Vienna diam dengan wajah tertunduk di kursi.Untuk kesekian kali,suaminya mengingkari janjinya untuk makan malam bersama.Vino dan Viviek sudah pergi ke kamarnya karena kelamaan menunggu sang Ayah.
Entah apa yang telah dilakukan Gunawan diluar sana ?jawaban ada rapat mendadak sudah menjadi alibi terbaik yang tak pernah dibantah oleh Vienna.Meskipun Vienna tahu itu hanya kebulsyitan semata,namun diam adalah jalan yang dipilih.Karena Vienna sangat mencintai suaminya.
Suara deru mobil terdengar, Vienna tetap tak beranjak.Sampai pintu terbuka dari luar, Gunawan terpana melihat istrinya duduk di ruang tamu sendirian.
"Sayang...kamu belum tidur?"seru Gunawan setelah menutup pintu di balik punggungnya.Namun tak ada respon dari Vienna,ia tetap tertunduk pilu.
"Sayang...kamu kenapa?"Gunawan merengkuh pundak istrinya dengan hangat.
"Hatiku sakit Mas,dadaku sesak"jawab Vienna begitu mendalam.
"Apa perlu ke dokter ?"Dari nada bicaranya, Gunawan begitu perhatian.Vienna mengangkat wajahnya.
"Kau sudah mengecewakan anak-anak Mas"
"Sayang..aku kan udah bilang bahwa aku ada rapat mendadak"
"Yah aku tahu,tapi anak-anak ?mereka kecewa padamu "
Gunawan menyadari ia salah..
"Baiklah...besok aku akan minta maaf "
"Maaf untuk yang ke berapa kalinya Mas?"Dua mata yang begitu jernih itu mulai berkaca-kaca.
"Sayang...kamu kan tahu,aku kerja banting tulang untuk kamu,untuk anak-anak..Bukankah kamu masih ingat ? bagaimana kita berada di fase hidup yang serba kekurangan?Aku nggak mau sayang kita berada diposisi itu lagi"
Vienna menatap manik mata suaminya dengan mendalam.Ia ingin mencari kejujuran disana.Mungkin Vienna terlalu posesif hingga ia hampir melukai hati suaminya yang berjuang untuk dia dan anak-anak.
"Maafkan aku Mas"
Gunawan mencium kening istrinya dengan hangat.
"Aku yang harus minta maaf sayang"
Keduanya saling berpelukan dengan penuh haru.
"Ya sudah...yuk kita masuk ke dalam,aku mau mandi terus istirahat.Besok suamimu ini akan kerja lagi"
Vienna mengukir senyum meskipun terpaksa,ada rasa tak rela ketika Gunawan mengatakan akan kerja lagi.Seolah-olah pekerjaan itu merebut suaminya dari nya.
*
Setelah Gunawan masuk ke dalam kamar mandi, Vienna mengemas baju-baju kotor yang baru saja dikenakan oleh sang suami.Sebelum masuk ke keranjang,ia sudah terbiasa mengecek saku suaminya takut ada barang berharga tertinggal.Biasanya kalau rejeki, Vienna akan menemukan beberapa lembar uang.Entah itu 2ribu perak atau 5ribu perak.
Benar saja, Vienna menemukan beberapa lembar uang yang tergulung bersama secarik kertas.Setelah gulungan itu dibuka, rupanya itu adalah struk tiket MRT.
"Pergi kemana Mas Gunawan naik MRT?"Vienna bertanya pada dirinya sendiri.
"Bukankah Mas Gun mengendarai mobil?lalu kenapa dia naik MRT??"
Vienna segera meletakkan baju kotor suaminya ke keranjang,lalu masuk kembali ke kamarnya.
"Mas.."
Gunawan mengangkat wajahnya,saat itu ia telah memakai baju tidur.
"Aku menemukan struk tiket MRT, Mas pergi ke mana naik MRT?"
