"Aku tidak akan sarapan di rumah, jangan terlalu berharap lebih, aku akan sarapan di luar saja."
"Oke."
Reza hanya mendelik sekilas saat Gilsha mengatakan itu, sudah menjadi kebiasaan tidak ada percakapan diantara mereka, mereka sudah sama-sama saling diam dan seolah tidak peduli atas satu sama lain.
Reza mengancing kemejanya kemudian mengambil kunci mobil di atas nakas sedangkan Gilsha hanya duduk di meja makan sembari memakan nasi goreng buatannya.
Dari hari pertama menikah, mereka memang tidak pernah makan bersama, Reza seolah tidak mengakui kehadiran Gilsha di hidupnya.
•
Gilsha Anindya Dwiantara, seorang Dokter muda, usianya baru dua puluh enam tahun, dia adalah seorang anak yatim, dia sudah tidak memiliki seorang ayah lagi, ayahnya meninggal karena tabrak lari dimana sekarang penabraknya masih belum ketahuan.
Dia harus merawat seorang ibu yang sudah lumayan tua, ibunya sekarang mengidap penyakit langka yang membuatnya harus di rawat di rumah sakit tempat Gilsha bekerja.
Gilsha sendiri menyimpan sebuah rahasia besar, dia kini hanya hidup dengan satu ginjal dan resiko yang besar.
Ini semua berawal dari tahun lalu, Gilsha bertemu dengan seniornya di kedokteran bernama Darion.
Darion merasa pusing karena anak pertamanya yang bernama Reza membutuhkan ginjal karena penyakit yang Reza derita.
Semua keluarga Darion tidak memiliki golongan darah yang sama dengan Darion, karena hal inilah membuat Gilsha merasa kasian.
Gilsha merasakan bagaimana rasanya punya keluarga yang dalam kondisi darurat, karena ibunya merasakan hal itu, ibunya harus menderita penyakit yang bahkan belum ada obatnya.
Dengan berbekal niat, dan Gilsha juga sudah banyak di tolong oleh Darion diawal dia menjadi dokter membuat Gilsha mendonorkan ginjalnya kepada Reza, anak dari Darion.
Karena kebetulan golongan darah Gilsha dan Reza itu sama, sehingga membuat Gilsha bisa menjadi pendonor.
Setelah kejadian itu, dengan niat balas budi Darion menikahkan Reza dengan Gilsha, yah Reza tidak pernah tahu bahwa Gilsha lah pendonor ginjalnya.
Semuanya dirahasiakan atas permintaan Gilsha sendiri, yang Reza tahu dia hanya dijodohkan tanpa alasan dengan Gilsha yang membuat Reza membenci Gilsha.
Reza sendiri juga seorang dokter, Reza merupakan seorang dokter umum, sedangkan Gilsha dokter spesialis kandungan.
Kring!
Itu suara panggilan telepon, layar ponsel Gilsha yang tadi hitam kini menampilkan nama penelepon itu.
[Halo, La, ada apa?]
Itu adalah panggilan telepon dari Sela, teman sesama dokter Gilsha.
[Lo gak masuk? Udah jam segini belum datang, suami lo udah datang daritadi malahan]
[Aku bentar lagi berangkat, kok]
[Kenapa gak ikut sama Reza sih, kalian kan suami istri]
[Mas Reza lagi sibuk, aku gak mau ganggu dia, jadinya aku biarin pergi duluan aja]
Padahal sebenarnya ditawarkan pun tidak, Gilsha selalu merahasiakan apa yang terjadi dengan dirinya, berusaha tersenyum seolah pernikahannya baik-baik saja, dikarenakan ini adalah aib pribadinya yang tidak sepantasnya dia ceritakan ke orang lain.
[Yaudah cepat yah, Dokter yang jaga cuma gue, Kak Darren gak masuk, kalau lo ga datang ntar gue repot]
[Iya]
Tut!
