NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Si Kembar

Bab 1 Gadis Yang Menerima Tawaran Erland

"Jadi kamu lagi nabung buat kasih hadiah untuk ponakan kamu yang baru lahir itu?"

"Iya, makanya aku lagi semangat banget kerja. Aku belum ngasih ponakan aku apa-apa"

"Tapi yang enggak jadi pembantunya Erland juga Ri, kamu kok mau si di suruh-suruh oleh Erland. Lagian aneh, kamu bisa suka sama cowo dingin kayak kulkas seperti Erland si. Meningan sama Rama aja, dia baik banget sama kamu"

"Ya gak gitu Sil, kamu gak tahu si gimana awal mula aku jatuh cinta padanya"

*Adriana merasa canggung dengan keluarga Kakak iparnya. Jika bukan karena ini adalah acara syukuran kelahiran keponakannya. Adriana tidak akan datang juga. Tapi ada pemandangan menarik disana, sosok pria tampan yang sedang membantu Kakaknya menggendong ponakannya. Dia Erland.. Mahasiswa S2 di kampusnya yang juga sepupu dari Kakak iparnya. Erland yang sedang menggendong bayi Kakaknya dengan terus menimang pelan hingga bayi itu tenang dan terlelap dalam gendongan Erland.

Sejak saat itu, Adriana merasa jika dirinya harus menjadi istrinya Erland agar dia bisa memiliki suami yang rela menggendong anaknya*.

Begitulah awal dari cinta yang di rasakan Adriana pada Erland. Sepupu dari Kakak iparnya. Hingga dia selalu mengejar Erland dan selalu menuruti semua yang dia katakan. Bukan tidak sadar jika sebenarnya Erland sangat jengah dengan dirinya. Tapi Adriana tidak peduli, dia hanya ingin kenal lebih dekat dengan pria yang menjadi sosok inspiratif di kampusnya.

"Terserah kamu di Ri, memang orang kalau udah jatuh cinta udah gak bisa di ajak bicara serius deh. Udah gak bisa di larang lagi untuk gak jatuh cinta"

"Iyalah Sil, gimana mau kamu larang kalau aku saja udah terlanjur jatuh cinta"

"Terserah kamu deh, ayo sekarang kita ke kantin"

Prisilla merangkul bahu Adriana dan membawanya ke kantin kampus. Sampai di kantin Adriana langsung di hampir oleh Erlita, dia adalah saudara kembar Erland yang sifatnya sangat jauh berbeda dengan saudara kembarnya itu. Entahlah..

"Ikut aku, ayo" Erlita tiba-tiba menarik tangan Adriana dan membawanya keluar dari kantin.

"Ehh.. Mau dibawa kemana Adriana?" teriak Prisilla yang bingung dengan kelakuan Erlita pada sahabatnya itu.

"Udah kamu diem aja, aku ada urusan penting sama teman kamu ini" seru Erlita yang terus menarik tangan Adriana.

"Kak, kita mau kemana?" Adriana bingung dan juga takut. Erlita memang sosok yang baik hati, tapi rasanya mereka tidak sedekat itu hingga Erlita memiliki urusan dengannya. Memang urusan apa yang di maksud Erlita.

"Udah diem aja, aku mau bicara empat mata denganmu" Erlita membawa Adrian ke koridor kampus yang sedikit sepi. Memastikan jika pembicaraan mereka tidak akan terdengar oleh siapapun. Apalagi dengan orang-orang yang menjadi pengikut Erland.

"Kamu jangan gila deh Riana, sekarang kamu jawab jujur. Apa benar kalau kamu mengejar Erland karena kamu telah jatuh cinta pada Erland?"

Hah?

Adriana malah bingung sendiri untuk menjawab pertanyaan Erlita. "Maksud Kakak?"

