Perkumpulan para sahabat membahas pernikahan salah satunya berjalan dengan lancar hingga akhirnya masing-masing memilih ke pekerjaan masing-masing, termasuk si paling miskin dalam kumpulan, Eric Mananta
Pria tampan yang terlahir dengan ekonomi yang kurang beruntung itu mempercepat langkahnya menuju tempat dimana dia mengais cuan untuk menghidupi biaya dua adiknya dan ayahnya yang sakit-sakitan. Sudah ribuan kali para sahabatnya mengajukan diri untuk menolong keuangannya, namun Eric selalu menolak dengan seribu alasan. Dia tidak ingin merepotkan dan mempersulit para sahabatnya
Kakinya melangkah cepat menuju kearah sepedanya dan hanya itulah satu-satunya kendaraan yang dimilikinya, Dia bisa saja meminta dibelikan motor atau mobil sekalian oleh sahabatnya, karena tiga sahabatnya itu akan langsung mengeluarkan biaya untuk memberinya apa yang diminta. Tapi, sekali lagi Eric tetap menolak untuk mengemis walau pada para sahabatnya yang memang akan sangat tulus dalam menolongnya
Eric mengayuh sepedanya cepat, dia sedang terburu-buru menuju restoran dimana dia bekerja, Eric tentu tidak ingin dipecat karena terlambat. Dia hanya meminta izin satu jam saja tadi saat ingin berkumpul dengan para sahabatnya. Ditengah keterburuannya, Eric harus pasrah menerima saat genangan air dijalan diinjak oleh sebuah mobil yang akibatnya, air itu memuncrat hingga mengenai pakaiannya dan mobil itu terus melaju tanpa mau peduli dengan orang yang baru saja tertindas karena ketelodorannya
" Hey!" teriak Eric yang percuma, karena mobil itu sudah berlalu secepat angin berlalu. Eric hanya menghelakan nafasnya lalu kembali mengayuh sepedanya tanpa mau ambil pusing dengan penilaian orang tentang penampilannya sekarang
🍀🍀🍀
Seorang gadis melangkah elegan keluar dari rumah sepupunya setelah berbagi cerita baik dari dirinya dan juga sepupu terkasihnya. Gadis yang bernama Lisa Anita holger itu memasuki mobil sport mewahnya dan pergi dari rumah sepupunya, Vika Amanda Deaner.
Dia kesal karena Vika tidak mau mendengarkan sarannya agar tidak dekat-dekat dengan Markus. Namun, Lisa juga tidak bisa memarahi sepupunya itu karena hanya Vika satu-satunya manusia yang disayanginya, selebihnya dia tidak menyukainya
Terbiasa hidup mewah sejak kecil membuatnya sering meremehkan orang kecil dan orang miskin. Terbiasa kesepian membuatnya kurang suka dengan sosialisasi, itulah sebabnya Lisa hanya dekat dengan Vika, sang sepupu.
Ditengah kekesalannya apalagi saat terpikir akan kisah cintanya yang tidak pernah berjalan dengan baik, Lisa melajukan mobilnya dengan kencang. Saat berada ditengah jalan tiba-tiba ban mobilnya menginjak jalan berlobang dimana terdapat genangan air lumpur, hingga air itu memuncrat mengenai seorang pria tampan yang sedang mengayuh sepedanya di pinggir dengan buru-buru
" Hey!!" teriak si pria tapi mobil Lisa terus melaju kencang tanpa mendengarnya. Si pria hanya mampu mendengus kesal melihat pakaiannya yang sudah kotor terkena cipratan genangan air lumpur di jalan yang dilaluinya.
