Marcellino Alionso Taylor anak dari pasangan Max dengan Dennisa putri ke enam Daddy Alvonso dengan Mommy Laras. Di usia yang ke tiga puluh lima Marcel belum juga menikah.
Bukan tanpa alasan dirinya belum menemukan yang cocok dan merasa nyaman jika berdekatan dengan seorang gadis.
"Marcel usiamu sudah menginjak ke tiga puluh lima tapi sampai sekarang kamu belum juga menikah sedangkan semua sepupumu bahkan hampir semua ponakan mu sudah menikah. Kamu kapan menikah dan memperkenalkan kami calon istrimu?" tanya Dennisa dengan wajah frustasi.
"Mommy, Marcel belum ada yang cocok nanti kalau sudah bertemu barulah Marcel akan memperkenalkan Mommy dan Daddy." Jawab Marcel yang memang belum menemukan gadis impiannya.
"Bagaimana kalau Mommy perkenalkan dengan anak sahabat Mommy?" tanya Dennisa.
"Maaf Mom, Marcel tidak mau karena Marcel ingin cari sendiri." jawab Marcel menolak permintaan Dennisa.
Bukan tanpa alasan karena sudah berapa kali Delisa memperkenalkan anak sahabatnya bahkan anak sahabat Max tapi tidak ada yang cocok membuat Marcel enggan diperkenalkan dengan gadis pilihan ke dua orang tuanya.
Selain itu Marcel yang tidak tertarik dengan mereka, Marcel sangat kesal ketika para gadis tersebut tidak pernah menyerah untuk mengejar dirinya dengan cara datang ke kantor bahkan datang ke mansion milik orang tuanya membuat Marcel akhirnya jarang menginap di mansion.
Marcel yang memiliki apartemen terpaksa menginap di apartemen sampai mereka tidak datang ke mansion milik orang tuanya hingga akhirnya Dennisa terpaksa mengatakan ke mereka untuk tidak datang lagi agar putranya bisa menginap kembali di mansion nya.
"Mommy dan Daddy, Marcel akan mencari cinta sejati dengan cara menyamar menjadi pria miskin." Ucap Marcel tiba-tiba.
"Apa?" Pekik Max dan Dennisa bersamaan.
"Marcel tahu mereka menyukai Marcel karena Marcel pria kaya karena itu Marcel akan menyamar menjadi pria miskin untuk menutupi identitas Marcel." Ucap Marcel menjelaskan.
"Lalu kamu tinggal dimana? Tidak mungkin kamu tinggal di apartemen mewah. Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya Dennisa penasaran begitu pula dengan Max.
"Marcel akan tinggal di apartemen yang sempit dan berkerja sebagai pelayan restoran." Jawab Marcel menjelaskan secara detail.
"Apa? Mommy tidak setuju." Ucap Dennisa dengan nada tegas.
Bruk
"Mommy dan Daddy, Marcel mohon tolong hormati keputusan Marcel untuk mencari gadis yang benar-benar tulus mencintai Marcel. Marcel tidak mau menikah dengan orang yang hanya memandang status Marcel sebagai pria kaya." Mohon Marcel sambil berlutut untuk pertama kalinya.
Dennisa dan Max menghembuskan nafasnya dengan perlahan hingga beberapa saat kemudian, Dennisa dan Max menganggukkan kepalanya tanda setuju sambil mengangkat tubuh Marcel agar tidak berlutut.
"Baik, tapi jika dalam enam bulan kamu belum menemukan gadis yang kamu cintai maka kamu harus menerima perjodohan dengan anak teman Mommy." Ucap Dennisa dengan nada tegas.
"Enam Bulan terlalu cepat Mom, bagaimana kalau satu tahun?" Tanya Marcel dengan menampilkan puppy eyes yang menjadi andalannya.
"Baik satu tahun." Jawab Dennisa pasrah yang tidak tega menolak permintaan Marcel.
"Terima kasih Mom, Dad." Ucap Marcel sambil tersenyum.
Ke dua orang tuanya hanya menganggukkan kepalanya kemudian Marcel berdiri dan berjalan ke arah tangga menuju ke arah kamarnya.
xxxxxxxx
Di tempat yang berbeda seorang gadis cantik dan baik hati bernama Marimar namun hidupnya sangat menderita sejak ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang sangat jahat di tambah dengan adik tirinya yang sifatnya sama seperti Ibu kandungnya.
