NovelToon NovelToon

The Bad Boy

PROLOG

Prolog

Hai semua, kenalkan namaku Anna. Ini sebuah perjalanan cinta yang tak pernah aku harapkan bahkan aku bayangkan sebelumnya. Cinta, cukup membingungkan menurutku, aku tak pernah tahu pada siapa hati ini berpijak. Pada awalnya aku berpikir sangat mencintai seseorang bernama William, namun pada akhirnya aku mulai menyadari jika yang sebenarnya aku cintai bukanlah pria itu, aku tak bisa membedakan antara rasa kagum dan cinta.

***

Anna tersenyum saat mendapatkan sebuah kotak makanan yang dipesankan seseorang untuknya, sebuah surat berwarna putih di atas kotak makan itu membuat Anna langsung berinisiatif membukanya. [Hadiah kecil untuk keberhasilan mu hari ini.]

Senyum Anna semakin mengembang dan melirik ke arah pintu ruangan kaca yang terbuka, di sana seorang CEO sedang duduk dan tersenyum kecil membalas senyuman Anna. Dia adalah William, seorang senior dari zaman kuliahnya dulu dan masih sangat baik hati sampai sekarang. Terkadang Anna selalu salah paham dengan kebaikan William, pria itu sangat baik dan perhatian, mereka sudah saling mengenal satu sama lain kurang lebih 6 tahun namun sampai saat ini William tidak pernah menyatakan perasaannya, jika benar-benar pria itu memiliki perasaan lebih padanya seperti yang dikatakan Emily.

Tanpa menunggu lebih lama karena takut makanan itu dingin, Anna mulai duduk dan membuka kotak makan tersebut. Anna sekarang yakin jika perkataan Rachel lah yang benar, William hanyalah menganggap Anna sebagai adik kecilnya saja, tidak lebih dari itu. "Astaga, ini sangat lucu," gumam Anna saat membuka kotak makan tersebut, sebuah sushi berbentuk boneka yang sangat Anna sukai. Anna pun mengeluarkan ponselnya dan mengabadikan terlebih dahulu sushi tersebut sebelum dia makan.

Entah harus sampai kapan Anna bertahan pada perasaan cintanya ini, jika sampai umur dia menginjak 27 tahun dan William belum juga membalas perasaannya, dia akan nekat untuk mengutarakan perasaannya terlebih dahulu, tidak peduli jangan gender yang seharusnya lebih gentle.

***

Sementara di tempat lain, Daniel menatap marah seorang pria yang baru saja melayangkan sebuah pukulan pada rahangnya dengan sangat tiba-tiba tanpa ada aba-aba terlebih dahulu. Daniel menekan pelan bagian rahangnya yang tampak mati rasa. "Kau tidak tahu siapa aku?" desis Daniel lalu berdiri dari duduknya. Dia berjalan ke arah pria yang tampak emosi pada Daniel.

"Aku yang seharusnya bertanya! Apa kau tidak tahu siapa Mona? Kau berani membuatnya menangis setelah kau merendahkan dia? Baj*ngan!" Saat pria itu hendak melayangkan pukulan lagi ke arah Daniel, Daniel terlebih dahulu menahan tangan tersebut dan melayangkan sebuah pukulan keras di wajah pria itu.

"Apa kau yakin aku merendahkan dia? Tanyakan pada wanita itu, aku yang merendahkan nya atau dia sendiri yang menyerahkan semuanya padaku!" Desis Daniel dengan wajah yang cukup menantang.

Jacob dengan cepat memisahkan keduanya, beberapa orang mulai menonton kearah meja mereka. "Daniel, sudah, dia Patrick kakak Mona, kau akan mendapatkan masalah besar jika terus meladeninya, apa kau tidak tahu geng mana yang akan menyerang mu nanti?" bisik Jacob yang tampak panik dan gugup, dia bersusah payah menahan tubuh Daniel yang akan kembali menyerang Patrick.

"Aku tidak peduli siapa dia," jawab Daniel.

Patrick terlihat bangun dan menyangga sudut bibirnya yang terluka. "Lihat saja, aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang sebelum kau meminta maaf kepada Mona!" Desis Patrick lalu keluar dari cafe.