Mata tajamnya sempat menangkap nomor plat mobil yang membuat air kotor itu terciprat padanya. Tanpa peduli dengan bajunya yang kotor dan menjadi tontonan aneh orang-orang sepanjang jalan, si pria semakin mengayuh cepat sepedanya untuk segera sampai di tempat kerjanya
🍀🍀🍀
Eric Mananta, pria malang yang makin terlihat kesal saat dirinya sampai di restoran tempatnya bekerja dan melihat mobil yang menjadi tersangka penyebab dirinya kotor hingga terlihat konyol kini terpangkir didepan restoran itu. Awalnya Eric tidak terlalu yakin, namun nomor plat mobil itu sama dengan plat mobil yang sudah menyimpratnya. Eric hanya menghembuskan nafas lesu. Percuma dirinya bilang akan kejadian cipratan air itu, toh pemilik mobil itupun tidak sadar kalau mobilnya menginjak genangan air dan terciprat atasnya. Eric juga tidak mau memperpanjang masalah sepele itu
Eric masuk kedalam restoran dan langsung jadi tontonan menarik para kaum hawa walau sempat membuat mereka bingung melihat penampilan pria itu yang jauh dari kata bagus. Namun wajah tampannya tampak lebih mendominasi
" Eric, kenapa baru sampai! Kemana saja kamu? Dan kenapa keadaanmu seperti itu?" pertanyaan beruntun dari pemilik restoran membuat Eric menghembuskan nafasnya lelah
" Ceritanya panjang bos dan soal keterlambatanku sepertinya bos tau keadaanku lebih dari siapapun" jawab Eric lugas. Si Bos hanya memandang prihatin Eric lalu menepuk bahu pria itu
" Tetap semangat nak" ujarnya pada Eric dan melangkah pergi
Eric melangkah menuju belakang untuk mengganti pakaiannya dengan seragam pelayan restoran. Dalam langkahnya, matanya bertemu dengan tatapan tajam penuh pesona milik seorang wanita yang juga memandangnya. Sempat tebersit di pikiran Eric kalau wanita itu cantik, sangat cantik. Namun, dia bukan tipe pria yang mudah terpesona pada seorang wanita
Si gadis juga mengagumi ketampanan Eric. Namun, mengingat pria tampan itu hanyalah pria dengan 3P, pemalas, playboy dan pemeras membuatnya memandang sinis kearah Eric. Sedang Eric tidak terlalu menanggapi pandangan itu dan berlalu pergi ke belakang restoran
🍀🍀🍀
Lisa memasang senyum terbaiknya pada pengunjung restoran yang memandangnya takjub. Itu dikarenakan dirinya tidak kalah terkenalnya dengan artis ternama. Dirinya berpura-pura sok ramah dan penyayang padahal faktanya dia benci keramaian. Lisa memiliki sifat arogan terutama pada orang-orang yang tidak sederajat dengannya
" Mereka bagai semut kecil yang menjijikan" batinnya kesal dengan senyuman tetap terpampang di wajahnya walau itu semua palsu.
Banyak orang mengidolakannya dikarenakan dirinyalah satu-satunya wanita yang berhasil menjalankan sebuah perusahaan besar dalam usia yang relatif muda dengan keuntungan yang luar biasa.
Tiba-tiba mata lisa bertatapan dengan mata indah seorang pria. Dirinya sempat mengagumi wajah tampan si pria. Namun segera teralihkan saat mengingat tiga mantannya yang hanyalah pria pemalas, playboy, dan pemeras membuatnya jijik dengan seluruh pria tampan yang di temuinya
Lisa menunggu pesanannya datang dan makin terkejut saat melihat pria tampan itu ternyata hanyalah seorang pelayan. Wajah tampan bak kaum aristrokat murni ternyata hanyalah seorang pelayan biasa di sebuah restoran mewah. Lisa memandang sinis kearah si pria yang datang membawakan pesanannya dan si pria membalas tatapannya
Karena terlalu fokus menatap pada wajah cantik pelanggannya. Tiba-tiba tanpa sengaja kaki si pria tersandung dan pesanan itu tumpah mengenai pakaian Lisa, membuat gadis itu mati-matian menahan diri agar tidak meluapkan emosinya didepan khalayak ramai. Dia harus tetap menjaga image lembutnya
" Maaf..maaf. saya tidak sengaja nona!" ujar si pria menyentuh gaun Lisa bermaksud membersihkan bekas tumpahannya
" Tidak apa-apa" balas Lisa lembut dengan senyuman malaikatnya. Namun di hatinya, Lisa mengutuk pria itu karena telah mempermalukannya didepan umum
" Andai sekarang tidak ada orang kubunuh kau laki-laki sialan dan berani sekali dia menyentuh gaun mahalku" batin Lisa dongkol
" Awas! Akan kubalas kau laki-laki sialan" lanjut batinnya kesal
.
.
.
