NovelToon NovelToon

Buru-buru Nikah

Bab 1. Hari Senin Sialan

...🍁🍁🍁...

Disebuah sekolah megah, elit dan bisa dibilang sekolah untuk anak-anak high class, bernama SMA Pancasila. Terlihat banyak siswa-siswi berseragam putih abu lengkap dengan jas sekolah mereka yang berwarna biru tua, sedang berjalan masuk ke dalam area sekolah elit tersebut.

Hari itu adalah hari Senin, hari dimana semua orang memulai aktivitas mereka. Entah itu seorang karyawan kantoran, guru, pedagang, maupun siswa di sekolah. Tapi bagi sebagian orang, hari Senin itu menyebalkan. Termasuk bagi seorang Arjuna Mahardika, seorang siswa yang dikenal sebagai si nol besar di sekolahnya dan sudah 2 tahun ia berada di kelas 2 SMA, alias tidak naik kelas. Ia sangat benci hari Senin. Benci upacara bendera dan benci belajar. Hari ini ia berencana untuk bolos sekolah lagi bersama teman-temannya yang di juluki sebagai Geng Thanos yang terdiri dari Arjuna, Bian, Choki dan Damar. Gabungan dari anak kelas IPA dan IPS yang terkenal nakal.

Rencananya hari ini mereka akan bolos sekolah dan Juna yang mengajaknya. Sebelum upacara bendera di mulai si geng Thanos berkumpul di depan gerbang sekolah.

"Jun, serius lo mau bolos hah? Hari ini di kelas lo kan ada pelajaran Bu Berlin, bro." ujar Choki pada seorang pria berparas tampan dengan sepasang mata berwarna coklat muda itu. Dia adalah Arjuna, biasa dipanggil Juna. Choki sendiri adalah teman dekat Juna, dia dari kelas IPS 1.

"Terus gue harus takut sama si killer itu? Sorry man, gue gak suka diatur-atur. Ini hidup gue, suka-suka gue." kata Juna sambil memakai helmnya kembali dan menaiki motor sportnya yang berwarna merah. Ya beginilah Juna, jiwanya bebas dan tak suka diatur. Ketika semua orang taat dengan peraturan sekolah, maka dia adalah sebaliknya. Setiap ditegur atau mendapatkan hukuman dari guru di sekolahnya, Juna bisa ibaratkan masuk ke telinga kiri keluar telinga kanan.

"Kagak bisa besok aja Jun bolosnya, hari ini gue ada ulangan Miss Yuli bro!" seru Damar mengingatkan Juna. Miss Yuli, dia adalah guru bahasa Inggris.

"Justru mending bolos hari Senin bro, hari senin kan nyebelin banget." cetus Juna seraya nyengir menunjukkan deretan giginya yang putih dan rapi.

"Ya udah kalau lo emang mau bolos, lo bolos aja sendiri. Gue kagak ikutan." Bian angkat tangan, kali ini ia tak mau ikutan bolos dengan Juna sebab ia ada ulangan hari ini sama seperti Damar. Mereka kan satu kelas, beda dengan Juna yang kelas IPA sendiri, kelas IPA 1 yaitu kelas IPA unggulan. Kenapa Juna bisa berada di kelas unggulan? Ya, itu karena ia cerdas tapi malas dan sengaja tidak naik kelas demi satu kelas dengan seseorang yang sudah ia taksir sejak SMP.

"Jun, kalau ketahuan si Ghea bisa mampus lo. Lo gak mau kan citra lo dimata si Ghea jadi makin rusak?" tanya Damar yang membuat Juna terdiam. Ia memutar kunci motornya dan otomatis mematikan mesin motor itu.

"Dia taunya gue lagi sakit, gue tadi kan udah izin sama dia kalau gue gak bakal masuk kelas. Tadi gue ketemu dia, haha." ada-ada saja alasan Juna untuk bolos sekolah, ia bahkan izin pada Ghea si ketua kelas IPA 1. Wanita yang Juna sukai dari SMP.

"Dan--apa dia percaya sama lo Jun?" tanya Choki sembari berkacak pinggang.

Juna tersenyum percaya diri. "Iya dong, dia juga kan naksir sama gue."

"Kalau iya dia naksir lo, kenapa kalian masih belum jadian sampe sekarang? Pede banget lo!" kata Bian terkekeh.

