Marsha berdandan secantik mungkin hanya untuk mendapatkan perhatian suaminya malam itu.
Suami Marsha yang baru pulang dari luar negeri terlihat lelah dan mendapati istrinya yang sedang menunggunya sambil membuka ponselnya.
"Sayang..!"
Marsha mendongakkan wajahnya saat melihat sang suami sudah berdiri di hadapannya.
"Abi kapan datang? ko tiba-tiba nongol?"
Tanya Marsha sambil membantu suaminya membuka jasnya. Pria tampan yang berusia lebih tua dari Marsha sepuluh tahun ini, terlihat enggan untuk bicara pada istrinya karena matanya tidak bisa kompromi.
Yah. Setiap pulang kerja atau dari manapun, Abimanyu langsung berbaring di tempat tidur hingga menjelang fajar.
"Abi...! kenapa tiap kali pulang, Abi hanya menyapa tempat tidur tanpa ingin melihatku? Aku selalu berdandan cantik tapi kamu seakan tidak peduli kepadaku? Apakah kamu punya wanita lain?"
Omel Marsha tidak lagi kuat menahan dirinya untuk meluapkan amarahnya malam itu.
"Sudahlah, sayang! Apakah kamu tidak lelah selalu mengucapkan perkataan yang sama kepadaku? Biarkan aku istirahat dulu sayang. Nanti kita bisa bercinta kalau lelahku sudah hilang.
"Kau sangat membosankan!"
Umpat Marsha keluar dari kamarnya dan tidur di kamar tamu. Pintu itu dibanting begitu keras hingga suaminya kaget.
Abi mengabaikan istrinya yang sedang ngambek dan memilih untuk tidur. Ia selalu berpikir positif kepada istrinya, kalau amarah Marsha tidak akan lama dan mereka akan kembali berbaikan.
Kekesalan Marsha bukan hanya suaminya yang mengabaikannya begitu saja. Ada hal lain yang lebih mendasar dari pada itu, di mana hubungan int*m mereka yang tidak sehat karena suaminya hanya ingin bercinta dengan Marsha saat pria tampan itu menginginkan dirinya dan Abi hanya menuntaskan syahwatnya saja tanpa ada pemanasan berarti yang diberikan kepada sang istri membuat Marsha selalu frustasi.
"Sudah cukup Abi! Kau terus menguji kesabaran ku untuk memaklumi keadaanmu.
Kamu memang baik dan perhatian tapi, keduanya tidak cukup untuk membuat aku menjadi wanita sesungguhnya yang belum merasakan kenikmatan bercinta apa lagi kepuasan bercinta." Gumam Marsha lirih lalu membenamkan wajahnya di atas bantal.
Pernikahannya yang sudah berusia sepuluh tahun itu terasa sangat hambar untuk Marsha. Ia memiliki segalanya, tapi ia miskin dengan sentuhan yang berbeda seperti suami istri pada umumnya.
Ia selalu memuaskan dirinya sendiri dengan caranya. Walaupun ia mendapatkan kepuasan dengan permainannya sendiri, tetap saja ia menginginkan sentuhan yang mampu membangkitkan jiwa liarnya yang terus mengembara dalam impiannya sebagai wanita muda.
Hari terus berlanjut, kisah rumah tangga Marsha masih tetap sama. Hingga suatu waktu di pagi itu Marsha yang baru mengantar putranya ke sekolah menabrak mobil wali murid yang lain hingga ia harus berurusan dengan ayah dari teman putranya itu.
"UPS, maafkan aku! mobil anda jadi rusak seperti ini."
Ucap Marsha melihat mobil mewah itu dengan perasaan bersalah.
"Ini mobil tuan saya nyonya!"
Ucap sang sopir sedikit geli karena Marsha merasa itu mobil miliknya.
"Oh, aku kira ini mobil anda."
Ucap Marsha sambil melihat bemper mobil itu sedikit terkoyak.
