NovelToon NovelToon

ISTRI TANGGUH

Mazaya Claudia

"Saya terima nikah dan kawinnya Mazaya Claudia binti Narendra Syailendra dengan mas kawin tersebut tunai."

"SAH."

"SAH"

"SAH."

Seruan kata sah dari beberapa saksi terdengar menggema di sebuah masjid. Masjid kecil yang letaknya ada di sebuah desa di bawah kaki bukit.

Seorang laki-laki tua tampak tersenyum lebar saat melihat cucu kesayangannya telah resmi menikah dengan cucu dari sahabatnya. Seorang pria dengan paras rupawan yang telah sukses di usia mudanya. Dia adalah Gemilang Cakrabuana, seorang CEO perusahaan besar CB Group, yang merupakan akronim dari nama keluarga mereka sendiri, Cakra Buana.

"Mulai sekarang kakek percayakan cucu kakek, Mazaya pada kamu nak Gemilang. Kakek mohon, jaga dia, lindungi dia, dan yang paling penting, jangan sakiti dia. Hanya Mazaya harta kakek satu-satunya. Seperti yang kamu tahu, Mazaya tidak memiliki siapa-siapa lagi selain kakek." Ucap kakek Syailendra.

Gemilang mengangguk, "baik kek," jawabnya dengan wajah datar.

Mazaya melirik laki-laki yang telah resmi menjadi suaminya itu dengan tatapan mendelik.

"Astaga, serius aku udah nikah sama nih orang? Nggak bisa apa ngomong panjang sedikit. Kakek udah ngomong panjang kali lebar, eh dia cuma jawab dengan dua kata 'baik kek'." Omel Mazaya bersungut-sungut, tapi hanya dalam hati saja. Tak mungkin ia mengomel terang-terangan sebab masih ada kedua orang tua laki-laki itu di sana yang kini sudah berganti status sebagai mertuanya.

"Tuan Syailendra tenang saja, kami pasti akan menjaga dan melindungi Mazaya. Kami juga akan menyayanginya seperti putri kami sendiri." Ucap Guntara Cakrabuana, ayah dari Gemilang Cakrabuana mencoba meyakinkan Kakek Syailendra.

"Iya, itu benar sekali. Tuan Syailendra tak perlu khawatir. Kami pasti akan menjaga Mazaya." Timpal Anika, ibu Gemilang.

"Syukurlah. Kalau begitu, aku nanti bisa pergi dengan tenang karena sudah ada yang bisa menjaga dan melindungi Mazaya ku," ucap Kakek Syailendra tersenyum lega.

"Kakek, kakek ngomong apa sih? Nggak boleh ngomong gitu, kek. Kakek harus sehat terus dan panjang umur. Zaya nggak mau kehilangan kakek." Protes Mazaya tak suka mendengar kakeknya bicara seperti itu.

"Tapi kakek benar toh? Kakek udah terlalu tua, udah sakit-sakitan. Kita nggak tau kapan, bisa detik ini, hari ini, besok, atau lusa, tiba-tiba kakek dipanggil sang pencipta. Jadi kakek harus mempersiapkan segalanya termasuk orang yang bisa melindungi kamu."

'Kakek kok yakin banget sih dia bisa lindungi aku? Dia aja keliatan banget arogan. Kayak nggak ikhlas nikah sama aku. Kakek gimana sih kok jodohin aku sama laki-laki kayak tembok Cina ini sih?'

"Kakek ... ih kok masih aja ngomong kayak gitu? Zaya nggak mau pergi kalo kakek masih ngomong kayak gitu." Mazaya mendelik kesal.

Ya, dia serius tidak suka kakeknya bicara sembarangan seperti itu. Apalagi di dunia ini hanya kakeknya lah satu-satunya keluarganya. Ia belum bisa percaya sepenuhnya dengan orang asing termasuk dengan laki-laki yang telah menjadi suaminya itu.

Apalagi sepanjang acara, ia tak sekalipun tersenyum. Sudah sangat jelas kalau laki-laki itu terpaksa menikah dengannya. Mazaya memang sudah sejak lama mengenal kedua orang tua Gemilang. Mereka memang baik. Namun orang tua yang baik, belum tentu anaknya.

Bagaimana kalau laki-laki itu ternyata jahat, kasar, dan suka menindas? Ia tak mau nasibnya berakhir menyedihkan seperti tokoh-tokoh novel yang kerap ia baca. Meskipun setelahnya mereka berhasil menemukan kebahagiaan mereka dengan pasangan yang baru, tapi tetap saja, kisah perjodohan mereka diawali dengan derai air mata. Sudah cukup hidupnya penuh dengan drama sampai-sampai ia tak dapat menunjukkan wajahnya di hadapan dunia. Ia tak mau kehidupan percintaan dan rumah tangganya pun diawali dengan derai air mata dan kesakitan apalagi perceraian.

NO, NO, NO!

BIG NO!

Mazaya tak mau hidupnya berakhir dengan kesakitan dan kesedihan. Namun, Mazaya tetap berharap, laki-laki bernama Gemilang Cakrabuana itu hanya sikapnya saja yang dingin. Semoga ia tidak seperti tokoh dalam novel yang kasar, keras, suka menindas, dan paling utama tidak berselingkuh.

'Semoga saja laki-laki ini sesuai harapan kakek,' lirih Mazaya dalam hati.

