NovelToon NovelToon

SISTEM PENYIHIR TERTINGGI

001 - BUKU MANTRA SIHIR DICURI!

Tampak seorang pemuda yang memiliki badan gagah perkasa dan perawakan yang sangat ideal itu berlari secepat mungkin, mengejar buku mantra milik keluarganya yang saat ini berada di tangan para pencuri.

Para pencuri itu mengambilnya dari perpustakaan yang ada di sekolah militer sihir. Ia tak yakin bagaimana pencuri itu bisa masuk, padahal setiap sudut sekolah militer sudah dijaga ketat.

Buku yang sudah menjadi warisan dan benda yang berharga bagi keluarganya itu pun membuat pemuda itu tampak risau, ketika sampai detik ini ia belum juga mendapatkan buku itu.

Adalah Dimitri, seorang pemuda yang merupakan calon penerus keluarga Damien.

"Bagaimanapun juga aku harus bisa mendapatkan buku mantra sihir itu kembali. Jika tidak, keluarga Damien tentu akan kecewa dengan diriku. Aku tidak akan membiarkan siapapun menaruh rasa kecewa kepada diriku." Begitu racaunya di tengah nafasnya yang naik turun.

Sekuat tenaga Dimitri terus berlari. Mengejar seolah tak merasakan lelah dan letih sedikit pun meski ia belum tahu, akankah hasil baik yang menanti dirinya di akhir nanti.

Melalui sorot mata elangnya yang tajam dan jeli, Dimitri dapat menangkap bagaimana pergerakan para penjahat yang mulai bertingkah licik.

Salah seorang di antara penjahat itu terlihat jelas, sengaja menjatuhkan sebuah benda-benda mengganggu yang berada pada setiap sudut jalanan saat itu.

"Rasakan itu! Aku yakin, pemuda itu tidak akan pernah bisa berhasil mengejar kita!" ucap salah satu pencuri sembari tertawa puas atas kelicikan yang telah ia perbuat.

Tak lama setelah itu, terdengar pula tawa susulan yang keluar dari pencuri lainnya. Mereka lalu secara serempak dan cepat, mulai berbelok ke sebuah blok kota  yang tampak sempit dan kecil.

Sedangkan Dimitri, menyadari bahaya dan rintangan sebentar lagi akan menghampiri dirinya.

Dengan gerakan yang gesit dan lincahnya, Dimitri berlari dengan tempo yang teratur.

Berpindah ke kanan dan ke kiri secara cepat untuk menghindari tong-tong sampah yang telah sengaja digulingkan ke arah dirinya itu.

"Mungkin para pencuri itu akan berpikir jika mereka adalah ular yang berbisa. Namun, mereka lupa. Bahwa ular yang berbisa sekali pun tentu akan kalah dengan kecerdikan yang dimiliki oleh seekor kelinci," gumam Dimitri lagi seraya tersenyum puas.

Bahkan saking puasnya, Dimitri akan gerakan menghindar yang ia berhasil lakukan. Membuat pemuda itu menjadi besar kepala.

Setelah aksi menghindar dan gumaman tadi yang menandakan jika ia telah meremehkan para pencuri yang sudah mengambil buku keluarganya itu. Dimitri pun akhirnya sampai lupa dengan benda  terakhir yang telah dijatuhkan oleh penjahat licik itu kepada dirinya.

"Aduh!" pekik Dimitri saat tubuhnya harus terjatuh ke tanah akibat ia yang tak berhati-hati dengan keadaan sekitar.

Buru-buru Dimitri pun bangkit kembali dan membersihkan ujung pakaiannya yang terlihat kotor itu.

Sebelum ada yang menyadari bagaimana wajah penuh tanda kegagahan dan tampan itu sempat terjatuh, Dimitri pun dengan cepat kembali berlari kencang, berbelok ke arah blok kota yang sama seperti yang dilalui oleh para pencuri tadi.

"Berhenti! Siapapun kalian! Tolong kembalikan buku mantra itu!" teriak Dimitri di sela-sela dirinya berlari.

Namun, tentu saja semua itu hanya sia-sia belaka. Sekalinya penjahat tentu akan tetap berperilaku layaknya penjahat. Bahkan tidak ada satu kali pun penjahat itu menoleh atau sebagainya ke arah Dimitri.

