Ceklek ...
Blug ...
Pintu sebuah kamar di buka lebar, Kelvin Alamsyah laki-laki berusia 29 tahun masuk ke dalam kamar. Dia pun segera nembuka jas hitam yang dikenakannya lalu melemparkan ke sembarang arah. Kelvin melonggarkan dasi merah yang melingkar di lehernya yang terasa begitu mencekik, persis seperti hidupnya yang selalu terasa tercekik karena harus selalu tampil sempurna.
Blug!
Dia pun menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, lalu mencoba untuk memejamkan kedua matanya.
Tok ... Tok ... Tok ...
Ceklek ...
Pintu kamar pun di ketuk dan buka, membuat Kelvin seketika kembali membuka kedua matanya lalu menoleh ke arah pintu.
"Lagi apa kamu, Kelvin? Kita harus menghadiri satu meeting lagi," ucap sang ayah menatap wajah putranya dengan perasaan kesal.
"Baik, Dad. Saya hanya istirahat sebentar ini," jawab Kelvin patuh.
"O iya, meeting kali ini sangat penting. Kita akan ketemu dengan Bapak Presiden. Kamu harus berpakaian rapi dan jangan mengecewakan Daddy, oke?"
Kelvin pun menganggukan kepalanya seraya tersenyum kecil. Lebih tepatnya pura-pura tersenyum juga terpaksa patuh kepada ayahnya yang merupakan seorang Mentri Keuangan di Negaranya. Dia pun bangkit dan duduk tegak di atas ranjang kemudian.
"Daddy beri waktu 15 menit untuk kamu bersiap-siap. Daddy tunggu kamu di bawah ya.''
Kelvin kembali menganggukkan kepalanya. Dirinya pun menatap kepergian sang ayah Tuan Alamsyah dengan tatapan tajam penuh rasa dendam. Dia bahkan mengepalkan kedua tangannya mencoba untuk mengendalikan emosi di dalam jiwanya yang saat ini ingin sekali dia ledakan sebenarnya.
'Sampai kapan saya harus jadi budakmu, Dad? Kapan saya bisa menjadi diri saya sendiri tanpa di atur dan bebas melakukan apapun yang saya inginkan,' (batin Kelvin.)
***
Setelah menghadiri meeting dengan Presiden, Kelvin pun mulai berjalan keluar dari dalam istana kepresidenan bersama sang ayah tentu saja. Tubuhnya benar-benar merasa lelah. Namun, dia berusaha menyembunyikan hal itu dan mencoba untuk tetap tersenyum ramah.
"Dad, semua jadwal hari ini sudah selesai saya kerjakan. Saya ingin menghirup udara segar sebentar aja, saya janji gak akan pulang terlalu malam," ucap Kelvin meminta izin.
"Memangnya kamu mau kemana? Ingat, besok pagi kita ada pekerjaan penting. Daddy gak mau kalau kamu sampai bangun kesiangan dan terlambat datang ke kantor. Lebih baik kamu pulang dan beristirahat,'' jawab sang ayah membuat Kelvin seketika menghentikan langkah kakinya sesaat setelah mereka sampai di tempat parkir.
"Dad?"
"Ada apa lagi? Belum jelas apa yang Daddy katakan tadi? Lebih baik kamu pulang dan istirahat. Lagipula, kamu mau kemana sebenarnya? Ingat, kamu ini putra Daddy, putra dari Mentri Keuangan dan kamu juga akan menggantikan posisi Daddy sebentar lagi. Jadi, Daddy harap kamu sudah harus mempersiapkan diri mulai sekarang. Jangan sampai kamu seperti pemuda di luaran sana yang menghabiskan waktu dengan bermain-main hal yang tidak penting,'' jelas Tuan Alamsyah panjang lebar.
"Hanya untuk malam ini saja, saya mohon Daddy mengijinkan saya untuk keluar, saya janji gak akan pulang lebih dari jam 10 malam. Saya benar-benar merasa lelah, Dad. Saya butuh refresing.''
