NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikah Dengan Mafia

Menolak

"Sylvia sayang, dengarkan mommy!! Apapun yang terjadi jangan pernah keluar dari sini. Kau harus diam sampai polisi datang . Apa kau mengerti?"

Seorang wanita terlihat gelisah dalam tidurnya. Dia menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan dengan keringat yang menetes di pelipisnya. Dan tidak lama setelah itu, dia membuka matanya dan berteriak histeris.

"TIDAAKKK!!!" wanita itu terbangun dengan air mata yang menetes, nafasnya terengah-engah mendapatkan mimpi yang sama setiap malamnya. Dia mengusap kasar wajahnya dan mulai mengatur nafasnya secara perlahan.

"Lagi-lagi mimpi itu." gumamnya pelan. Dia melirik jam yang menempel di dinding kamarnya yang udah menunjukkan pukul 5 pagi.

Wanita itu beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Hari ini dia berencana melakukan hal yang menyenangkan yang akan membuatnya melupakan sejenak beban hidupnya.

...****************...

Brakh..

"Aku tidak mau tahu, kau harus segera melunasi semua hutang mu, jika tidak, kami akan menyita rumahmu." teriak si penagih hutang.

"Tolong beri kami waktu sedikit lagi, Tuan." seorang wanita paruh baya bersujud di bawah kaki si penagih hutang, meminta untuk di beri waktu untuk melunasi semua hutang nya.

"Berapa kali tuan kami memberi kalian kelonggaran, hah?" bentak pria itu

"Ini kesempatan terakhir. Jika kalian masih tetap tidak bisa melunasi hutang kalian maka kami akan menyita rumah kalian, kecuali...

"Kecuali apa Tuan?" tanya wanita paruh baya itu

"Kau memberikan putrimu pada Tuan kami."

Deg

"Ayo kita pergi!!" segerombolan orang penagih hutang, pergi meninggalkan rumah tersebut meninggalkan sepasang suami istri yang masih tertegun karena syok.

...****************...

"What? Are you kidding me? Daddy meminta ku untuk menikah dengan pria yang tidak aku kenal?" Sylvia begitu geram mendengar orang tua nya dengan mudah memintanya untuk menikah dengan orang yang tidak dia kenal sebagai pelunas hutang yang mereka lakukan.

"Come on Sylvia, bantu Daddy!! Daddy tidak mempunyai pilihan lain. Jika tidak, mereka akan menyita rumah kita." Isaac memelas. Dia akui dia telah salah berhutang pada seorang mafia. Tapi mau bagaimana lagi, saat itu dia sangat membutuhkan uang. Apalagi sekarang dia tidak bekerja lagi dan Sylvia juga sedang cuti. Uang yang di berikan putri nya itu juga tidak akan bisa menutup semua hutang-hutangnya walau hanya setengahnya saja.

"Tapi dad, pasti ada cara lain untuk melunasi hutang Daddy, kan? Tanpa aku harus menikah dengan pria itu."

"Maafkan kami, Sylvia. Tapi kami terpaksa waktu itu. Lagipula kami berhutang juga untuk memasukan mu ke akademi kepolisian. Kami berhutang pada mereka untuk membiayai mu yang sangat ingin menjadi polisi. Dan semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit."

Sylvia mengusap wajahnya kasar. Lagi-lagi alasan itu yang ibunya gunakan untuk menyerang dirinya. Dia akui untuk menjadi anggota polisi di butuhkan uang yang banyak. Dan untuk mewujudkannya, dia tidak menyangka jika orangtuanya harus berhutang pada seorang mafia.

Sylvia adalah seorang anggota polisi. Dia menjadi polisi karena ingin meneruskan tugas mendiang ayah kandungnya yang seorang kepala polisi. Selain itu, alasan terpenting dia menjadi polisi adalah untuk mengungkap kematian kedua orangtuanya yang di bantai secara brutal saat dia masih berusia 3 tahun.

Saat itu, dia selamat karena ibunya menyembunyikannya di lemari dan memintanya untuk tidak keluar. Dari tempat persembunyiannya, dia melihat ibunya di bantai begitu keji. Tidak ada ketakutan di dalam dirinya. Dia hanya menatap ibunya yang tergeletak bersimbah darah dengan tatapan kosong.