Seolah tak mengenal lelah, Dimitri pun kembali segera mempercepat larinya. Tepat di sudut blok kecil itu. Dengan mengandalkan insting dan otak cerdiknya, Dimitri pun lalu mengganti tujuan larinya.

Tanpa basa-basi lagi, sekuat tenaga yang ia punya Dimitri pun langsung saja melemparkan sihir serangannya pada si pencuri itu dari jarak jauh.

"Aduhh!" pekik kencang salah seorang pencuri yang langsung terjatuh dan tersungkur secara sadis di tanah itu.

Dalam hati, Dimitri langsung bahagia saat menyadari jika sihirnya benar-benar tepat sasaran.

Bahkan hal ini merupakan suatu pencapaian yang bagus untuk Dimitri sekaligus balas dendamnya atas pencuri yang telah membuat ia terjatuh tadi.

Dengan tergesa, Dimitri pun langsung saja berlari secepat mungkin untuk dapat menangkap salah seorang pencuri yang telah terkapar tak berdaya itu.

Entah sebuah keberuntungan atau bagaimana, ternyata pencuri yang terkena serangan sihir dari Dimitri tadi adalah penjahat yang juga telah mencuri buku mantra milik keluarganya.

"Akhirnya! Buku ini berhasil aku selamatkan! Dasar pencuri sialan! Mengapa kau melakukan ini?! Siapa yang sudah menyuruhmu?!" Dimitri bertanya sambil berseru dengan sorot mata tajam yang mampu mematikan lawan yang menatapnya.

Namun, pencuri itu justru hanya terdiam. Tak melakukan apapun membuat Dimitri merasa kebingungan.

"Apakah kau tewas hanya karena sihir serangan ringan dariku tadi?" tanya Dimitri saat menyadari penjahat itu tak memberikan pergerakan apapun setelah beberapa saat Dimitri berada di dekatnya.

Dimitri pun lalu berinisiatif untuk menggoyangkan tubuh pencuri itu dengan kakinya. Berharap dengan cara itu akhirnya pencuri itu akan tersadar atau bahkan mengatakan sesuatu informasi kepada dirinya.

Akan tetapi, sebuah keputusan yang salah bagi Dimitri. Ternyata semua itu memanglah sebuah kesengajaan yang telah direncanakan oleh para pencuri itu. Tanpa Dimitri sadari, dari arah belakang tubuhnya.

Teman pencuri itu yang Dimitri kira telah meninggalkan pergi mereka berdua di gang sempit itu, nyatanya para penjahat itu telah bersiap sedia untuk menyelamatkan penjahat yang ada di sisi Dimitri itu.

Dengan menggunakan balok kayu yang sedang, salah seorang pencuri lainnya pun langsung saja memukul keras pundak Dimitri.

Sedangkan penjahat yang Dimitri kira telah tewas itu pun ternyata dengan secepat kilat langsung merampas buku mantra sihir itu kembali dari tangan Dimitri.

"Dasar licik!" kata Dimitri menahan emosi dan rasa sakit di punggungnya.

Setelahnya itu para pencuri itu pun berlari, tetapi tentu saja hal itu tidak akan dibiarkan begitu saja oleh Dimitri.

Pemuda itu pun dengan sedikit tenaga yang ia punya, ia pun kembali bangkit dan berusaha mengejar para penjahat itu lagi.

"Bagaimanapun keadaannya. Aku tidak akan pernah membiarkan buku mantra sihir itu dicuri begitu saja oleh pihak tak bertanggung jawab itu. Bagaimana pun caranya, aku harus bisa mendapatkan buku mantra itu kembali!" sambung Dimitri, hal itu ia lakukan untuk menyemangati dirinya sendiri.

Ia pun kembali berlari secepat yang ia bisa lakukan. Sekali-sekali Dimitri tampak menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan dirinya yang sudah merasa pusing dan ingin pingsan itu.

Sedang dari sisi lain pencuri itu, tampak salah seorang dari mereka memperhatikan bagaimana gerak-gerik Dimitri yang tertinggal tak terlalu jauh dari belakang mereka.

“Sepertinya pemuda itu tidak juga menyerah sampai saat ini. Bahkan meski pukulan balok kayu itu terdengar jelas pasti menyakitkan. Ia sama sekali tidak peduli akan hal itu," ucap pencuri itu kepada pria yang memegang buku mantra sihir milik keluarga Dimitri itu.

"Kau merasa kasihan atau bagaimana? Apa kau lupa dengan tugasmu? Dan apa kau lupa apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" balas pencuri lainnya.