Tuan Alamsyah pun diam seraya menatap wajah sang putra. Dia menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. Laki-laki berusia awal 60-han itu pun akhirnya menganggukan kepalanya mengizinkan.
"Daddy serius mengizinkan saya keluar malam ini?" Kelvin tersenyum senang.
"Hanya untuk malam ini, Daddy mengizinkan karena kamu telah jadi putra yang patuh selama ini, tapi ingat, jangan pulang lebih dari jam 10 malam."
"Iya saya janji, Dad. Saya tidak akan pulang terlambat.''
Tuan Almasyan pun menganggukkan kepala lalu berjalan menuju mobil yang di parkir tidak terlalu jauh dari tempatnya berada saat ini. Sang supir pun membukakan pintu mobil dan Tuan Alamsyah masuk kedalamnya kemudian. Tidak lama kemudian, mobil pun perlahan mulai meninggalkan area parkiran lalu melaju kencang di jalanan.
"Akhirnya, akhirnya saya bebas!" Teriak Kelvin merentangkan kedua tangannya merasa senang karena akhirnya bisa terbebas dari sang ayah.
Ceklek!
Blug!
Pintu mobil pun di buka, dan kembali di tutup sesaat setelah pemuda bernama lengkap Kelvin Alamsyah itu masuk ke dalamnya. Perlahan, mobil pun mulai meninggalkan area parkiran lalu melesat kencang di jalanan.
Malam ini dia akan menghabiskan waktu dengan bersenang-senang. Kelvin ingin melupakan sejenak kesibukannya sebagai putra dari seorang yang memiliki jabatan tinggi yang selalu menuntutnya untuk berprilaku sopan juga menjaga sikapnya di depan masyarakat. Dia ingin sekali saja merasakan menjadi diri sendiri dan hidup layaknya manusia normal dimana selalu menghabiskan waktu dengan bersenang-senang setelah lelah bekerja seharian.
Ckiiit!
Mobil pun berhenti tepat di depan Klub malam. Kelvin membuka jas hitam yang dikenakannya juga melepaskan dasi merah yang melingkar dilehernya kini. Setelah itu dia pun mulai keluar dari dalam mobil.
Ceklek!
Blug!
Kelvin keluar dari dalam mobil, senyuman pun mengembang lebar dari kedua sisi bibirnya kini. Dia menatap gedung dengan nuansa remang-remang itu dengan perasaan senang. Sampai akhirnya, Kelvin mulai melangkah memasuki Klub malam tersebut.
Suara musik DJ menyambut kedatangannya di dalam sana. Nuansa remang-remang pun begitu terasa meskipun suasana gelap lebih mendominasi, orang-orang pun nampak berjingkrak tepat di tengah-tengahnya terlihat begitu menikmati music yang terdengar memekikkan telinga. Kelvin pun duduk di sebuah kursi tepat di depan bartender lalu memesan minuman.
"Mas, satu gelas jus jeruk ya." Pesan Kelvin melambaikan tangannya.
"Kalau mau minum jus di rumah saja, ini klub malam masa pesannya jus jeruk si?" tiba-tiba terdengar seorang wanita yang saat ini duduk tepat di sampingnya.
"Terserah saya dong, apa urusannya sama kamu," ketus Kelvin tanpa menoleh sedikitpun.
"Jangan-jangan ini adalah pertama kalinya kamu datang ke tempat ini?"
Kelvin tersenyum menyeringai lalu menoleh dan menatap wajah wanita tersebut. Wanita yang saat ini duduk tepat di sampingnya itu nampak sedang menggenggam satu gelas berisi anggur merah lalu meneguknya hanya dengan sekali tegukan saja membuat Kelvin merasa ilpil.
"Hmm ... Kamu sudah terbiasa minum ternyata,'' ucap Kelvin menatap wanita itu dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan tatapan sinis.
"Kamu beneran belum pernah minum anggur sama sekali?"