Gunawan terlihat kaget, ia langsung merampas kertas yang ditunjukkan oleh istrinya.
"OH ini..tadi kan aku rapat di plaza sayang.Jadi biar cepet aku naik MRT ,karena kan kamu tahu jalanan di sore hari pas waktu Semua orang pulang kerja macet total"Gunawan langsung menemukan jawaban yang menurut dia sangat tepat. Namun Vienna tidak langsung percaya, karena instingnya mengatakan hal lain.
"Ya udah yuk sayang,kita tidur"Gunawan melingkarkan tangannya ke pinggang kecil sang istri . Ia menggiring Vienna untuk segera beristirahat.
Vienna pun tak membantah, meskipun perasaannya semakin tidak karu-karuan.Karena lagi-lagi cinta yang membuat ia untuk tetap memilih diam tanpa sebarang bantahan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi harinya, seperti yang sudah direncanakan.Gunawan memberikan kejutan kecil untuk dua putranya.Ia memasak sendiri makanya favorit keduanya.
Vino dan Viviek pun sangat teruja, mereka langsung melupakan kejadian semalam yang membuat mereka marah kepada Ayah mereka.
"Terimakasih Ayah..."Ucap keduanya kompak.
"Sama-sama sayang...maafin Ayah ya..tadi malam pulang terlambat"
"Tapi jangan diulangi lagi ya Yah"Viviek menjawab dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Insya Allah sayang...Ayah akan berusaha untuk pulang lebih awal lagi"
Vino dan Viviek melakukan TOS karena saking senengnya mendengar janji sang ayah yang belum pasti lagi.
Vienna sedari tadi tidak berhenti tersenyum melihat tingkah pola kedua anaknya beserta suaminya.Sampai sudut bibirnya terasa ngilu.Gunawan memang lah pandai mengambil hati kedua anak-anaknya,pria itu juga sangat lembut dan tidak pernah sekalipun ringan tangan kepada Vienna.Mungkin sebab itulah Vienna sangat bucin sekali kepada Gunawan dan jika ada perubahan sikap suaminya saja ia menjadi posesif.
"Mas... kemarin aku dapat telfon dari Mira,masih ingat sama Mira Kan Mas?"
Gunawan mengerutkan keningnya mencoba mengingat nama yang disebutkan istrinya.
"Emmm lupa aku sayang,Mira yang mana ya?"
"Itu yang datang di acara pernikahan kita,aku kan pernah cerita sama kamu sayang kalau aku punya teman karib bernama Mira.Dia temanku yang paling mengerti aku dari suka dan duka.Sebenarnya ada satu lagi teman,tapi ???kami jadi renggang karena kesalahanku sendiri"
"Ituloh Mas yang ngasih kado perlatan dapur lengkap dengan cobek-cobeknya"
"Oohhh iya iya aku ingat sayang,kamu yang Sampek nggak berhenti ketawa saat membuka hadiah itu"
Vienna tergelak dengan respon menutup mulutnya dengan punggung tangannya.
"Memangnya kenapa dia nelfon kamu sayang ?"
"Katanya Minggu depan ada reunian seangkatan SMA sayang ... boleh nggak aku datang?kamu juga ikut nggak apa-apa sayang "
"Ah nggak lah sayang,aku malu"tolak Gunawan lembut.
"Malu kenapa sayang ?"
"Kamu kan tahu sendiri sayang aku gimana?nanti malah bukan reunian, melainkan saling unjuk pasangan dan harta kekayaan "
Vienna tertegun..Yah perkataan suaminya itu tidak lah salah.
"Kalau kamu mau datang nggak apa-apa sayang,biar aku yang jaga anak-anak.Lagian Ibu juga pasti sudah sangat rindu dengan cucu-cucunya.Jadi aku bisa bawa mereka kesana"
"Wah yang benar Yah??kita akan ke rumah nenek"timpal Vino semangat.