Setelahnya, tak ada lagi percakapan antara para pencuri itu. Mereka sama-sama kembali fokus berlari untuk menjauh dari Dimitri. Membawa buku mantra yang jelas sudah menjadi tujuan dari Dimitri.

Saat mereka sudah sampai tepat di ujung blok itu, tampak sang pencuri membawa buku itu mengedipkan matanya seolah memberikan isyarat.

Entah sengaja atau bagaimana, buku mantra itu pun lalu dijatuhkan begitu saja. Sedangkan para pencuri itu tiba-tiba saja langsung pergi, menghilang begitu saja.

"Bukunya!" ucap Dimitri sembari berusaha mengontrol napasnya yang masih naik turun akibat terlalu lama berlari.

Namun, setelah memegang buku itu. Dimitri lalu menatap ke sekelilingnya. Nihil, tak ada siapa pun di sana.

"Kemana mereka? Mengapa buku ini ditinggal begitu saja?" tanya Dimitri yang kebingungan.

Tak ingin membuang banyak waktu lagi, Dimitri pun lalu berniat untuk berputar balik untuk kembali ke sekolah militer sihir. Namun, sesuatu justru terjadi. Tiba-tiba saja...

"Salam kenal! Tuan Dimitri calon pewaris  keluarga Damien," ucap seseorang sembari menodongkan tongkat sihir ke arah Dimitri.

Dimitri terdiam, karena ia terkejut dengan hal itu.

002 - TERJEBAK RENCANA PENCURI

Dimitri pun seketika langsung membalikkan tubuhnya, menatap penuh kebingungan ke arah seorang pria yang tampak tersenyum meremehkan ke arah dirinya saat itu.

"Ada apa? Apa seorang Kapten Sihir dari Sekolah Militer Sihir dan calon pewaris keluarga Damien tengah kebingungan saat ini?" tanya sosok pria yang masih menodongkan tongkat sihirnya itu sambil tersenyum mengejek Dimitri.

"Siapa kalian?! Apa yang kalian inginkan dari diriku?! Kenapa kalian seolah sengaja menjebak diriku seperti ini! Apakah ada seseorang yang telah membayar kalian untuk melakukan hal ini?!" Begitu kata Dimitri dengan beberapa pertanyaannya sekaligus.

Mendengar rentetan pertanyaan terakhir yang diucapkan oleh Dimitri itu membuat sebuah senyuman terukir di wajah pria dengan garis wajah menyeramkan itu. Tentu, senyuman itu bukanlah senyuman yang wajar.

Senyuman dengan satu sudut bibir yang terangkat ke atas itu, tentu saja meninggalkan kesan meremehkan dan menakutkan bagi yang melihatnya.

"Tentu, Tuan Dimitri. Semua yang kau katakan adalah kebenaran. Ternyata kau tidak seperti yang aku bayangkan. Pemuda yang cerdas dan bijak, kau bahkan juga calon pewaris keluarga Damien. Tetapi, apakah kau pernah berpikir tentang kelayakan dirimu?" balas penjahat itu yang membuat Dimitri menjadi mengerutkan keningnya bingung.

Tunggu! Apa maksud dari perkataan pria jahat itu? Mengapa pria itu tiba-tiba saja malah membahas perihal kelayakan? Apa maksud sesungguhnya?

Seolah tak ingin kejadian buku mantranya kembali diambil dan ia masuk jebakan para penjahat itu lagi, Dimitri lantas melirik tajam ke arah kanan dan juga kirinya.

Namun, bukannya penjahat itu memerintahkan anak buahnya untuk menangkap dan merebut kembali buku mantra yang tadi sempat ingin dicuri oleh mereka. Sosok penjahat itu justru malah melepaskan tawanya begitu saja.

Kembali, Dimitri dibuat kebingungan dengan maksud dari tingkah pria jahat di depannya saat ini itu.

"Ada apa, Tuan Dimitri? Apakah kau merasa kebingungan dengan semua ini? Apakah sekarang kau tengah mempertanyakan tentang mengapa aku tidak mengambil buku mantra yang jelas-jelas tadi berusaha aku curi?" tutur pria itu sembari kembali tersenyum penuh ejekan.