Erlita mendesah kesal, dia mengusap wajahnya dengan frustasi. "Udah deh, gak usah berpura-pura lagi Riana. Video kamu yang menyatakan cinta lada Erland sudah tersebar di grup mahasiswa dan mahasiswi disini. Kamu gila ya, kenapa bisa suka sama cowok kayak Erland? Ya aku tahu si kalau dia itu keren, tapi ini Erland. Pria menyebalkan yang pernah aku kenal. Aku saja menyesal karena menjadi saudara kembarnya. Meski gak menyesal-menyesal amat si karena dia tampan dan pintar"

Ini maksudnya gimana si? Dia tidak suka kalau aku mendekati saudara kembarnya? Dan apa tadi, video aku menyatakan cinta pada Kak Erland terse.... Ya ampun.

"Kak, beneran video aku itu tersebar luas di kampus ini"

"Ck. Ya iya beneran, ngapain juga aku bohong. Nih kamu lihat sendiri..." Erlita membuka ponselnya dan menampilkan video yang sedang ramai di perbincangkan di grup mahasiswa mahasiswi di kampus ini. "...Bagaimana kamu bisa sebodoh ini si Riana? Ampun deh, suka kok sama kulkas beku"

"Mau apa kau terus mendekatiku?" kata Erland jengah, melihat gadis yang selalu berada di jarak aman di belakangnya. Bukan Erland tidak tahu kalau Adriana memang sengaja mengikutinya. Meski dia masih memiliki jarak aman untuk mengikuti Erland. Tapi, pria itu tidak bodoh, dia tahu jika gadis itu sedang mengikutinya.

Adriana terdiam, dia menunduk dengan takut karena tatapan tidak bersahabat dari Erland. Apalagi ada dua orang teman Erland yang sudah siap memegang ponsel di tangan masing-masing.

"A-aku..."

"Aku apa hah? Bisa tidak untuk tidak mengangguku. Aku terganggu dengan kehadiran kelinci kecil sepertimu"

Aa.. Dia mengataiku kelinci kecil. Apa aku memang menggemaskan ya.. Gila.. Bukan saatnya untuk tersipu Riana.

Erland sedang marah, tapi masih sempat-sempatnya Adriana tersipu dengan julukan kelinci kecil dari Erland untuknya. Dasar aneh.

"Jangan menggangguku lagi" Erland berbalik dan melangkah menjauh dari Adrian di ikuti kedua temannya, Beno dan Riki.

"Kak Erland, aku mencintaimu. Aku jatuh cinta padamu"

Erland langsung menghentikan langkahnya. Jantungnya berdebar karena Adriana, nafasnya naik turun karena memendam emosi dan juga malu dengan apa yang di lakukan Adriana. Erland berbalik dan berjalan ke arah Adriana. Beno dan Riki segera memasanga kamera ponsel mereka.

"Kau fikir kau pantas menjadi pacarku? Xileen saja aku tolok. Apalagi kau!"

Adriana menunduk mendengar ucapan dingin Erland. Ya, Xileen yang menjadi bintang kampus saja Erland tolak, apalagi dirinya yang hanya kelinci kecil yang berharap bisa bersanding dengan singa, si raja hutan. Jelas tidak mungkin. Tapi, Adriana tidak akan menyerah begitu saja. Karena kegigihan selalu membuahkan hasil dalam segala hal. Begitupun dengan cinta.

Erland tersenyum, Adriana langsung ikut tersenyum melihat senyuman Erland. Sementara Beno dan Riki langsung bergidik ngeri melihat senyuman devils dari Erland. Tapi bodohnya Adriana malah ikut tersenyum. Apa cinta telah benar-benar membutakan dirinya. Senyuman mengerikan seperti itu malah dia balasa dengan senyuman manis.

Gadis itu benar-benar sudah gila. Beno dan Riki yang berfikiran sama.

"Jadilah pembantuku maka kau akan lebih dekat denganku. Apa itu bagus?"

Pembantu? Lebih dekat dengannya..

"Oke, aku tidak masalah"

Adriana yang bodoh karena cinta sampai menyetujui keinginan gila dari Erland. Adriana benar-benar telah di butakan oleh cinta.

Erland juga tentu terkejut, dia merasa gadis ini sangat aneh. Erland mengatakan itu hanya untuk menghentikan beberapa gadis yang selalu mengejarnya. Dan terbukti jika mereka akan langsung menjauh dan memaki Erland. Tapi kenapa kali ini, ada gadis yang dengan santai menerima tawarannya yang jelas-jelas sangat tidak masuk akal.