"Iya sayang.."Gunawan mengusap pucuk kepala anaknya.
"Horeee ...kita akan main ke rumah Nenek Dek"Vino semangat sekali.
"Iya Kak"Jawab Viviek.
"Horeeee"keduanya kompak berseru.
"Ya udah Mas...tapi aku nggak akan lama kok"
"Iya sayang..jangan khawatir "Gunawan menjawab begitu menenangkan hati istrinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pukul 7.45 , Gunawan baru saja tiba di meja kerjanya.Ia langsung membuka laci meja kerjanya dan mengambil sebuah benda pipih miliknya.Setelah menghidupkan benda canggih itu,ia langsung menghubungi seseorang.
"Hallo ???"Sapaan lembut dan manja terdengar menggoda.Gunawan tersenyum tipis.
"Udah sarapan belum ?"balas Gunawan lembut,ia menyandarkan tubuhnya ke badan kursi dengan malas.
"Sudah Mas"jawab dari seberang.
"Nanti malam aku nggak datang ya"
"Kenapa ??"
"Sebagai gantinya,siang ini aku kesana.Kita makan siang sama-sama "
"Jawab dulu kenapa nggak mau datang ?"
"Vino dan Viviek ngambek karena semalam aku telat pulang.Padahal aku yang sudah berjanji untuk makan malam bareng sama anak-anak "
"Ya udah..ajak aja anak-anak kesini "
"Kau ini...ya nggak bisa dong sayang.Gimana nanti perasaan Vienna "
Terdengar dengusan kesal.
"Jangan gitu dong"rayu Gunawan.
"Ya udah...aku akan siapkan makan siang yang enak untuk kamu Mas"
"Makasih ya sayang...aku kerja dulu ya"
"He-em "
"I Love you "
"I Love you to "balas dari seberang,talian pun terputus hampir bersamaan.
Gunawan menghela nafas panjang,ia tersenyum sangat manis.Sejak dua bulan terakhir ini, hidupnya jadi berwarna karena menikah dengan Norma.Wanita yang ia temui di Bazaar makanan Di Plaza mall.Karena makanan Norma sangat enak membuat Gunawan langsung jatuh hati.
Namun Gunawan bukan tipe orang yang suka main tanpa hubungan yang sah.Karena perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan,ia pun memutuskan menikah dengan Norma secara siri tanpa sepengetahuan Vienna ataupun keluarga besar nya.
Dan Norma pun mau saja dijadikan istri yang kedua ,nurut sama Gunawan membuat Gunawan semakin bahagia.Masalah belanja,Norma tidak terlalu menuntut ini dan itu.Karena dia sendiri mempunyai usaha kuliner yang lumayan sukses.Coba bayangkan, lelaki mana yang tidak mau poligami jika seperti ini.
*
Norma tersenyum tipis begitu melihat notifikasi pesan dari teman lamanya.Hari itulah yang ia tunggu-tunggu, setelah sekian lama ia bersabar menunggu waktu yang tepat.Akhirnya....
"Kenapa nih?kok senyam-senyum sendiri ?"Gunawan memeluknya dari belakang.Ia sudah selesai mandi dan berpakaian rapi setelah mendapatkan servis yang memuaskan dari istri keduanya.
"Ini sayang,aku dapat pesan dari teman lamaku.Mereka ngajak ketemuan weekend ini"
Gunawan manggut-manggut...
"Boleh kan aku pergi ?"
"Boleh sayang,,,"Kecupan hangat mendarat dipipi mulus istrinya.Norma tersenyum tipis, Gunawan memang lelaki yang bertanggung jawab.Beruntung sekali Vienna mendapatkan suami seperti dia.Tapi sekarang, keberuntungan itu harus ia bagi dengan Norma.Teman lamanya yang pernah ia sakiti.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari pertemuan alumni para anak SMA lulusan tahun 2009 sudah tiba.Semua undangan turut hadir dengan penuh antusias.Begitu juga dengan Vienna,ia berdandan begitu cantik dan elegan.Karena sememangnya Vienna terkenal dengan kecantikannya saat di sekolah dulu.