"Bukan aku yang mencuri buku mantra itu, melainkan asisten kepercayaanku. Tapi, bukankah aku dan dia tidak ada bedanya? Sama-sama ingin sesuatu darimu," sambung pria jahat itu kembali yang semakin memberikan banyak tanda tanya untuk pikiran Dimitri.

Dengan sengaja, Dimitri pun menajamkan tatapannya ke arah pria itu. Sesekali matanya pun melirik ke sisi kanan dan kirinya. Ia mengamati tempat itu berusaha mencari celah dan cara supaya ia bisa mengalahkan pria aneh itu.

"Apakah kau telah menemukan jawaban dari semua pertanyaanmu, Tuan Dimitri?" tanya penjahat itu kembali yang masih setia menodongkan tongkat sihirnya ke arah Dimitri.

Setelah sekian saat, Dimitri hanya terdiam dan menerima begitu saja perlakuan dari para pencuri itu. Akhirnya, Dimitri pun angkat bicara.

"Apa yang sebenarnya kalian inginkan dari diriku?!” tanya Dimitri yang sudah tak bisa menahan lagi teriakannya.

Beberapa saat, terdengar suara tawa lagi dari pencuri yang tadi menodongkan tongkat sihirnya arah Dimitri.

"Kau bertanya? Apa yang aku inginkan darimu?” tanya balik pencuri itu sembari menurunkan senjatanya.

Tak lama setelah itu, ia pun seolah memberikan kontak mata kepada pencuri lain yang ada di belakang Dimitri.

Seakan mengerti akan isyarat itu, pencuri di belakang Dimitri pun langsung saja menendang kuat-kuat tubuh pemuda itu hingga membuatnya harus tersungkur jalanan itu.

Dapat Dimitri rasakan bagaimana perih pada telapak tangannya yang sudah jelas terluka akibat serangan sebelumnya, kini harus kembali ia rasakan lagi.

Para pencuri itu pun tak ingin menunggu waktu lama lagi, mereka pun kemudian mengeluarkan sihir dan menghujani Dimitri dengan itu.

Hingga Dimitri tak bisa melakukan apa pun, ia pun terkapar di sana. Ia ta pernah merasakan rasa sakit itu, padahal selama ini ia harusnya sudah terlatih menahan bentuk segala serangan sihir.

Namun, entah mengapa saat ini semua sihir yang mengenai tubuhnya sudah terasa sakit.

Bahkan buku mantra yang sedari tadi ia genggam pun perlahan mulai terjatuh.

Namun, meski seluruh tubuhnya telah merasakan sakit yang luar biasanya. Dimitri tetap mencoba untuk kuat. Ia berusaha bangkit meskipun tak bisa.

Bagaimanapun juga, Dimitri harus bisa kembali ke sekolah militer dengan keadaan yang baik dan juga dengan menjaga buku mantra keluarganya.

"Sungguh pemuda yang cukup tangguh. Tapi, coba kita lihat. Bagaimana jika sihir lainnya mendarat sempurna di tubuhmu itu?" ucap pencuri itu kembali yang tak lama langsung saja pencuri itu mengeluarkan sihir dengan sekuat tenaganya tepat pada kepala Dimitri.

Darah yang begitu segar pun, kini kembali keluar dari pelipis Dimitri. Terlihat jelas bagaimana buruknya kondisi Dimitri saat ini.

Bahkan sepertinya para pencuri seolah tidak ingin membiarkan Dimitri sampai mampu menghirup napas barang sedetik saja.

Dimitri kemudian dipukul habis-habisan oleh para pencuri itu secara brutal. Saking kejamnya, ada salah seorang dari penjahat itu langsung saja melepaskan sihir ke Dimitri secara berulang kali.

Tumbang. Kata itulah yang mampu menggambarkan bagaimana kondisi pemuda itu saat ini. Tidak ada seorangpun yang mampu bertahan saat dihajar secara brutal seperti itu meskipun ia seorang Kapten Sihir yang hebat.

Dimitri benar-benar sudah tak mampu menggerakkan anggota tubuhnya sama sekali saat ini. Kondisi pemuda itu benar-benar sangat memprihatinkan. Dimitri telah menjadi sekarat saat ini. Seolah kini ia berada di ambang kehidupan atau justru kematian.

Melihat wajah tersiksa Dimitri melawan semua rasa sakit yang dibuat oleh para pencuri itu, mereka pun secara bersama langsung tertawa begitu puas.