Polisi yang menangani kasus kematian ayah dan ibunya tidak menemukan titik terang. Karena tidak ada bukti, lama kelamaan kasus itu ditutup.

Setelah dewasa, Sylvia masuk ke akademi kepolisian. Dia mengumpulkan bukti yang dia dapatkan dari hasil penyelidikan polisi yang menangani kasus tersebut.

Dan sekarang dia terpilih menjadi anggota polisi terbaik. Bahkan banyak badan intelijen yang ingin merekrut nya menjadi salah satu bagian dari mereka.

FBI, CIA, dan Badan Keamanan Nasional, Semua itu badan intelijen yang di miliki negaranya. Dan semua menawarinya untuk bergabung dengan berbagai iming-iming yang menggiurkan.

Tapi bukan karena itu yang menjadikan Sylvia mempertimbangkan pinangan mereka, tapi dia sedang menimang-nimang badan intelijen mana yang bisa membantunya menangani kasus kematian kedua orang tuanya.

Dia yakin jika terjadi konspirasi, karena ayahnya adalah kepala polisi yang jujur dan sangat di segani. Tidak hanya musuh yang menyimpan dendam pada ayahnya, tapi sylvia yakin banyak rekan ayahnya yang iri pada keberhasilan yang di capai ayahnya.

"Kau mau kan, Sylvia?"

"Mom, aku tidak bisa. Tapi aku akan mencari cara untuk melunasi hutang-hutang kita." seru Sylvia

"Bagaimana kau akan melunasi nya, Sylvia? Sekarang saja kau sedang cuti panjang. Gajimu juga tidak akan bisa menutup hutang kami walau hanya setengahnya. Dia sangat licik. Dia memberikan pinjaman dengan bunga yang kecil, tapi setelah kami berhutang banyak padanya, dia justru Menaikkan bunganya setiap kami tidak bisa membayarnya."

Sylvia mengusap wajahnya kasar. Dia tidak tahu jika semua itu terjadi pada mereka. Gajinya memang tidak seberapa, di tambah sekarang dia di beri cuti panjang oleh atasannya.

Dia menyetujui cuti yang di berikan atasannya karena dia ingin menenangkan dirinya setelah kehilangan salah satu rekan sesama anggota polisi yang tewas saat menjalankan tugas.

Dia adalah teman dekat Sylvia saat berada di akademi kepolisian. Karena itu, dia sangat dekat dengan rekannya tersebut. Dan saat melihat rekannya gugur, dia sangat sedih dan atasannya memberinya cuti panjang untuk menenangkan pikiran.

Tapi sekarang, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba orangtuanya memintanya untuk menikah sebagai pelunas hutang ayahnya. Gila!!

Sepertinya dia harus segera mengambil keputusan untuk menerima pinangan salah satu badan intelijen yang menawarkan gaji yang lebih besar. Tapi sekali lagi dia tidak mau salah jalan.

"Sylvia, please!!! Bantu kami!! Kami sudah meminta kelonggaran waktu, tapi Dia hanya menginginkan mu untuk melunasi hutang kami. Dia ingin menikah dengan mu, nak."

"Aku tidak mau. Sekali tidak mau tetap tidak mau." tolak Sylvia tegas. Dia hanya akan menikah dengan orang yang dia cintai. Dan bukan karena paksaan apalagi sebagai pelunas hutang. Apa mereka sama sekali tidak memikirkan perasaannya? Huh... Andai kedua orangtuanya masih hidup, pasti semua ini tidak akan pernah terjadi.

"Jika kau menolak, itu artinya kau siap kehilangan kami, Sylvia. Maaf, sudah memaksamu melakukan hal yang tidak kau suka." Issac dan istrinya pergi setelah mendengar penolakan dari putrinya. Mungkin mereka terlihat seperti orang yang kejam, tapi mau bagaimana lagi. Tuan Anthony hanya menginginkan Sylvia. Sepertinya setelah ini, mereka harus menemui Tuan Anthony dan memohon untuk diberi waktu beberapa hari lagi.

"Maafkan Aku, mom, dad. Bukannya aku tidak menyayangi kalian, tapi aku tidak mau hidup dengan orang yang tidak aku cintai." gumam Sylvia yang melihat punggung Issac dan Debora menghilang dari balik pintu.

