"Furuko!" panggil Sagachi kepada adik perempuanya yang sedang duduk di sofa sembari membaca manga.
^^^manga: komik.^^^
"Ada apa, Nisan?" jawab Furuko. Ia menolehkan pandangannya ke arah kakaknya yang sedang berjalan mendekatinya.
^^^Nisan: sebutan sang adik kepada kakak kandungnya. Nisan artinya kakak laki-laki.^^^
"Aku ingin mengajakmu jalan-jalan besok, apa kamu mau ikut denganku?" tanya Sagachi. Ia duduk di samping adiknya di sofa itu.
Mendengar kata-kata kakaknya itu, Furuko langsung berkata, "Ya jelas ikutlah! Masa' aku di rumah sendirian. Emangnya, Nisan mau jalan-jalan ke mana?"
"Emmm ... ke mana, ya? Kamu ada saran gak, mau jalan-jalan ke mana?"
"Bagaimana kalo ke Prancis, ke Menara Eiffel."
"Prancis itu terlalu jauh Furuko, pasti akan menghabiskan banyak uang."
"Ya nggak papalah, sekali-kali kita jalan-jalan jauh daripada bosan di rumah gabut terus."
"Baiklah, kalau itu maumu. Besok kita berangkat jam tujuh pagi, yang penting kamu jangan sampai bangun kesiangan, ya," respon Sagachi sembari beranjak berdiri dari sofa, kemudian ia berjalan ke arah kamarnya tanpa menoleh ke arah belakang.
"Siap, Nisan," jawab Furuko sembari menutup manga yang ia baca, kemudian ia meletakan manga itu di atas meja yang ada di depanya.
...----------------...
Keesokan harinya ....
Terdengar bunyi alarm yang begitu keras sampai membangunkan Sagachi yang tidur pulas.
"Aaaah! Ternyata sudah pagi, ya?" ujarnya sembari mematikan alarm yang di sampingnya, kemudian ia beranjak dari ranjang dan keluar dari kamarnya.
Setelah Sagachi keluar dari kamarnya, ia menghela napas berat ketika melihat adiknya yang masih juga belum bangun dan masih tertidur dengan pulasnya di atas sofa. Tanpa berpikir panjang, Sagachi langsung berjalan menuju sofa dan membangunkan adiknya.
"Furuko, bangun!" Sagachi mengoyang-goyangkan badan adiknya yang sedang tidur pulas itu, agar ia segera bangun dari tidurnya.
"Aaaah, lima menit lagi, Nisan!" respon Furuko, akan tetapi keudua matanya masih terpejam.
"Katanya mau jalan-jalan ke prancis." Sagachi berkata seperti itu agar adiknya mengingat itu dan segera bangun dari tidurnya.
Dugaanya ternyata benar, setelah Sagachi mengucapkan itu, Furuko langsung bangkit dari tidurnya.
"Oh, iya-ya, aku lupa. Sekarang sudah jam berapa, Nisan?" tanyanya setelah bangun dari tidurnya.
"Santai ... baru jam enam lebih dikit, kok," jawab Sagachi sembari melihat jam tangan yang berada di tangan kirinya.
"Oooh, aku kira udah kesiangan," jawab Furuko sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Itulah kebiasaanmu, baca manga sampai gak ingat jam tidur." Sagachi menyindir adinya yang kebiasaannya suka membaca manga di setiap harinya.
"Iya deh, aku yang salah!" gerutu Furuko dengan raut wajah yang terlihat agak kesal.
"Ya sudah sana, kamu mandi dulu!" perintah Sagachi menyuruh adiknya mandi, dan Furuko pun langsung berjalan ke arah kamar mandi, sementara Sagachi mencuci mukanya dan menyiapkan sarapan pagi.
SKIP TIME ....
Terlihat mereka berdua telah berpakaian rapi dan membawa koper besar.