Apa dia gadis gila?

Beno dan Riki yang tahu jika yang di ucapkan Erland adalah kalimat andalan untuk membuat para wanita yang mengejarnya langsung mundur. Tapi kali ini mereka tertawa karena merasa lucu melihat wajah terkejut Erland.

"Akhirnya ada juga yang menerima tawaranmu itu Erl.." teriak Beno yang langsung terdiam saat Erland langsung menatap tajam ke arahnya.

Bersambung

Like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya.. Berikan bintang rate 5

Bab 2 Erland Yang Dingin

Secepat kilat video itu langsung tersebar ke seluruh isi kampus. Semuanya wanita yang pernah mengejar Erland dan menyatakan perasaan pada pria itu langsung mengerubungi Adriana dan bertanya-tanya kenapa gadis itu sampai mau menerima tawaran Erland yang tidak masuk akal.

"Jadi kenapa kau mau menerima tawarannya?"

"Iya, dia itu hanya menjadikanmu pembantu bukan pacar. Kamu kok bodoh banget mau menerima tawaran gila itu"

"Apa kamu tidak punya harga diri sampai mau di rendahkan oleh Erland?"

"Kau jangan diam saja, cepat jawab"

"Iya, kenapa mau si di rendahkan sama pria seperti Erland"

Adriana menatap tenang semua orang yang sepertinya sangat menantikan jawaban darinya. "Memangnya propesi pembantu itu rendah ya? Merendahkan harga diri itu bukan menjadi pembantu, tapi jadi pela*cur. Lagian kalian semua tidak akan bisa apa-apa tanpa pembantu kalian..."

"...Jadi, jangan merendahkan profesi itu. Lagian sebuah cinta itu perlu perjuangan dan di perjuangkan. Aku sadar diri kok aku ini siapa? Memang pantas saja Erland menolakku. Tapi, aku tidak akan mudah menyerah seperti kalian-kalian. Aku akan tetap meperjuangkan perasaan cintaku padanya. Karena aku tulus pada dia"

Semuanya terdiam mendengar ucapan Adriana. Tidak ada lagi yang berani menjawab. Adriana berlalu pergi dengan santainya setelah membungkam semua mulut-mulut berbisa penuh noda itu. Sementara di ujung lorong, Erland terdiam mendengar dan melihat apa yang di lakukan Adriana. Pada awalnya dia mengira jika gadis itu akan merengek menangis dan meminta ampun setelah di keroyok banyak pertanyaan oleh gadis-gadis yang dulu pernah mengejarnya.

Tapi, dugaan Erland benar-benar meleset. Adriana malah terlihat tenang dan berhasil membungkam semua mulut gadis-gadis itu dengan begitu tenang.

Dia benar, pembantu memang tidak rendah. Tapi kenapa dia mau menerimanya hanya karena atas nama cinta.

"Land, parah si kalau sampe lo menyia-nyiakan gadis seperti Adriana" Beno menepuk bahu Erland dengan tatapannya yang terkesima dengan apa yang di lakukan Adriana pada mulut-mulut berbisa dari gadis-gadis disana.

"Ck. Itu hanya cara dia saja agar menarik perhatianku. Cih. Tidak akan pernah aku tertarik dengan gadis seperti itu" Erland berlalu meninggalkan kedua temannya yang menatap heran pada pria yang terlalu dingin itu. Bahkan bukan hanya pada wanita, tapi juga pada setiap orang yang mendekatinya hanya untuk menjilat. Bukan karena tulus berteman dengannya.

"Gila ya si Erland itu terbuat dari apaan si. Dingginnya udah ngalahin kutub utara tahu" kata Beno yang menatap kepergian Erland dengan tatapan bingung sekaligus ngeri.