Kelvin menggelengkan kepala lalu memalingkan wajahnya.
"Hahahaha ... Hari gini gak pernah minum anggur? Astaga, laki-laki macam apa kamu?" Wanita itu pun menertawakan.
"Memangnya kenapa? Minum alkohol itu tidak baik buat kesehatan."
"Kamu tahu, minum alkohol itu bisa membuat kita melayang dan melupakan masalah yang sedang kita hadapi.''
"O ya?"
"Kalau gak percaya, coba aja. Di jamin, kamu bakalan ketagihan dan masalah kamu akan hilang seketika."
Kelvin terdiam seraya menatap gelas yang telah terisi penuh dengan anggur merah. Dia pun mengusap ujung gelas tersebut seraya berfikir keras. Kelvin memang sedang merasa tertekan dan ingin sekali melupakan masalah yang selama ini dia hadapi.
Tanpa berfikir panjang lagi, dia pun meraih gelas tersebut lalu meneguknya hanya dengan sekali tegukan saja, gelas itu pun benar-benar kosong.
...****************...
Glegek ...
Glegek ...
Glegek ...
Suara anggur merah yang melintasi tenggorokan Kelvin terdengar begitu nyaring. Satu gelas penuh minuman beralkohol itu pun seketika habis hanya dengan sekali tegukan saja. Ini adalah kali pertamanya dia meminum minuman tersebut, hal yang sejak lama sekali ingin dia lakukan. Namun, selalu dia tahan selama ini.
"Gimana? Manis bukan?" tanya wanita yang masih belum diketahui namanya itu.
"Waaaah! Saya benar-benar tidak menyangka kalau rasanya akan semanis dan senikmat ini," jawab Kelvin tersenyum sumringah.
"Apa aku bilang, rasanya memang manis dan nikmat. Eu ... Ngomong-ngomong, siapa nama kamu? Sepertinya kamu bukan laki-laki sembarangan. Aura kamu berbeda dari kebanyakan laki-laki yang aku temui di sini?Apa kamu seorang pejabat? Atau, putra pejabat mungkin?''
"Hahahaha ... Kamu pintar juga ternyata," jawab Kelvin tertawa ringan.
'Tidak, dia tidak boleh tahu siapa saya yang sebenarnya. Reputasi Daddy bisa hancur kalau sampai masyarakat tahu bahwa putra seorang pejabat tinggi mabuk-mabukan seperti ini,' (batin Kelvin.)
"Jadi beneran kamu anak seorang pejabat?" tanya sang wanita tersenyum senang.
"Bukan, siapa bilang saya putra seorang pejabat. Saya hanya pegawai sipil biasa. Nama saya Kelvin," jawab Kelvin berbohong.
"Oh begitu? Aku kira kamu putra dari seorang pejabat tinggi. Penampilan kamu benar-benar terlihat seperti bukan orang sembarangan soalnya."
"O iya, siapa nama kamu?" tanya Kelvin kemudian.
"Namaku Indah, aku hanya seorang gadis kesepian yang mencoba menacri kesenangan dengan datang ke sini."
"Hmm ... Kita mirip juga tenyata. Saya juga hidup dengan sangat kesepian selama ini. Saya harus berakting menjadi laki-laki baik, patuh dan juga selalu tersenyum kepada setiap orang yang saya temui," jawab Kelvin dengan kepala yang mulai terasa ringan kini. Epek alkohol yang dia minum mulai menguasai jiwanya kini.
"O ya? Kita ada banyak kemiripan ternyata."
Kelvin hanya tersenyum kecil. Dia pun memanggil bartender lalu memesan satu gelas anggur kemudian. Kenikmatan yang diberikan oleh minuman beralkohol itu benar-benar membuat seorang Kelvin merasa terbuai dan ingin terus meminumnya lagi dan lagi hingga dirinya pun mabuk berat kini.
"Sudah cukup, jangan terlalu banyak minum. Gak bisa pulang kamu nanti," Indah mengingatkan, dia menjauhkan gelas berisi minuman tersebut dari tangan Kelvin.
