NovelToon NovelToon

Hijrahnya Bunga Desa

Pertemuan

Sebuah pesawat Singapura mendarat dengan selamat di bandara internasional Soekarno-Hatta. Satu persatu para penumpang turun dengan tertib. Tak terkecuali Mawar yang kini merubah cara berpakaiannya. Dulu Mawar yang gemar mengenakan pakaian minim dan kurang bahan, Kini ia mengenakan gamis lebar hingga menyapu tanah, Bukan hanya jilbab besar yang menutupi dada dan bagian belakangnya, Namun mawar juga menyempurnakan penampilannya dengan memakai cadar. Dua tahun menjadi tenaga kerja wanita di Singapura membuat Mawar menemukan jalan hijrahnya meskipun penduduk negara tersebut bukanlah mayoritas muslim.

Dengan langkah anggun serta keindahan gamis yang tertiup angin tak jarang Mawar menarik perhatian setiap orang yang melihatnya, Mawar pun dengan ramah tersenyum menganggukkan kepalanya jika yang melihatnya adalah seorang wanita. Namun jika yang menatapnya seorang pria maka Mawar akan langsung menundukkan kepalanya.

Setelah mengambil kopernya, Mawar menuju ke titik penjemputan taksi yang beroperasi di Bandara, Ia melambaikan tangan untuk memberikan kode pada sang supir.

"Taksi..."

Teriakan seorang pria mengagetkan Mawar, Terlebih keduanya secara bersama-sama memegang gagang pintu taksi, Membuat Mawar menoleh ke samping menatap pria yang menggenggam tangannya.

Tinggi badan Mawar yang lebih rendah sebatas dada pria tersebut membuat pria itu dapat melihat dengan jelas keindahan mata Mawar. Pria itu pun mengukir senyum seakan bisa melihat kecantikan yang tersembunyi di balik cadarnya.

"Sangat cantik," ucap pria itu.

Mawar langsung mengalihkan pandangannya dan menarik tangannya yang masih di bawah genggaman tangan pria itu. Menyadari hal tersebut pria itu tersentak dan langsung meminta maaf.

"M-maaf."

Mawar hanya menggeleng pelan dan melangkah menjauhi taksi tersebut. Namun pria itu segera berlari menghentikannya.

"Bukankah Ukhti sedang menunggu taksi?"

Tanpa menjawab apalagi menoleh, Mawar kembali melangkah meninggalkan pria itu.

"Jika Ukhti terburu-buru, Ukhti bisa menggunakan taksi ini, Atau jika Ukhti tidak keberatan kita bisa pergi bersama."

Mawar langsung menoleh menatap pria itu, Memperlihatkan mata indahnya yang semakin tajam dan justru membuat pria itu semakin terpesona dengan Mawar.

"Assalamualaikum..." ucap Mawar yang kembali melangkah pergi.

"T... T-tunggu, Waalaikumsalam." pria itu berlari mengejar Mawar dan terus membuntuti Mawar yang terus melangkah mencari taksi lain.

Merasa di abaikan oleh Mawar, Pria itu menghentikan Mawar dengan berdiri di depannya.

"Boleh kita berkenalan?"

"Maaf." Mawar mencoba menghindari pria itu. Namun pria itu terus menghadang langkahnya.

"Simba," ucap pria itu.

Mawar mengernyitkan keningnya, Tak paham dengan apa yang pria itu katakan.

"Namaku Simba."

Lagi-lagi Mawar tidak menjawab pria itu dan kembali melangkah meninggalkannya.

"Hey! Salihah... Meskipun hari ini kamu terus menghindari ku, Aku yakin tidak lama lagi kita akan segera bertemu kembali." pekik Simba yang tidak lagi mengejar Mawar.

Mawar pun terus melangkah tanpa menoleh lagi.

Sementara Simba yang masih berharap Mawar menoleh ke arahnya terus menatap punggung Mawar yang semakin jauh dari pandangannya.

"Jika dia jodohku, Maka sebelum dia memasuki taksi, Dia akan menoleh ke arah ku," ucap Simba yang melihat Mawar telah membuka pintu taksi.

Dengan rasa kecewa Simba kehilangan harapan karena Mawar tidak juga menoleh ke arahnya. Namun kekecewaan itu berubah menjadi tawa penuh semangat ketika Mawar menoleh ke arahnya sebelum masuk taksi.

"Yesss..." Simba bersorak bahagia, Bahkan saking bahagianya, Simba berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil.

"Aku menemukannya... Aku menemukannya," ucap Simba kepada beberapa orang yang lewat di depannya. Meskipun Simba tidak melihat wajah Mawar. Namun rasa ketertarikannya pada Mawar begitu kuat.

Bersambung...

