NovelToon NovelToon

Keluarga Yang Tak Dirindukan

Sebuah Sandiwara

Terlihat ada seorang perempuan paruh baya sedang menyiapkan sarapan di meja makan.

"Sudah bangun sayang?" Tanyanya sambil menoleh karena mendengar suara langkah kaki.

"Hmm.." Jawab pemuda itu sambil mengusap kedua mata dengan kedua tangan.

"Ma, Papa gak pulang lagi hari ini?" Tanya pemuda tersebut setelah duduk di meja makan bersiap memakan roti yang barusan diambilnya.

Dengan cepat Anika memukul tangan pemuda tersebut menggunakan sendok yang sedang dipegangnya.

"Kaisar! Kebiasaan kalo makan itu cuci tangan dulu!" Anika berbicara sambil melotot ke arah pemuda tersebut.

"Aduh! Mama nih mukulnya kayak aku lagi ngambil Tupperware kebanggaan Mama aja, sakit tau!" Protes Kaisar dengan mengsuap-usap tangannya.

Saat Anika hendak menceramahi Kaisar lagi, terdengar suara mobil yang memasuki parkiran, setelahnya terlihat ada seorang pria paruh baya memasuki rumah dengan menenteng paper bag berisi belanjaan.

"Wah... Ada apa ini? Sepertinya Papa melewatkan sesuatu." Tanya pria paruh baya tersebut sambil meletakkan paper bag di atas meja makan kemudian mengecup bibir Anika, istrinya.

Kaisar melihat kejadian itu dengan tidak peduli. Seolah itu sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya ketika mereka bertemu.

"Wah.. Papa sudah pulang. Tapi kok tumben pulangnya pagi, biasanya sore baru pulang." Tanya Anika dengan tersenyum hangat, rasanya seperti baru kemarin saja mereka menikah.

"Lihat Kai, wanita selalu saja seperti itu ketika pria pulang terlambat dia protes, saat pria pulang lebih awal dia protes lagi." Jawab Rendra dengan menunjuk wanita dihadapannya sambil menoleh ke arah anak semata wayangnya.

Kaisar tertawa kecil mendengar ucapan Papanya "Bukankah ada perumpamaan bahwa laki-laki memang selalu salah dimata perempuan dan perempuan selalu benar dalam berbagai hal?"

"Benarkah ada perumpamaan seperti itu? Ah.. Kai, kamu harus lebih berhati-hati dengan yang namanya wanita. Jika tidak, habislah kita." Ketiganya pun tertawa mendengar penuturan Rendra

***

Setelah selesai sarapan, Kaisar pamit pergi ke kamarnya.

"Kenapa pulang lebih awal? Apakah terjadi sesuatu?" Tanya Anika pada Rendra sambil menoleh ke arah kamar Kaisar, memastikan pemuda tersebut sudah benar-benar memasuki kamar.

Rendra yang sedang makan pun menghentikan gerakan tangannya sambil melirik ke arah Anika yang duduk disampingnya.

"Apa aku tidak boleh pulang ke rumah ini?" Jawabnya dengan sebuah pertanyaan.

"Bukan seperti itu... Hanya saja tidak biasanya kamu seperti ini. Jadi aku pikir jika ada masalah mungkin aku bisa membantu." Jawab Anika sambil membuang wajah ke arah lain. Dia seperti sedang menahan sesuatu.

Rendra kehilangan nafsu makannya dia kemudian bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pergi. Namun baru tiga langkah dia berajalan tiba-tiba dia berbalik lagi dan berkata,

"Berhenti seolah kamu peduli padaku! Mungkin kamu lupa, bahwa semua ini terjadi karena dirimu!" Ucapnya dengan nada sedikit tinggi kemudian dia berjalan kembali tanpa menunggu jawaban dari Anika.

Mendengar perkataan dari suaminya, Anika hanya mampu menghembuskan nafas dengan kasar dia sedang mencoba menguatkan dirinya sendiri. Tanpa dia sadari, air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya lolos begitu saja.

"Aku juga lelah dengan ini semua aku juga sedang berusaha memperbaiki semuanya, tapi kamu tidak pernah memberikanku kesempatan itu."

Bersambung...

Jangan lupa klik like dan favorit ya🐣🐣🐣

^^Ini karya pertama aku, jadi kritik dan saran kalian sangat aku butuhkan untuk mengembangkan cerita ini agar lebih baik lagi**. ^^

Pertengkaran Kesekian Kalinya

Rendra menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang dia merasa marah, sangat marah. Tapi jika diperhatikan lebih teliti lagi, kesedihannya justru lebih besar dibandingkan kemarahannya.