Dilihatnya Sagachi memakai baju berwarna putih dengan kombinasi jas berwarna hitam dan celana berwarna hitam serta rambut yang disisir rapi ke arah kiri. Sementara Furuko memakai baju berwarna putih dengan lengan panjang dan kerah berwarna kuning serta gambar bunga yang berada di dada kirinya.
Mereka berdua menunggu Taxi Online di pinggir jalan raya. Dan tak berselang waktu lama, taxi yang mereka tunggu itu pun akhirnya datang.
Tanpa berpikir panjang, Sagachi dan Furuko langsung menaiki taxi online tersebut untuk menuju ke bandara. Setelah mereka masuk ke dalam taxi tersbut, taxi pun mulai bergerak dengan kecepatan normal.
Di dalam taxi tersbut, mereka melihat banyak mobil, motor, bus dan kendaraan lainya berlalu lalang.
"Kalo kita sudah sampai di sana, kita mau ngapain, Nisan?" bertanya Furuko pada kakaknya yang duduk di samping kirinya.
Merasa ditanya, Sagachi menolehkan pandangannya ke arah Furuko.
"Ya jalan-jalan lah!" jawabnya dengan intonasi yang agak tinggi.
"Santai saja, jangan ngegas gitu dong," ujar Furuko yang berusaha menenangkan kakaknya yang tiba-tiba saja meninggikan intonasinya, akan tetapi malah terjadi sebuah kesalahpahaman setelah Furuko berkata seperti itu. Tiba-tiba supir taxi mengurangi kecepatan dari 80 km/jam mejadi 30 km/jam.
"Kok jadi lelet taxinya, Pak?" bertanya Sagachi. Ia heran dengan yang dilakukan oleh supir taxi tersebut. Ia mengomentari supir taxi tersebut, karena supir taxi tersebut memperlambat kecepatan taxi-nya.
"Katanya disuruh santai saja dan jangan terlalu ngegas," jawab supir tersebut, ia salah paham setelah mendengar perkataan Furuko.
"Dasar tukang supir budek! Kalo lima menit lagi tidak sampai bandara, aku tidak mau bayar!" ancam Sagachi sembari memasang sabuk pengaman dan Furuko pun juga memasang sabuk pengaman, karena mereka berdua berpikir kalo supir taxi tersebut pasti akan ngebut.
Dugaan mereka berdua ternyata benar, setelah mendengar perkataan Sagachi, supir taxi tersebut langsung tancap gas dan secara tiba-tiba kecepatan taxi menjadi 200 km/jam. Sebenarnya Sagachi tidak serius dengan ucapanya, akan tetapi supir taxi tersebut menyanggupi permintaannya. Supir taxi tersebut sangat pro dalam mengendarai taxi tersebut. Sampai-sampai, di tikungan tajam gas tetap ditancap full dan tidak menabrak apa pun. Supir taxi tersebut membelokan mobil sambil nge-drift sampai ada percikan api di roda taxi tersebut.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa!" jerit Sagachi dan Furuko secara bersamaan karena mereka sangat takut dengan kecepatan taxi tersebut.
Tak berselang waktu lama, pada akhirnya pun mereka sampai di bandara dengan selamat, walaupun jantung mereka rasanya seperti hampir copot.
"Anjay, kau sebenarnya pembalap apa supir taxi sih? Nyupirnya kok kaya orang kesurupan gitu?" tanya Sagachi setelah turun dari taxi tersebut.
"Memang benar kalau aku itu pembalap. Dulu waktu aku masih muda, aku adalah pembalap legendaris dan selalu juara satu," jawab supir taxi tersebut dengan PD-nya.
"Pantesan aja kamu nyetirnya bar-bar banget, rodanya juga berubah menjadi roda besi tuh." Sagachi mengamati ban mobil yang tadinya berupa ban karet biasa berubah menjadi ban besi.
"Ha-ha-ha ... ini memang bukan taxi biasa, sebenarnya tadi aku mengganti modif menjadi roda besi saat kalian meminta aku untuk ngebut," ujar supir taxi tersebut menjelaskan, kemudian ia masuk ke taxi dan pergi meninggalkan Sagachi dan Furuko.