Riki merangkul bahu Beno dan mengajaknya untuk menyusul ketua geng mereka. Sebenarnya mereka saja yang menobatkan Erland sebagai ketua geng. Padahal Erland tidak pernah merasa menjadi ketua dan dia juga tidak mau. Lagian ketua geng apaan kalau anggotanya hanya mereka bertiga. Geng trio macan kali ahh.

"Udahlah, emang itu yang bikin Erland cool dan terlihat keren di mata para gadis. Buktinya elo yang ramah tamah, murah senyum sama setiap gadis sampe sekarang gak ada yang nyangkut juga 'kan?"

Beno hanya mendengus kesal mendengar ucapan Riki. Mau menyangkal tapi memang benar apalagi di ucapkan sahabatnya itu. Jadi Beno hanya bisa pasrahkan diri ini pada Tuhan. cieleh.. Galau nih si Beno kelamaan jomblo.

...⭐⭐⭐⭐⭐⭐...

"Bawa tasku" Erland melemparkan tas miliknya pada Adriana yang sigap menangkap tasnya, meski hampir saja terjatuh karena apa yang di lakukan Erland terlalu tiba-tiba.

"Oke"

Adriana menuruti saja, dia berjalan mengikuti Erland dan kedua temannya yang selalu lengket pada pria itu selama mereka berada di kampus. Memeluk tas Erland di dadanya. Santai saja saat banyak yang menatap dirinya dengan tatapan aneh dan merendahkan. Memangnya apa salahnya? Dia hanya sedang memperjuangkan cintanya. Jadi, ini adalah bagian dari usahanya.

Masuk ke dalam kantin kampus, Erland memilih meja di ujung yang dekat dengan jendela. Saat Erland dan kedua temannya sudah duduk, Adriana masih berdiri dengan sedikit kerepotan dengan tas berat Erland dan juga tas miliknya.

"Kau pesankan makanan untukku!" Erland menatap dingin Adriana yang berdiri di samping meja.

"Oke" Adriana menaruh tas Erland dan tas miliknya di atas meja.

"Ri, sekalian pesenin gue juga dong" teriak Beno namun dia langsung diam saat mendapatkan tatapan tajam tidak suka dari Erland.

"Pesan sendiri, kalian tidak punya hak untuk memerintahkan dia. Dia hanya pembantuku, bukan pesuruh kalian berdua!" tekan Erland di setiap kalimatnya

"Kenapa si Land, kan sekalian aja gitu..." Beno langsung menghentikan ucapannya saat mendapatkan tatapan menusuk dari sahabatnya. "...Iya iya, gue pesen sendiri"

"Ada apa?" tanya Erland saat melihat Adrian malah kembali ke meja mereka.

Adriana cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maaf, tadi lupa nanya. Mau di pesenin apa?"

"Ck. Dasar bodoh, kau bilang kau suka padaku. Tapi sama sekali tidak tahu makanan apa yang aku sukai"

Kan aku hanya menyukaimu, bukan ibumu yang harus tahu apapun tentang dirimu.

"Nanti aku akan cari tahu, tapi sekarang apa yang ingin Kak Erland pesan?"

Erland pun menyebutkan makanan dan minuman yang dia inginkan untuk makan siang kali ini. Setelah mengetahui apa yang di ingikan Erland, Adriana segera memesannya. Adriana membawa nampan berisi makanan pesanan Erland dan juga makanan miliknya. Gila saja kalau sampai Erland tidak mengizinkannya makan siang. Dia bisa mati kelelahan karena menuruti semua keinginannya yang terkadang sangat aneh bin ajaib itu.

"Nih.." Erland menyodorkan selembar uang berawana merah pada Adriana yang sudah duduk di depannya.

Adriana menatap bingung uang yang di berikan Erland itu. "Ini apa?"

"Kau benar-benar bodoh ya, berapa lama kau lahir ke dunia ini?"

"19 tahun" jawab Adriana dengan polosnya

"Sudah 19 tahun kau tidak tahu kalau ini mata uang Indonesia?"

"Bukan begitu tapi..." Rasanya Adriana ingin sekali melemparkan mangkuk berisi mie ayam miliknya ke wajah mengesalkan Erland. Dia tahu jika itu mata uang tanah air ini. Tapi masa Erland tidak tahu apa yang di maksud Adriana barusan. Benar-benar keterlaluan kalau dia sampai tidak tahu.