Dia menyesali semuanya, kenapa ini harus terjadi kepada dirinya dan keluarganya yang sangat dia cintai. Kenapa sulit sekali memperbaiki apa yang telah hancur.

Rendra menatap kosong ke arah langit-langit kamar, cairan bening perlahan mulai mengalir dari kedua ujung matanya saat tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, dengan cepat Rendra menghapus air mata itu lalu bangun dan berpindah ke posisi duduk.

"Ada apa?" Tanya Rendra pada orang itu yang tidak lain adalah Anika.

"Apa aku boleh masuk?" Tanya Anika dengan hati-hati karena jelas dia melihat bahwa Rendra sedang marah padanya.

"Apa ini kamar orang lain sehingga perlu izinku?" Jawab Rendra dengan nada dingin tatapannya tajam seolah bisa melukai siapa saja yang melihatnya.

Anika hanya diam mendengar perkataan itu karena dia tidak mau meributkan hal kecil. Dia mulai melangkah memasuki kamar dan duduk di sisi ranjang.

"Rendra, apa kamu masih begitu membenciku? Tidakkah cukup selama ini kamu menyiksaku dengan sikap diam mu?" Anika bertanya sambil meremas jemarinya jelas ada sedikit rasa takut di hatinya ketika melontarkan pertanyaan itu, dia sendiri merasa bingung harus bertanya dengan cara seperti apa.

Rendra tersenyum sinis menanggapi pertanyaan itu kemudian berkata, "Jika aku tidak diam sekalipun, apakah kamu bisa mengembalikan semua yang telah hilang? Apakah kamu bisa memperbaiki keadaan yang sudah kamu hancurkan? Apakah kamu bisa mengembalikan hatiku yang telah lama kamu patahkan? Hah?!"

Anika tidak menjawab, dia hanya meremas ujung bajunya. Dia tidak mampu menjawab pertanyaan Rendra karena memang benar dia adalah satu-satunya orang yang harus disalahkan dari semua ini, dan untuk kesekian kalinya Anika hanya mampu menangis, menangisi semua yang telah terjadi.

Melihat Anika menangis didepannya, sungguh Rendra ingin sekali memeluk dan memberikan ketenangan kepada wanita paruh baya itu. Rendra sudah ingin membawa Anika kedalam pelukannya, tapi tangannya hanya menggantung di udara dan belum sempat menyentuh tubuh itu. Dia teringat kemarahan dan kesedihan yang dirasakannya selama ini dan itu mampu mengendalikan perasaannya.

"Menangislah, karena memang hanya itu yang bisa kamu lakukan sejak dulu, dan perlu kamu ingat aku tidak akan pernah iba dengan sandiwaramu yang satu ini." Kata Rendra dingin, lalu bangkit dari duduknya dan bersiap untuk melangkah pergi tapi sebelum sempat dia pergi, sebuah tangan menahan pergelangan tangannya.

"Hukum aku semaumu Rendra, tapi ku mohon berhenti bersikap seperti ini, ini sangat menyiksaku. Jika Kaisar tau dia juga akan terluka." Pelan suara Anika memohon.

"Rasa sakit yang kamu rasakan, tidak sebanding dengan apa yang aku rasakan dan juga, berhenti menggunakan Kaisar sebagai alasan dari kesalahanmu." Rendra menepis tangan Anika dengan kasar, kemudian dia melangkah pergi meninggalkan kamar dan membanting pintu kamar dengan cukup keras.

Anika bahkan sampai tersentak mendengar suara itu. Dia mulai menangis sesenggukan dan jatuh duduk di lantai. Dia menjambak rambutnya sendiri menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi.

Bersambung...

Jangan lupa klik like dan favorit ya🐣🐣🐣

^^Ini karya pertama aku, jadi kritik dan saran kalian sangat aku butuhkan untuk mengembangkan cerita ini agar lebih baik lagi**. ^^

Pujian Kai

Anika menangis hingga tertidur dalam posisi duduk dengan tangan memeluk lutut. Saat dia bangun, waktu menunjukkan sudah pukul 4 sore lalu dia melihat sekelilingnya berharap menemukan Rendra di sana, dan hasilnya nihil tidak ada siapapun. Kemudian dia bangkit dari duduknya dan merapikan rambutnya yang berantakan.

"Ah... Mataku terlihat sembab sekali, lebih baik aku mandi dulu sebelum keluar." Anika melihat pantulan dirinya di cermin dengan perasaan miris.