Kisah empat sahabat
Mike ( the grudge love)
2.Marcel ( my destiny love)
Eric ( take it poor boy)
Billy ( playboy risk) belum rilis
Kritik dan saran diharapkan🙏🙏
Eric merasa begitu bersalah telah menumpahkan pesanan pada seorang gadis baik yang diketahuinya bernama Lisa. Walau Lisa sudah mengatakan tidak apa-apa, namun Eric tetaplah merasa tidak enak. Apalagi Eric tau gadis itu hanya berpura-pura. Setelah hidup dalam kemalangan selama bertahun-tahun membuatnya dapat membaca karakter orang dan Eric tau jelas, kalau Lisa tidak seperti yang diperlihatkan di luarnya. Gadis itu menyimpan dendam padanya, terlihat dari lirikan mata gadis itu yang diam-diam terlihat marah padanya walau segera berganti menjadi lembut dan pengasih
Saat semua masalah telah diselesaikan. Lisa pamit undur diri, masih dengan hati dongkol. Namun, saat dirinya hendak mendekati mobilnya, tangannya tiba-tiba ditangkap oleh sebuah tangan besar yang kekar. Lisa semakin menjadi berang saat melihat pelakunya. Dia melihat ke kiri dan ke kanan, memastikan tidak ada orang di sekelilingnya sebelum mengeluarkan sumpah serapahnya kepada pria yang di ketahuinya bernama Eric
" Apa maumu pria sialan?" ujarnya tajam
" Maaf nona. Saya kemari ingin bertanggung jawab atas kesalahan saya. Saya akan mengganti gaun Anda yang kotor terkena tumpahan makanan karena keteledoran saya"
" Apa! Menggantinya?" tanya Lisa meremehkan. Eric mengangguk
" Kamu pikir harganya murah apa! Gajimu dua tahun kerja disini pun belum tentu bisa membayarnya" lanjutnya sinis merendahkan. Eric memandangnya datar. Harus diakuinya, wanita didepannya ini cantik, sangat cantik. Akan sangat sempurna, jika sikap lembut yang diperlihatkannya tadi itu nyata. Namun faktanya sikap lembut itu hanyalah pura-pura
" Aku akan menggantinya sesuai dengan gaun yang nona pakai! Gaun yang sama" ujar Eric yakin. Sebelah alis Lisa naik, memandang remeh pada pria didepannya. Wajah tampan Eric cukup menggodanya dan bentuk tubuh Eric yang proporsionis hampir membuatnya jatuh cinta. Apalagi saat matanya memandang bibir Pria didepannya. Bibir seksi sensual yang membuatnya menelan ludah
" Bisakah aku merasakan bibir itu!" batinnya. Lisa ingin merasakan bagaimana rasanya berciuman, apalagi dia sudah tahu kalau sepupu terkasihnya Vika sudah pernah merasakannya, itu semakin membuatnya ingin merasakan bagaimana rasanya ciuman pertama dan pria didepannya merupakan pria idealnya dalam bentuk fisik. Tapi kembali rasa gengsinya terlalu besar untuk mengakui ketertarikan
" Baiklah! Kita lihat apa kamu sanggup membayarnya?" Lisa berucap seraya mendekatkan dirinya pada Eric dan wajahnya tepat berada didepan wajah Eric. Lisa ingin melihat, bagaimana tanggapan pria itu padanya. Karena pada dasarnya, tidak ada pria yang bisa menahan diri merasakan tubuh dan wajahnya sedekat ini. Namun, Eric sama sekali tidak bereaksi. Pria itu hanya menatapnya datar seakan tidak ada rasa tertarik padanya
Lisa mengambil secarik kartu namanya dalam tas yang dibawanya dan memberikannya pada Eric
" Kalau sudah mendapatkannya! Bawa saja ke alamatku ini. Tapi ingat! Harus sama dengan gaun yang kupakai ini" ujar Lisa tersenyum sinis dan berlalu pergi dengan mobil mewahnya setelah menyerahkan kartu namanya pada tangan Eric
Eric menatap kartu itu dan beralih menatap kearah mobil Lisa yang mulai menyala. Jujur, dirinya tergoda oleh provokasi gadis itu dan hampir saja hilang kendali karena tingkah gadis bernama Lisa itu. Apalagi saat wajahnya mampu merasakan hembusan nafas wanita itu yang sengaja menggoda. Dia masih pria normal. Jika bukan karena dia ingat resiko yang akan diterimanya, maka sudah pasti wanita itu akan dilahapnya
" Sialan! Pria itu benar-benar sialan" umpat lisa kesal dengan tindakan pria itu yang seakan tidak tertarik padanya. Namun, harus diakuinya. Lisa tertantang dengan pria itu, apalagi saat hidung mancungnya mencium aroma maskulin pria itu saat tubuhnya berdekatan tadi. Ada rasa ingin memiliki dalam dirinya