Mereka pun sengaja duduk manis di dekat tubuh Dimitri yang terkapar itu hanya untuk menyaksikan bagaimana detik-detik terakhir, sebelum hilangnya nyawa dari pemuda itu.

"Sekarang kau harus mengingat bagaimana rupa wajahku ini. Karena diriku lah malaikat mautmu, Tuan Dimitri!" ucap pencuri yang tadi menghabiskan detik-detiknya untuk terus mengeluarkan sihir di tubuh Dimitri.

Mereka semua tampak begitu senang dan puas sekali dengan apa yang telah berhasil mereka lakukan kepada Dimitri. Bahkan tak jarang dari penjahat itu, ada yang sampai menghitung mundur ketika melihat mata elang Dimitri bersiap untuk tertutup.

Kemudian para pencuri itu seolah menghitung mundur kematian Dimitri

Namun, belum selesai, angka terakhir disebutkan oleh salah seorang pencuri itu. Secara tiba-tiba saja, penjahat yang memulai penghabisan nyawa Dimitri itu pun menghentikan ucapan bawahannya itu.

"Biar aku yang membantunya untuk segera kembali kepada Dewa, alam Limbo mungkin sudah menunggunya. Lagipula, siapa yang memulai tentu ia yang harus mengakhiri semuanya bukan?" ucap pencuri itu sembari mengarahkan tingkat sihirnya kembali ke tubuh Dimitri yang telah terkapar itu.

Namun, belum sempat penjahat itu melepaskan peluru dari senjata miliknya itu. Secara tiba-tiba saja, angin yang begitu kencang berhembus ke arah mereka.

Beberapa dedaunan kering pun seketika menerpa wajah para penjahat yang semula tampak begitu senang ingin melakukan penghabisan terakhirnya itu.

Semuanya, tampak secara serempak mengangkat tangan mereka untuk melindungi mata mereka dari terpaan angin yang bercampur dengan pasir dan juga dedaunan kering itu.

"Lihat tubuh pemuda itu!" teriak salah seorang dari anggota komplotan pencuri itu kepada sang pimpinan.

Pria jahat yang ingin melakukan bagian  akhirnya itu pun seketika menurunkan tongkatnya dari wajah Dimitri. Untuk kali pertamanya, di dalam hidupnya.

Ia melihat sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi. Tampak tubuh Dimitri yang tadi telah terkapar tak berdaya, dibawa oleh pusaran angin yang seolah tengah melindungi tubuh pemuda itu.

Namun, entah karena memang tak mampu menahan diri dan sudah tidak memiliki jiwa kemanusiaan lagi. Pria jahat itu tetap memaksakan kehendaknya atas nafsu pada nyawa Dimitri itu.

Tanpa memikirkan hal buruk lain yang mungkin saja terjadi, pria itu kembali mengarahkan sihirnya pada pusaran angin itu.

Namun, tentu saja hal itu tak berakibat apapun.

Meski sudah tak berdaya, tetapi nyatanya Dimitri tidak benar-benar telah pingsan. Pemuda itu masih tetap terjaga hingga matanya tak sengaja menatap pada lembaran terbuka buku mantra sihir keluarganya itu.

003 - SISTEM PENYIHIR TERTINGGI

Dimitri sebenarnya menyadari bahwa dirinya saat ini terbawa terbang angin ****** beliung itu, tetapi ia tak bisa melakukan apapun. Selain hanya diam.

Dirinya terombang-ambing di dalam pusaran angin itu.

Tubuhnya terlalu lemah untuk bisa berkata atau sedikit ketakutan.

Serangan dari para pencuri tadi begitu hebat, ia sampai tak bisa melawan sama sekali.

Padahal semua orang tahu bahwa dirinya adalah Kapten Sihir Jarak Dekat. Yang artinya ia memiliki kekuatan yang seharusnya luar biasa.

Namun, nyatanya serangan sekuat itu mampu mengalahkan dirinya.

Dimitri sangat menyesali hal itu, tetapi ia tak bisa melakukan apapun kini.

Jangankan untuk membalas perbuatan para pencuri itu. Membuka matanya saja ia tak sangat sulit.

Dimitri menyerah, ia tak peduli jika harus mati saat itu juga.

Lagi pula manusia mana yang akan bertahan dengan luka sehebat itu.

Bahkan penyihir tingkat tinggi pun pasti akan kalah.

Padahal Dimitri sudah sering berlatih menangkal serangan sihir, tetapi nyatanya pencuri tadi menggunakan sihir hitam.