"Huaaa ... Satu gelas saja, Indah. Saya janji ini gelas yang terkahir." Kelvin meraih kembali gelas tersebut lalu meneguknya dengan hanya sekali tegukan.
"Hmm ... Dasar, aku gak tanggung jawab ya kalau sampai kamu mabuk berat dan gak bisa pulang nantinya."
"Pulang? Astaga, saya harus segera pulang. Saya sudah janji sama Daddy kalau saya tidak akan pulang lebih dari jam 10 malam,'' ucap Kelvin dengan nada suara yang meliuk-liuk layaknya orang yang sedang mabuk.
Dia pun bangkit dan berdiri lalu hendak berjalan. Namun, tubuhnya yang memang dalam keadaan mabuk berat sama sekali tidak bisa dia kendalikan. Alhasil, tubuh Kelvin ambruk di atas lantai kini.
Bruk!
Kelvin benar-benar tersungkur di atas lantai. Tubuhnya tertelungkup dengan wajah yang menyentuh lantai kini. Sontak, Indah pun segera menghampiri dan membantunya untuk kembali berdiri tegak.
"Astaga ... Saya kata juga apa? Jangan minum terlalu banyak. Jadi gini 'kan?" gumam Indah meraih tubuh Kelvin dan membantunya untuk berdiri.
"Daddy ... Maafkan putramu ini karena harus pulang terlambat, tapi saya janji akan tetap datang ke kantor tepat waktu besok.'' Racau Kelvin melingkarkan tangannya di leher Indah.
"Kamu ngomong apaan si? Rumah kamu dimana, Kelvin? Aku akan mengantarkan kamu pulang."
"Hahahaha ... Kamu gak usah mengantarkan saya pulang segala, saya bisa pulang sendiri ko."
"Dasar ngaco, kamu mabuk berat mana bisa pulang sendiri," Indah tersenyum cengengesan.
Dengan segenap kekuatan yang dia miliki. Indah mencoba memapah tubuh Kelvin di tengah suasana ruangan yang remang-remang juga musik DJ yang terdengar menggelegar memekikkan telinga. Dia bahkan membantu Kelvin yang berkali-kali ambruk karena tubuhnya sama sekali tidak bisa mengimbangi bobot tubuh kekar pemuda berusia 29 tahun itu.
Sampai akhirnya, mereka berdua pun berhasil keluar dari dalam Klub malam dengan selamat. Namun, baru saja keduanya menginjakkan kaki tepat di depan gedung tersebut tiba-tiba saja tubuh Kelvin ambruk tidak sadarkan diri. Tentu saja, hal itu membuat Indah merasa terkejut dan juga panik.
Bruk!
Tubuh Kelvin ambruk dan tersungkur. Dia sama sekali bergeming persis seperti orang yang sedang pingsan. Suara dengkuran bahkan terdengar begitu nyaring. Kelvin tertidur lelap di pinggir jalan kini.
"Ya ampun! Pake tidur di sini segala lagi. Hey ... Bangun Kelvin. Alamat kamu dimana? Kemana aku harus mengantarkan kamu pulang,'' tanya Indah mengguncangkan tubuh Kelvin secara berkali-kali. Namun, pemuda itu tetap bergeming di tempatnya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumamnya lagi mengusap wajahnya kasar.
"Mau sampai kapan saya harus berpura-pura baik seperti ini, Dad? Mau sampai kapan saya jadi bonekanya Daddy? Saya ingin sekali saja menjadi diri saya sendiri." Kelvin tiba-tiba saja mengigau, suaranya terdengar lirih dan pilu di dengar seperti memendam begitu banyak kesedihan.
"Siapa kamu sebenarnya, Kelvin? Kenapa kamu bicara seolah-olah kamu adalah boneka dari ayah kamu sendiri. Sepertinya aku tidak ada pilihan lain lagi. Terpaksa aku harus membawa kamu ke hotel." Ucapan terakhir Indah sebelum dia benar-benar memapah tubuh Kelvin dan membawanya ke hotel.