Setelah itu mereka berjalan menuju bandara untuk naik pesawat menuju ke prancis.
SKIP TIME ...
Sudah sekitar empat jam Sagachi dan Furuko berada di dalam pesawat. Furuko yang duduk di dekat jendela pesawat melihat menara Eiffel, walaupun menara itu tidak begitu jelas karena tertutup awan. Pesawat yang mereka tumpangi juga akan melakukan peluncuran ke bandara prancis.
"Lihatlah, Nisan! Itu menara Eiffel-nya sudah mulai kelihatan, sepertinya kita akan sampai," ujar Furuko ketika melihat menara Eifell dari jendela pesawat.
"Iya, pesawatnya juga mau meluncur," respon Sagachi.
Setelah pesawat yang ditumpangi Sagachi dan Furuko itu sampai di tempat tujuan, mereka turun dan keluar dari bandara. Setelah itu mereka mencari kendaraan untuk mereka tumpangi menuju ke tempat tujuan mereka, yaitu Menara Eiffel. Setelah sampai di jalan raya, pada akhirnya pun mereka menemukan taxi untuk tumpangan mereka menuju ke Menara Eiffel.
"Semoga ini bukan taxi yang ganas seperti tadi," ucap Sagachi. Ia berharap kalau taxi yang akan ia dan adiknya tumpangi itu supirnya tidak brutal seperti taxi yang mereka tumpangi pertama.
"Kuharap juga begitu, Nisan," respon Furuko.
Ternyata harapan mereka benar, bahwa taxi yang mereka tumpangi supirnya normal. Walaupun mereka berbicara di mobil sampai ratusan kata pun, supir itu tidak paham oleh perkataan mereka berdua. Karena supir tersebut tidak paham bahasa jepang.
Tak terasa mereka sampai di Menara Eiffel. Sesampainya di sana mereka berdua keluar dari taxi dan langsung berlari untuk melihat Menara Eiffel. Setelah melihatnya, terukirlah wajah kagum dari mereka berdua. Mereka berdua tidak menyangka, bahwa pemandangan di Menara Eiffel jika di lihat secara langsung terlihat begitu indah.
"Sughoi!" ujar mereka berdua secara bersamaan ketika melihat pemandangan Menara Eiffel yang berada di tengah-tengah teluk.
Sughoi: keren
Sagachi mendengar suara perut keroncongan pertanda lapar. Ia tahu kalau suara itu datangnya dari perut Furuko.
"Kamu sudah lapar ya, Furuko?" bertanya Sagachi setelah mendengar suara perut Furuko yang keroncongan.
"Hehe, iya Nisan. Aku sudah lapar," jawab Furuko jujur sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya sudah, ayo kita cari restoran terdekat!" ajak Sagachi sembari menggandeng tangan Furuko, kemudian mereka mencari rumah makan terdekat dari area itu.
Sambil berjalan-jalan mencari restoran, mereka melihat banyaknya orang berlalu lalang di jalanan. Langkah demi langkah mereka jalani hingga pada akhirnya mereka menemukan restoran. Setelah itu mereka masuk ke restoran tersebut dan duduk di kursi yang disediakan. Tak berselang waktu lama ada pelayan lewat menanyai mereka.
"Kalian berdua mau pesan apa?" pelayan restoran itu yang menanyai mereka menggunakan bahasa prancis. Walaupun begitu, mereka tetap memahami maksud dari pelayan restoran itu, karena pelayan restoran itu memperlihatkan buku menu yang bergambar berbagai jenis makanan.
"This and this," jawab Furuko sembari menunjuk ke gambar makanan yang ada di buku menu. Yang ditunjuk Furuko adalah gambar nasi goreng dan jus jeruk. Sedangkan Sagachi menunjuk ke gambar nasi kepal dan kopi hitam.
Furuko sengaja menggunakan bahasa inggris karena bahasa inggris adalah bahasa internasional yang bisa digunakan di negara mana pun.
SKIP TIME ....
Terlihat mereka berdua telah selesai makan dan telah keluar dari restoran tersebut.