"Mana tuan mu...?"
Tanya Marsha sambil melihat ke arah dalam di mana si bos sedang menerima telepon.
"Apakah kamu bisa memanggil bos mu untuk menemui ku?"
"Sebentar nyonya!"
"Hmm!"
Marsha menerima panggilan dari seseorang sambil membelakangi bos pemilik mobil yang ia tabrak
"Permisi nyonya! Ini bos saya sudah di sini."
Marsha hanya mengangkat tangan seakan mengatakan
"tunggu sebentar! Aku sedang terima telepon pada sopir pribadi si bos.
Sontak si bos terlihat menarik nafas dalam karena geram melihat tingkah Marsha yang membuat ia harus menunggu.
"Hei, nyonya! Kamu sudah menghabiskan waktuku menunggumu di sini!"
Bentak Tuan Cal membuat Marsha tersentak sambil membalikkan tubuhnya dengan posisi masih menerima telepon sahabatnya.
Melihat wajah cantik Marsha membuat tuan Cal terpaku menatap wajah cantik itu hingga tidak berkedip.
Marsha tersenyum samar lalu memperkenalkan dirinya pada tuan Cal.
"Maafkan saya Tuan! Saya tidak sengaja menabrak mobil anda. Perkenalkan saya Marsha! saya ibu dari Albana mungkin teman anak anda juga."
Ucap Marsha gugup melihat lelaki tampan yang berdiri di hadapannya seakan menelan dirinya dengan tatapannya yang terbias cinta padanya.
"A..ya! Tidak apa! Ini hanya lecet sedikit, tidak usah di pikirkan nyonya!
Perkenalkan saya Cal ! Saya ayah dari Jihan.
"Ok. Tuan Cal! Terimakasih atas pengertiannya! Kalau anda memiliki masalah dengan mobil ini, tolong hubungi saya!"
Marsha memberikan kartu namanya untuk tuan Cal yang menerimanya dengan senang hati.
"Ok. Terimakasih nyonya Marsha. Saya permisi dulu!"
Ucap tuan Cal kembali lagi ke dalam mobilnya dan meninggalkan nyonya Marsha yang masih berdiri menatapnya pergi.
Hari-hari berikutnya, keduanya nampak saling menyapa memberikan senyum terbaik dengan menanyakan pertanyaan basa basi tentang keluarga kecil mereka.
Pagi itu, tuan Cal yang mulai kepincut dengan Marsha mencari cara untuk mengajak ibu satu anak ini sarapan pagi.
"Maaf nyonya Marsha! Kalau anda punya waktu apakah kita bisa minum kopi bersama?"
"Saya tidak doyan kopi tuan Cal!"
"Kalau begitu anda bisa minum yang lainnya." Ralat tuan Cal.
"Saya doyannya wiski." Canda Marsha memancing tawa tuan Cal Arya Wiguna.
"Berarti saya akan ikut mobil anda dari belakang tuan Cal. Bagaimana..?"
"Tidak perlu! Anda naik mobil saya saja, biarkan sopir pribadi saya yang mengikuti kita dari belakang. Bagaimana ? Apakah Anda setuju?"
"Ok."
Marsha mengangkat kedua bahunya dengan gesture tubuh seakan mengatakan" Tidak masalah.
Keduanya memilih ke restoran sebuah hotel mewah hanya untuk sebuah sarapan yang pastinya tujuan mereka hanya ingin bertemu.
"Apa kegiatan anda nona Marsha..?"
"Saya hanya seorang ibu rumah tangga yang mengurus keluarga."
"Apakah anda hanya ingin berperan sebagai ibu rumah tangga saja?"
"Tidak seperti itu juga."
"Lantas apakah ada kegiatan anda yang lainnya?"
"Saya punya sebuah butik."
"Jadi anda seorang desainer?"
"Seperti itulah."
"Berarti anda tetap seorang pekerja."