📌 Hallo bertemu lagi dengan karya receh Author 😁

Setelah libur menulis beberapa hari karena kesibukan dan Ibu Author yang sedang di rawat di RS, Kini Author kembali dengan Novel Sekuel dari LAYUNYA BUNGA DESA sekaligus BERSAING CINTA DENGAN USTADZ, Wah bagaimana yah serunya jika Religi dan Hottie satukan? Buat yang penasaran, Dukung terus karya ini yah, Terimakasih 🙏❤️

Kembali Ke Rumah

Mawar sampai di rumahnya. Menatap rumah yang menyimpan begitu banyak kenangan pahit di masa lalu, Membuat Mawar merasa sesak, Andai saja Ayahnya tidak sakit, Maka Mawar tidak ingin kembali ke kampung halamannya.

Mawar menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Setelah itu Mawar mendekati pintu dan mengangkat tangan untuk mengetuknya. Namun belum sempat Mawar mengetuknya tiba-tiba pintu di buka.

"Mawar?"

"Ana." saut Mawar dingin.

"Ya baiklah, Ana, Dianah" saut Lily dengan tatapan sinisnya.

Mawar memang ingin mengubur semua kenangan masa lalunya, Bahkan ia tidak ingin lagi di panggil Mawar, Ia lebih memilih nama Ana yang di ambil dari nama belakangnya untuk panggilannya sehari-harinya sewaktu di Singapura.

"Bagaimana keadaan Ayah?" tanya Mawar yang kemudian masuk ke kamar Ayahnya.

"Ya begitulah, Sudah sulit ngapa-ngapain, Makanya Aku memintamu pulang untuk menjaganya."

Mawar yang mendengar ucapan kakaknya cukup terkejut dan menatap Lily yang terlihat semakin seksi dan modis.

"Kenapa menatap ku seperti itu? Aku memiliki anak, Suami dan mertua yang harus ku urus, Sedangkan kamu kan tidak memiliki siapapun, Jadi sudah tugas mu sebagai seorang anak untuk merawat orang tua yang sedang sakit."

"Aku tidak mengeluh, Jangan bicarakan ini di depan Ayah."

"Mawar..." dengan mata yang masih terpejam, Heru menyebut nama Mawar.

"Ayah..." Mawar langsung duduk di samping Ayahnya dan menggenggam erat tangannya.

Mendapat sentuhan tangan dari putri yang begitu ia rindukan, Heru langsung membuka mata dan menatap Mawar yang masih menutup wajahnya dengan cadar.

"Mawar?" susah payah Heru mencoba menyentuh wajah Mawar seperti ingin memastikan jika itu Mawar atau bukan.

Dengan sedih, Mawar menggenggam tangan Ayah nya dan mengecip punggung tangannya. Kemudian ia mendekatkan wajahnya sembari menurunkan cadarnya.

"Mawar? Kamu benar-benar Mawar, Putriku?"

Mawar mengangguk-anggukkan kepalanya dengan senyum getirnya.

"Putriku..." Heru merengkuh tubuh Mawar dengan tangis harunya.

Sudah berkali-kali Heru meminta Mawar kembali dan tidak bekerja di luar negeri. Namun Mawar tetap pergi untuk melupakan masa lalunya yang kelam.

•••

Di sisi lain Simba yang juga telah sampai di rumahnya langsung melempar tas pakaiannya kepada penjaga rumah yang berdiri menyambut kedatangannya. Membuat penjaga rumah kaget dan hampir kehilangan keseimbangannya.

"Payah! Gitu aja gak kuat, Makanya olahraga, Lihat tuh perut udah membuncit." ejek Simba yang kemudian berlalu masuk ke dalam rumahnya.

Seperti orang yang tengah di mabuk cinta, Simba bersiul-siul sambil melepaskan satu persatu sepatu yang ia kenakan lalu meninggalkannya begitu saja di sembarang tempat. Begitupun dengan jaketnya, Simba melepaskan jaketnya dan melemparkan ke sembarang arah.

"Zaidan Faaiq Shaikh!"

Mendengar teriakkan dari Ayahnya, Simba mengerutkan semua panca indera di wajahnya dan menoleh ke belakang. Ia menjadi sangat terkejut ketika jaket yang ia lempar menutupi wajah Ayahnya.

"E-mm... Papa...."

"Berapa kali Papa bilang, Jangan melempar barang-barang mu di sembarang tempat!"

"Dan berapa kali Aku mengatakan, Jangan memanggil ku Zaidan Faaiq Shaikh, Panggil Aku Simba, Simba si pria tampan, Kuat dan pemberani." dengan membusungkan dada Simba memperlihatkan otot tangannya.

"Seberani-beraninya kamu, Kamu belum bisa sebanding dengan Papa yang memenangkan hati Mama mu dari persaingan cinta dengan ustadz kesayangan Kakek mu."