Tertangkap

"Jadi dia menolak?" tanya seorang pria tampan dengan garis mata yang tajam, rahang yang kokoh dan tubuh yang atletis. Dia duduk di kursi kebesarannya di perusahaan ABX Company, salah satu Perusahaan besar di Amerika.

"Iya, tuan. Issac Delwyn baru saja menghubungi ku. Dia meminta kelonggaran waktu untuk mencicil hutangnya." seru Daniel Ethan. Dia adalah asisten pribadi sekaligus tangan kanan Mafia Hell Demon.

Pria itu menyunggingkan seringainya. Dia berdiri dan mengambil salah satu koleksi Wine nya. Dia menuangkan Wine Cheval Blanc yang berasal dari Prancis yang ia dapatkan di salah satu pelelangan dengan harga US$ 300ribu. Pria itu menyesap Secara perlahan wine tersebut dan membayangkan betapa beraninya calon istrinya. Dia merasa tertantang dengan penolakan dari putri Issac.

Pria yang tidak lain adalah Anthony Brylee Xavier, adalah seorang pengusaha sukses yang merangkap menjadi King mafia Hell Demon. Dia di kenal kejam dan tidak mengenal belas kasih. Usahanya di dunia hitam pun tidak main-main. Selain menjual senjata, dia juga memperjualbelikan obat-obatan terlarang, membuka usaha perjudian dan juga perdagangan manusia jika memang ada yang membutuhkannya.

Organisasi Mafia yang sudah dia jalani selama bertahun-tahun membuatnya menjadi pria yang paling di takuti. Bahkan polisi pun segan padanya. Beberapa kali dia di tangkap oleh polisi yang tidak mengenal dirinya. Tapi pada akhirnya dia di bebaskan. Justru polisi yang menangkapnya berakhir mengenaskan.

Selama ini tidak ada yang berani padanya, kecuali satu. Seorang wanita yang berhasil mencuri hatinya. Dia adalah Sylvia Delwyn. Saat melakukan transaksi di salah satu Bar terbesar di Amerika, Anthony dan yang lain di kepung oleh beberapa penegak hukum yang tergabung dalam badan intelijen As. Dan Sylvia yang merupakan anggota kepolisian, ikut bergabung dalam penyergapan tersebut.

Anthony tertangkap tapi tidak berapa lama kemudian, dia di lepaskan. Sylvia merasa ada yang tidak beres dan mencoba mengikuti Anthony, hingga terjadi pertarungan antara keduanya.

Untuk pertama kalinya ada yang berhasil melukai Anthony dan itu seorang wanita. Sylvia menangkap kembali Anthony dan membawanya ke markas untuk di mintai keterangan.

Rekan-rekan Sylvia angkat tangan karena tidak mau berurusan dengan Anthony tapi hal itu tidak membuat Sylvia menyerah. Dia mengintrogasi Anthony dan menetapkan Anthony sebagai tersangka. Tapi walaupun begitu, tidak lama kemudian Anthony di bebaskan. Dan hal itu membuat Sylvia marah . Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Sejak peristiwa itu, Anthony mulai tertarik pada Sylvia. Jantungnya berdebar saat mengingat mata tajam dari Sylvia yang menatapnya. Untuk itu, saat dia tahu jika ayah Sylvia meminjam uang padanya, Anthony kembali menawarkan uang yang banyak dengan bunga yang kecil pada Issac dan istrinya. Dan sesuai dugaannya, mereka tergiur. Dan lama kelamaan hutang mereka semakin menumpuk. Hal itu dia jadikan senjata untuk menekan Issac dan meminta Sylvia sebagai pelunas hutang Issac.

"Jadi, bagaimana sekarang, Tuan?" tanya Daniel.

"Apalagi? Tentu saja kita gunakan cara kedua. Jika dia tidak mau suka rela maka kita harus memaksa." seringai Anthony.

"Siapkan bodyguard!!! Kita kunjungi rumah calon istri ku sekarang juga." titah Anthony.

"Baik." Daniel meninggalkan ruangan Anthony dan melaksanakan perintah bosnya itu.

"Sylvia Delwyn, tunggu kedatangan ku, sayang." seringai Anthony.

*

*

*

*

*

Sementara itu, Sylvia baru saja pulang dari perkebunan anggur milik Tuan Benjamin. Dia berbincang dengan teman-temannya sesama pekerja dan sesekali mereka tertawa. Sepertinya Sylvia sudah melupakan tentang permintaan aneh dari orangtuanya. Tapi sayangnya hal buruk telah terjadi.