Ketika Ibunya Marimar masih hidup Ayah kandungnya berselingkuh dengan Sekretarisnya hingga suatu ketika suaminya datang sambil membawa sekretaris dan anak selingkuhannya yang saat itu berumur delapan tahun membuat Ibunya Marimar yang saat itu sedang sakit parah akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Selang satu hari kematian Ibunya, Ayah kandungnya menikah dengan Sekretarisnya dan saat itu umur Marimar baru sembilan tahun.
Ibu tirinya membuat hidup Marimar sangat menderita karena diperlakukan seperti seorang pelayan. Tidur di kamar pelayan dan memakai seragam pelayan selain itu Ibu tirinya sengaja memberikan makanan sisa dan sering menghukumnya jika melakukan kesalahan namun Marimar berusaha untuk tegar dan menerima perlakuan kejam keluarganya.
Hingga Marimar berumur tiga belas tahun dan adik tirinya berumur dua belas tahun, kejadian yang tidak pernah mereka bayangkan seumur hidupnya. Ayahnya Marimar mengalami bangkrut karena perusahaan yang dikelolanya di tipu oleh rekan bisnisnya.
Hingga akhirnya mereka tinggal di rumah sederhana, Ibu Tirinya dan adik tirinya menyuruh Marimar untuk membersihkan seluruh rumah karena mereka tidak terbiasa membersihkan rumah.
Marimar diperlakukan seperti seorang pelayan sedangkan Ayah kandungnya tidak memperdulikan akan penderitaan Marimar.
Teriakan kesakitan dan air mata Marimar tidak membuat Ayah kandungnya kasihan atau iba sedikitpun karena mata hatinya sudah tertutup dan dirinya lebih mencintai adik tirinya Marimar sekaligus anak kandungnya.
Selesai membersihkan rumah, seperti biasa Marimar dengan terburu - buru membersihkan tubuhnya yang lengket kemudian memakai pakaian bekas milik adiknya karena kebetulan umur mereka selisih satu tahun.
Selesai memakai pakaian dan membawa tas serta sepatu bekas milik adik tirinya Marimar berangkat sekolah dengan berjalan kaki karena ke dua orang tuanya tidak pernah memberikan uang saku.
Berbeda dengan adik tirinya, selalu diberikan uang saku dan dibelikan motor dengan menjual perhiasan milik Ibunya.
Marimar tidak pernah merasa iri hati dengan perbedaan yang sangat mencolok. Kebetulan jarak rumah dengan sekolah tidak begitu jauh sehingga tidak masalah buat Marimar jika berjalan kaki.
Lima Tahun Kemudian
Tidak terasa waktu berlalu dengan cepatnya dan kini usia Marimar genap delapan belas tahun sedangkan adik tirinya berumur tujuh belas tahun.
Marimar tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik menuruni kecantikan Ibunya sedangkan adik tirinya wajahnya biasa saja. Adiknya bisa cantik karena memakai make up sedangkan Marimar kecantikannya alami.
Hal itu membuat adik tirinya semakin membenci Kakak tirinya dan selalu menyuruhnya dan memberikan pakaian yang tidak layak pakai atau agak lusuh.
Selesai membersihkan rumah, seperti biasa Marimar dengan terburu - buru membersihkan tubuhnya yang lengket kemudian memakai pakaian bekas milik adiknya.
Selesai memakai pakaian dan membawa tas serta sepatu bekas milik adik tirinya, Marimar berangkat sekolah dengan berjalan kaki karena ke dua orang tuanya sampai sekarang tidak pernah memberikan uang saku. Sehingga Marimar selalu membawa bekal makanan untuk mengganjal perutnya.
Kebetulan jarak rumah dengan kampus tidak begitu jauh sehingga tidak masalah buat Marimar jika berjalan kaki.
Bruk
Marimar yang terburu-buru masuk ke dalam ruang kampus di mana dirinya bisa kuliah dengan jalur prestasi tidak sengaja menabrak seorang pria tampan.
"Maaf, aku tidak sengaja." Ucap Marimar sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa." Jawab pria tampan tersebut.
Marimar tersenyum manis kemudian pergi meninggalkan pria tampan tersebut membuat pria tampan tersebut menatap kepergian Marimar tanpa berkedip.
'Biasanya jika ada seorang gadis pura-pura menabrak ku langsung memelukku dan meminta maaf selanjutnya mengejar-ngejar diriku hingga akhirnya mau menyerahkan tubuhnya. Aku hanya melakukan sekali selanjutnya aku tidak mau lagi karena kebanyakan mereka sudah pernah melakukannya bersama pria lain.' Ucap pria tampan tersebut dalam hati.