"Ya ya ya ya ya... Zayn Athallah Faraz Shaikh si pemenang cinta Faza Aishaqila, Putri dari pemangku pondok pesantren yang cukup besar di Jawa tengah. Aku sudah sering mendengar itu dari Opa Faraz dan juga Om Zayd, Harus ku akui, Papa memang luar biasa tapi akan ku buktikan jika Aku juga akan menemukan wanita yang mampu membuat ku menangis karena merindukannya."

"Apa!? Apa Papa tidak salah dengar? Kamu mencari seorang wanita yang bisa membuat mu menangis karena merindukannya?" tanya Zayn tak percaya.

"Ya, Apa ada yang salah?"

"E-tidak, Tapi.... Apakah itu mungkin, Kamu terus saja singgah dari wanita satu ke wanita lainnya, Kamu ini cepat bosan, Bagaimana kamu bisa menangis untuk seorang wanita?"

"Bisa Pa, Dan itu akan segera terjadi." Simba tersenyum mengingat pertemuannya dengan Mawar. Namun seketika senyumannya terhenti saat mendengar suara ibunya.

"Zaidan, Berapa kali Mama bilang berhenti mempermainkan hati perempuan, Apa kamu benar-benar ingin di kirim ke pesantren Kakek?"

"Oh Mama ku sayang, Apa Mama yakin akan mengirim ku ke sana, Sementara Aku putra Mama satu-satunya." dengan manja, Simba meletakkan kepalanya di pundak ibunya sambil mengalungkan kedua tangannya.

"Hey hey hey... Jangan membuat papa cemburu, Untuk apa beredih jika Zaidan jauh dari kita, Bukankah itu bagus, Kita bisa mencobanya lagi untuk memberikannya seorang adik?"

"Coba saja kalau bisa." saut Simba tertawa.

"Hey... Apa kamu mengejek Papa lagi?"

"Maafkan Aku Papa, Tapi Papa sudah mencobanya hampir 20th dan Papa tidak berhasil memberikan ku Adik," ejek Simba lagi.

"Zaidan Faaiq Shaikh!" Zayn memasang wajah tegasnya. Namun hubungan mereka yang selama ini seperti sahabat tidak membuat Simba takut dan justru membuat Simba semakin senang meledek Ayahnya.

"Papa payah, Masa kalah sama Tente Zia."

"Zaidan kau..."

Tak menghiraukan Ayahnya yang masih belum selesai bicara, Simba tertawa lepas dan meninggalkan kedua orang tuanya.

"Hey istriku, Apa Aku terlalu memperlakukan putra kita seperti teman, Atau kamu yang terlalu memanjakannya?" dengan gerakan mendorong, Zayn menggigit hidung Faza dengan gemas.

Dengan pipi yang memerah, Faza memekik kecil dan memukul lengan Zayn.

"Putra kita sudah dewasa, Masih saja bersikap seperti remaja," ucap Faza sambil mendorong pelan tubuh Zayn.

"Usia boleh menua, Anak boleh remaja, Tetapi cinta ku padamu masih sama seperti ketika pertama kali Aku melihatmu."

Faza menjadi sangat berbunga, Ia menatap wajah sang suami yang tidak pernah berubah meskipun pernikahan mereka sudah lebih dari 20th.

Bersambung...

Kenalin Anak Babang Zayn dan Ning Faza "Zaidan Faaiq Shaikh dan lebih senang di panggil "SIMBA" ☺️

Bertemu kembali

Keesokan harinya Setelah melihat Ayahnya tidur, Mawar beranjak dari duduknya dan meninggalkan kamar. Kemudian Mawar mencari keberadaan Lily yang tidak terlihat di manapun.

"Kemana kak Lily pergi?" batin Mawar yang kemudian memeriksa teras rumah, Melihat Lily yang tengah asyik lipsync di depan layar ponselnya, Mawar berdiri menunggu hingga sampai Lily selesai bernyanyi. Setelah Itu Mawar mendekati Lily dan menanyakan kondisi sang Ayah. Namun Lily yang tengah fokus mengunggah video lipsync ke media sosialnya tidak dapat fokus menjawab pertanyaan Mawar. Namun dengan sabar, Mawar menunggu Lily sampai berhasil mengunggah videnya.

"Sekarang bisakah kakak fokus menjawab pertanyaan ku?" tanya Mawar yang terus berusaha bersabar.

"Ya tentu saja." saut Lily yang masih sesekali melirik layar ponselnya.

"Apa kak Lily sudah membawa Ayah ke Dokter?"

"Dokter?"

"Ya Dokter, Apa Kak Lily tidak pernah berpikir untuk membawa Ayah ke Dokter?"

"Mawar... Biaya rumah sakit itu mahal, Lagi pula siapa yang mau nunggin Ayah di rumah sakit, Aku tuh sibuk Mawar."