"SYLVIA!!!" teriak Emily salah satu tetangga Sylvia. Dia berlari menemui Sylvia karena ada hal gawat telah terjadi.

"Emi, Ada apa? Kenapa kau berlari seperti itu?" tanya Sylvia.

"Ini gawat!!! I_itu... Itu....

"Hei, bicara yang jelas!! Kau tidak menjadi gagap karena terlalu jauh berlari kan?" seru Barbara, salah satu teman Sylvia

"Ck.. Diamlah...!!"

"Pelan-pelan, Emi. Ambil nafas dalam, Hembuskan!! Lakukan sekali lagi." titah Sylvia.

Emily menirukan hal yang dilakukan Sylvia. Dia mengambil nafas dalam, dan menghembuskannya.

"Lagi, Ambil nafas dalam, tahan!!!"

Dan bodohnya, Emily justru menahan nafasnya. Tentu saja hal itu menjadi bahan tertawaan Sylvia dan yang lainnya.

"Kau mau membunuhku ya." sungut Emily

"Maafkan aku, Emi. Lagipula kau sangat mudah untuk di tipu. Jadi sekarang, katakan!! apa yang terjadi? kenapa kau berlari seperti di kejar hantu?" tanya Sylvia

"Ini lebih dari sekedar hantu, Sylvia. Mereka sangat menakutkan. Dan mereka sekarang ada di rumahmu. Mereka menangkap uncle dan aunty . Bahkan mengobrak-abrik isi rumahmu."

Deg

Senyum Sylvia memudar. Menangkap ayah dan ibunya? Jangan-jangan mereka adalah si penagih hutang. Gawat!!!

Sylvia langsung berlari meninggalkan teman-temannya. Dia takut ayah dan ibunya benar-benar akan di bunuh oleh mereka. Ini tidak bisa di biarkan.

Sylvia terus berlari. Jarak yang seharusnya di tempuh dalam waktu 1 jam, bisa dia lewati dengan waktu beberapa menit saja.

Banyak orang-orang yang menatap heran Sylvia karena mampu berlari begitu cepat. Itu wajar, karena tidak ada yang tahu jika Sylvia adalah seorang anggota polisi. Identitasnya di rahasiakan oleh negara. Dan selama ini mereka hanya tahu jika Sylvia pergi merantau dan kembali karena cuti bekerja.

Sylvia sampai di rumah. Dia masuk dengan tergesa-gesa dan melihat isi rumahnya yang sudah porak poranda.

"Mommy!!! Daddy!!" teriak Sylvia. Dia mencari Issac dan Debora di setiap ruangan. Tapi mereka tidak ada di manapun. Sial!! Sepertinya mereka membawa orangtuanya.

Sylvia menghela nafas panjang. Dia mencoba menenangkan dirinya dan mulai mencari petunjuk. Tidak ada yang hilang, tapi semuanya hancur. Sebenarnya apa yang mereka inginkan? Apa semua ini terjadi karena perkelahian? Tapi ayahnya tidak bisa bela diri. Jadi seharusnya tidak terjadi kerusakan di rumahnya.

Saat Sylvia bergulat dengan pemikirannya, tiba-tiba telepon rumahnya berdering. Sylvia bergegas mengangkat nya karena dia yakin, itu dari si penagih hutang.

"S_sylvia.."

Deg

"Daddy?" lirih Sylvia

Terdengar benturan keras dan suara Issac yang kesakitan. Sylvia mengepalkan tangannya. "Lepaskan Daddy, Bastard!!" teriak Sylvia

Terdengar suara tawa di seberang sana. "Masih sama seperti dulu. Sangat berani. Jika kau ingin mereka selamat, datang ke alamat 666 Bougenville Avenue St. Anak buahku akan menjemputmu di sana." tanpa mendengar jawaban dari Sylvia, pria ini memutuskan sambungan telepon begitu saja.

Sylvia mengepalkan tangannya. Dia mengambil senjata api dan dua belati yang ia sembunyikan di pahanya untuk berjaga-jaga. Dia tidak tahu siapa lawannya kali ini, jadi dia harus berhati-hati.