Dimitri tahu rasanya sihir hitam dan putih, karena jika terkena tubuh reaksinya berbeda.

Meskipun mereka hanya pencuri, tetapi ternyata kekuatan sihir hitam mereka begitu hebat.

Namun, ia rela mendapatkan semua luka itu demi menyelamatkan buku mantra sihir milik keluarganya.

Buku mantra yang sangat berharga, karena buku itu satu-satunya peninggalan keluarganya sebelum akhirnya tewas.

Maka dari itu, tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menjaga buku tersebut.

Dan ternyata buku mantra itu juga merasakan bahwa dirinya begitu tulus untuk menjaganya, terbukti bahwa buku itu kini yang menciptakan pusaran angin hebat.

Kekuatan dari buku mantra sihir itu keluar dan membuat Dimitri sebenarnya dalam masalah baru.

Namun, Dimitri yakin ia bisa terlepas dari para pencuri dengan angin itu.

Jika mungkin buku itu bukan dari keluarganya, mungkin ia tak akan seyakin itu untuk melindunginya.

Selain itu buku itu ia jaga karena berisi kumpulan mantra sihir kuno yang begitu hebat.

Konon katanya, garis keturunan pertamanya yang membuat buku mantra sihir itu.

Yang sebenarnya ia sendiri tak begitu yakin siapa yang membuatnya.

Namun, selama ini keluarganya terus menjaga. Jika sampai terjatuh pada orang yang salah, buku itu juga dalam sebuah masalah yang sangat besar.

Dikatakan siapapun orang yang mampu menguasai dan mempelajari buku mantra itu, apalagi sampai terpilih maka ia akan menguasai dunia.

Sayangnya Dimitri tak seyakin itu untuk mengatakan bahwa ia pantas menguasainya.

Pernah ia mencoba belajar mantra-mantra sihir buku itu, tetapi terasa sangat sulit dan begitu berat.

Dimitri tak mampu melakukannya, hingga akhirnya ia menyerah.

Begitu juga dengan orang tuanya, yang sejak mereka hidup mereka tak pernah mempelajarinya.

Hanya keturunannya yang menguasai buku itu, tetapi karena sudah ratusan tahun lalu maka ia sudah tiada.

Dimitri ingat, pada suatu malam, saat itulah pertama kalinya sang ayah menunjukkan buku itu dan mengatakan supaya Dimitri menjaganya.

"Buku mantra sihir ini sangat berharga untuk keluarga kita, dan mulai saat ini kau harus menjaganya." Begitu kata sang ayah, dirinya saat itu masih cukup kecil untuk mengerti betapa berharganya buku itu.

Sang ibu juga mengatakan hal sama, beberapa tahun sebelum kematiannya.

"Buku ini lebih berharga dari apapun, jika sampai jatuh ke tangan orang yang salah maka akan berakhir buruk."

"Memang apa masalahnya, Ibu?" tanya Dimitri, yang saat itu ia tidak tahu apa yang terjadi.

"Karena di dalam buku ini berisi mantra sihir yang begitu hebat dan tak masuk akal, jika orang jahat mampu menguasainya dan terpilih maka dunia dalam bahaya," jawab sang ibu.

Bagaimana pun jawaban itu, bagi Dimitri memang sudah sebagai anjurkan yang harus ia jalankan.

Semenjak saat itu Dimitri terus berupaya menjaga buku itu dari siapapun dan bagaimana bentuknya.

Lagi pula ia seorang calon penerus keluarga Damien, sudah seharusnya ia belajar caranya menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawab dengan apapun, jika sampai terjadi masalah maka ia akan diragukan.

Seorang Kapten Sihir, keturunan terakhir dari keluarga Damien yang memiliki mana Sihir luar biasa, seharusnya ia mampu melakukan hal seperti itu.

Apalagi setelah ia masuk Sekolah Militer Sihir dan kedua orang tuanya mati. Buku itu menjadi bagian dari Sekolah Militer Sihir, yang artinya jika terjadi sesuatu maka Sekolah juga mengurusnya.

Meskipun begitu bukan berarti ia lepas tangan dan seolah tak terjadi apapun, lalu meminta bantuan mereka dengan mudahnya.

Walau itu semua tak sebenarnya terjadi, buktinya saat ini ia tengah dalam marabahaya. Ia tengah sekarat dengan tubuh penuh luka.