Sambungan telepon pun terputus, Gilsha lantas bangkit dari duduknya kemudian mengambil tasnya dan berjalan keluar dari rumah setelah membereskan meja makan.
•
"Terimakasih, Pak!"
Gilsha membayar taksi yang dia pesan, kemudian berjalan masuk ke area rumah sakit, di hari Senin, biasanya rumah sakit ramai berbeda dengan weekend, di depan area utama, Gilsha sudah disambut oleh satpam dan beberapa cleaning service yang memang bertugas di jam pagi.
"Pagi, Dokter Gilsha."
Gilsha hanya mengangguk, ia kemudian berjalan melangkahkan kakinya masuk melewati koridor.
Disaat Gilsha berjalan dia tidak sengaja melihat Reza bersama kedua teman sesama dokternya ~Reno dan Aris sedang mengobrol di depan ruangan Reza.
"Kok lo, ga datang sama bini lo sih, masa dah nikah tapi berasa jomblo, sesekali pamer dong Za," ujar Reno.
Gilsha berhenti sejenak walaupun dirinya terhalang tembok tapi Gilsha tetap bisa mendengar ucapan dari mereka semua.
"Siapa? Gilsha, jangan mengatakan kalau dia istriku, dia hanya wanita sialan yang masuk ke dalam kehidupan ku, siapa yang ingin menikahinya," jawab Reza yang membuat Gilsha seketika merasakan sakit hati. "Dia hanya noda yang tidak bisa hilang dari hidupku."
Air mata Gilsha jatuh seketika mendengar ucapan Reza, kakinya gemetar sudah tidak bisa tertahankan lagi.
Pedih, disaat Gilsha hanya ingin menjadi istri yang baik, dia malah hanya menjadi noda dalam hidup Reza.
•
•
•
Assalamualaikum.
Ini karya pertamaku di tahun 2023 ini.
Selamat Tahun baru kalian semua, semoga resolusi tahun ini bisa tercapai dan semoga kebaikan selalu menyertai.
Aamiin❗
"Lo gaboleh ngomong gitu Za, takabur lo gak kasian sama Gilsha, gue tahu kalian dipaksa nikah tapi, lo kan gatau kalau Gilsha itu bahagia atau enggaknya," jelas Aris yang membuat Reza mendelik malas.
"Betul, gaboleh gitu Za," timpal Reno yang membuat Reza semakin malas saja
"Kalian gatau rasanya nikah sama orang kayak dia, kalaupun aku bakal menikah, aku pengen nikah sama orang yang sudah donorin ginjalnya dulu, bukan sama Gilsha, dia gak guna," jawab Reza.
Semakin sakit hati Gilsha mendengar semua ini, Gilsha sudah tidak bisa bertahan lagi, Gilsha kemudian kembali berjalan dengan menahan air matanya.
"Itu Gilsha, bro! Sha! Tunggu!" ujar Aris.
Gilsha tidak menoleh, dia berjalan saja meninggalkan mereka semua sementara Reza bersikap biasa saja, beda dengan Aris dan Reno yang merasa tidak enak dengan percakapan mereka yang mungkin sudah di dengar oleh Gilsha.
Gilsha berjalan menuju bagian poli kandungan dan masuk ke ruangannya, didalam sana sudah ada Sela sahabatnya.
"Eh nyonya, baru datang, darimana aja?"
Gilsha tidak menghiraukan Sela, Gilsha masuk ke dalam toilet yang ada didalam ruangan kemudian menatap wajahnya sendiri di wastefel yang dilengkapi dengan kaca.
Benarkah, dia hanya benalu dan noda hitam dalam hidup Reza, perlahan air mata Gilsha jatuh, rasanya sudah hilang perasaannya untuk berbicara kepada semuanya.
Tok!
"Sha! Lo gapapa kan?" tanya Sela dari luar sembari mengetuk pintu.
Gilsha mengusap air matanya dan dengan suara yang serak dia menjawab. "Gapapa La, aku lagi buang air kecil."