Hanya butuh 10 menit untuk Anika membersihkan diri, dia mengganti pakaiannya lalu memakai sedikit riasan untuk menutupi matanya yang bengkak kemudian dia berjalan keluar kamar.

Saat di depan pintu kamar, Anika berpapasan dengan Kaisar yang kebetulan hendak memanggilnya. Anika tersenyum hangat melihat putra semata wayangnya itu.

"Mama tumben sore gini baru keluar kamar, habis ngapain hayo sama Papa..." Goda Kaisar dengan tertawa cekikikan.

Mendengar pertanyaan anaknya, Anika justru melotot ke arahnya dan menarik telinga pemuda yang tingginya sudah melebihinya itu. "Eh... Ini anak baru kemarin disunat udah nanya yang aneh-aneh ya. Siapa yang ngajarin hm?"

Sambil mengaduh kesakitan, Kaisar justru semakin tertawa lantang, "Aduh.. iya-iya Ma, ampun jangan jewer-jewer lagi dong bisa lepas kuping Kai ih!"

Melihat anaknya kesakitan Anika langsung melepaskan tangannya dari telinga Kaisar lalu menatap lekat wajah pemuda itu dan berkata, "Perasaan baru kemarin tinggi kamu seperut Mama, sekarang tingginya udah melebihi Mama aja, Mama sampe susah lho tadi mau jewer kamu." Ucap Anika dengan berdecak kagum.

Kaisar justru tidak peduli dengan pujian Mamanya. Ya, pemuda itu memang sedikit tidak suka jika ada yang memuji penampilannya. Kaisar lebih memilih mengalihkan pembicaraan ke arah lain.

"Wait... Sepertinya ada yang beda sama Mama kali ini." Kaisar memperhatikan wajah Anika dengan seksama.

Anika sedikit terkejut karena berpikir Kai menyadari bahwa dirinya sehabis menangis. Anika tidak berani menatap mata anaknya dan memilih mengalihkan pandangan sebelum pemuda tersebut benar-benar melihat matanya yang sedikit bengkak.

"Apa si Kai... Beda apanya coba? Mama memang selalu seperti ini kan?" Jawab Anika dengan tertawa kecil untuk menutupi keterkejutannya.

"Enggak... Enggak... Kali ini Mama beda, Mama keliatan lebih cantik dari biasanya." Puji Kaisar dengan tulus.

'Eh anak ini gak sadar mataku bengkak? Syukurlah...' Batin Anika dalam hati, dia sedikit lega karena Kai sama sekali tidak sadar dirinya sehabis menangis, jadi Anika tidak perlu memutar otak untuk mencari alasan.

Perlahan Anika menoleh ke arah Kaisar dan memandang wajah pemuda dihadapannya, "Apalagi ini? Baru kelas X udah pinter gombal ya.... Tapi tunggu, bukankah Mama memang selalu terlihat cantik?" Anika tertawa kecil mendengar ucapannya sendiri, dia sedikit malu diusianya yang sekarang masih saja sepercayadiri itu.

"Mama memang paling cantik bahkan melebihi Miss Universe!" Ucap Kaisar sambil menunjukkan kedua jempol tangannya sebagai tanda untuk pujian, Sedangkan Anika hanya tertawa menanggapi pujian dari anaknya, dia tidak mau membahas lebih jauh karena Anika memang malu jika dipuji seperti itu.

"Oh ya Ma, udah ditunggu sama Papa dari tadi, katanya pingin ngajak kita makan di luar." Lanjut Kaisar

"Hm? Kenapa Papa gak bilang sama Mama, Mama kan harus jadi siap-siap lagi kan." Anika berkata dengan mengangkat kedua alisnya.

"Udahlah Ma... Kan Kai udah bilang tadi, kalo Mama hari ini lebih cantik dari biasanya, jadi ayo buruan gak usah dandan lagi kelamaan! Udah laper nih." Jelas Kaisar sambil mengusap-usap perutnya dengan kedua tangan, memberi tanda bahwa dia memang benar-benar lapar.

Anika tersenyum hangat ke arah putranya, "Yaudah ayo ayo.. Anak Mama ini kalo urusan makan emang udah gak bisa ditunda lagi, makan banyak tapi badan segitu aja dasar..." Jawab Anika sambil terkekeh lalu mendorong punggung putranya untuk segera menemui Rendra.

Bersambung...

Jangan lupa klik like dan favorit ya🐣🐣🐣

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!