"Vien..."
Vienna mencari arah sumber suara, rupanya itu Mira.Wanita yang seumuran dengannya berjalan cepat menyambut kehadirannya.Vienna tersenyum tipis, keduanya saling berpelukan melepaskan rindu.
"Akhirnya kita ketemu juga setelah sekian lama"ucap Mira penuh haru.
"Kamu makin berisi aja Mir"Vienna memperhatikan penampilan sahabatnya yang sedikit berbeda.Mira tersenyum sumringah.
"Aku lagi isi"jawab Mira sambil mengusap perutnya.
"Benarkah ???"Vienna terpana.Mira mengangguk penuh semangat.
"Alhamdulillah... akhirnya"
Mira tersenyum bahagia.
"Yuk ngumpul..."
Vienna mengangguk setuju, keduanya saling bergandengan tangan masuk ke lokasi pertemuan.
Disana sudah tersedia berbagai macam makanan,dan kursi yang mengitari meja bulat besar.Rupanya semua undangan sudah pada hadir,hanya Vienna yang terlambat.
"Hay Vien.."
"Hay Vien.."
Sapaan demi sapaan begitu ramah menyapa,Vienna membalasnya dengan lambaian tangan dan senyuman manis.
Mira menarik kursi untuk Vienna,tepat disebelah nya.Ia tidak menyadari jika disebelahnya juga ada tamu yang sangat ia kenali duduk.
"Hay Vien"
Vienna menoleh.
"Norma!!"
Norma mengulurkan tangannya.
"Lama ya nggak ketemu,kamu tetap cantik dan elegan"
Vienna membalas uluran tangan tersebut.
"Terima kasih,kamu juga...masih dengan senyuman yang menawan"
Norma tersenyum,Vienna tidak tahu Jika dibalik senyum itu ada rencana yang siap menghancurkan hatinya.
"Cieeee mantan madu akhirnya baikan kembali "Seloroh Warna yang langsung disikut oleh Mira.
"Iya nih,,, sayangnya sang pangeran tidak bisa hadir karena masih merintis bisnis di luar negeri"Sambung Adam yang disambut gelak tawa.
"Tapi aku dengar dia bakal balik ke Indonesia loh"timpal Rika.
"Iya...dan ternyata dia masih ngejomblo"sahut Adam.
"Serius ??"
"Serius LION masih ngejomblo ?"
Banyak yang meragukan kabar yang diceritakan oleh Adam,teman karib Lion.Adam mengangguk yakin.
"Kok bisa ya??kan dia ganteng,kaya lagi.Masak ngejomblo ??"
"Parah nih... Vienna sendiri sudah menikah dan punya anak dua"Warna berceloteh.
"Apa hubungannya ?"sahut Mira.
"Ya berhubungan lah beb..setahuku kan mereka putus hubungan karena Vienna cemburuan waktu mereka LDR-AN "
"Tapi kan Norma masih belum nikah"Rika berkomentar.
"Ah iya ya...kayaknya bakal CLBK nih"
Norma tersenyum tipis,Vienna memperhatikannya.
"Aku sudah menikah kok?"
"Ohya..kapan?kok kita-kita nggak dikabarin"
"He-em "
Vienna dan Mira diam menyimak.
"Udah dua bulanan...nanti pasti aku undang kok diacara resepsi pernikahan kami.Kamu bisa hadir kan Vien?"
"Ah Insyaallah aku akan hadir "Jawab Vienna agak kaget karena Norma menanyakan dirinya.
"Usahain hadir ya...karena aku ingin membagi momen kebahagiaanku bersamamu"
"Oh iya...akan aku usahakan "
*
Vienna pamit ke toilet,ia ingin pipis Setelah banyak minum jus kesukaannya bersama teman-temannya.