***

Daniel minta likenya kakak-kakak 😽

Bab 1

Pukul 3 sore, Anna sedang sibuk mengetik dan sebuah pesan masuk membuatnya menghentikan sejenak pekerjaan itu. "Siapa?" tanya Emily yang kini sudah mendekatkan kursinya pada meja kerja Anna.

Anna mengangkat bahunya rendah lalu menggapai ponsel dan membuka pesan masuk yang kirimkan oleh William. Mata Anna seketika membulat saat membaca undangan resmi yang dikirimkan William pada sebuah acara peresmian Hotel baru milik salah satu klien mereka. [Apa malam ini kau ada waktu luang? Bisa menemani ku malam ini? Aku selalu bingung harus membawa siapa karena tidak memiliki pasangan.]

"Emily, aku tidak bermimpi bukan? William mengajak ku?" ucap Anna sambil menahan suaranya agar tidak terlalu kencang. Alih-alih membawa sekertaris, William malah mengajak Anna yang berprofesi sebagai manajer iklan dan pemasaran di Kantor ini.

Emily menggelengkan kepalanya, dia tampak ikut merasa senang dengan apa yang dirasakan Anna sekarang. "Kau harus menggunakan pakaian terbaik mu, Anna! Aku akan menjadi hairstylist untuk mu malam ini," kekeh Emily pelan.

"Terima kasih Emily, kau memang yang terbaik. Menurut mu aku harus menggunakan baju apa?"

Emily tersenyum cukup mencurigakan menurut Anna, dia mendekat kearah Anna dan membisikkan sesuatu. "Aku yang akan memilihkan baju untuk mu," bisik Emily.

"Aku merasa tidak yakin dengan apa yang kau ucapkan Emily."

"Tenang saja, aku pastikan malam ini kau akan terlihat berbeda, Anna. Kau harus sedikit terbuka agar William bisa melihat mu sebagai wanita dewasa, bukan sebagai seorang adik lagi," kekeh Emily pelan.

Anna yang mendengar itu seketika bersemu merah, dia menoleh kearah karyawan yang tampak sibuk pada kerjaannya masing-masing. "Sudah, sudah, kembali bekerja Emily!" ucap Anna dengan cepat.

***

Malam pun tiba, Anna kini menatap penampilannya di depan cermin. "Kau yakin aku harus mengenakan gaun ini?" tanya Anna ragu, memang sangat cantik gaun yang dia kenakan sekarang, tetapi Anna tidak yakin apakah gaun seperti ini cocok dikenakan olehnya? dia tidak terlalu terbiasa dengan pakaian cukup terbuka seperti ini.

"Tentu saja! Lihat, kau seperti Anna yang berbeda, kaki jenjang mu ini sangat indah, Anna!"

Anna menggelengkan kepalanya, dari mana Emily mendapatkan gaun seperti ini? "Ini terlalu berlebihan Emily, William akan malu jika membawa ku seperti ini," tolak Anna kembali. Saat Anna berusaha ingin melepaskan kembali dress itu, Emily dengan cepat menahan tangan Anna.

"Pria mana yang akan malu berjalan dengan wanita secantik dulu mu Anna?" Emily meraih tangan Anna dengan tatapan yang cukup serius. "Anna, dengarkan aku, kau harus percaya diri dan tunjukkan pada William jika kau bukan Anna yang bisa hanya dianggap sebatas adik saja. Lagi pula ini acara yang mewah, saingan mu bertebaran di sana, jangan biarkan William melirik wanita cantik di sana. Anna, semua usaha mu akan sia-sia jika William sampai melirik wanita lain, apa kau siap melihat William bersama wanita lain?"

Dengan cepat Anna menggelengkan kepalanya. Selama 6 tahun ini, sudah 2 kali Anna melihat William memiliki kekasih, hatinya selalu merasa sedih dan tak bisa menahan tangisnya jika pasangan itu membagikan moment romantis di sosial media. "Aku tidak ingin William bersama siapapun, dia selalu terlalu baik untuk mendapatkan wanita yang tidak tulus padanya," ucap Anna pelan. Dua wanita yang pernah menjadi kekasih William memang tidak tulus, mereka seakan ingin menghabiskan uang milik William dan bermain hati dengan pria lain di belakang Wiliam. Setiap mengingat itu, Anna selalu ingin menangis, pria sebaik William tidak pantas diperlakukan seperti itu!