"Semua kan perlu proses bro. Apa jangan-jangan kalian nggak tahu apa yang namanya PDKT?"ucap Juna seraya memutar kembali kunci motornya dan menyalakan mesinnya. Ia benar-benar akan pergi kali ini, untuk membolos.

"Pdkt mulu, jadiannya belum." cibir Choki dengan senyuman dingin di bibirnya.

"Gue pastiin pas udah beres ujian tengah semester, gue bakal nyatain cinta sama dia dan dia bakal jadi cewek gue!" kata Juna dengan percaya diri. Ya, dia pastikan wanita bernama Gheana Safira itu menjadi kekasihnya nanti.

Dalam hati Damar mengumpat Juna, 'Itu gak bakalan terjadi Jun, Ghea gak bakal jadi milik lo'

"Oke, gue yakin lo bisa dapetin Ghea." kata Damar sambil tersenyum sok mendukung temannya itu.

"Thanks Mar, lo emang paling ngertiin gue. Kalau gitu, gue pergi dulu bro." pamit Juna, kemudian remaja berusia 18 tahun itu melajukan motornya dengan ngebut.

Tak lama kemudian terdengar suara bel sekolah berbunyi dengan suara khas dan menandakan bahwa upacara bendera akan segera di mulai.Choki, Damar dan Bian pun akhirnya pergi dari gerbang sekolah, menuju ke lapangan tempat semua siswa kini berkumpul disana.

****

Juna naik motor sportnya dengan ugal-ugalan, seolah dia adalah penguasa jalanan. Jiwa mudanya bergejolak, bebas, nakal dan liar. Namun kali ini ia tak bisa menjadi penguasa jalanan, sebab ada seorang gadis yang mengenakan seragam putih abu mengendarai sepedanya ditengah jalan. Gadis berkacamata itu sungguh menganggu jalannya.

"Woy bego! Minggir lo!" teriak Juna yang masih mempertahankan laju kencang motornya.

Sayangnya, si si pengendara sepeda yang berwarna biru itu tidak sempat menghindar dari motor Juna. Sampai tabrakan itu tak terelakan lagi.Juna dan motornya, gadis itu juga beserta sepedanya jatuh ke aspal.

"SIALAN LO! Lo jalan pake mata nggak sih?" dengus Juna marah seraya membuka helmnya. Ia menghampiri gadis itu yang sedang bingung mencari kacamatanya.

"Aduh... kacamataku mana ya?" gumam gadis itu sambil meraba-raba di sekitarnya.

"Woy! Gue lagi ngomong sama lo, lo budek ya!" tegur Juna yang kesal kepada gadis yang baru saja membuatnya terjatuh dari motor itu.

"Aku gak tuli ya, aku masih bisa denger." sahut gadis itu dengan nada kesal.

"Eh...berani ya lo ngomong kayak gitu sama gue? Lihat nih gara-gara lo celana gue robek, kaki gue sakit." Juna masih mengomel pada gadis itu, namun suara Juna seperti tak didengar olehnya. Ia masih fokus mencari kacamatanya.

'Ini cowok kenapa sih? Berisik banget' batin gadis yang bernama Kanaya Wulandari itu.

Kesal karena Naya terus mengacuhkannya, akhirnya Juna mencekal tangan Naya dengan keras. Menarik gadis itu hingga mereka berdua berdiri tegak saling berhadapan.

"Kamu kenapa sih? Berisik banget tau gak!" hardik Naya kesal karena Juna terus mengganggunya untuk mencari kacamata. Sedangkan tanpa kacamata itu, Naya tidak bisa melihat dengan jelas.

"Hey mata empat Lo gak tau diri ya, udah buat gue jatuh dari motor terus--" Juna mengatai Naya dengan sebutan mata empat.

"Berisik!" Naya melihat kacamatanya ada di dekat selokan, kemudian ia pun menghempas tangan Juna dan mengambil kacamata itu.

Namun Juna dengan jahil melempar kacamata Naya hingga kacamata itu pun jatuh dan hancur terlindas mobil yang kebetulan lewat disana. Naya mendengus kesal, hanya itu satu-satunya kacamata yang ia milik dan harganya bagi Naya sangat mahal.

"Kamu, kenapa kamu jahat banget sih?" mata Naya kaca-kaca melihat kacamatanya pecah dilindas oleh mobil itu. "Itu kacamata gue satu-satunya, harganya juga mahal!"