Selesai bersiap, dia bergegas pergi ke alamat yang di sebutkan pria yang entah siapa. Dia harus segera sampai, jika tidak nyawa orangtuanya bisa melayang.

Aku Akan Menikah Denganmu

Sylvia menyetop taksi yang lewat. Dia masuk kedalam taksi dan menyebutkan alamat tujuannya. "666 Bougenville Avenue St, Sir." seru Sylvia

"Baik Nona." Sopir taksi menginjak pedal gas dan mengantar Sylvia ke alamat tersebut.

Di sepanjang perjalanan, Sylvia menatap keluar jendela mobil. Sebagai anggota polisi, pasti saat ini dia terlihat seperti orang bodoh yang tidak merancang strategi terlebih dahulu untuk menolong orangtuanya. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak mempunyai waktu yang cukup untuk merancang strategi. Bisa-bisa nyawa mereka melayang sebelum dia datang.

Sylvia memejamkan matanya. Kenapa dia harus menghadapi hal seperti ini lagi? Selama ini dia menantang bahaya dengan menjadi anggota polisi. Dan setelah peristiwa yang merenggut nyawa rekan sekaligus sahabatnya, membuat tubuhnya bergetar. Bukan karena dia takut menghadapi musuh, tapi dia takut tidak bisa menyelamatkan ayah dan ibunya.

Setelah seminggu lebih mengambil cuti, dia merasa sedikit tenang dengan menghabiskan waktunya dengan teman-temannya di perkebunan anggur milik tuan Benjamin. Dia seolah lupa siapa dirinya. Tapi sekarang dia kembali harus mengangkat senjata untuk menyelamatkan ayah dan ibunya. Dia hanya bisa berharap jika lawannya kali ini hanya rentenir biasa yang mengandalkan orang-orang bodoh untuk berlindung. Jika tidak, mungkin nyawanya akan melayang.

"Kita sudah sampai, Nona." seru sopir taksi

"Apa kau yakin ini tempatnya, Sir?" tanya Sylvia.

"Tentu saja, nona. Alamat yang tertera sama dengan alamat yang kau sebutkan tadi."

Sylvia melihat alamat yang terpampang di atas gerbang. Memang tertulis 666 Bougenville Avenue St. Tapi yang Sylvia lihat di dalam sana hanya tanah lapang yang penuh dengan pepohonan.

Sylvia tidak mau ambil pusing. Dia membayar argo taksi dan keluar dari taksi. " Terimakasih, Sir."

"Sama-sama nona." jawab si sopir taksi yang langsung tancap gas meninggalkan Sylvia.

Wanita itu menatap gerbang dengan tulisan 666 Bougenville Avenue St. Angka 666 mengingatkan nya dengan angka iblis, bahkan ada yang mengaitkannya dengan kematian. Apa itu artinya orang yang menelponnya tadi titisan iblis?

Sylvia melihat kedalam pagar yang terlihat seperti hutan. Apa alamat yang diberikan orang itu benar? Kenapa tidak ada rumah di dalam sana? Yang dia lihat hanya pepohonan saja.

Cukup lama Sylvia berdiri di sana. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan ayah dan ibunya dan menghajar orang yang telah menangkap mereka.

Dia mencoba membuka gerbang tersebut, tapi gerbang itu sama sekali tidak terbuka. Dia mencari di sekitar gerbang apakah ada bell atau apapun untuk membuka gerbang tersebut. Tapi nihil. Sial..!! Sepertinya dia harus bersabar menunggu orang dalam menyadari jika dia sudah datang.

Sylvia memilih mengecek senjata apinya. Pelurunya penuh, cukup untuk membunuh beberapa orang. Dia kembali menyembunyikan senjatanya di paha dan menutupinya dengan dress nya saat mendengar suara mobil yang mendekat.

Sylvia berdiri menatap mobil hitam yang datang dari arah dalam sana. Dan setelah mobil itu sampai di dekat gerbang, tiba-tiba gerbang itu terbuka secara otomatis.

"Wow." gumam Sylvia

Pria bertubuh besar turun dari mobil dan membukakan pintu belakang. "Silahkan Miss!!"

Dengan kewaspadaan tingkat dewa, Sylvia masuk kedalam mobil. Dia memperhatikan kedua orang yang duduk di depan. "Mereka pasti bodyguard orang itu. Lalu kemana mereka akan membawaku?" batin Sylvia. Dia menatap keluar jendela yang hanya ada pepohonan saja. Ini gila, apa mereka tinggal di tengah hutan?