'Hanya yang masih menjaga kehormatan aku masih bisa bertahan selama satu bulan kurang setelah itu aku merasa bosan karena kebanyakan mereka matre.' Sambung pria tampan tersebut dalam hati.
'Untung orang tuaku memintaku pindah ke kampus ini karena di sini banyak mahasiswi cantik jadi tidak sia-sia aku dipindahkan ke kampus ini.' Ucap pria tampan tersebut dalam hati.
"Menarik." Ucap pria tampan tersebut kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut.
Pria tampan tersebut mencari informasi tentang Marimar lewat teman baiknya hingga seminggu kemudian pria tampan tersebut memanggil nama Marimar.
"Marimar." Panggil Pria tampan tersebut ketika mereka tidak sengaja bertemu di depan pintu perpustakaan.
Marimar yang merasa namanya di panggil membalikkan badannya dan melihat pria tampan sedang menatapnya sambil tersenyum membuat para mahasiswi iri dengan Marimar.
"Kakak mengenalku?" Tanya Marimar.
"Tentu saja kenal, kita bicara di kantin yuk." Ajak pria tampan tersebut.
Marimar hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka berdua berjalan ke arah kantin membuat para mahasiswi yang melihatnya iri sekaligus merendahkan Marimar kalau Marimar menjual tubuhnya dengan pria kaya.
Terlebih siapa yang tidak kenal dengan pria tampan tersebut, dia adalah mahasiswa pindahan dari luar negri dan dari keluarga kaya. Siapapun pasti menginginkan menjadi kekasihnya termasuk para mahasiswi.
Kini mereka berada di kantin kemudian pria tampan tersebut memanggil pelayan kantin untuk memesan makanan dan minuman.
"Kamu mau makan dan meminum apa?" Tanya pria tampan tersebut.
"Aku belum lapar dan juga haus." Jawab Marimar.
'Aku tidak mungkin makan dan minum karena aku harus irit.' Sambung Marimar dalam hati.
Tanpa sepengetahuan keluarganya, Marimar yang mempunyai hobby membuat kerajinan tangan menjual hasil kerajinan tangannya lewat online dan ternyata laris manis.
Marimar menyimpan uang hasil penjualan kerajinan tangannya secara diam-diam karena dirinya ada niat jika tabungan sudah cukup dirinya akan pergi dari rumah yang tidak pernah membuatnya nyaman. Bagi Marimar tinggal di rumah itu seperti neraka karena perlakuan Ibu tiri dan adik tirinya sangat kejam.
"Tapi aku ingin makan dan minum, temani aku ya." pinta pria tampan tersebut.
"Ok." Jawab Marimar yang tidak tega menolaknya.
"Mau pesan makanan apa?" Tanya pria tampan tersebut.
"Aku minum saja." Jawab Marimar.
"Samain sama pesanan ku ya." pinta pria tampan tersebut.
"Ok." Jawab Marimar singkat tanpa curiga sedikitpun.
Pria tampan tersebut tersenyum kemudian mulai memesan makanan dan minuman masing-masing dua porsi. Pelayan tersebut mencatat pesanan pria tampan tersebut kemudian pergi meninggalkan mereka.
"Kan aku pesan minuman, kenapa makanan di pesan juga?" Tanya Marimar.
'Aduh mau irit jadi tekor deh.' Sambung Marimar dalam hati.
"Aku malas makan jika tidak di temani." Jawab pria tampan tersebut dengan wajah pura-pura sedih.
"Maaf, aku tidak tahu." Jawab Marimar merasa tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, oh ya kita belum kenalan namaku Tio Palanok kepanjangan dari Paku Lancip No Karatan. Panggil saja Tio dan mengenai kenapa aku tahu nama mu karena aku bertanya sama temanku yang sudah lama kuliah di sini." Ucap Tio panjang lebar.
"Bagaimana kalau Kak Tio? Tidak sopan kalau panggil nama saja." Ucap Marimar.
"Bagus juga, kakak suka." Ucap Tio.
Marimar hanya tersenyum dan mereka melanjutkan mengobrol bersama, terkadang tertawa dan terkadang serius tanpa memperdulikan mahasiswi yang memandang sinis
xxxxxxxx
Seminggu pria tersebut mendekati Marimar dan akhirnya Tio memberanikan diri untuk menyatakan cinta ke Marimar.
Marimar yang merasa nyaman menerima cinta Tio dan mereka pun resmi menjadi pasangan kekasih. Mereka hanya berpegangan tangan dan Tio hanya diijinkan hanya mencium kening Marimar selain dari itu Marimar melarangnya.