"Gue? Jahat? Lo sendiri gak tau diri. Dan itu balasan buat orang gak tau diri kayak lo, dasar mata empat! Kalau gue ketemu sama lo lagi, gue bakal kasih pelajaran sama lo." ucap Juna mengancam Naya, kemudian pria itu pun mengangkat motornya yang sempat terjatuh dan naik ke atasnya. Tak peduli dengan celana seragamnya yang robek. "Sial! Hari Senin yang sial!" umpat Juna kesal. Juna lalu melajukan motornya dan meninggalkan Naya sendirian di sana. Sial sekali bagi Juna bertemu cewek culun tidak tahu diri seperti Naya, hari Seninnya jadi seperti kutukan.

"Celananya cuma robek, tapi kacamata ku sama sepedaku rusak. Padahal ini hari pertamaku ke sekolah baru. Ya Allah gusti, semoga aku nggak ketemu sama cowok nyebelin itu lagi." doa Naya berharap dengan sangat, ia tidak ingin dipertemukan lagi dengan pria menyebalkan seperti Juna.

...****...

Hai Readers, ini novel genre Teen pertama karya author 😍 jangan lupa like, vote, komennya ya guys...biar author makin semangat upnya. Happy new year 2023....

Bab 2. Lo lagi?

...🍀🍀🍀...

Hari sial dialami oleh Juna, seperti yang selalu diucapkannya bahwa hari Senin adalah kutukan. Apalagi saat ia bertemu dengan gadis culun si mata empat tadi. Tapi semua itu tak membuat semangat bolos Juna jadi urung, ia tetap membolos dan pergi ke tempat balapan liar bersama anak-anak yang lebih dewasa darinya.

"Ternyata lo jadi bolos juga," kata seorang pria dengan rambut mohawknya seraya menepuk tangan Juna. Pria itu adalah penyelenggara lomba balap liar, namanya Kevin.

"Jadi dong bro." sahut Juna sambil tersenyum dingin. Lalu ia pun memulai balapan liar bersama peserta lainnya disana, disaat semua temannya berada di sekolah mengikuti upacara bendera.

****

Ditengah-tengah upacara bendera SMA Pancasila, saat siswa-siswi yang sedang berdiri mendengarkan ceramah dari si pembina upacara. Atensi mereka tiba-tiba tertuju pada seorang gadis yang jalan sempoyongan ke arah para siswa di lapangan. Penampilan gadis berseragam putih abu itu terlihat lusuh dan gaya rambutnya juga kampungan dengan kepang dua yang sudah ketinggalan zaman. Semua siswa itu menatap Naya dengan tatapan aneh.

"Siapa itu? Kenapa jalannya sempoyongan gitu?"

"Dia mabok kali ya?" tanya seorang siswa lainnya.

Naya sendiri terlihat kebingungan, ia jalan sempoyongan karena 2 hal. Pertama karena kacamatanya yang pecah dan tidak bisa digunakan lagi, kedua sebab kaki kirinya sakit. Ia baru menyadari kakinya terluka saat sampai di gerbang sekolah barunya itu. Kebingungan Naya akhirnya teratasi saat seorang gadis cantik berambut panjang sebahu menghampirinya.

"Hey, kamu gak apa-apa kan?" tanya gadis itu seraya memegang tangan Naya. "Mata kamu minus ya?" tanyanya lagi saat menyadari bahwa arah pandang mata Naya kemana-mana.

"I-iya, aku gak bisa lihat jelas." jawab Naya dengan pandangan yang tidak jelas siapa wanita didepannya ini.

Tak lama kemudian seorang guru datang menghampiri Naya dan gadis itu. Guru wanita itu bertanya apa yang terjadi dan siapa Naya. Naya menjelaskan bahwa ia adalah murid pindahan dari jalur beasiswa. Ghea terlihat tertarik saat Naya menjelaskan bahwa ia murid jalur beasiswa dari Yogyakarta. Berarti Naya pintar makanya bisa masuk ke sekolah itu, pikir Ghea dalam hatinya. Naya juga meminta maaf pada Bu guru karena ia datang terlambat di hari pertamanya sekolah disana.

"Ya sudah! Untuk hari ini saya maafkan, tapi tidak ada lain kali. Ghea, ibu boleh minta tolong sama kamu kan nak?" tanya Berlin, guru matematika yang terkenal killer itu.

Rupanya gadis baik hati yang menolong Naya itu adalah Ghea. Gheana Safira, gadis yang di juluki sebagai bidadari dan ratunya SMA Pancasila. Selain baik, Ghea juga cerdas dan banyak cowok yang mengejarnya. Lihat saja tatapan semua orang pada Ghea, mereka semua kagum padanya. Ya, Ghea terkenal baik hati.