Sela mengangguk walaupun tidak bisa dilihat oleh Gilsha, sedangkan Gilsha segera membereskan dirinya apalagi air matanya sudah banjir.
Mata Gilsha menjadi sedikit bengkak dan sembab, jelas ini akan menimbulkan kecurigaan kepada Sela nanti, Gilsha memilih memakai bedak agak tebal untuk menutupi wajahnya.
"Lama amat sih di toilet, ngapain aja sih, mandi lo?" protes Sela saat Gilsha duduk disampingnya.
"Gapapa," jawab Gilsha.
"Hari ini gaada pasien yah?" tanya Gilsha kembali.
"Kagak ada, ada noh ibuk-ibuk lahiran tapi dah ditangani ama dokter lain, kalau yang periksa kandungan belum ada tunggu aja ntar bulan depan pasti rame, soalnya kemarin habis tahun baruan, banyak yang jebol," celoteh Sela yang membuat Gilsha hanya menggelengkan kepalanya.
Tak lama kemudian, dua orang pria masuk ke ruangan mereka yang membuat Gilsha dan Sela mengangkat kepalanya itu adalah Aris dan Reno.
"Sha! Maafin gue yah, gue gaada maksud buat bicarain itu sama Reza, beneran dah gue minta maaf," ujar Reno yang membuat Gilsha tersenyum.
"Ntar dulu! Ada agenda apaan nih, kok dua manusia karbitan ini datang kesini," ujar Sela yang membuat Reno dan Aris menatap tajam Sela.
"Eh, tembok kos-kosan, sembarangan lo, kagak ada urusan kita sama lo," protes Reno.
"Kalau menyangkut Gilsha yah adalah, Gilsha kan sahabat gue, lo pada habis ngapain Gilsha?"
"Dih! Kita gak ngapa-ngapain kok," jawab Aris pada Sela.
"Ren, Ris, gapapa kok, aku gak terlalu ambil dihati, santai aja," jawab Gilsha yang membuat keduanya bernapas lega.
"Gue kira lo, bakal marah sama kita, sekali lagi gue minta maaf yah, Sha, yaudah gue sama Aris pamit dulu, disini hawanya eror," jelas Reno.
"Napa, gaada setan yah disini!" ujar Sela.
"Gaadalah, orang setannya takut semua sama lo, setan aja malas deket-deket apalagi manusia," jawab Aris.
"Kampret lo, yah Ren!" Sela berdiri dan hendak melempar mereka dengan buku.
"Kabur Ris!" ujar Reno yang berlari keluar bersama Aris.
Gilsha hanya tersenyum melihat tingkah teman-temannya, setidaknya Gilsha sedikit terhibur dengan kejadian ini.
"Emang taik tuh anak dua, kalau ketemu gue bejek-bejek, liat aja!" kesal Sela kemudian kembali duduk di kursinya kembali.
•
•
•
TBC
Assalamualaikum.
Seharian ini Gilsha seolah kehilangan fokusnya saat melayani pasien yang ingin memeriksakan kandungannya.
Jam kerja Gilsha dan Sela sendiri hanya sampai jam delapan malam, sesuai kebijakan dari jam poli kandungan..
"Lo balik, naik apa?" tanya Sela saat melihat Gilsha keluar dari area rumah sakit karena jam kerja mereka yang sudah selesai.
"Taksi, kalau gaada taksi yah aku pesan ojek online aja deh," jawab Gilsha yang membuat Sela mendelik.
"Lakik lo udah pulang?" Gilsha mengangguk karena memang jam kerja dokter umum hanya sampai jam enam sore dan diganti oleh dokter umum lain untuk jam malam. "Lakik lo gaada perhatiannya banget sih!"
"Udahlah La, Mas Reza kan pulang duluan, gak enak kalau dia nungguin aku," jawab Gilsha yang membuat Sela mendelik.