Tidak berapa lama mereka sampai di sebuah bangunan yang megah. Dan lagi-lagi pagar rumah tersebut terbuka otomatis saat mereka melewati nya. Benar-benar menakjubkan. Tapi hal itu justru membuat Sylvia ragu. Apakah dia bisa selamat dari sana dan bisa menolong orangtuanya atau tidak. Selain jarak gerbang dengan rumah ini sangat jauh, di rumah ini banyak bodyguard yang berjaga.

"Silahkan Miss. Tuan sudah menunggu anda." Bodyguard membukakan pintu mobil untuk Sylvia dan menuntunnya masuk ke rumah mewah tersebut.

Sylvia berjalan dengan tenang. Ekor matanya melirik kesana kemari memperhatikan interior design rumah tersebut. Penuh dengan patung binatang buas dan bernuansa gelap. Benar-benar menyeramkan.

"Silahkan masuk Miss." Bodyguard membuka pintu berwarna coklat tua dan mempersilahkan Sylvia untuk masuk.

Sylvia melirik sekilas bodyguard tersebut dan melangkah masuk. Dia berusaha untuk tetap tenang dan waspada.

"Akhirnya kau datang juga, sayang." seru seorang pria yang duduk di kursi yang membelakanginya.

"Siapa kau? dan dimana Mommy dan Daddy?" tanya Sylvia.

Pria yang tidak lain adalah Anthony, tertawa mendengar suara lantang Sylvia. Dia memutar kursi kebesarannya hingga berhadapan dengan Sylvia.

"Kau sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan mereka, ya."

Sylvia menatap Anthony penuh kebencian. Dia mulai waspada apalagi pria itu mulai mendekat.

"Aku akan melepaskan mereka , tapi kau harus menikah dengan ku."

"Cih.. Sampai kapanpun aku tidak akan mau menikah dengan pria sepertimu."

"Wah, kata-katamu terdengar begitu menyakitkan, honey. Tapi sayangnya kau tidak punya pilihan karena mereka berhutang padaku. Dan mereka tidak akan bisa membayarnya."

"Aku yang akan membayarnya. Sekarang, cepat kau lepaskan mereka." teriak Sylvia

"Benarkah? Kau akan membayar hutang ayahmu? Apa kau tahu berapa jumlah hutang mereka, hm?" Anthony kembali ke mejanya dan mengambil sebuah map. "Lihatlah!! Ini jumlah hutang ayahmu yang menumpuk sejak beberapa tahun yang lalu."

Sylvia menatap tajam Anthony dan mengambil map yang berada di meja. Dia membuka map tersebut dan membacanya.

"WHAT??" pekik Sylvia. Apa dia tidak salah lihat? Kenapa hutang ayahnya banyak sekali?

"Itu jumlah keseluruhan hutang ayahmu. Jika kau tidak percaya, kau bisa bertanya padanya. Jadi....

Anthony mendekat dan berdiri tepat di hadapan Sylvia. "Bagaimana kau akan membayarnya, sayang."

Sylvia mendorong Anthony. "Aku akan mencicilnya."

"Mencicil? Apa kau bercanda, Sylvia? Kau menghabiskan seumur hidupmu untuk bekerja pun, kau tidak akan bisa melunasi nya." Anthony duduk di tepi meja. Dia melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau tidak punya pilihan lain selain menikah dengan ku, sayang."

"Dalam mimpi mu." Dengan gerakan cepat, Sylvia melempar belati ke arah Anthony. Tapi sayangnya, Anthony bisa menghindar sehingga belati tersebut mengenai kaca lemari buku milik Anthony.

Pyarr

Sylvia kembali melempar belati miliknya dan berhasil mengenai lengan Anthony.

"****." umpat Anthony.

Mendengar ada keributan di ruangan Bos nya, bodyguard yang berjaga di depan pintu segera masuk dan mengarahkan pistol pada Sylvia.

"Angkat tangan!!"

Sylvia menoleh dan menyeringai. Dengan secepat kilat dia menarik pistolnya dan menembak tangan para bodyguard sehingga pistol mereka terjatuh.