***
Keesokan harinya.
"Huaaa ...!"
Kelvin merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, seluruh tubuhnya terasa begitu berat begitupun dengan kepalanya. Dia pun mengedipkan kedua matanya pelan dan menarik kelopaknya secara paksa, meskipun rasa kantuk itu masih terasa begitu menyiksa.
"Saya dimana?" gumam Kelvin menatap sekeliling dengan perasaan bingung karena dia bangun di tempat yang asing.
"Kamu sudah bangun?" Tiba-tiba terdengar suara indah yang saat berada di ranjang yang sama dengan dirinya, dan tentu saja hal itu membuat Kelvin merasa terkejut bukan kepalang.
"Kamu? Kenapa kamu bisa ada di sini?'' tanya Kelvin membulatkan bola matanya.
*****
"Kamu? Lagi ngapain kamu di sini? Kenapa saya bisa ada di sini? Astaga, jam berapa sekarang? Saya ada pekerjaan penting pagi ini,'' panik Kelvin berdiri dan hendak turun dari atas ranjang.
"Nanya-nya satu-satu dong. Yang mana dulu yang ingin kamu tanyakan?'' ketus Indah yang juga sudah duduk tegak sekarang.
"Gak usah, saya gak ada waktu. Saya harus segera pulang sekarang sekarang juga.''
"Hmm ... Kamu tidak penasaran dengan apa yang telah kita lakukan semalam?'' tanya Indah kemudian.
Tentu saja Kelvin seketika menghentikan gerakan tubuhnya yang hendak turun dari atas ranjang. Dia menoleh lalu menatap wajah Indah dengan tatapan tajam. Kemudian, dia pun menundukkan kepalanya menatap tubuhnya sendiri yang saat ini dalam keadaan setengah polos hanya menyisakan celana boxernya saja.
"Apa yang telah terjadi dengan kita tadi malam? Kita tidak melakukan hal apapun 'kan?" tanya Kelvin kemudian.
"Apa kamu benar-benar tidak ingat apapun tentang kejadian tadi malam?''
Kelvin menggelengkan kepalanya dengan perasaan bingung juga penuh tanda tanya. Dirinya pun mencoba untuk mengingat apa saja yang telah dia lakukan bersama wanita bernama Indah itu dan kenapa dirinya bisa berakhir dengan menginap di kamar hotel. Namun, sekeras apapun Kelvin berusaha dia sama sekali tidak dapat mengingat apapun.
"Jawab saya, Indah. Apa kita melakukan hal itu semalam?''
"Hal apa maksud kamu?"
"Ya ... Eu ... Hubungan terlarang. Saya tidak habis menodai kamu 'kan?''
"Hahahaha ... Kamu benar-benar gak ingat atau pura-pura gak ingat sih?''
"Jangan bertele, katakan saja yang sejujurnya.''
"Apa kamu pikir aku ini wanita murahan?"
"Jadi, kita gak melakukan hal itu 'kan?"
"Siapa bilang?"
"Astaga, Indah. Kalau ngomong itu yang jelas dong." Kelvin benar-benar merasa kesal.
"Nggak, kita gak ngelakuin apapun ko semalam. Kita cuma tidur satu ranjang, catat cuma tidur satu ranjang,'' ketus Indah penuh penekanan.
"Syukurlah, saya pikir saya telah benar-benar menodai kamu. Ya sudah kalau begitu, saya harus segera pulang sekarang."
Kelvin pun benar-benar turun dari atas ranjang lalu meraih pakaianya yang berserakan sembarang di atas lantai. Setelah pakaianya lengkap dia kenakan pemuda berusia 29 tahun itu pun hendak keluar dari dalam kamar hotel. Tentu saja hal itu membuat Indah merasa kesal, karena Kelvin tidak mengucapkan terima kasih sama sekali kepada dirinya karena telah menolong laki-laki itu semalam.