"Itu untuk ganti uangmu, kau beli makanan ini dengan uangmu 'kan" kata Erland yang mulai memakan makanannya dengan santai.

"Ohh. Yaudah, bentar ini kembalinya" Tinggal jawab gitu aja ribet banget si. Untung cinta.

"Tidak perlu, kau ambil saja sekalian untuk membayar makananmu juga. Aku tidak butuh uang kembalian"

Dih sombong sekali dia. Dasar orang kaya. Tapi lumayan jugalah biar bisa nabung buat belikan keponakan ku hadiah.

Adriana mengambil uang itu dan memasukannya ke dalam saku kemeja yang di pakainya. "Terimakasih Kak"

"Hmm"

Mereka lanjut makan sampai dua orang pengikut Erland datang dengan makanan yang di beli masing-masing. Beno yang duduk di samping Adriana dan Riki yang duduk di samping Erland.

"Gila, kalian lagi ngobrolin apa nih? Asyik banget kayaknya" kata Beno yang tidak pernah bisa diam jika sedang berkumpul seperti ini.

"Makan!" Tatapan tajam Erland berhasil membuat Beno bungkam. Pria itu tahu jika arti kata makan yang di ucapkan Erland dengan penuh penekanan itu, adalah agar dirinya diam dan hanya makan dengan tenang.

Bersambung

Like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya.. Berikan bintang rate 5

Bab 3 Awal Kehancuran Hidup Adriana

Satu bulan sudah Adriana menjadi pembantu Erland selama di kampus. Dan selama itu juga Erland selalu membayar makan siangnya bahkan lebih. Dan entah kenapa Adriana mengartikan ini jika Erland tengah meberikan perhatian padanya. Padahal sebenarnya tidak. Erland hanya malas saja mengambil kembalian, dan dia hanya kasihan pada Adriana yang setiap makan siang di kantin makanny selalu itu itu saja. Mungkin karena memang makanan itu yang paling murah di kantin ini.

"Belilah yang lain, kenapa kau selalu membeli makanan yang sama setiap harinya. Apa tidak bosan" Erland menyodorkan uang pada Adriana.

"Saya suka saja dengan makanan itu, jadi tidak akan bosan jika harus memakannya setiap hari" Bohong. Aku juga ingin makan makanan enak lainnya di kantin ini. Tapi uangku pasti akan habis hanya dengan dua kali saja makan makanan enak di kantin ini. Aku 'kan sedang menabung untuk memberi Gwen hadiah.

"Belilah makanan yang lain dengan uang itu. Jika aku masih melihatmu makan makanan yang sama, maka aku akan memecatmu sebagai pembantuku"

"Oke oke"

Erland semakin bingung dengan Adriana. Di saat Erland mengancam seperti itu, mungkin gadis lain akan bersorak ria dan akan langsung mengiyakan ucapannya itu. Dan Adriana benar-benar berbeda. Dia justru tidak mau menerima itu. Apa gadis itu benar-benar mau menjadi pembantunya selamanya.

Dasar gadis aneh.

Adriana kembali dengan nampan berisi makanan. Erland tersenyum tipis saat Adriana menuruti perkataannya, dia menbeli makanan yang sama dengan makanan yang di pesankan untuk Erland.

"Selamat makan Kak" kata Adriana dengan tersenyum manis.

Erland hanya memalingkan wajahnya, telinganya terasa panas. Senyuman Adriana cukup manis dengan gigi gingsul nya. "Makan!"

"Oke" Adriana mulai memakan makanannya. Tidak ada lagi percakapan di antara mereka. Meski sebenarnya Adriana terus mencuri pandang pada Erland. Tapi pria itu sama sekali tidak peduli.

"Selesai makan, kau kerjakan tugasku"

Adriana langsung terbelalak, bukan masalah mengerjakan tugas. Dirinya mempunyai otak yang lumayan. Tapi meski begitu, bagaimana bisa jika dia yang baru saja masuk kuliah harus mengerjakan tugas yang sedang melanjutkan S2. Ini benar-benar tidak masuk akal.