"Iya Bu, mau minta tolong apa?" tanya Ghea lembut.

"Tolong bantu Naya ya, kamu kan ketua kelasnya. Jadi kalau ada apa-apa Naya bisa tanya kamu. Nah sekarang kamu tolong bawa Naya ke UKS, kakinya terluka." ucap Berlin ramah pada Ghea tapi galak pada siswa lain. Jelas, sebab Ghea adalah siswi kesayangannya. Ghea selalu menjadi nomor satu di kelasnya maupun di sekolah.

"Baik Bu, saya akan bantu Naya." jawab Ghea sambil tersenyum. "Ayo Nay, gue antar ke uks ya."

'Masya Allah suara cewek ini adem banget, kayaknya orangnya juga cantik. Sayang mataku burem gak bisa lihat jelas' batin Naya yang juga kagum dengan sosok Ghea.

Ghea lalu membawa Naya ke ruang UKS sekolah, tangan Ghea menggandeng tangan Naya agar gadis itu tidak kesulitan berjalan. Mereka pun berkenalan dan Ghea menawarkan pertemanan. Ghea juga meminjamkan kacamata sementara untuk Naya walau minusnya berbeda setengah, tapi lumayan bisa Naya pakai. Setelah upacara bendera berakhir, Naya pergi ke kelas bersama dengan Ghea dan Bu Berlin.

Bisa Naya rasakan tatapan dari siswa-siswi itu padanya, begitu dingin dan tidak bersahabat. Beda dengan teman-teman di sekolahnya yang friendly. Tampaknya Naya harus berusaha beradaptasi lebih ekstra dengan teman-teman barunya yang hampir semuanya kaum Borjuis ini. Naya harap ada murid yang sama dengannya di sekolah ini.

"Ya sudah Naya, kamu duduk di bangku kosong ya. Sebentar lagi saya akan memulai ulangan." ujar Berlin pada Naya.

"Ulangan Bu?" tanya Naya terkejut dengan wajah polosnya.

"Iya, ini ulangan harian. Santai saja Naya, cepat duduk!"

"Iya Bu."

Naya berjalan dari depan kelas dan mencari bangku kosong disana. Dia hanya melihat dua bangku kosong di pojokan kelas itu karena semua sudah penuh. Naya tersenyum dan berjalan menuju ke bangku itu. Namun ditengah perjalanan, seorang siswi meringkas kakinya dan membuat Naya tersandung lalu jatuh.

"Sorry, gak sengaja." ucap siswi yang duduk disebelah Ghea itu. Siswi itu menatap Naya dengan tajam dan tatapan meremehkan. Naya sadar akan hal itu, pasti harinya akan sulit disini.

"Ria, lo gak boleh gitu dong!" seru Ghea menegur temannya. "Kamu gak apa-apa Naya?" Ghea mengulurkan tangannya dan membantu Naya berdiri.

'Baik banget Ghea, dia kayaknya beda sama anak-anak yang lain' batin Naya kagum pada Ghea.

"Makasih Ghea." kata Naya sambil tersenyum, kemudian ia pun menuju ke kursi kosong paling pojok disana. Naya pun duduk di kursi tersebut.

Berlin yang berada didepan kelas segera membagikan kertas ulangan pada siswa-siswinya, bak ulangan semester. Tidak boleh ada yang berisik, harus fokus sampai ulangan selesai. Naya yang memang titelnya murid teladan, tentu saja patuh dan taat pada perintah.

"Alhamdulillah soalnya gak jauh beda sama yang udah aku pelajari di sekolahku dulu." gumam Naya seraya tersenyum saat melihat soal di kertas ulangannya. Naya pikir pelajaran di sekolah elit ini akan sangat sulit, tapi tak jauh beda dengan apa yang sudah ia pelajari di sekolah lamanya dulu.

Tak lama kemudian saat semua siswa tengah fokus dengan soal ujian dan Bu Berlin didepan kelas sambil memantau. Terlihat dua orang pria didepan pintu kelas itu.

"Aduh...ampun kak! Ampun!" pekik Juna saat telinganya dijewer oleh guru kesiswaan pak Ferdi.

"Masuk kelas, KAMU! Kalau papa kamu tau, habis kamu Juna!" seru pak Ferdi pada Juna, tak peduli dilihat Bu Berlin atau semua siswa yang ada di kelas unggulan itu.