Selesai membuang hajat,ia keluar untuk bercermin di wastafel sambil mencuci tangan.
Rupanya Norma juga baru saja keluar,ia melemparkan senyuman kepada Vienna.Vienna pun membalas senyuman itu.
"Sepertinya suami mu merawat mu dengan baik ya Vien"
"Alhamdulillah.."jawab Vienna.
"Aku jadi pengen punya suami seperti itu"
"Memangnya kenapa suamimu?"
"Ah nggak...kan masih baru,jadi belum tahu karakter yang sebenarnya.Kalau kamu kan sudah bertahun-tahun, melihat mu masih secantik ini.Berarti suami sangat menjaga dan merawat mu"
Vienna tersenyum, penilaian Norma memang benar.
"Aku duluan ya"
Vienna mengangguk,Norma pun berlalu keluar dari toilet.Saat Norma pergi, Vienna menemukan dompet Vienna tertinggal.
"Eh Nor.."Viena ingin memanggil mungkin masih sempat,tapi rupanya Norma sudah keluar.Dengan niat ingin mengembalikan dompet tersebut, Vienna mengambilnya.Tapi saat diangkat sesuatu jatuh tanpa sengaja.
"Apa itu ?"
Vienna berjongkok memungutnya,dan setelah dilihat rupanya sebuah foto.
DEGH
Tubuh Vienna terpacak bagai arca, badannya pias panas dingin.Tangannya gemetar, perutnya langsung terasa diubek-ubek.Vienna tidak tahan,ia muntah-muntah mengeluarkan semua isi perutnya.
"Vien...kamu kenapa?"
Rupanya Mira menyusul Vienna ke toilet.Ia kaget melihat sahabatnya muntah-muntah begitu.
"Vien"Mira memicit punggung leher sahabatnya.Ia teringat kalau ia membawa minyak kayu putih,karena dia sedang hamil jadi cenderung muntah-muntah.
"Ini"
Setelah mengoleskan minyak kayu putih dipunggung leher Vienna ,Mira memberikan minyak kayu putih itu ke pada Vienna.
Dan itu berhasil, Vienna sudah tidak muntah-muntah lagi.Tapi wanita itu justru memeluk Mira sembari menangis sejadi-jadinya.Mira keheranan,ia masih belum tahu apa yang terjadi sebenarnya.
"Kenapa Vien??kamu kenapa ??"tanya Mira, Vienna tidak mampu untuk menjelaskan Ia hanya memberikan selembar foto yang telah Ia pungut di lantai.Mira menerima foto itu lalu memeriksanya. Mira terperangah melihat foto tersebut.
"Da- dari mana ka-kamu mendapatkan foto ini ?"
Vienna masih tergugu saat ia menyerahkan Dompet Norma.Dengan cepat Mira mengambil dompet tersebut dan membukanya.Rupanya ada foto kedua disana dengan ukuran lebih kecil.Mira menakup mulutnya,ia sungguh sangat tidak percaya.
"Ayo...Ayo kita labrak Norma,kita interogasi dia didepan semuanya"Mira sangat marah dengan hal ini,ia menarik tangan sahabat nya untuk keluar dari toilet.Namun Vienna mematung,ia menggeleng pelan, membuat Mira semakin tersulut emosi.
"Apa yang kamu pikirkan Vien???dia pasti sengaja melakukan ini untuk menyakiti mu,tapi aku tidak akan biarkan itu"
"Jangan Mir...biarkan aku selesaikan masalah ini sendiri"
"Apa yang bisa kamu lakukan ??hah??"
"Nanti akan aku pikirkan,aku tidak mau salah mengambil langkah seperti kejadian yang dulu"
"Vien...itu bukan salahmu "Mira memegang kedua pundak sahabatnya.
