsi itu. Bahkan fakultas dan kampusnya lebih baik dari tempat Yudha dan Lili menempuh pendidikan sarjana kedokteran mereka.

"Arra sudah paham tentang apa yang kemarin kita bicarakan panjang lebar di kamar Arra? Tentang bagaimana menjaga pergaulan dengan teman lawan jenis? Tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan?" tentu Yudha harus sejak dini membekali Arra dengan sex education. Teman-temannya besok rata-rata delapan belas sampai dua puluh tahunan. Dan ia harus dibekali ilmu itu agar tidak terjebak atau diperdaya teman-temannya bukan? Yudha tidak ingin anaknya sampai dirusak orang!

"Tentu, Arra paham dan akan selalu ingat, Pah. Jangan khawatir."

"Tolong jaga kepercayaan mama papa mu ini ya Sayang! Jaga terus kebanggaan mama papa padamu!" desis Lili penuh kasih.

Mata Arra berkaca-kaca, ia sontak memeluk sang mama erat-erat. Rasanya begitu berat berpisah dengan mereka, role model dalam hidup Arra. Namun Arra harus pergi, menggapai mimpi dan cita-citanya, serta janjinya pada Oppa Handoko ketika stetoskop Littmann berwarna gold itu pindah kepemilikan menjadi miliknya.

"Terimakasih untuk semuanya, Ma ... Pa!" desis Arra dengan linangan air mata.

"Teruslah jadi kebanggaan dan sumber kebahagiaan mama papa ya sayang. Belajar yang sungguh-sungguh dan jadilah dokter yang hebat!" Lili mengelus lembut pipi Arra dengan kedua tangannya, menatap dalam-dalam manik mata Arra penuh kasih.

"Pasti! Arra berjanji kelak akan menjadi dokter sehebat Oma, Opa, dan mama papa!"

Yudha tersenyum, tak terasa air matanya menitik ia kemudian meraih dua wanita itu kedalam dekapannya. Tak terasa bukan putrinya sudah sebesar ini? Hati Yudha benar-benar terharu luar biasa, Arra bisa melampauinya batas kemampuan anak-anak seusianya. Bapak mana yang tidak bangga?

Yudha tidak henti-hentinya mengucap syukur atas semua yang telah Allah berikan untuknya. Istri, anak, karier dan kebahagiaan selalu Allah hadirkan dalam hidup Yudha.

Yudha menyeka air matanya, menatap dua wanita dalam pelukannya itu, "Terimakasih selalu menjadi alasan papa bahagia."

***

Edo memastikan lokasi ini sudah sesuai dengan sharelock yang Yudha kirim. Griya Orchid, benar ini nama kost Arra. Edo mematikan mesin mobilnya lalu turun dan menyapa security yang ada di pos depan gerbang masuk ke dalam kost yang terbilang cukup eksklusif itu.

"Permisi Bapak, saya ...,"

"Keponakan Dokter Yudha ya?" laki-laki tua itu tersenyum, lalu membukakan pintu gerbang, "Silahkan masuk, beliau berserta istri masih di dalam."

Edo tersenyum, menjabat erat tangan security itu lalu melangkah masuk setelah mengucapkan terimakasih. Memang ia diaku sebagai keponakan agar ia bisa masuk dan dapat akses ke dalam. Ini kost perempuan dan penjagaannya sangat ketat

Edo naik ke atas dan mencari kamar kost dengan nomor 7 di pintunya. Dan matanya tertuju pada kamar paling pojok, dekat balkon yang pintunya terbuka itu.

Edo tersenyum, ia melangkah sambil menenteng plastik berisi donat dengan merek ternama, itu adalah donat kesukaan Arra.

"Assalamualaikum, maaf om Edo baru selesai jaga."

Yudha menoleh dan tersenyum lalu mempersilahkan Edo masuk. Tampak Arra sedang menyusun bajunya di lemari bersama mamanya.

"Maaf ya, Do. Om malah jadi merepotkan kamu," desis Yudha lirih.

Edo hanya mengangguk dan tersenyum, "Edo santai sih, cuma ya nanti disesuaikan dengan jadwal koas Edo ya, Om. Edo ngerti kok kalau seusia Arra diberi kendaraan pribadi masih berbahaya."

Tugas Edo nanti adalah mengantarkan Arra ke kampus dan menjemput Arra. Mana bisa sih anak tiga belas tahun disuruh bawa motor atau mobil sendiri? Sebenarnya bisa namun beresiko dan Yudha tidak mau putrinya sampai kenapa-kenapa.

Untung masih ada Edo yang harus menyelesaikan pendidikan kepaniteraan klinik nya. Dan ia tidak keberatan dengan permintaan Yudha untuk mengantar jemput dan mengawasi Arra selama ia kuliah di Jogja. Yudha sangat mempercayai Edo. Ia anak yang baik sopan dan dapat dipercaya.

"Om berterimakasih banyak kepada mu, Do!" guman Yudha lirih sambil menepuk lembut pundak Edo.

"Santai Om, jangan sungkan."

Mereka berdua tersenyum, sementara Lili masih sibuk membantu Arra menyusun baju-bajunya.

Edo menatap sekitar, kamar yang cukup luas dengan fasilitas yang cukup lengkap. Ada TV, AC, kamar mandi dalam. Serta furniture yang lengkap. Bagus sih untuk anak perempuan macam Arra.

"Nanti kalau ada apa-apa langsung kabari Om ya, Do!" pemerintah Yudha tegas.

"Baik, siap Om!"

***

Malam ini Yudha mengabiskan waktu dengan membawa keluarganya berserta Edo makan malam di sebuah restoran. Si kembar di rumah ditemani dua asisten mereka.

"Jadwal kak Edo padat nggak?" tanya Arra disela-sela makan malam.

"Lumayan sih, ini tinggal stase minor aja kok. Untung stase mayor sudah diambil pas awal koas. Memang kenapa?" tanya Edo sambil melirik Arra yang duduk tepat di sampingnya itu.

"Kalau Arra kesulitan nanti ajari ya!" pintanya dengan tatapan memohon yang langsung meluluhkan hati Edo seketika.

"Pasti, nanti WhatsApp aja ke kakak, kesulitannya apa nanti kakak Carikan juga catatan waktu kuliah."

Arra tersenyum, sejak dulu putra sulung Om Adnan ini memang berhati malaikat. Ia mendadak teringat Aldo, wajahnya sontak memerah jika ingat sosok itu. Sosok jahil yang mencuri perhatiannya itu.

Ahh ... ia harus sekolah di sini, sedangkan Aldo masih harus menyelesaikan SMP-nya di Solo. Arra rasa ia akan sangat merindukan sosok itu, sosok yang selalu membuat hari-harinya berwarna itu benar-benar menggemaskan.

Edo melirik sekilas gadis itu, wajahnya memerah. Apa yang sedang ia pikirkan? Pasti memikirkan Aldo, sang adik bukan? Edo menghela nafas panjang, ia bisa lihat kalau dua bocah itu saling menyukai dan tak terasa pedih itu menjalar di hati Edo.

---

Arra story' start to beggining yakk

Untuk visualnya bebas reader mau membayangkan siapa, soalnya kalau ini dikasih sisipan foto artis nanti lama banget lolos review nya 😂😭😭

Yang sudah merekomendasikan Drakor dengan bau-bau kedokterannya terimakasih banyak yaa

Author sayang kalian 💋💋💋

Yuk jangan lupa tinggalkan jejak dengan like comment supaya author makin semangat nulisnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!