"Kamu mau pergi begitu saja?'' tanya Indah menatap wajah Kelvin dengan tatapan kesal.
"Saya buru-buru, Indah."
"Ya setidaknya ngucapin makasih gitu."
"Hahahaha ... Saya tidak meminta kamu untuk membawa saya ke sini. Untuk apa saya berterima kasih segala?''
"Dih, dasar laki-laki tidak tahu terima kasih,'' celetuk Indah kemudian.
Ceklek!
Pintu kamar pun di buka. Kelvin hendak keluar dari dalam kamar tersebut. Namun, tiba-tiba saja dia mengurungkan niatnya lalu kembali menatap wajah Indah kemudian.
"O iya, berapa nomor ponsel kamu? Siapa tahu saya butuh kamu buat menemani saya minum lain kali,'' tanya Kelvin kemudian.
"Gak usah tahu nomor ponsel aku segala. Hampir tiap malam aku datang ke tempat itu.''
"Oke, saya pulang dulu.'' Kelvin pun benar-benar keluar dari dalam kamar hotel dan tidak mengucapkan kata terima kasih sama sekali.
'Siapa kamu sebenarnya, Kelvin? Apakah kamu benar-benar putra dari seorang pejabat tinggi?' (batin Indah.)
***
Ceklek ...
Kelvin membuka pintu rumahnya. Dia pun menatap sekeliling rumah dengan tatapan waspada juga jantung yang berdetak kencang kini. Jika boleh berkata jujur, dirinya benar-benar merasa ketakutan akan berhadapan dengan sang ayah. Karena ini adalah kali pertamanya dia membantah printah Tuan Alamsyah. Ini kali pertamanya juga dia tidak pulang semalaman.
Tuk ... Tuk ... Tuk ...
Suara sepatu yang sedikit di tahan. Namun, masih terdengar memecah keheningan. Kelvin pun celingak-celinguk berharap bahwa sang ayah tidak menyadari kedatangannya. Sampai akhirnya, dia pun seketika menghentikan langkah kakinya saat mendengar suara pintu kamar yang buka lebar.
Ceklek!
"Darimana kamu semalam, Kelvin?" terdengar suara sang ayah seraya berjalan menghampiri dengan perasaan kesal lengkap dengan tatapan tajam.
"Maaf, Dad. Semalam saya--"
Plak!
Tiba-tiba saja, Tuan Alamsyah melayangkan tamparan keras di rahangnya kini. Tentu saja apa yang baru saja dilakukan oleh ayahnya itu benar-benar membuat Kelvin merasa terkejut dan merasa tidak percaya. Ini adalah kali pertamanya sang ayah menampar dirinya.
"Argh ... Kenapa Daddy nampar saya kayak gini?" ringis Kelvin mengusap rahangnya yang saat ini terasa perih.
"Kenapa? Kenapa katamu? Dari mana saja kamu semalam? Kenapa kamu tidak pulang sama sekali?''
"Hanya gara-gara saya gak pulang, Daddy sampai menampar saya seperti ini?"
Plak!
Satu tamparan kembali melayang di rahangnya sebelah kiri. Tuan Alamsyah benar-benar merasa murka karena sang putra bukanya minta maaf dan mengakui kesalahan kini malah balas berteriak kepadanya. Ini adalah pertama kalinya Kelvin sang putra berani melakukan hal itu kepadanya.
"Argh! Sakit, Dad!"
"Apa kamu lupa kamu itu siapa? Kamu adalah putra dari Tuan Alamsyah, Putra dari seorang Mentri, apa pantas kamu pulang pagi, hah?" teriak Tuan Alamsyah benar-benar merasa murka.
"Sampai kapan saya jadi boneka Daddy? Kapan saya bisa menjalani kehidupan saya sendiri tanpa di atur dan bebas melakukan apapun," Kelvin balas berteriak kencang membuat sang ayah merasa tercengang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!