"Tapi Kak, aku mana bisa mengerjakan tugas Kakak. Aku 'kan baru saja masuk kuliah, sementara Kakak sudah S2"

"Ck. Aku hanya minta kau untuk membantu mengetikan saja, biar aku yang memberikan materinya"

Adriana langsung menghela nafas legas. "Begitu ya, oke"

"Pulang kuliah kau ikut aku ke apartemen"

"Tapi aku kerja pulang kuliah"

"Cuti! Aku bayar sehari kerja kau"

Adriana mengangguk, memang Erland sangat menyebalkan. Dia begitu dingin dan seenaknya sendiri. Tapi, Adriana benar-benar mencintainya. Dia telah jatuh cinta sejak melihat sisi lembut Erland saat di rumah Kakak iparnya.

Hingga setelah kuliah selesai, disinilah Adriana berada. Masuk untuk pertama kalinya ke dalam apartemen milik Erland. Adriana menatap sekelilingnya, suasana apartemen yang rapi dan tenang. Benar-benar memperlihatkan sosok Erland yang sebenarnya. Dingin dan rapi.

"Kau tunggu disana, aku ambilkan laptop dan laporan yang harus kau kerjakan" Erland berkata dengan dingin, lalu dia berjalan menuju kamarnya. Meninggalkan Adrian yang masih terpesona dengan sekeliling apartemen miliknya.

"Ini sepi banget ya, benar-benar hening seperti pemiliknya" gumam Adriana sambil terus berjalan dan melihat-lihat seisi ruangan. Hanya ada satu lukisan abstrak di dinding. Foto keluarga Erland yang ada di atas meja di ujung ruangan, dekat dengan jendela besar disana. Seperti sebuah meja kerja. "...Dia penyayang keluarga juga"

Adriana mengambil bingkai foto itu. Disana adalah foto saat acara Newborn photography baby Gweny. Sebelum Kakeknya meninggal dunia. Disana juga ada foto Kakaknya dan suaminya, juga anak mereka yang baru lahir. Adriana tersenyum sendiri membayangkan dirinya bisa berada di antara foto keluarga besar Aditama.

Mikir apasi Riana, perjuangkan dulu cintamu. Jangan membuat hayalan yang akeh-aneh dulu.

Adriana mengelus foto bagian Kakak perempuannya. Wanita hebat yang jadi motivasi Adriana. Namun wanita yang juga Adriana sakiti. Mengingat hidupnya di masa lalu, Adriana benar-benar tidak merasa menjadi gadis yang baik. Dengan pengaruh Ibunya, dia bahkan tega menyakiti Kakaknya.

Adriana juga tidak menyangka jika Ibunya ternyata memiliki hati yang sangat membenci Kakaknya. Meski ya, Adriana tahu jika Kak Tyas bukan anak kandung Ibunya. Tapi kenapa Ibunya bisa sejahat itu sampai memfitnah Kak Tyas padanya, sehingga dirinya percaya dan ikut membenci Kakaknya sendiri.

"Maafkan Riana Kak, maaf karena sudah menyakiti Kakak"

...⭐⭐⭐⭐⭐⭐...

"Apa?! Kita harus meninggalkan rumah ini juga?" Julia menggeleng tidak percaya dengan apa yang baru saja di ucapkan suaminya. "...Enggak, aku gak mau hidup susah. Aku gak mau meninggalkan rumah ini. Kau ini bagaimana si sebagai laki-laki. Kau harusnya bisa mempertahankan perusahaanmu sendiri"

Plakk...

Pria pendiam seperti Eriawan, yang selalu menuruti apa saja yang diinginkan istri dan anak bungsunya itu. Kini benar-benar naik darah, di saat seperti ini istrinya malah menyalahkannya. Padahal sudah jelas sekali jika dirinya yang menyebabkan semua ini terjadi. Eriawan benar-benar merasa telah di bodohi oleh istrinya ini.