Juna melirik Ghea yang kini tengah melihatnya juga. Sial dia sangat malu, imagenya turun dilihat oleh Ghea dalam keadaan memalukan seperti ini. 'Sial, image gue!'

Ferdi membawa Juna ke kelas itu saat Juna tengah balapan liar. Ferdi adalah kakak sepupu Juna.

"JUNA cepat duduk, saya izinkan kamu masuk kelas untuk ikut ujian. Setelah ini kamu harus di hukum!" ujar Bu Berlin tegas.

Juna berjalan masuk tanpa mempedulikan omelan Bu Berlin. Bu Berlin kesal dan akan menghukum Juna setelah ini.

Pria muda itu berjalan menuju ke bangkunya yang ada di paling belakang. Saat ini bangkunya ditempati oleh Naya.

"Minggir lo!"

Naya yang tadi sempat tertunduk, langsung mendongak begitu mendengar suara bariton rendah didekatnya.

"LO LAGI?!" sentak Juna saat melihat wajah yang membuat hari Seninnya semakin berantakan.

...****...

Spoiler....

"Kita nikahkan saja mereka!"

Bab 3. Di gerebek warga

...🍀🍀🍀...

Mata Juna melebar manakala ia melihat sosok gadis culun yang membuat harinya sial. Naya juga terkejut, melihat sosok pria yang sudah membuat hari pertamanya di sekolah jadi kacau.

"Lo lagi lo lagi, sial banget ckckck." Juna berdecak kesal melihat sosok Naya disana, apalagi Naya duduk di bangkunya. Gadis itu tidak bicara, ia kembali fokus pada kertas ujiannya. Juna jadi makin kesal saja sebab diacuhkan.

"JUNA! Jangan ribut, cepat duduk!" teriak Bu Berlin tegas.

"Iya ya Bu." sahut Juna malas. Tanpa banyak bicara, Juna mengambil tas gendong Naya dan melemparnya ke bangku kosong tepat di sebelahnya. "Minggir lo! Ini bangku gue." tukas pria itu dingin.

"Maaf, memangnya di bangku ini tertulis nama kamu kah? Atau--kamu yang beli bangku ini?" sindir Naya yang membuat darah Juna semakin mendidih.

"LO-"

"JUNA, duduk!" Bu Berlin kembali menegur Juna yang berteriak dikelas dan mengganggu siswa lain.

"Iya Bu, cerewet banget sih." umpat Juna pelan. "Dan lo--minggir lo sebelum gue buat huru-hara disini." Juna tak mau mengalah, terlebih lagi pada cewek culun seperti Naya.

Naya juga sebenarnya tak mau mengalah. Tapi mau bagaimana lagi? Ia takut Juna malah membuat keributan, kasihan mereka yang sedang ulangan. Naya pun pindah ke bangku kosong tepat di sebelah Juna, karena tak ada bangku kosong lain di kelas itu.

'Ini cowok nyebelin banget ya Allah' batin Naya seraya mendelik sinis pada Juna yang galak padanya.

"Apa lo lihat-lihat?!" sentak Juna galak.

"Aku lihat lihat karena aku punya mata." cetus Naya menjawab.

"Oh ya, mata lo kan ada empat ya?" sindir Juna, tersenyum seraya melihat Naya yang sudah duduk di kursinya. Aneh, Naya merasa aneh saat melihat senyuman Juna.

'Dia ganteng juga, tapi dia galak' batin Naya. Tangannya memegang dadanya yang berdegup kencang.

Tanpa Naya sadari, Ghea melihat semua itu dengan tatapan cemburu. Hah cemburu? Pada siapa? Juna atau Naya? Kembali, Ghea fokus pada kertas ujiannya.

****

Di taman belakang sekolah, Juna dan gengnya berada saat ini. Juna curhat pada teman-temannya tentang Naya si mata empat. Baru kali ini Juna membicarakan wanita lain selain Ghea. Biasanya dunianya hanya tentang Ghea. "Wow, pasti cewek itu cantik banget ya Jun sampai buat lo ngomongin dia sampe menggebu-gebu kayak gini." celetuk Damar seraya menggoda Juna.

"Ya benar, pasti si cewek mata empat itu membekas banget di hati lo kan?" goda Choki sambil terkekeh.

"Sialan lo semua! Dia itu nightmare buat gue, gue jadi makin sebel kan sama hari Senin." Juna kesal.