🍀🍀🍀
Eric pulang dalam tampilan wajah lesu, apalagi mengingat bagaimana dia akan mendapat uang untuk membayar gaun Lisa. Keadaan pertama yang dijumpainya saat pulang adalah kedua adik kembarnya Riana dan Riani yang terlihat menangis sembari berlari memeluk Eric
" Rian, kenapa kalian menangis?" Rian, panggilan Eric saat memanggil keduanya tapi perorang, Eric akan memanggilnya Ana dan Ani. Eric berujar lembut sembari membalas pelukan kedua adik kembarnya di kiri dan kanannya. Keduanya adalah gadis ABG yang beranjak dewasa, sekarang keduanya sedang menempuh pendidikan SMA
" Kak, ayah terlihat semakin parah" ujar Ana. Eric membeku. Dia melepas pelukan kedua adiknya dan memasuki kamar sang ayah. Betapa terkejutnya dirinya melihat sang ayah yang kini kejang-kejang. Ayahnya menderita penyakit stroke dua tahun yang lalu, itulah kenapa dialah yang paling malang diantara tiga sahabatnya yang lain
" Ayah!" Eric buru-buru menghampiri sang ayah dan memangkunya. Dirinya kacau sekarang, tubuhnya kelelahan karena bekerja seharian, ayahnya sakit dan kedua adiknya kini menangis terisak melihat keadaan sang ayah
"Kita harus bagaimana kak?" tanya Ani yang terus menangis. Eric menatap kedua adiknya sembari berpikir
" Ana, ambil ponsel kakak dan telpon kak Billy" suruh Eric yang dilaksanakan oleh Ana dengan cepat. Begitu sambungan tersambung, tanpa basa-basi Eric langsung mengatakan intinya
" Bil, tolong kerumahku! Ayahku perlu dibawa kerumah sakit sekarang juga" ujar Eric begitu Billy mengangkat teleponnya. Billy yang mengerti keadaan juga langsung buru-buru menuju rumah Eric
Begitu Billy sampai. Tanpa bicara lagi, Eric langsung menggendong sang Ayah masuk kedalam mobil Billy dan dengan segera menyuruh Billy mengemudi dengan cepat menuju rumah sakit dan Billy melakukannya tanpa banyak bertanya.
Sampai dirumah sakit, Eric dengan sangat buru-buru menggendong sang ayah menuju bangsal agar segera mendapat pengobatan. Sang sahabat Billy bahkan menatap takjub seorang Eric, dia sangatlah respect pada pengorbanan Eric untuk keluarganya
" Suster Dira, tolong ayah saya!" kata Eric begitu melihat suster yang biasa menangani ayahnya. Suster yang di panggil Dira langsung bertindak dan setelah sang ayah menerima pengobatan, disitulah Eric bisa bernafas lega. Kelelahan kembali melandanya tapi rasa syukur tersemat di hatinya saat melihat sang ayah berhasil diselamatkan
" Terima kasih Bil! Berkat bantuanmu ayahku terselamatkan" ujar Eric memandang Billy dan sahabatnya itu hanya tersenyum membalasnya. Billy lebih tertarik pada hal lain daripada rasa terima kasih Eric
" Ric, kamu kenal dekat dengan suster tadi?" tanya Billy tertarik pada suster yang bertugas menangani ayah Eric tadi
" Kenal. Dia suster yang biasa menangani ayah. Namanya Mandira, suster Dira" jelas Eric mulai curiga sama Billy, apalagi saat mengingat gelar playboy yang disandang sahabatnya itu
" Kenapa memangnya?" lanjut Eric
" Tidak. Aku hanya bertanya saja! Dia cantik, senyumannya lembut"
" Jangan coba-coba Bil! Dia wanita baik-baik. Jangan coba-coba mempermainkannya! Lagian suster Dira mempunyai kekasih seorang dokter disini"
" Dia memiliki kekasih. Benarkah? Kamu tenang saja Ric! Aku tidak berniat mempermainkannya. Aku hanya ingin berteman. Tolong kenalkan aku dengannya!" pinta Billy, Eric menggeleng tidak mau
" Please Ric!" Eric tetap pada pendiriannya. Dia tidak mau suster cantik yang menangani ayahnya jadi bahan mainan Billy
" Sudahlah kalau kamu tidak mau mengenalkannya. Akan aku cari cara sendiri untuk bisa kenal dengannya" ucap Billy beranjak berdiri. Eric hanya mengangkat bahu tanda tak peduli
" Dan soal biaya pengobatan ayahmu. Semuanya sudah kubayar dan tidak perlu anggap ini utang, tapi anggap saja bantuan dari seorang sahabat" Billy tersenyum ke Eric dan langsung melangkah pergi sebelum Eric berucap untuk menolak pemberiannya. Pria bergelar playboy itu akan melaksanakan misinya untuk berkenalan dengan suster Mandira
.