Pada saat itu juga, pintu toilet terdorong dari luar.Vienna dan Mira menoleh, rupanya Norma datang.
"Nah tu kan,aku sudah sangat yakin,dia merencanakan semua ini dari awal"Pekik Mira .Norma hanya tersenyum saja.
"Ini adalah rencana mu kan?"Mira melempar dompet beserta foto itu ke wajah Norma.
"Kau sengaja mengekori Vienna ke toilet, meninggalkan dompet mu..agar Vienna tahu bahwa kamu sudah menikah dengan suami Vienna?!"
"Kalau iya kenapa?"jawab Norma dengan entengnya.
"Kau memang sangat keterlaluan ya..sini..aku cabe mulutmu"Mira naik darah,ia ingin menghajar Norma namun ditahan oleh Vienna.
"Mir udah..udah..ya??"
"Aku nggak bisa ngebiarin dia berbuat seenaknya sama kamu Vien"
"Iya ...iya aku tahu,tapi..kamu sedang hamil,kamu harus memikirkan nasib bayimu.Bukankah selama ini kamu berjuang untuk ini?"
Vienna mengusap perut sahabat nya,Mira jadi terenyuh.
POK POK POK POK
Norma bertepuk tangan sendiri.
"Waaah kamu memang hebat Vienn, disaat seperti ini Mira menjadi garda terdepan membelamu.Tapi disaat aku ada diposisi mu?tidak ada seorang pun yang perduli padaku.Justru semuanya turut merasakan kebahagiaan mu yang telah merebut Lion dari aku"
Mira dan Vienna saling berpandangan satu sama lain.
"Jadi kau menikah dengan Mas Gunawan,karena hal ini??bukan karena kamu mencintai nya?"
Norma menarik sudut bibirnya dengan sengit.
"Sejak saat itu, yang ada dalam mimpi ku adalah apa yang terjadi padamu sekarang ini Vienn"
Vienna menggelengkan kepalanya karena tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Norma.
"Eh Nor...aku kasihan sama kamu, seharusnya kamu introspeksi diri.Kenapa teman-teman kita begitu antusias kepada Vienna dari pada kamu?"
"Itu karena, Vienna orang yang tulus,tidak naif seperti dirimu"
"Apa?? Tulus ?? orang yang tulus tidak akan merebut kekasih sahabatnya"Bantah Norma.
"Asal kamu tahu Nor, Vienna tidak merebut Lion.Dia jadian sama Lion saat kalian sudah End"
Norma tersenyum sinis.
"Kamu pikir aku bodoh,Lion mutusin aku karena dia bakal jadian sama Vienna.Seharusnya, kalau Vienna emang empati sama aku?dia tidak akan mau pacaran sama mantan sahabatnya "
"Sudah-sudah.."Vienna menengahi.
"Sejak kapan kalian menikah ??"
Dengan jumawanya Norma melipat tangan di dada.
"Baru beberapa bulan kok"
Vienna diam,ia menyadari perubahan suaminya memang beberapa bulan terakhir ini.
"Sekarang...kamu sudah berhasil membalas rasa sakit hati mu padaku.Cepat tinggal kan Mas Gunawan,jangan sampai dia tahu kalau kamu mau menikah dengan nya hanya karena sakit hati mu"
"Enak banget kamu nyuruh aku gitu,aku tidak akan meninggalkan Mas Gunawan.Karena semua ini masih permulaan,akan ku buat kamu kehilangan semua kebahagiaan mu Vienna"
"Eh.. sundel!!!jaga bicaramu ya"hardik Mira.Norma bukannya marah tapi malah tertawa renyah.
"Terserah kamu mau ngomong apa ? yang penting saat ini kebahagiaan sahabat mu itu akan sirna "Norma berucap dengan nada ancaman,lalu ia pun keluar dari toilet itu dengan angkuhnya.