Hingga akhirnya mereka berniat untuk menikah namun rencana tinggal rencana. Tio yang dikiranya bisa membawa dirinya keluar dari neraka namun ternyata perkiraannya salah. Tio selingkuh dengan adik tirinya di saat tinggal dua hari lagi mereka menikah.
"Aku mengira Kak Tio pria baik tapi perkiraan ku ternyata salah, kamu sama brengs*knya seperti pria lainnya." Ucap Marimar dengan perasaan hancur.
Hati wanita mana yang tidak hancur hanya tinggal dua hari lagi akan menikah calon suaminya selingkuh. Lebih hancur lagi ketika mengetahui kalau adik tirinya sengaja merebut calon suaminya dan lebih parahnya lagi ketika melihat ranjang pengantin yang akan mereka tempati nantinya digunakan oleh Tio bersama adik tirinya dengan melakukan hubungan suami istri.
"Ini salahmu sudah lama aku ingin merasakan hubungan suami istri tapi kamu selalu menolaknya dan adik tiri mu bersedia memenuhi apa yang aku inginkan." Jawab Tio tanpa punya rasa bersalah sedikitpun.
Marimar menatap Tio dengan penuh kebencian apalagi melihat adik tirinya yang merebut kamarnya yang luas dan barang yang dimilikinya padahal barang itu peninggalan Ibunya dan kini merebut calon suaminya membuat Marimar merasa muak dengan adik tirinya dan juga ke dua orang tuanya.
"Aku bersyukur kita tidak jadi menikah dan ini aku kembalikan cincin pertunangan kita." Ucap Marimar sambil melepaskan cincinnya dan di lempar ke arah wajah Tio.
Tio menangkap cincin yang di lempar oleh Marimar sedangkan Marimar membalikkan badannya dan pergi meninggalkan hotel tempat mereka akan mengadakan pesta pernikahan karena Tio dari keluarga kaya.
Marimar pulang ke rumah kemudian memasukkan semua pakaiannya ke dalam tas lusuh dengan membawa tabungan dan perhiasan milik Ibu kandungnya yang sudah meninggal yang disembunyikan di tempat yang aman.
Marimar keluar dari kamarnya dan berjalan meninggalkan kamar yang sempit tersebut hingga dirinya melihat Ayah kandungnya dan ibu tirinya sedang menonton televisi.
"Mau kemana?" Tanya Ibu tirinya yang melihat Marimar menenteng tas lusuhnya.
"Mau pergi dari rumah ini." Jawab Marimar sambil menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badannya.
"Pergilah dan jangan pernah kembali lagi." Usir Ibu tirinya sambil tersenyum bahagia karena akhirnya anak tirinya pergi dari rumah.
Dirinya sangat bersyukur putrinya bisa merebut calon suami Marimar yang kaya seperti dirinya yang berhasil merebut suaminya dari Ibunya Marimar.
"Aku tidak mungkin kembali ke sini sampai kapanpun." Jawab Marimar sambil melangkahkan kakinya kembali menuju ke arah pintu utama.
"Syukurlah." Jawab Ibu tirinya cuek.
Marimar yang sangat kecewa memilih hidup terpisah karena ayah kandungnya hanya diam ketika istrinya mengusir dirinya.
"Suatu saat nanti, kalian akan merasakan apa yang aku rasakan." gumam Marimar nyaris tidak terdengar sambil membuka pintu utama.
"Apa maksudmu?" Tanya Ibu tirinya dengan nada kesal.
"Tidak ada." Jawab Marimar berbohong.
Marimar keluar dari rumah tersebut sambil menunggu ojek online yang baru saja dipesannya. Tidak berapa lama tukang ojek online datang kemudian Marimar naik ojek tersebut menuju ke arah perkampungan karena teman kuliahnya juga tinggal di sana yang sama-sama mendapatkan beasiswa.
"Marimar, kamu yakin mau tinggal di perumahan yang sempit dan banyak penduduk?" Tanya temannya.
"Yakin, katanya ada kontrakan yang kosong?" Tanya Marimar.
"Memang ada, ayo aku tunjukkan." ucap temannya.
Marimar hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka pergi menuju ke tempat kontrakan kosong. Harganya sangat murah karena kontrakan tersebut terkenal angker hanya saja temannya dengan jahil tidak memberitahukan hal tersebut.
"Sangat murah walau kontrakan nya agak kotor." ucap Marimar.