.
.
Kritik dan saran diharapkan🙏🙏
Setelah keadaan sang Ayah membaik. Eric akhirnya mambawa ayahnya pulang. Dia sangat berterima kasih pada Billy yang sudah bersedia menanggung semua biaya pengobatan ayahnya. Namun, Eric berjanji dalam hatinya kalau dia akan membayar semua uang itu nantinya. Eric tidak mau menerima bantuan, ketika dirinya masih mampu melakukan itu semua walau nyatanya saat ini dirinya sedang terdesak
Kini, pikiran Eric kembali terngiang pada gaun si wanita kaya yang arogan. Darimana dia bisa mendapatkan uang untuk membayarnya? Akhirnya setelah melalui pergelutan batin semalaman, Eric mengambil langkah untuk meminjam uang pada Marcel, karena memang Marcel adalah sahabat terdekatnya daripada yang lain, Billy dan Mike
Dan disinilah Eric berada sekarang, di depan gerbang sebuah rumah mewah untuk mengembalikan gaun yang sudah di belinya dengan penuh perjuangan.
Eric berhasil mendapatkan pinjaman sebesar 5 juta dari sahabatnya walau Eric yakin sahabatnya bahkan akan rela memberikan sepuluh kali lipat dari itu semua. Tapi, kembali lagi pada dirinya yang tidak mau terlalu merepotkan para sahabatnya
Eric menggunakan uang itu dengan segera untuk membeli gaun yang sempat di kotorinya. Batinnya mendesah lesu melihat harga sebuah gaun kurang bahan itu. Jika bukan karena ingin bertanggung jawab, lebih baik dia beli pakaian biasa untuk 2 adiknya yang mungkin bisa mendapat 10 baju buat mereka masing-masing dengan uang 5 juta itu
Perlahan Eric menekan bel yang terdapat di gerbang rumah mewah itu. Tidak lama seorang pria paruh baya keluar menemuinya
" Cari siapa ya?" tanya pria paruh baya itu bingung. Pasalnya, belum pernah ada pria tampan yang bertamu kerumah nonanya selama ini
" Saya mencari nona Lisa Anita Holger. Apa benar ini alamatnya?" tanya Eric sembari menunjukkan kartu nama Lisa
" Oo benar. Tapi Nona belum pulang..." perkataan sang pria paruh baya itu terpotong ketika sebuah mobil mendekati gerbang dan berhenti tepat didepan dua pria itu. Pintu mobil terbuka dan keluarlah seorang gadis dengan penampilan memukaunya
" Oh! Kau datang" ujarnya dengan angkuh memandang bungkusan kantong belanjaan di tangan Eric. Sang pria yang ditanya hanya memandang gadis itu datar tanpa berniat menjawab
" Kamu yakin kalau apa yang kamu bawa itu sudah benar?" Lisa berucap dengan nada mengejek memandang Eric sinis
" Saya sudah mendapatkan yang sama persis seperti gaun Anda. Ini saya kembalikan dan permisi!" ucap Eric menyerahkan kantong belanjaan itu pada Lisa dan melangkah hendak pergi, malas untuk berurusan dengan wanita sombong seperti Lisa
" Eit...tunggu! Aku harus memastikan dulu apakah gaun ini sama dengan gaunku" ujar Lisa membuka gaun baru itu. Dirinya menatap takjub gaun di tangannya itu. Gaun itu benar-benar sama persis dengan gaun yang dipakainya tempo hari. Tapi rasa gengsi dan arogannya menolak untuk mengakui kalau itu sama. Lisa tidak mau kalah begitu saja dari pria miskin itu. Rasa gengsinya terlalu besar dan mengumbar
" Wah! Sekilas gaun ini terlihat mirip, warna dan modelnya sama. Namun sayang, bahannya sangatlah berbeda. Bahan gaun ini, bahan murahan yang tidak pantas ku pakai. Aku tidak mau kulitku gatal-gatal setelah memakainya! Aku bahkan tidak yakin kamu membelinya di toko ternama, pasti kamu mendapatkannya di pasar obral dan harganya tidak lebih dari seratus ribu" umbar gadis itu merendahkan Eric yang mulai mengepalkan tangannya menahan marah atas penghinaan itu. Apa kata wanita itu! Bahannya tidak sama? Pasar obral? Dan harganya 100 ribu?