"Tapi saya tidak berlalu terikat waktu kecuali ada yang butuh rancangan saya, saya butuh waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan desain sebuah gaun mewah sesuai dengan keinginan customer." Ucap Marsha.
"Pantas! Anda terlihat sangat cantik walaupun sudah memiliki satu putra yang berusia sepuluh tahun."
Puji tuan Cal penuh kekaguman.
"Saya rasa pujian anda terlalu berlebihan tuan Arya."
Marsha tersipu malu.
"Aku mengira anda masih gadis dengan tubuh terlihat sangat mendukung sebagai seorang gadis yang belum memiliki anak."
Ucap tuan Cal yang makin membuat wajah Marsha terlihat seperti tomat merah.
"Saya tersanjung dengan pujian anda tuan Cal!"
Keduanya saling terkekeh dan sama-sama hening menikmati sarapan pagi mereka usai pelayan menghidangkan pesanan mereka.
"Apakah kita bisa bertemu lagi setelah ini, Marsha?"
"Sesuai yang anda inginkan tuan Cal." Sahut Marsha menyambut baik ajakan itu.
Percikan api perselingkuhan mulai terjadi di antara keduanya. Marsha merasa kembali menjadi seorang wanita muda yang berusia belasan tahun yang baru jatuh cinta, setelah memasuki usianya yang kini sudah masuk kepala tiga dengan perbedaan usia sekitar tiga tahun dengan tuan Cal.
"Aku akan mengantarmu ke butik, apakah anda tidak keberatan Marsha ?"
"Dengan senang hati Cal."
Tuan Cal menyelipkan jari jemari mereka yang saling bertaut keluar dari restoran hotel tersebut.
Rona-rona kebahagiaan Marsha terlihat jelas saat sudah berada di rumah. Wajah cemberut yang selalu menghiasi bibir sensualnya kini tidak tampak lagi.
Tapi sikapnya sudah mulai dingin dengan sang suami. Ia tidak lagi berdandan cantik seperti biasanya untuk menyambut sang suami dengan dress seksi yang selalu ia kenakan.
Kini ia lebih apa adanya. Berpakaian santai tanpa polesan makeup. Duduk di tempat tidur sambil bermain ponsel.
Perubahan sikap Marsha yang sangat drastis, itupun tidak menjadi tanda tanya besar oleh suaminya.
Ia tetap menganggap istrinya mulai bosan untuk mengeluh dan Abi baru merasakan menemukan ketenangan. Suami yang aneh. Itulah yang dirasakan Marsha pada suaminya.
Di mana-mana seorang suami akan selalu menginginkan istrinya tampil cantik saat ia pulang ke rumah, tapi tidak berlaku untuk seorang Abimanyu.
"Apakah kamu sudah makan sayang?"
Tanya Abi mencium bibir istrinya.
"Sudah!"
"Aku mau tidur, Marsha. Tidak apakan kalau aku tinggal tidur?"
"Terserah!"
Ucap Marsha tetap fokus pada ponselnya.
Entah apa yang ia toton saat ini, yang jelas suaminya selalu menghargai privasi istrinya. Tuan Abimanyu terlalu yakin dan percaya diri cinta istrinya hanya untuknya semata selain putra mereka.
Berbeda di kediaman tuan Cal yang selalu mendapati istrinya saat ia pulang kerja, Farah selalu memakai daster dengan wajah pucat tanpa ada senyum yang terukir di wajahnya.
Hal ini membuat Cal merasa menemui istrinya seperti seorang pelayan padahal mereka hidup bergelimang harta.
"Apa yang ada dipikiran istriku, padahal ia hanya berangkat ke klinik kecantikan merawat diri. Membeli baju baru atau kalau bisa membeli lengerie untuk menyenangkan hatiku."
Gumam Cal yang sedang menikmati makan malam mereka.
Dua kenyataan yang berbeda dan kehidupan mereka yang bertolak belakang jauh dari ekspektasi mereka masing-masing.