"Namanya kontrakan murah ya seperti ini." Jawab temannya.
Marimar hanya menganggukkan kepalanya kemudian meletakkan tasnya lalu mulai membereskan kamarnya sedangkan temannya langsung berpamitan dengan alasan dirinya juga ingin beres-beres kamarnya.
"Aku pergi ya, kamar ku juga berantakan." Pamit temannya.
"Ok." jawab Marimar singkat.
"Terima kasih sudah membantuku mencarikan kamar kosong." Lanjut Marimar.
"Sama-sama." Jawab teman nya sambil berjalan meninggalkan Marimar sendirian karena tidak ada penghuni kos lainnya.
'Bersiaplah nanti malam ketakutan.' Sambung temannya dalam hati sambil tersenyum menyeringai.
"Kontrakan ini sangat murah tapi kenapa tidak ada yang mengontrak ya?" tanya Marimar sambil memasukkan pakaiannya ke dalam lemari yang tersedia.
Marimar melihat bayangan hitam yang melintas dan kini Marimar tahu kenapa kontrakan tersebut tidak ada yang berani mengontraknya.
"Dasar teman jahil, untung aku tidak takut." ucap Marimar sambil tersenyum.
"Kalian terserah melakukan apapun tapi jangan ganggu aku karena aku terpaksa tinggal di sini dan kalian pasti tahu kenapa aku tinggal di sini." Ucap Marimar pada penghuni lain yang tidak terlihat oleh orang lain kecuali dirinya dan beberapa orang yang mempunyai kemampuan melihat makhluk astral atau di kenal dengan nama indigo.
"Sepertinya untuk sementara aku tidak kuliah dulu karena biaya kuliah mahal. Walau aku mendapatkan beasiswa tapi tidak semua di tanggung jadi lebih baik libur kuliah dulu." Ucap Marimar.
"Lebih baik aku melamar kerja, tapi kerja sebagai apa ya?" tanya Marimar sambil berpikir.
"Oh iya, akukan bisa memasak jadi lebih baik aku melamar kerja di restoran." Ucap Marimar.
Selesai mengatakan hal itu Marimar berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket hingga lima belas menit kemudian Marimar sudah selesai mandi dan memakai pakaian santai.
Tubuhnya yang lelah membuat Marimar berbaring di ranjang yang merupakan fasilitas dari kontrakan. Tidak membutuhkan waktu lama Marimar tidur dengan pulas tanpa gangguan makhluk tak kasat mata.
Marimar kini tinggal di rumah kontrakkan kecil untuk melupakan apa yang telah terjadi dan memulai hidup baru.
xxxxxxxx
Siang menjelang sore Marimar perlahan membuka matanya karena dirinya sangat lapar. Sejak kemarin malam hingga hari ini dirinya belum makan membuat Marimar berjalan ke arah warung makan sederhana.
Selesai makan dan minum, Marimar kembali pulang ke tempat kontrakan dan kembali istirahat karena dirinya bingung mau melakukan apa terlebih dirinya ingin memanjakan tubuhnya yang biasanya tidak pernah istirahat akibat Ibu tirinya sering menyuruh dirinya.
xxxxxxxx
Waktu berlalu dengan cepatnya dan kini hari berganti pagi, Marimar keluar dari kontrakan untuk mencari pekerjaan. Marimar yang belum mempunyai skill memasak mengalami kesulitan hingga di restoran yang ke delapan barulah dirinya di terima berkerja bahkan tidak tanggung-tanggung dirinya langsung berkerja karena kebetulan kokinya mendadak keluar.
Marimar mulai berkerja dengan percobaan tiga bulan dan mendapatkan gaji yang lumayan untuk bisa sehari - hari dan sisanya bisa di tabung.
Tiga Bulan Kemudian
Marimar sudah bisa melupakan masa lalunya yang pahit dimana mantan calon suaminya selingkuh dengan adik tirinya. Hidupnya sangat damai karena tidak ada lagi teriakan dari keluarganya, makian dan dirinya berteriak kesakitan ketika di hukum oleh Ibu tirinya dan juga adik tirinya.
Tidak terasa sudah dua bulan Marimar merasakan nyaman tapi di bulan ke tiga menjelang akhir di mana hari ini merupakan hari terakhir masa percobaan karena besok dirinya akan menjadi koki tetap.
Tentunya gajinya akan bertambah dan mendapatkan fasilitas lainnya namun ternyata apa yang diharapkan oleh Marimar tidak terjadi.