"Iiihhh geramnya aku sama Norma,kamu juga Vien.Kenapa diam saja?dia telah merebut Suami mu"
Vienna diam,ia perlu mengatur perasaan nya sendiri agar tidak terbawa emosi.
"Malah diem...Vien!!"hardik Mira.
"Aku pulang dulu ya Mir....maaf karena aku tidak tinggal sampai acara selesai"
"Kamu mau kemana ?"Mira mulai khawatir.
"Aku harus melakukan sesuatu,aku tidak mau Norma mendapatkan apa yang dia mau.Jika aku harus hancur,maka dia pun akan juga ikut hancur "
Mira mengangguk setuju.
"Jangan katakan apapun kepada yang lain,jika terjadi kegaduhan.Norma akan semakin merasa menang "
Sekali lagi Mira mengangguk setuju.
"Terimakasih Mir..."
"Apapun yang terjadi, kontak aku ya"jawab Mira, Vienna mengangguk.
Akhirnya Vienna pamit pulang duluan kepada teman-temannya yang lain dengan alasan ada emergency.Meskipun tidak jelas ada masalah apa?tapi Adam selaku ketua dari acara ini pun
mengiyakan.Sedangkan Norma hanya tersenyum tipis duduk di kursinya.
*
*
Gunawan sejak tadi berusaha menghubungi Norma namun tidak diangkat.Sampai akhirnya, setelah kesekian kalinya.Barulah terdengar sahutan dari seberang.
"Hallo..."
"Sayang...ada dimana ?kok di telfon dari tadi nggak diangkat-angkat sih"
"Maaf Mas, ponselku ada di dalam tas.Jadi nggak kedengaran..Ada apa Mas?"lembut sekali suara Norma menjelaskan.
"Aku hanya ingin tahu,kamu sudah makan belum ?"Alasan terbaik untuk menutupi gengsi karena rindu.
"Oh sudah Mas,ini aku sudah di dalam mobil.Sudah mau pulang "Jawab Norma berbohong.Karena sebenarnya ia sedang menguntit Vienna yang baru saja masuk ke rumah orang tua Gunawan.
"Ohhh baguslah... Sayang...aku rindu.Besok aku ke tempat kamu ya"
Vienna mencengkram kuat ujung tuniknya,rasanya sangat sakit sekali.Tapi ia tetap menahan sabar,dengan tetap diam di belakang tubuh suaminya.
"Emang nggak apa-apa pulang terlambat lagi ?Apa anak-anak tidak marah lagi Mas?"
"Anak-anak sudah happ..."saat itu Gunawan menoleh dan mendapati istrinya di belakang punggungnya.Ponsel yang tergenggam perlahan menuruni pipinya.
"Sa-sayang"
Norma diseberang sana tersenyum tipis,ia pun mematikan ponselnya secara sepihak.Kejadian selanjutnya sungguh membuat dia tertawa ngakak.
Gunawan tercekat,ia menelan saliva, tenggorokannya kering seketika.Tapi Vienna hanya diam saja,lalu ia masuk ke dalam rumah sang mertua.
"Vinoo..Viviek.."Seru Vienna mencari kedua anaknya.
"Sayang...Vino dan Viviek sedang ke Indomaret sama Ibu"Gunawan mengekori langkah istrinya dengan was-was.Langkah Vienna tertahan mendengar jawaban suaminya ,ia pun kembali ke ruang tamu dan duduk di sana.Gunawan semakin takut melihat kediaman sang istri.Tapi ia juga takut untuk bicara.Akhirnya Gunawan memilih duduk di kursi sebelah tanpa mengatakan apapun.Sesekali ia melihat wajah Vienna yang tanpa ekspresi.Gunawan semakin takut jika istrinya akan minta untuk cerai.Karena ia tahu,Vienna pernah mengatakan disaat mereka mulai mengikrarkan janji sumpah suci.Bahwa Vienna tidak bisa mentolerir sedikit pun bentuk dari perselingkuhan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!