Disaat Cal ingin tidur, di saat yang sama istrinya kerap kali memakai masker wajah membuatnya sulit untuk melakukan percintaan karena sudah jengah terlebih dahulu.
"Apakah kamu sudah tidur sayang?"
Tanya Farah mendekati suaminya yang membelakangi dirinya.
"Hmm!"
"Baiklah. Kalau begitu selamat malam, suamiku."
"Selamat malam!"
Kehidupan mereka seakan makin membosankan dalam rumah tangga kedua pasangan ini.
Farah akan berdandan secantik mungkin, jika dia sudah bergabung dengan ibu-ibu sosialita. Memamerkan apa yang mereka miliki demi sebuah gengsi.
Walaupun begitu, Farah termasuk seorang wanita yang terlalu perhitungan dengan dirinya alias pelit.
Kulitnya yang kusam hanya ia poles dengan bedak mahal. Ia tidak begitu suka dengan pakaian seksi dan tampil dengan penampilan tertutup. Jadi ia hanya terkenal dengan Istri dari pengusaha muda tuan Cal Arya Wiguna.
Bisa dibilang ibu dari satu anak ini hanya mencintai kebersihan bukan kecantikan paripurna.
Melihat istrinya sudah tidur, tuan Cal menyibak lagi selimutnya dan turun ke lantai bawah untuk menonton televisi.
Sebenarnya bukan ingin benar-benar nonton TV tapi ia ingin mengirim pesan kepada Marsha karena sudah janjian untuk saling menghubungi melalui pesan.
"Hai, selamat malam!"
Sapa tuan Cal terlebih dahulu.
"Malam juga!"
"Apakah kamu mau tidur, sayang?"
Tanya Tuan Cal membuat Marsha tersentak mendengar tuan Cal nekat memanggilnya sayang..
Deggggg...
"Apakah kamu belum tidur Cal..?"
"Aku tidak bisa tidur karena terlalu memikirkan kamu, sayang."
Ucap Cal apa adanya.
"Aduhhh...! Kenapa harus memanggil aku dengan sebutan sayang sih? Padahal kita ini kan hanya teman biasa." Tulis Marsha.
"Iya kita memang teman. Teman tapi mesra."
Balas Tuan Cal membuat Marsha senyum-senyum sendiri.
"Apakah kamu mau aku temanin ngobrol Marsha?"
"Baiklah, kebetulan aku belum mengantuk. Apa lagi makin semangat kalau sudah mengobrol sama kamu. Mataku seperti mata ikan. Tidak bisa merem." Tulis Marsha.
"Aku ingin sekali ngobrol langsung sama kamu Marsha. Maksudku aku ingin telepon kamu, apakah boleh."
"Tidak bisa Cal! Aku takut ada yang mendengar obrolan kita dan semuanya akan menjadi kacau." Balas Marsha.
"Tapi aku ingin melihat wajah kamu sekarang melalui video call. Aku tidak akan bersuara." Pinta Cal.
"Baiklah. Aku akan keluar dari kamar menuju kamar tamu."
Marsha menuruti permintaan Cal.
Tidak lama kemudian ia sudah berada di kamar tamu dan mulai melakukan panggilan video call.
Keduanya saling menatap wajah mereka satu sama lain dan tersenyum.
"Ternyata kamu sangat cantik tanpa polesan makeup."
Ucap Cal yang sudah memakai earphone otomatis di kupingnya.
Ucapan dengan saling berbisik itu menjadi suatu kebahagiaan mereka. Mereka sedang main kucing-kucingan dengan pasangan mereka karena ingin mendapatkan apa yang tidak mereka dapatkan dari pasangan mereka masing-masing.
"Aku sangat malu kalau tidak dandan."
"Untuk apa dandan kalau pada dasarnya kamu sudah sangat cantik Marsha."
"Agar aku merasa percaya diri saat aku tampil di depanmu walaupun hanya melalui video call."