Hal itu dikarenakan di hari terakhir masa percobaan ke dua orang tuanya, adik tirinya bersama suaminya sekaligus mantan calon suaminya makan di restoran tempat dirinya tinggal.
"Pelayan!" Teriak adik tirinya Marimar.
"Iya nona." Jawab pelayan restoran.
"Aku ingin pesan makanan cepat!" perintah adik tirinya Marimar.
"Baik." Jawab pelayan restoran tersebut.
'Selama kami menikah, terlihat jelas perbedaan Marimar dengan istriku. Seandainya saja aku bisa menahan ha x srat x ku maka bisa dipastikan aku tidak akan menikah dengan wanita ja**ng ini.' Ucap suaminya dalam hati.
'Si*l, aku di tipu ternyata Ibu mertuaku merebut Ibunya Marimar dan sekarang istriku merebut Marimar dariku. Seandainya aku tahu aku tidak akan tergoda dengan wanita mu x ra x han ini.' sambung suaminya dalam hati.
"Kamu kenapa bengong?" tanya istrinya dengan nada ketus.
"Tidak ada apa-apa." Jawab suaminya berbohong.
'Si*l, dulu aja bicara denganku manis banget tapi sekarang?' sambung suaminya dalam hati.
Istrinya tidak perduli dan tidak berapa lama pesanan mereka datang. Mereka langsung makan tanpa berdoa terlebih dahulu namun baru satu sendok mereka sangat terkejut karena cita rasa masakan tersebut sangat familiar.
"Seperti masakan Marimar?" Tanya mereka bersamaan sambil saling memandang.
Walau mereka hampir menikah tapi Tio mantan calon suaminya Marimar pernah memakan masakan Marimar beberapa kali terlebih makanan itu merupakan makanan kesukaan dirinya karena itulah dirinya sangat familiar dengan makanan kesukaannya.
Valen yang mendengar Tio menyebut nama Kakak tirinya sangat kesal hingga dirinya berfikir untuk menyingkirkan Marimar.
Tiba-tiba ada lampu terang di atas kepala Valen membuat Valen tersenyum menyeringai.
'Aha, aku tahu.' Ucap Valen dalam hati.
Valen menarik rambutnya beberapa lembar kemudian dicampur ke makanan miliknya yang di makan sedangkan yang lainnya menatap Valen dengan tatapan bingung.
"Pelayan!" Teriak Valen.
"Ya Nona." Jawab pelayan restoran sambil berjalan ke arah Valen.
"Ada yang bisa saya bantu Nona?" Tanya pelayan restoran dengan sopan walau dalam hatinya sangat kesal dengan sikap sombong Valen.
Brak
"Makanan apa ini? Kenapa ada rambutnya? Hah!" Bentak Valen sambil menggebrak mejanya.
Serempak semua yang makan di restoran langsung menghentikan makanannya kemudian pergi dari restoran namun di cegah oleh para pelayan.
"Maaf Tuan - Tuan, Tuan - Tuan harus membayar makanan yang sudah di makan." Ucap para pelayan restoran bersamaan.
"Apa bayar?" Kalian tidak lihat, salah satu pelanggan makanannya ada rambutnya? Enak saja kami harus bayar." Ucap salah satu pelanggan restoran.
"Ya benar, sangat menjijikkan." sambung para pelanggan restoran bersamaan.
"Maaf, ada apa ya Tuan - Tuan?" Tanya Manager restoran.
"Itu salah satu pelanggan restoran makanannya ada rambutnya." Jawab salah satu pelanggan.
"Kami akan menggantinya dengan yang baru dan maafkan atas kejadian ini." Ucap Manager restoran sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak bisa, selera makan ku langsung hilang." Jawab Valen dengan tegas sambil berdiri dan diikuti yang lainnya.
"Sama, kami juga tidak selera makan." Ucap para pelanggan restoran.
Valen keluar dari restoran dengan diikuti suami dan ke dua orang tuanya di susul oleh pelanggan lainnya.
"Panggil Marimar!" Teriak Manager restoran sambil menahan amarahnya.
"Baik Tuan." Jawab salah satu pelayan sambil berjalan ke arah dapur.
Pelayan restoran kembali keluar dari dapur dengan diikuti oleh Marimar.
"Ada apa Tuan?" Tanya Marimar.
"Mulai hari ini kamu aku pecat tanpa pesangon dan gaji bulan ini." Ucap Manager restoran.
"Saya di pecat? Salah saya apa Tuan?" Tanya Marimar dengan wajah terkejut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!