Wanita itu berhasil membuat Eric naik darah. Apa wanita itu tidak tahu perjuangannya dalam mendapatkan gaun itu. Eric bahkan harus kena marah bosnya karena terlambat masuk kerja hanya demi mencari gaun yang sama di seluruh toko di Jakarta dan harganya cukup untuk biaya makan keluarganya untuk sebulan kedepan
" Aku tidak sudi memakai gaun murah ini" ujar Lisa sembari melempar gaun ditangannya sembarangan. Eric menatap gadis itu tajam, sarat akan kemarahan
" Kenapa! Kamu tidak suka. Tenang saja, kamu tidak perlu membayarnya lagi. Lagian kamu tidak akan mampu untuk membelinya" ejeknya sembari masuk ke mobil mewahnya dan langsung melajukannya kedalam halaman rumah mewahnya
" Pak Ujang, tutup gerbangnya" perintah Lisa dengan arogan
Sang pria paruh baya yang dipanggil pak ujang buru-buru melaksanakan perintah majikannya walau dirinya memandang prihatin pada Eric yang memandang gaun yang tercampakkan ditanah. Sebuah gaun yang dibelinya dengan penuh perjuangan dan seenak jidatnya wanita sombong itu membuangnya. Sekali lagi Eric memandang rumah mewah itu dibalik gerbang sebelum beranjak pergi dan Eric berharap tidak akan pernah lagi berurusan dengan wanita sombong itu
🍀🍀🍀
Eric memandang kedua adik kembarnya yang berebut ingin memakai gaun yang dibawa pulang olehnya. Gaun indah yang dibelinya dengan penuh perjuangan dan dibuang oleh Lisa dengan begitu sembarangan
" Jangan berebut! Pakai secara bergantian. Pertama Riani dan setelah itu Riana" ujar Eric melerai. Riani langsung bersorak senang sembari meraih gaun itu sedang Riana berubah cemberut. Selalu dia yang harus mengalah hanya dikarenakan dia lebih tua dua menit dari saudari kembarnya, Riani. Eric tersenyum memandang kelakuan kedua adik kembarnya. Selalu ada kebahagiaan ketika melihat dua jiwa tanggung jawabnya itu merasa begitu senang. Ditengah kelelahan fisik yang menimpanya karena terlalu bekerja keras, selalu saja ada alasan baginya untuk terus bangkit dan bersemangat. Terutama senyum kedua adiknya dan kesembuhan ayahnya. Eric akan terus berjuang sampai titik penghabisannya demi keluarga yang menjadi tanggungannya itu
" Kakak dapat dari mana gaun seindah ini dan harganya pasti mahal?" tanya Riani menciumi gaun itu dengan begitu senang. Seumur-umur dirinya belum pernah memakai gaun seindah ini. Kedua gadis kembar itu bahkan tidak pernah bermimpi hanya sekedar untuk menyentuh gaun indah seperti apa yang teraba di tangannya
" Itu pemberian salah seorang teman kakak. Dia tidak muat untuk memakainya lagi dan memberikannya pada kakak untuk dibawa pulang buat kalian berdua, tapi kalian harus memakainya secara bergantian karena gaun itu hanya satu" jawab Eric dengan penjelasan buat adiknya agar saling berbagi dan menghargai. Pemberian! Eric tertawa kepada dirinya sendiri setelah mengatakan itu gaun pemberian. Yang ada, itu gaun yang dibuang wanita kaya yang gila dan Eric memungutnya untuk dibawa pulang buat adik-adiknya ketika teringat berapa harga dan susahnya dirinya mendapatkan gaun itu
" Wuah! Teman kakak baik sekali. Dia pasti sangat cantik" ujar Riana menambahkan dengan kata-kata penuh pujian. Eric tidak menjawab, dia hanya mengangguk tersenyum menanggapi
" Dia cantik tapi hatinya tidak baik" ujar batinnya dengan sedih. Namun, Eric sudah cukup bahagia melihat senyum kedua adik kembarnya. Tiba-tiba ponselnya bergetar, sebuah pesan dari Billy muncul yang mengajaknya besarta dua sahabatnya yang lain untuk berkumpul di tempat biasa sore ini
.
.
.
Kritik dan saran diharapkan🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!