"Aku lebih suka kamu yang seperti ini. Tampil apa adanya karena aku penasaran apakah kecantikan Marsha hanya polesan makeup saja atau memang asli orangnya benar-benar cantik."
Gombal Cal makin membuat Marsha di atas awan.
"Cal...!"
"Iya sayang...!"
"Nama siapa yang kamu tulis dalam kontak teleponku di ponselmu?"
Tanya Marsha penasaran.
"Aku menulis nama seorang pria. Salah satu nama teman kuliahku yang jarang aku hubungi." Sahut Cal.
"Apakah kamu selalu menghapus riwayat panggilan masuk yang ada namaku Cal?"
"Tentu saja sayang. Sejauh ini Aku tidak mau bertindak ceroboh karena kamu sudah menjadi prioritas ku yang harus aku pikirkan." Ujar Cal meyakinkan Marsha.
"Syukurlah! Aku juga melakukan hal yang sama seperti yang kamu lakukan. Walaupun suamiku tidak pernah mau tahu urusanku, tapi bersikap waspada itu penting karena aku juga tidak ingin pernikahan kita hancur karena hubungan gelap kita Cal."
"Kita belum melakukan apapun Marsha kecuali saking telepon, atau saling chating seperti ini. Jangan terlalu kuatirkan hal yang belum kita langgar."
Ucap Cal menenangkan Marsha yang terlampau cemas.
"Cal..! Bagaimanapun juga kita harus menjaga perasaan anak-anak kita agar mereka tidak begitu kecewa nantinya kalau kita tidak terlibat scandal."
"Tapi sampai saat ini hubungan kita masih aman Marsha. Kita hanya ketemu, sarapan pagi bersama dan ngobrol tentang hidup kita, tentang perasaan kita dan itu tidak membuat kita terlihat seperti orang selingkuh." Ujar Cal masih membela diri.
"Aku ini bukan kolega mu bukan juga kerabat atau sahabat masa sekolah juga masa kuliahmu." Timpal Marsha.
"Jalani apa adanya saja hubungan kita Marsha karena kita berdua sama-sama merasa kesepian. Kita butuh sesuatu yang tidak bisa kita dapatkan dari pasangan kita."
"Iya sih Cal! Aku mengerti apa yang kamu inginkan dalam hubungan kita, Cal. Tapi semua hanya berawal manis dan pada akhirnya kamu akan meninggalkan aku dan kembali kepada keluargamu." Ucap Marsha membuat Cal tersentak.
Marsha kini sudah tidak malu lagi berjalan berdua dengan tuan Cal di tempat-tempat yang orang tidak begitu mengenal mereka.
Walaupun begitu, Marsha masih menjaga jarak dengan tuan Cal yang berusaha menyentuhnya walaupun itu hanya tangan ibu beranak satu ini.
"Kenapa kamu begitu takut untuk aku sentuh Marsha ?"
"Kita masih memiliki pasangan kita masing-masing Cal."
"Apakah kamu bahagia dengan suamimu, Marsha?"
"Entahlah! Bagaimana denganmu..?"
Marsha balik bertanya untuk memancing kehidupan rumah tangga tuan Cal.
"Jika aku bahagia dengan rumah tangga ku, mungkin aku tidak punya alasan untuk menemui kamu di sini sayang."
Ucap tual cal terlihat serius.
"Apa yang membuatmu tidak bahagia?"
"Sesuatu yang aku inginkan tidak sesuai dengan ekspektasi ku sebagai pria dewasa dengan segudang fantasi liar dalam bercinta."
Ungkap Cal apa adanya pada Marsha yang cukup tertegun.
"Berarti aku tidak sendirian yang merasakan hambar nya pernikahan. Ternyata pria malang ini merasakan hal yang sama denganku."
Batin Marsha sambil menatap deburan laut yang menghempas kuat ke karang sana.