Tiba-tiba saja terdengar suara pistol yang membuat Sagachi, Furuko dan orang orang-orang yang di daerah tersebut terkejut.
"Suara apa itu Nisan?" tanya Furuko sembari mendekap tangan kiri Sagachi karena panik mendengar suara tembakan tersebut.
"Sepertinya itu suara tembakan pistol, tapi suara dari mana dan siapa orang yang ditembak?" bertanya Sagachi sembari melihat-lihat sekitar.
Mereka berdua pun melihat banyak orang yang bergerumpulan. Karena penasaran, mereka berdua berlari menuju gerumpulan orang itu. Setelah sampai di gerumpulan orang banyak itu, terlihat mereka berdua tetkejut bukan main. Terdapat gadis beramput kuning yang mati tergeletak dengan luka di kepalanya akibat ditembak seseorang.
"Jadi suara tembakan itu adalah suara pistol yang menembak gadis ini," ucap Sagachi.
"Sepertinya begitu," respon Furuko.
Tiba-tiba saja Sagachi merasakan seperti ada orang menaruh barang di saku belakang Sagachi. Karena penasaran, Sagachi mengambil barang tersebut, dan setelah barang itu terambil, Sagachi tetkejut bukan main. Karena barang yang ia ambil di saku belakangnya itu adalah sebuah pistol tipe Black Star S4. Furuko yang berada di sampingnya juga terkejut dan bertanya kepada Sagachi.
"Kenapa Nisan membawa pistol?"
"Nisan juga bingung, tiba-tiba ada yang meletakan benda ini di saku Nisan," ujar Sagachi menjelaskan.
Di saat itu juga, semua orang yang berada di situ mengalihkan pandangan mereka ke arah Sagachi yang sedang membawa pistol. Mereka semua mengira, bahwa Sagachi adalah pelaku pembunuhan tersebut.
"Tangkap pria itu! Dia adalah t3roris!" ucap seorang laki-laki di antara mereka yang menunjuk ke arah Sagachi. Walaupun orang itu berkata dalam bahasa prancis, tapi Sagachi dan Furuko tahu kalau orang itu sedang menuduh Sagachi.
Melihat kakaknya dituduh dan akan ditangkap, Furuko langsung memegang erat tangan Sagachi.
"My name is Sagachi, and i am not a t3roris!" ucap Sagachi dengan lantang saat orang-orang tersebut menarik tangan Sagachi dan hendak menangkapnya.
Furuko yang melihat kakaknya ditangkap tidak bisa berbuat apa-apa. Genggaman tangannya yang erat terlepas karena orang-orang menarik kakaknya dengan paksa. Furuko jatuh bertumpuh dan menangis dengan deraian air matanya yang menetes menjatuhi bumi. Ia tidak punya siapa-siapa lagi selain kakaknya. Apalagi Furuko juga sedang berada di negara yang bukan tempatnya ia tinggal.
"Kenapa ada pistol di celana Nisan?" tanyanya entah pada siapa, kemudian ia menarik dua koper, yang satunya milik Sagachi. Ia berjalan pelan dan ia juga tak tahu mau ke mana.
...----------------...
Terlihat Sagachi sedang duduk tersungkur di pojokan dalam penjara dengan raut wajah sedih.
"Jika saja aku tidak pergi ke sini, mungkin aku tidak akan mendapatkan masalah seperti ini," ucapnya kepada diri sendiri, karena hanya ia yang berada di ruang penjara tersebut.
"Semoga adikku baik-baik saja di luar sana," ujarnya yang menghawatirkan Furuko.
Tiba-tiba saja di ruangan penjara tersebut ada sebuah cahaya yang sangat terang. Hal ini membuat Sagachi tersebut terkejut dan memalingkan pandanganya ke arah cahaya tersebut.
"Cahaya apa ini?" tanyanya, karena ia terkejut melihat cahaya aneh yang tiba-tiba saja muncul di ruang penjara tersebut.