Hal itu sudah sangat jelas bahwa ia berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan kembali miliknya.

Dimitri juga harusnya mengalahkan para pencuri itu dan lebih memperlihatkan siapa dirinya.

Mungkin dengan itu juga ia bisa mendapatkan kenaikan pangkat nantinya.

Sementara itu, saat ini dirinya masih terombang-ambing di dalam pusaran angin, karena sejak tadi angin yang berasal dari buku mantra sihir itu tak pernah berhenti.

Kini mata Dimitri tak mampu terbuka sama sekali, napasnya mulai susah dan naik turun, yang terasa sengkal.

Mungkin jika saat ini ia sadar, ia akan merintih kesakitan dan merengek seperti anak kecil.

Seperti yang ia lakukan dulu saat masih menjadi anak-anak.

Ia ingat setiap kali mengalami luka, jatuh ataupun kalah bertengkar dengan temannya ia langsung merengek menangis dengan sang ibu.

Dengan tangisan yang seolah ia paling menderita di dunia.

Sebagai sang ibu wajar jika menenangkan Dimitri kecil. Namun, berbeda dengan sang ayah.

Ia tak mau penerus keluarga Damien terlihat lemah dan cengeng.

Maka dari itu Dimitri dilatih dengan sangat kuat, latihan keras yang nampak menyakitkan. Itu semua dilakukan supaya Dimitri lebih kuat dari sebelumnya, tak banyak mengeluh apalagi menangis.

***

Dimitri masih dalam keadaan sekarat di pusaran itu angin itu.

Namun, kemudian dirinya yang sebelumnya sudah pasrah akan kematian, seperti ditarik ke dalam sebuah realitas serba hitam.

Tak ada lagi pusaran angin itu, perlahan Dimitri membuka matanya. Seolah dirinya sembuh dengan sendirinya.

Semua yang ia lihat gelap-gelita, tak ada cahaya sedikit pun.

"Apa aku buta?" tanyanya kemudian, karena ia tak bisa melihat sama sekali meskipun sudah membuka mata. "Atau jangan-jangan aku sudah mati? Wajar saja jika itu."

Dalam keadaan seperti itu Dimitri kemudian bangkit dan duduk.

Ia tak merasakan apapun, dipegangnya seluruh tubuhnya tak ada luka sama sekali, pelipisnya pun tak mengeluarkan darah. Meskipun ia tak bisa melihat, tetapi ia bisa merasakan.

"Kau sudah bangun?" tanya sebuah suara pada Dimitri yang langsung saja terkejut.

Ia kini sadar bahwa ia tidak sendiri. Ada orang lain di sana, padahal keadaan disana gelap tetapi mengapa orang itu tahu bahwa dirinya sudah sadar.

"Si-siapa kau?" tanya balik Dimitri.

Kemudian sebuah cahaya terang benderang mendekat dan menyilaukan mata.

Dimitri sempat memejamkan mata sejenak, lalu kembali membukanya perlahan saat matanya sudah terbiasa.

"Terima kasihlah lebih dulu, karena aku sudah sudah membantumu," kata entitas itu.

"Baik, Terima kasih. Sekarang jawab pertanyaanku."

"Aku adalah sebuah entitas penyihir tertinggi, aku yang mengendalikan realitas gelap ini. Aku yang sudah membawa dan menolongmu," papar entitas itu.

"Apa kau dewa yang keluar dari buku mantra sihir itu?" tanya Dimitri lagi.

"Aku bukan dewa, aku entitas penyihir. Aku adalah sihir itu sendiri, tetapi aku bukan dewa. Dan untuk buku mantra itu, aku adalah bagian di dalamnya, tetapi hanya aku yang ada di di dalamnya.

Kini Dimitri bingung dengan maksud entitas itu. Terlalu bertele-tele dan seperti tidak masuk akal.

Lalu Dimitri banyak bertanya, setelah semua pertanyaan dan jawaban yang diberikan. Entitas itu memberikan beberapa tawaran pada Dimitri untuk membalas dendam dan mencari tahu kenapa kehidupannya sekarang bisa seperti ini.

Mengapa keluarga hancur, mengapa dirinya menjadi pecundang dan mengapa lainnya.

Tak ada alasan menolak hal itu. Kemudian Dimitri menerimanya dan sosok entitas itu masuk dan bergabung ke tubuh Dimitri dan menjadi Sistem Penyihir Tertinggi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!