Deru angin pantai di tambah hempasan laut memecah kesunyian antara keduanya yang masih duduk di dalam mobil menatap laut lepas dan ikut tenggelam ke dalamnya.
"Mengapa kamu mau aku ajak jalan di tempat yang jauh seperti ini, jika kamu tidak memiliki persamaan nasib dengan diriku, Marsha? Bukankah kamu juga tidak bahagia dalam pernikahanmu?" Tanya tuan Cal penasaran.
"Di bilang tidak bahagia, aku bahagia Cal. Kadang orang lain yang melihat keharmonisan rumah tanggaku membuat mereka iri dan selalu bertanya rahasia keromantisan kami.
Padahal sebagai wanita bersuami aku merasa sangat gersang. Aku tidak mendapatkan apa yang aku inginkan saat bercinta, sama seperti halnya dirimu Cal."
Ucap Marsha dengan wajah sendu.
"Berarti, kita sama-sama sedang mencari sesuatu yang kita tidak pernah dapatkan itu bukan, Marsha? Kita sama-sama membutuhkan pelayanan yang tidak bisa diberikan oleh pasangan kita."
"Yah, semuanya bermula dengan kejenuhan yang tidak lagi bisa ku kendalikan."
"Apakah kamu sama sekali tidak mendapatkan kepuasan bercinta Marsha?"
"Aku hanya dijadikan tempat pelampiasan yang hanya menerima sentuhan tapi aku tidak menikmatinya sama sekali.
Suamiku terlalu egois dan hanya memikirkan kepentingannya bukan membuat aku merasakan awal percintaan yang ingin aku dapatkan Cal."
Cal menatap wajah cantik Marsha yang menahan kegetiran yang selama ini ia pendam sendiri. Tampil bahagia namun sebenarnya menyimpan rasa sakit yang sangat mendalam.
"Marsha! Apakah kamu ingin merasakan arti sesungguhnya kenikmatan bercinta, hmm?"
Nafas Cal terdengar tersengal mendekati wajah Marsha yang terlihat ragu dan takut namun pingin.
Cal memperhatikan bibir sensual Marsha yang ingin di sesapnya. Bibir berpoleskan lipstik berwarna marun itu makin menggodanya ingin menikmati bagaimana rasanya milik istri orang lain.
Cal mengecupnya sesaat. Marsha terlihat menundukkan wajahnya. Cal meraih dagu itu, mendongakkan wajahnya Marsha, ia lalu menangkap bibir yang terlihat gemetar itu.
"Cal... jangan! Aku takut!"
Gugup Marsha dengan suara tercekat di kerongkongannya menghindari ciuman Cal.
"Aku ingin merasakan bibirmu sayang. Bolehkah, hmmm?"
"Tapi, aku ..?"
Cal tidak ingin mendengarkan alasan Marsha. Ia dengan cepat memagut bibir itu dari lembut hingga rakus. Marsha mulai memberanikan diri merasakan bibir kenyal pria tampan ini.
Bagaimana rasanya menikmati milik wanita lain yang mengharapkan hal yang sama dengan dirinya.
Ciuman makin panas dengan lidah keduanya yang saling bertautan. Saling mengecap dan mengisap dengan tangan mereka yang sedang mencari sesuatu yang lebih menarik lagi untuk mengetahui milik masing-masing.
"Marsha! Ayo kita bercinta di hotel sayang!"
Ajak Cal membuat Marsha tersadar dan langsung mendorong tubuh Cal.
"Tidak..! Ini sudah cukup! Aku tidak mau melakukan lebih jauh dari ini."
Tolak Marsha yang tidak ingin terbuai dalam jeratan cinta Cal.
"Kenapa sayang? Bukankah kamu mendambakan bagaimana merasakan sentuhan permainan dengan pemanasan awal? di mana titik-titik milikmu yang di sentuh dengan lidah dan mengisapnya dengan lembut hingga kamu mengerang nikmat."