"Ana! Namaku Ana!"

"Ya! Terserah kau saja."

"Kak Lily, Setiap bulan Aku mengirim uang untuk keperluan Ayah, Dan saat Kak Lily bilang Ayah sakit, Aku telah menambah jumlah uang yang biasa ku kirim, Aku rasa itu sudah lebih dari cukup, Setidaknya Kak Lily membawa Ayah ke Dokter, Tapi apa yang Kak Lily lakukan, bahkan di dapur, Di kulkas tidak ada makanan apapun, Bagaimana Ayah akan sembuh Kak?"

"Jadi kamu menuduh Kakak menghambur-hamburkan uang? Jaman sekarang semuanya serba mahal dan lagipula Ayah itu udah terlalu lama sakit, Dikira gak capek apa ngurusin orang sakit?"

Mawar menarik nafas dalam-dalam. Ia tidak dapat membantah ucapan Lily karena memang tidak bisa merawat Ayahnya karena kontrak kerjanya.

"Bagaimana dengan ibu?"

"Apa yang kamu harapkan dari ibu? Setelah ibu menikah lagi, Ibu tidak pernah datang menjenguk Ayah maupun sekedar menemui cucunya."

"Lalu Tante Mursidah?"

"Hegh! Apalagi ibu tiri kejam itu, Sudahlah Ana kamu kan sudah beristirahat semalaman, Sekarang Aku ingin pulang ke rumah mertuaku..."

"Tunggu!"

"Apa lagi?"

"Aku akan pergi sebentar membeli semua keperluan dapur."

"Lalu?"

"Tolong jaga Ayah selama Aku pergi, Setelah itu Kak Lily boleh pulang."

Lily diam mempertimbangkan permintaan Mawar.

"Sebentar saja kak, Aku perlu membeli bahan makanan."

"Ya baiklah, Tapi cepat!"

Mawar mengangguk dan meminta kunci motornya kepada Lily. Kemudian Mawar menuju ke pasar swalayan terdekat. Namun sebelum itu Mawar pergi ke ATM yang terletak di depan pasar swalayan.

Angin kencang sepanjang perjalanan rupanya membuat gamis yang Mawar kenakan masuk ke gir roda belakang. Menyadari hal itu, Mawar menyetandarkan motornya dan menarik-narik ujung gamisnya. Namun usahanya yang tidak membuahkan hasil membuat Mawar menjadi panik, Keringat di tubuhnya mulai bercucuran, Tak terkecuali di bagian kening dan hidung yang membuat Mawar mulai merasa tidak nyaman dengan cadarnya.

"Bagaimana ini," ucapnya frustrasi.

"Bisa saya bantu?"

Pertanyaan seorang pria yang suaranya tidak asing di telinganya membuat Mawar menoleh ke belakang. Melihat kaki jenjang yang mengenakan celana jeans robek di bagian lututnya, Mawar menaikan pandangannya ke wajah pria tersebut.

Melihat tatapan Mawar, Pria itu terkejut dan langsung berjongkok di depan Mawar.

"Kamu Ukhti yang kemarin di bandara kan?"

"Simba?" batin Mawar yang mengingat pertemuan mereka di Bandara. Lalu segera menurunkan pandangannya.

"Oh ya ampun... Aku tidak menyangka ini, Kita bertemu lagi? Bahkan lebih cepat dari yang ku harapkan." bagaikan bertemu dengan sang kekasih, Simba merasa begitu bahagia.

"Tuhan memang telah menunjukkan jika wanita shalihah ini adalah jodohku." batin Simba yang juga ingin mengambil uang di ATM.

"E... M-maaf, Apa yang Anda bicarakan, Sepertinya Anda salah orang."

"Hey... Meskipun Aku tidak melihat wajah mu, Namun Aku mengenali mata mu, Mata indah mu selalu terbayang dalam ingatan, Tidak mungkin Aku melupakan apalagi salah orang."

Tidak lagi menyangkal apa yang Simba katakan, Mawar kembali berusaha menarik ujung gamisnya. Melihat itu Simba segera membantu Mawar.

Tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan, Membuat keduanya saling menatap karena kaget. Namun itu hanya sesaat karena Mawar langsung menarik tangannya dan mengalihkan pandangannya.

"Sudah."

Mawar menoleh ke arah Simba dan melihat gamisnya yang sudah berhasil di keluarkan dari lilitan.

"E... Terimakasih."

"Itu tidak geratis."

"Maksudnya?"

"Kamu harus membayarnya dengan memberitahukan nama mu."

"E-mm... Aku Ana, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Simba tersenyum bahagia dan membiarkan Mawar masuk ke dalam ATM, Karena ia juga ingin ke ATM yang sama, Simba menempelkan wajahnya di pintu kaca untuk terus menatap Mawar.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!