"Iya sih, tapi masa sekalipun dia gak pernah datang dan pulang bareng lo," jelas Sela merasa curiga. "Kalian baik-baik aja kan?"
"Udahlah, gausah dibahas, gapapa kok," jawab Gilsha tersenyum.
Sela hanya menghela napas panjang. "Lo nebeng gue aja, dah malam mau dapat ojek sama taksi dimana, lo."
Mendengar itu membuat Gilsha langsung memeluk Sela, walaupun Sela adalah orang yang lumayan tomboy, tapi Sela adalah orang paling care dalam hidup Gilsha.
"Udah ah, pelukan mulu, lo kira, Teletubbies," ujar Sela melepas pelukan mereka.
•
"Makasih yah, La, besok jemput lagi," ujar Gilsha saat turun dari mobil Sela.
Sela membuka kaca jendela mobilnya sehingga bisa membuat Gilsha menatap langsung ke Sela.
"Ngelunjak, lo!"
"Canda bestie, Makasih yah, tiati pas pulang, lampu merah jangan di terobos, aku tahu kamu slengean," jawab Gilsha.
"Tenang bestie, kalau gue ditilang gue kasih aja tubuh gue."
"Buat apaan?"
"Ngangetin pak polisinya lah, kan dah malam," jawab Sela yang membuat Gilsha tertawa.
"Aduh zina, Deck-Deck!"
"Sa ae lo, yaudah gue balik yah, Assalamualaikum!"
"Waalakumsalam," jawab Gilsha yang masih berdiri saat mobil Sela perlahan menghilang dari hadapannya.
Gilsha melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, di dalam rumah jelas sudah ada Reza karena Gilsha bisa melihat mobilnya yang ada didepan.
Tapi yang membuat Gilsha bingung adalah tas yang ada didepan Reza.
"Mas?"
"Kamu udah denger semuanya tadi pagi kan? Harusnya kamu sadar dengan semua ini," jawab Reza yang membuat Gilsha mendelik.
"M-Maksudnya?"
"Ini," Reza mengeluarkan sebuah kertas berisi surat pengajuan perceraian kepada pengadilan negara. "Sudah satu bulan kita, menikah dan tidak ada lagi yang bisa kita pertahankan."
"Mas, mau cerai?"
"Jelas, aku sudah tidak bisa meneruskan pernikahan ini, pernikahan tanpa tujuan yang tidak jelas akhirnya."
Gilsha terdiam, dia rasanya sudah menyerah juga dan beginilah akhirnya.
"Kalaupun Mas mau, aku juga ingin menerima perceraian ini," jawab Gilsha.
Air mata Gilsha jatuh, walaupun dia juga yang menginginkan ini, tapi kenapa hatinya begitu sakit.
Reza menatap dalam-dalam Gilsha kemudian menghela napas panjang. "Maaf Gilsha, aku akan berbicara pada Papa nanti tentang perceraian kita, aku juga hidup tersiksa jika begini keadaannya."
"Aku mengerti posisi kamu, Mas, maafkan aku, harusnya kamu gak terjebak dalam pernikahan ini."
Reza mengangguk dia meraih Gilsha dan memeluknya. "Pelukan pertama dan terakhir, maafin Mas Gilsha."
Gilsha terdiam.
"Gilsha, Mas TALAK kamu."
Deg!
Dunia Gilsha serasa berhenti saja, dia kini sudah resmi ditalak oleh Reza, air matanya semakin jatuh, sedang Reza langsung meraih tasnya dan beranjak keluar.
"Mas gausah pergi, biar aku yang pergi," jawab Gilsha. "Ini kan rumah Mas Reza."
Gilsha kemudian berjalan masuk ke kamar untuk mengemasi pakaiannya, semuanya sudah benar-benar berakhir.
Suaminya mengucap talak disaat Gilsha yakin pernikahannya hanya retak bukan hancur.
•
•
•
TBC
Assalamualaikum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!