"Haha...jangan terlalu membenci, nanti kalau lo naksir dia bahaya bro." celetuk Bian kali ini yang mendapatkan pukulan ditangan dari Juna.

"Amit-amit, pahit pahit! Mana gue sekelompok belajar sama dia. Sial kan?!" umpat Juna kesal, apalagi saat melihat Naya berjalan dengan seorang pria berkacamata dari kelas IPA 1. "Nah nah...dia tuh cocok sama yang culun lagi. Kalau gue cocok sama ayang Ghea."

Bian, Choki dan Damar melihat ke arah Naya yang tengah berjalan di lorong bersama seorang siswa culun. Namanya Andra, kutu buku di kelas IPA 1 juga. Tiba-tiba Damar tersenyum menyeringai, entah apa yang ia rencanakan.

****

Tiada hari tanpa bertengkar dan berdebat, itulah Juna dan Naya. Di kelas tak jarang Juna menganggu Naya, tapi didepan Ghea ia berusaha terlihat sebagai pria yang baik. Tahun ini Juna sudah bertekad untuk naik kelas, sebab Ghea juga akan naik ke kelas 3.

Hari itu Juna dan Naya rencananya akan kerja kelompok bersama dengan Andra dan Ghea. Mereka akan kerja kelompok di rumah Juna. Ketika mereka sampai di rumah Juna, Ghea tiba-tiba saja tertegun.

"Oemji, Naya! Aku lupa ngambil bahan makalah di rumah. Nay kamu masuk duluan ya, aku pulang dulu." Ghea menepuk jidatnya, ia lupa membawa bahan makalahnya.

"Ta-tapi, Andra juga belum datang." Naya

"Gak apa-apa, kamu masuk duluan aja. Juna pasti udah nunggu." kata Ghea kemudian ia menyetop taksi yang ada didepan rumah mewah itu. Lalu Ghea pergi dari sana.

Naya ragu untuk masuk lebih dulu, ia memutuskan untuk menunggu di luar saja. "Eh Naya? Masuk! Juna udah nungguin." kata Damar yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah Juna.

"Gak usah Damar, aku nunggu disini aja."

"Masuk aja Nay, panas disini." ujar Damar seraya tersenyum ramah pada Naya. Di mata gadis itu Damar adalah pria paling ramah di geng Thanos.

"Ta-tapi..."

"Masuk aja," ucap Damat membujuk.

Naya berjalan masuk ke dalam rumah Juna yang mewah itu, tapi aneh kenapa lampu ruang tengahnya gelap begini. "Assa--"

Saat Naya akan mengucapkan salam, tiba-tiba saja seseorang memeluknya dan mencium bibirnya. Rasa asing yang tak pernah ia rasakan, saat ada bibir hangat menyentuh bibirnya.

"Hmphh--umptt-!"

Ctas!

Lampu ruang tengah pun menyala, hingga membuat Juna terkejut saat melihat siapa sosok wanita yang di ciumnya itu. Juna melepaskan ciuman itu, namun ada beberapa suara orang disana. Apalagi posisi Juna telanjang dada dan tidak pakai baju.

"Astagfirullah! Apa yang kalian lakukan?!" sentak seorang bapak-bapak marah.

"Beraninya kalian mengotori wilayah komplek ini dengan berzina!" sentak wanita paruh baya marah.

"Kita nikahkan saja mereka, pak!" ujar seseorang.

Mereka menatapnya Naya dan Juna dengan tajam, apalagi mereka ketahuan berciuman. Dan saat ini wajah Juna terlihat merah, seolah dia dipengaruhi sesuatu. Sedangkan disana banyak warga yang datang menggerebek mereka.

Naya ingin menangis, ia malu dan juga marah karena Juna tiba-tiba saja datang dan mencium bibirnya.

"Ini...ini tidak seperti yang kalian pikirkan." ucap Juna sambil memegang kepalanya yang terasa penat.

Tanpa mereka sadari, seseorang tersenyum melihat semua itu. "Sorry Jun, semua adil dalam cinta dan perang. Walaupun harus menang dengan cara curang, semua halal buat gue."

Disisi lain Ghea dan Andra juga ada disana, tampaknya mereka menyaksikan apa yang terjadi antara Juna dan Naya. Air mata Ghea tumpah begitu saja. Gadis itu pun pergi dari sana dengan perasaan sakit.

...****...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!