"Kau diam! Jika kau tidak melakukan transaksi itu tanpa sepengetahuan ku. Semuanya tidak akan terjadi. Kau yang terlalu serakah, Julia! Kau yang membuat semuanya menjadi seperti ini" bentak Eriawan pada istrinya

"Terserah, tapi aku gak akan sudi tinggal sama pria miskin sepertimu. Yang aku inginkan adalah harta dan kekayaan. Bukan hanya pria tua bangka sepertimu" Julia berlalu dari hadapan Eriawan dengan masih memegangi pipinya yang terasa panas karena tamparan keras suaminya. Julia pergi ke kemarnya dan membereskan pakaian dan beberapa perhiasan yang masih dia miliki ke dalam koper dan tas miliknya.

Di sisi lain, Adriana menangis di balik dinding. Pertengkaran kedua orang tuanya terdengar jelas di telinganya. Keadaan keluarganya kini sedang tidak baik-baik saja. Adriana juga tidak mau hidup susah, tapi melihat keadaan Ayahnya saat ini. Dirinya juga tidak akan tega untuk meninggalkan Ayahnya sendiri. Apalagi setelah Adriana tahu jika Ibunya adalah penyebab dari yang terjadi pada keluarganya ini. Seolah Adriana mulai mengerti, dirinya hanya dijadikan atas nama oleh Ibunya. Sering kali Ibunya mengatakan jika semuanya untuk Adriana. Tapi, nyatanya semuanya untuk dirinya sendiri. Hanya untuk kepentingan sendiri. Adriana mulai menyadari ini.

Gadis itu berjalan menyusul Ibunya ke kamar, pintu kamar sedikit terbuka. Terlihat Ibunya yang sedang memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Mungkin Ibunya akan segera pergi dari rumah ini karena tidak mau hidup susah bersama suaminya.

"Cih. Jangan harap aku masih mau menjadi istrinya setelah dia bangkrut seperti ini. Tidak ada harta juga tidak akan ada cinta"

Ya Tuhan, kenapa Mama sampai seperti itu. Aku benar-benar tidak menyangka jika Mama seperti ini.

Adriana mematung mendengar ucapan Mama di dalam kamar. Sungguh Adriana tidak pernah menyangka jika sifat asli Ibunya seperti ini. Sungguh Adriana menyesal sekarang, kenapa dia selalu patuh dengan apa yang di katakan Ibunya. Bahkan untuk menyakiti Kakaknya sendiri, Adriana selalu nurut. Karena Ibunya bilang, jika Kakaknya itu adalah pembunuh yang bisa kapan saja membunuhnya. Itu sebabnya kenapa Ayahnya juga membencinya. Sungguh Adriana terlalu bodoh saat itu.

Adriana tidak jadi masuk ke dalam kamar Ibunya. Dia kembali ke ruang tengah, disana Ayahnya masih duduk di sofa dengan tatapan bingung dan putus asa. Adriana mendekat ke arahnya dan langsung menghambur ke pelukan Eriawan. Menangis tersedu-sedu di pelukan sang Ayah.

"Pa, Riana akan ikut Papa apapun keadaannya. Riana tidak akan ikut Mama, maafkan Riana Pa" lriih Adriana dengan isakan tangis yang terdengar.

Eriawan memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang. Mengecup puncak kepala anak bungsunya ini. Tak terasa air matanya juga ikut menetes. Hidupnya hancur tidak seberapa dengan kehancuran hidup anak sulungnya yang dia terlantarkan selama ini.

Bukan masalah perusahaannya yang bangkrut atau istrinya yang ingin pergi karena Eriawan sudah tidak mempunyai apapun saat ini. Yang mengganggu fikiran Eriawan adalah anak pertamanya yang dia terlantarakan selama ini. Kehancuran hidupnya saat ini, tidak akan sebanding dengan kehancuran anaknya yang bahkan Ayah kandungnya saja membencinya.

Tuhan, apa yang telah aku lakukan selama ini. Tyas.. Maafkan Papa Nak.

Awal mulai kehancuran hidup Adriana.

Bersambung

Like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya.. Berikan bintang rate 5

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!