Pancing Cal untuk membakar rasa penasaran Marsha untuk sentuhan cinta yang sebenarnya yang ia selalu saksikan di film adegan dewasa.
"Tidak Cal! Aku tahu dan juga ingin menikmati itu tapi bukan denganmu, tapi dengan suamiku."
Timpal Marsha menahan dirinya untuk tidak tergoda dengan rayuan Cal.
"Apakah kamu pernah meminta itu padanya, hmm? Bukankah kamu hanya mendapatkan dirinya yang mendatangimu dengan memasukkan tubuhnya pada milikmu dan setelah melakukan pelepasan dia langsung meninggalkan mu begitu saja, bukan?
Dia tidak pernah menyentuhmu di bagian yang kamu inginkan bukan? dengan lidahnya, bibirnya dan jarinya untuk memberikan rangsangan padamu terlebih dahulu bukan?"
Cal sengaja memprovokasi Marsha agar gadis ini tampil agresif di hadapannya dengan menyerahkan dirinya dengan suka rela.
"Ayo kita pulang Cal..! Aku tidak mau kita kebablasan untuk mendapatkan yang kita inginkan namun pada akhirnya kita akan menyesal."
Ujar Marsha yang masih memiliki akal sehat agar tidak terpengaruh bujuk rayunya Cal padanya.
"Apakah kamu yakin tidak mau melakukannya, Marsha?"
"Tidak! AKU MAU PULANG!"
Tegas Marsha dengan tatapan tajam membuat Cal mengalah.
"Ok. Kita pulang sayang. Maafkan aku sudah memaksamu."
Ucap Cal sambil menyalakan mesin mobilnya.
Keduanya kembali lagi ke Jakarta dalam diam. Cal merasa ia terlalu frontal untuk mengendalikan perasaannya Marsha yang terlihat gamang memutuskan pilihannya.
Wajah Marsha terlihat kesal namun juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri yang selama ini mengharapkan sentuhan seorang pria dewasa memanjakan miliknya.
Keinginan kuat itu ada. Bahkan ia selalu berimajinasi liar bersama Cal jika keduanya adalah suami istri yang sah.
"Marsha! Maafkan aku sayang! Aku tidak bermaksud membuat kamu kesal sayang. Aku hanya ingin memenuhi kebutuhan syahwat mu agar kamu tidak begitu setress memikirkannya."
Ucap Cal sambil mengendarai mobilnya menuju Jakarta.
"Hentikan Cal! Aku tidak ingin mendengarkannya. Biarkan aku dengan kehidupan ku seperti ini.
Jujur! aku memang menginginkan nya, tapi aku tidak ingin menciptakan skandal yang akan merusak rumah tangga kita."
Ucap Marsha masih memegang prinsipnya.
"Jadi kamu hanya ingin menghabiskan hidupmu menjadi istri kesepian yang terus merana seperti seorang janda walaupun memiliki suami?" Sentak Cal geram.
"Itu urusanku, jika kamu merasa kesepian, kenapa kamu tidak cari saja pelacur yang bisa memuaskan syahwat mu sesuai yang kamu inginkan."
Sarkas Marsha tidak kalah tajam membuat Cal terhenyak.
"Aku memang ingin melakukannya tapi bukan dengan sampah yang menjual dirinya demi uang untuk melayaniku." Timpal Cal.
"Kalau begitu, menikah saja lagi! Bukankah ada hukum poligami yang menjadi solusi untukmu? Kenapa harus aku yang kamu Incar?"
Ketus Marsha.
"Itu terlalu sulit untuk aku lakukan. Aku hanya menginginkan dirimu, hanya denganmu."
"Jadi kamu ingin aku jadi simpanan mu begitu? Bagaimana kalau aku hamil? apakah kamu mau tanggung jawab dengan menikahi ku? Bagaimana kalau aku memintamu untuk menceraikan istrimu?"
Tanya Marsha bertubi-tubi membuat Cal terbungkam.
Deggggg....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!