Yang paling membuatnya terkejut lagi, tiba-tiba saja ada suara tanpa rupa dari arah cahaya tersebut, hal ini membuat Sagachi sedikit merinding oleh sosok suara yang datangnya dari arah cahaya itu.
"Jika kau ingin hidup bahagia dan terhindar dari kejahatan, maka kau harus menghancurkan tujuh sifat tercela," ucap sosok makhluk misterius yang suaranya bersumber dari cahaya tersebut. Namun, wujudnya tak terlihat dan suaranya mirip seperti suara perempuan.
"Siapa kau?" tanyanya dengan intonasi tinggi.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku. Yang perlu kau tahu adalah nasib hidupmu akan berubah apabila kau menerima tawaranku," jawab sosok makhluk tersebut.
"Baiklah, apa tawaranmu?"
"Seperti yang telah aku aku katakan tadi, kau harus menghancurkan tujuh sifat tercela," ujar sosok makhluk tersebut menjelaskan tawaranya.
"Maksudnya apa tujuh sifat tercela itu? Aku tidak paham dengan maksudmu." Sagachi masih juga belum paham dengan apa yang dimaksudkan oleh sosok misterius itu.
"Maksudnya kau akan aku teleport ke dunia lain yang dikuasai tujuh raja iblis, dan pada setiap iblis memiliki sifat yang berbeda-beda ...." Terlihat Sagachi mendengarkanya dengan serius. "Diantaranya adalah ... sifat marah, sombong, dengki, tamak, serakah, iri dan nafsu," ujar sosok makhluk tersebut menjelaskan.
"Tapi bagaimana dengan adikku?" tanya Sagachi. Karena ia tidak ingin berpisah dengan adiknya jika ia berada di dunia lain.
"Tenang saja, karena aku juga akan meneleport adikmu ke sana," jawab sosok tersebut.
"Baiklah, aku terima tawaranmu." Sagachi menerima tawaran dari sosok makhluk tersebut tanpa ragu.
Tiba-tiba saja, cahaya tersebut menjadi sangat terang dan semakin terang, hingga Sagachi menutup matanya karena tak sanggup dengan silaunya cahaya tersebut.
Beberapa saat kemudian, Sagachi membuka matanya perlahan, dan pada saat ia membuka matanya ... ia terkejut, karena ia telah berada di dunia lain.
Beberapa saat kemudian, Sagachi membuka matanya perlahan. Pada saat ia membuka matanya, matanya membulat dengan sempurna, karena ia telah berada di dunia lain.
Bisa ia lihat, kalau sekarang ia telah menggunakan baju semi jas berwarna hitam dengan kerah agak tinggi dan lengan yang panjangnya sampai siku serta celana panjang berwarna hitam. Padahal, tadinya ia tidak memakai baju itu.
Saat ini cuacanya sedang cerah, kira-kira seperti jam sebelas siang semisal ada jam di dunia ini.
"Apakah ini dunia lain yang di maksud sosok misterius itu?" tanyanya entah pada siapa. Karena Sagachi berada di sebuah padang rumput yang luas seorang diri.
Setelah itu, Sagachi berlari ke arah depan dari padang rumput tersebut, dan ia berinisiatif untuk mencari kota atau desa di dunia lain ini.
Langkah demi langkah, detik demi detik, menit demi menit dan bahkan hingga berjam-jam Sagachi berlari, hingga pada akhirnya pun, ia menemukan sebuah kota.
Sagachi memasuki kota tersebut, dan di kota itu terlihat begitu ramai orang berlalu lalang. Sagachi pun berjalan-jalan untuk mencari sebuah penginapan di kota tersebut.
Saat ia sedang mencari penginapan, ia bertemu seorang wanita berambut panjang berwarna biru tua, memakai baju berwarna merah muda dengan lengan pendek dan sedikit baju besi baja di dadanya, memakai celana ketat pendek dan stoking hitam panjang sampai paha, serta membawa sebuah busur yang dicangking di tangan kananya.