***

Bab 2

Sesampainya di sebuah Hotel megah yang sudah dipenuhi oleh beberapa mobil mewah, Anna memberanikan diri untuk keluar dari dalam mobil, dia melihat hampir semua wanita memakai gaun seperti Anna. Hal itu tentu saja membuat Anna bisa bernafas lega, pilihan Emily rupanya tidak terlalu berlebihan dan jika Anna memaksakan diri untuk mengenakan pakaian kantor, dia mungkin akan membuat William malu.

Saat akan masuk ke dalam Hotel, Anna menunjukkan sebuah undangan digital yang dia dapatkan dari William dan setelah itu dia pun diperbolehkan untuk masuk dan mulai mencari di mana William berada. "Hai, kau sendirian?" tanya seorang pria dengan sebuah gelas ditangan kanannya. Jujur saja, tatapan pria itu membuat Anna tidak nyaman, dia ketakutan dan ingin kabur saat ini juga.

"Tidak, aku tidak sendirian," jawab Anna pelan, matanya kembali sibuk mencari Willian dan mencoba mengabaikan pria yang mengganggunya ini.

Hati Anna seketika lega dan juga bahagia saat melihat William melambaikan tangannya, dia melihat William berjalan bersama seorang pria yang sepertinya paling tampan di ruangan ini dengan karismanya yang kuat, wajahnya seakan tak asing dan seperti seorang aktor jika di lihat semakin dekat. "Hai, Anna," ucap William dengan tatapan yang seperti kagum, lalu dia menoleh pada pria yang mengganggu Anna tadi. "Maaf dia teman ku," ucap William cukup sopan dan membuat pria tadi tertawa kecil dan seolah mengerti dengan ucapan yang diberikan William.

"Jangan biarkan wanita cantik ini berjalan sendirian lagi," ucapnya dengan tawa renyah lalu berlalu dan menyapa wanita lainnya yang sedang sendirian.

Melihat pemandangan itu, Anna bergidik ngeri, semoga saja nanti dia tidak mendapatkan seorang suami seperti itu, mata dan hatinya tidak terjaga dan dengan mudahnya mencari sasaran lain seolah wanita bebas dipilih sesuka hatinya. "Terima kasih sudah datang tepat waktu," ucap Anna sambil tersenyum lega.

William mengangguk, dia menatap penampilan Anna dengan mata berbinar dan cukup membuat Anna malu sebenarnya. "Waw, Anna? aku hampir saja tidak mengenali mu," ucap William.

"Oh ya? ini gaun pilihan Emily, apa terlalu berlebihan?" tanya Anna kaku, rasanya dia ingin kembali masuk ke dalam mobil dan menghilang saja dari hadapan William. Selama 6 tahun, Anna tidak pernah mengenakan rok diatas lutut di hadapan William wajar saja William hampir tidak mengenalinya.

William menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, tidak berlebihan sama sekali. Kau cantik Anna," ucap William.

Terdengar suara batuk dari arah samping membuat keduanya langsung menoleh. "Oh ya, kenalkan ini adikku, Daniel." William memperkenalkan pria yang sempat mengalihkan perhatian Anna tadi.

Anna tersenyum sopan, dia mengulurkan tangannya terlebih dahulu pada Daniel. "Aku Anna," ucap Anna dengan ramah. Tidak menyangka jika adik yang dikenal nakal dari William rupanya sangat berbeda dengan ekspektasinya selama ini.

"Kau kekasih kakak ku?" tanya Daniel dengan tatapan penuh tanda tanya.

Anna yang mendapatkan pertanyaan mendadak seperti itu langsung menoleh kearah William, sedikit berharap dan penasaran dengan jawab apa yang akan keluar dari mulut pria itu. "Tidak, dia manajer pemasaran dan iklan, tapi aku sudah mengenalnya saat kuliah dulu. Kami berteman cukup lama." Anna hanya bisa tersenyum kecil saat mendengar ucapan William, lagi-lagi dia harus menelan pahit rasanya tertolak. Ternyata benar, selama ini kebaikan William bukan tentang perasaannya melainkan tak lebih dari sekedar teman.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!