Dor

Dor

Dor

"Arggh..." Para bodyguard berteriak dan memegang tangan mereka yang tertembak.

Melihat hal itu, Sylvia mengambil kesempatan untuk menyerang Anthony. Tapi sayangnya seseorang datang dan berhasil menghentikan aksinya.

"Jangan bergerak, atau aku akan menembak kepalanya." Daniel, asisten pribadi Anthony datang dengan menodongkan pistol ke pelipis Issac.

"Daddy!!!" lirih Sylvia

Issac terlihat tenang dan tersenyum menatap Sylvia. Mungkin dia sudah pasrah. Dia tahu jika nyawanya tidak akan selamat. Tapi hal itu justru membuat hati Sylvia merasa sesak. Apalagi melihat keadaan ayahnya yang penuh dengan luka lebam. Itu pasti sakit.

"Aku akui kau sangat hebat, Sayang." Anthony mengambil pistol di laci dan menembak para bodyguard tepat di kepala mereka.

Dor

Dor

Dor

Sylvia tersentak. Dia tertegun dengan apa yang dia lihat. Dengan mudahnya dia membunuh anak buahnya dengan wajah tanpa dosa. Apa pria ini sudah gila? pikir Sylvia

"Yang tidak berguna harus di singkirkan." seru Anthony. Dia mendekati Issac dan menodongkan senjata kearah Issac.

"Kau rela mengorbankan nyawamu untuk melindungi negara. Tapi kau tidak mau melindungi orang yang sudah membesarkan mu. Miris."

Sylvia mengepalkan tangannya. Sekarang dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia terjebak di sana. Jika dia melawan, maka Issac akan kehilangan nyawanya. Tapi jika dia diam saja, dia harus menikah dengan pria gila di depannya.

"Aku hitung sampai tiga. Kau memilih melihat ayahmu mati mengenaskan atau menikah denganku."

"Tidak!!! Jangan bunuh suamiku!!" Debora berteriak histeris melihat Anthony menodongkan pistol tepat di pelipis Issac

"Satu....

Sylvia memejamkan matanya. Tiba-tiba peristiwa pembunuhan kedua orang tuanya dan kematian sahabatnya muncul di memori ingatan nya.

"Dua....

Anthony menarik pelatuk dan siap menembak Issac.

"Ti....

"Stop!!!" teriak Sylvia

"Ok Fine. You win. Aku akan menikah dengan mu." seru Sylvia. Tidak ada pilihan lain. Dia tidak mau orang yang sudah merawat dan membesarkannya, mati mengenaskan di depan matanya. Cukup dua kali dia mengalami kejadian yang mengerikan itu.

"Sylvia." lirih Issac

"Pilihan yang bagus." Anthony menyimpan kembali pistolnya.

"Bawa dia ke rumah sakit dan minta dokter untuk memberikan perawatan yang intensif. Aku yang akan menanggung biaya pengobatannya." titah Anthony

"Baik Tuan." Daniel membawa Issac dan Debora ke rumah sakit sesuai perintah Anthony. Dia juga meminta bodyguard yang lain untuk membereskan mayat bodyguard yang tergeletak di dalam ruangan Anthony.

Sekarang, di ruangan itu tinggal Anthony dan Sylvia saja. Anthony mendekati Sylvia dan mengusap wajah wanita yang berhasil melukainya lagi.

"Aku senang kau mau menikah denganku, sayang. Aku berjanji akan memberikan apapun yang kau inginkan."

Sylvia menatap tajam kedua mata Anthony. Dia mau menikah karena terpaksa. Tapi pria ini menganggap dirinya melakukannya dengan suka rela. Konyol.

Sebenarnya Sylvia merasa tidak asing dengan pria itu. Dia kembali mengingat-ingat apakah mereka pernah bertemu sebelumnya. Tapi nihil. Dia sama sekali tidak mengingatnya.

"Ada apa, hm?" tanya Anthony yang melihat Sylvia seolah kebingungan

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Anthony tertawa, dia menarik pinggang Sylvia hingga tubuh mereka saling merapat. "Kau sungguh tidak mengingat ku?"

Sylvia menggelengkan kepalanya. Apa itu artinya mereka pernah bertemu sebelumnya. Tapi dia benar-benar tidak mengingatnya.

"6 tahun yang lalu. Di bar Terra Blue"

Deg

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!