"Ka–kau Furu—" Belum sempat Sagachi menyelesaikan perkataannya, wanita itu langsung memeluk Sagachi karena wanita itu mengenal Sagachi.
"Iya, Nisan. Ini aku, Furuko," jawab wanita tersebut yang ternyata adalah Furuko—adiknya sendiri.
"Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan Nisan di dunia ini," ucap Furuko sembari melepas pelukannya, akan tetapi ia masih memegangi pundak Sagachi. Hatinya sangat bahagia bisa bertemu dengan kakaknya.
"Ternyata sosok misterius itu menepati janjinya, ya." Sagachi teringat dengan kejadian saat bertemu dengan sosok misterius itu di penjara.
"Sosok misterius? Maksudnya apa, Nisan?" tanya Furuko, ia penasaran dengan yang diucapkan Sagachi barusan.
"Maksudnya sosok misterius yang meneleport nisan ke dunia ini," jawab Sagachi
"Jadi, Nisan bisa berada di sini karena diteleport oleh sosok misterius itu?" tanya Furuko sembari menurunkan tangannya yang tadi masih memegangi pundak Sagachi.
"Iya, karena sosok itu telah berkata, jika nisan menyetujui persyaratannya, nisan akan hidup bahagia dan dia akan meneleport nisan dan kamu di dunia ini, dan ternyata dia menepati janjinya, dan ternyata sekarang nisan bisa bertemu denganmu di dunia ini sekarang," jawab Sagachi menjelaskan.
"Tapi kok tampilan Nisan seperti baru saja datang ke dunia ini?" tanya Furuko sembari memandangi penampilan Sagachi yang masih terlihat sangat sederhana.
"Memang nisan baru saja datang di dunia ini. Memangnya, kamu udah lama di dunia ini?" tanya Sagachi.
"Iya, Nisan. Aku sudah empat puluh hari di dunia ini," jawab Furuko.
Mendengar jawaban Furuko Sagachi malah jadi tambah bingung dengan yang dialaminya. Padahal, rasanya baru kemarin dia bersama adiknya di dunia asalnya saat mereka melihat Menara Eiffel.
"Setahu nisan itu, kamu juga baru di sini Furuko. Pantesan aja penampilanmu udah seperti ini."
"Iya, Nisan. Berarti sosok itu lebih dulu menteleport aku sebelum menteleport Nisan."
"Berarti perbedaan waktu di dunia asli kita dengan dunia ini sangat jauh, ya."
"Mungkin seperti itu Nisan, karena kita di sini sudah berada di alam yang berbeda, dan waktu di sini berjalan lebih cepat daripada di dunia asal kita," ujar Furuko berpendapat.
"Emmm ... betul juga sih." Sagachi menatap busur yang dicangking Furuko. "Sebenarnya kamu mau ke mana sih, kok bawa busur?"
"Sebenarnya aku tadi mau ke hutan untuk berburu Nisan," jawab Furuko menjelaskan. "Tapi, karena aku bertemu Nisan di sini, aku tidak jadi deh," lanjutnya sembari tersenyum.
"Gak apa-apa kalau kamu ingin berburu, kalau perlu biar nisan bantu," tawar Sagachi.
"Emangnya Nisan mau bantu aku gimana? senjata aja belum punya," ujarnya menanggapi tawaran kakaknya. "lebih baik Nisan ikut aku aja yuk, ke penginapanku!" lanjutnya menawarkan, kemudian ia memutar tubuhnya dan hendak berjalan menuju ke penginapan tempat tinggalnya.
"Penginapan? Jadi kamu tinggal di penginapan, ya?"
"Iya, Nisan. Ayo, ikut aku aja!" ajak Furuko sambil menggunakan isyarat tangannya untuk mengajak kakaknya.
"Baiklah." Sagachi menanggapi dan berjalan mengikuti Furuko.
Mereka berjalan tanpa mengobrol lagi. Terlihat suasana di kota tersebut ramai dan banyak orang berlalu-lalang. Sagachi melihat banyak orang yang membawa senjata untuk berburu di hutan. Di antara senjata-senjata yang mereka bawa berbeda-beda. Ada yang membawa pedang panjang(long sword), ada yang membawa kapak, ada yang membawa tombak, ada yang membawa tongkat(kelas penyihir) dan ada pula yang membawa busur seperti Furuko.
Tak lama kemudian, mereka sampai di tempat tujuan mereka, yaitu penginapan yang Furuko tinggali.
"Nah, ini penginapan yang aku tinggali Nisan. Walaupun kecil, tapi lumayan lah buat kita tinggali," ujarnya sambil berjalan ke arah pintu rumah tersebut. "Ayo Nisan, kita masuk!" tawar Furuko, ia membuka pintu itu dengan kunci yang ia ambil dari sakunya dan Sagachi hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu mengikuti Furuko masuk ke dalam penginapan tersebut.
Di dalam penginapan tersebut Sagachi melihat beberapa lukisan kuno. Sagachi terus menatap gambar seorang ksatria yang sedang melompat membawa tombak dan hendak menusukan tombak ke dada seekor naga yang di dada naga itu ada kristal berwarna hitam.
"Kenapa Nisan terus menatapi lukisan itu?" tanya Furuko yang melihat kakaknya yang terus menatap lukisan itu.
"Apakah, naga itu adalah salah satu raja iblis?" Bukannya menjawab ia malah bertanya sambil menunjuk ke arah lukisan tersebut.
"Maksudnya apa Nisan? Kok tiba-tiba Nisan membahas tentang raja iblis?" tanya Furuko heran, ia menatap wajah Sagachi.
"Sosok misterius yang meneleport nisan itu menyuruh nisan untuk membunuh tujuh raja iblis yang ada di dunia ini," jawab Sagachi menjelaskan.
"Raja iblis?"
"Iya, dan nisan harus membunuh mereka, karena itu adalah misi nisan di dunia ini," ucap Sagachi sambil berjalan ke arah kursi kayu yang ada di ruangan tersebut, kemudian ia mendudukinya.
"Berarti Nisan harus pergi ke barak sihir, di sana ada banyak senjata sihir yang beragam, dan di sana nanti Nisan akan diajari caranya bertarung menggunakan senjata-senjata tersebut. Jika Nisan berminat, besok Nisan akan aku antar ke sana," ucap Furuko menjelaskan, kemudian berjalan ke arah kursi kayu yang berada di sebelah Sagachi, dan kemudian ia mendudukinya.
"Tentu saja nisan berminat. Baiklah, besok antar nisan ke sana, ya!" ucap Sagachi. "Untuk sekarang nisan ingin mendengarkan kamu menceritakan kejadian saat di prancis itu hingga kamu bisa berada di dunia ini," lanjutnya dengan pandangan matanya yang menatap adiknya.
"Baiklah, tapi nanti ya setelah makan. Aku tahu kok, pasti sekarang lagi lapar, 'kan?"
"Iya sih, memang nisan sangat capek, haus dan juga lapar setelah perjalanan yang lama mencari kota di dunia ini dari luasnya padang rumput di hutan sana," curhatnya, kemudian ia berdiri di depan Furuko. "Akan tetapi rasa capek, haus dan lapar itu seolah hilang setelah nisan bertemu denganmu, Furuko. Oleh karena itulah, nisan ingin mengobrol denganmu lebih lama lagi. Sekarang ayolah, ceritakan! Nisan penasaran dengan kejadian yang kamu alami saat itu." Lanjutnya sambil jongkok di depan Furuko dengan tangannya yang mengisyaratkan permohonan.
"Baiklah, kalau Nisan maunya aku cerita sekarang," jawab Furuko menyanggupi.
Mendengar jawaban adiknya yang menyanggupi permintaannya itu, Sagachi langsung berdiri dari posisi jongkoknya, kemudian ia duduk di kursinya kembali dengan raut wajah yang terlihat senang.
"Ceritakan lah!" ucap Sagachi yang tidak sabar mendengar cerita Furuko.
"Pada saat itu ...."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!