Kakek Syailendra terkekeh, ia tahu, Mazaya memang sangat menyayanginya. Kehilangan orang tua sejak kecil membuat Mazaya sangat manja dengannya. Kakek Syailendra tidak mempermasalahkan itu. Baginya itu hal wajar, kepada siapa lagi Mazaya bisa bermanja-manjaan bila bukan padanya. Kakek Syailendra merupakan pengganti kedua orang tuanya. Sebenarnya Mazaya memiliki trauma masa kecil, tapi berkat kasih sayang kakek Syailendra, perlahan Mazaya bisa mengenyahkan traumanya.

'Semoga aku tidak salah mempercayakan Mazaya pada laki-laki ini,' lirih Kakek Syailendra.

"Iya, iya, kakek nggak bicara sembarangan lagi," ucap kakek Syailendra mengalah. "Ya sudah, sekarang siap-siap gih. Sebentar lagi kamu harus ikut suamimu. Jadilah istri yang berbakti. Kakek akan selalu mendoakan kebahagiaanmu," ucap Kakek Syailendra parau.

Ada rasa sedih dan haru melihat cucu kesayangannya akhirnya telah menikah dengan cucu sahabatnya. Memang mereka pernah berjanji akan menjodohkan cucu-cucu mereka. Sesuai amanat kakek Gemilang, ayah dan ibu Gemilang pun mencari kakek Syailendra untuk menjalankan amanat untuk menikahkan putra pertamanya dengan cucu kakek Syailendra.

Gemilang memang sering mendengar sang kakek mengatakan kalau ia telah dijodohkan. Ia pikir itu hanya gurauan hingga tiba-tiba sebelum kakeknya meninggal, ia memintanya berjanji agar menikahi cucu sahabatnya itu. Gemilang yang memang tak pernah membantah ucapan kakeknya pun berjanji akan segera menikahi cucu kakek Syailendra. Setelah mengucapkan janji tersebut, kakek dari Gemilang pun pergi untuk selamanya.

"Kek, kakek apa nggak bisa ikut Zaya aja?"

Kakek Syailendra mengusap puncak kepala Mazaya dengan mata berkaca-kaca, "maaf sayang, kakek nggak bisa. Kakek ingin menghabiskan masa tua kakek di sini, di tanah kelahiran kakek dan nenek."

"Tapi kek ... "

"Kakek akan baik-baik aja. Jaga diri yang, sayang."

"Kakek ... huuu .... huuu ... huuu ... "

Mazaya menangis dalam pelukan kakek Syailendra. Ayah dan ibu Gemilang lantas mendekat dan mengusap punggung Mazaya dengan sayang.

"Ayo, nak, kita berangkat sekarang!" ajak Anika.

Setelah itu, mereka saling berpelukan dan berpamitan. Mazaya masuk ke dalam mobil dengan air mata berderai. Entah bagaimana perjalanan rumah tangganya nanti. Ia harap, semua akan berjalan sebagaimana harapan sang kakek. Namun bila tidak, ia akan bertindak. Mazaya bukanlah perempuan yang lemah. Ia pantang untuk ditindas apalagi oleh laki-laki yang bergelar sebagai seorang suami.

Sepanjang perjalanan, baik Mazaya maupun Gemilang hanya terdiam. Mazaya naik mobil berdua dengan Gemilang, sedangkan Anika dan Guntara pulang dengan mobil lain. Perjalanan pulang memakan waktu sekitar 6 jam nonstop dan 7 jam bila mereka berhenti di jalan untuk beristirahat. Hingga 7 jam kemudian, akhirnya mobil Gemilang dan Guntara masuk ke sebuah gerbang yang menjulang tinggi. Di dalamnya ada sebuah rumah yang sangat besar atau yang lebih sering disebut dengan mansion. Setelah mobil berhenti, Gemilang turun dari mobil tanpa basa-basi. Ia bahkan menutup pintu mobil dengan kasar membuat Mazaya berjengit kaget.

"Astaga, nih orang keterlaluan banget! Gimana kalau aku jantungan? Sepertinya perjalanan rumah tanggaku akan menarik. Kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi." Gumam Mazaya dengan smirk di bibirnya.

...***...

Aloohaaa pembaca semua, selamat datang di cerita othor yang baru. Jangan lupa tap favorit ya untuk mendapatkan update selanjutnya.

Jangan lupa like, komen, klik hadiah, rate bintang, dan votenya ya! 🥰🥰🥰

...HAPPY READING. 🥰🥰🥰...

Surat Kontrak Pernikahan?

Mazaya tak acuh pada sikap Gemilang. Ia pikir Gemilang bersikap seperti itu karena merasa terpaksa menikahinya. Yah, walaupun ada sedikit rasa tersinggung, tapi ya sudahlah pikir Mazaya. Ia tak mau terlalu memikirkannya saat ini. Lagipula mereka memang belum saling mengenal satu sama lain.

Melihat sikap putra sulungnya membuat Anika dan Guntara menggelengkan kepalanya. Mereka lantas menyambut Mazaya yang baru saja turun dari dalam mobilnya dan mengajaknya masuk ke dalam istana megah keluarga Cakrabuana.

Saat pertama kali menginjakkan kakinya di dalam mansion, Mazaya terperangah karena ada puluhan maid yang sudah menyambut kedatangan mereka. Mereka telah berjejer rapi dengan seragam khusus mereka. Dengan kepala tertunduk, mereka menyerukan kalimat "selamat datang, nona muda."

'Apa mereka nggak terlalu boros menggaji pelayan sebanyak ini? 1, 2, 3, ... 25. Gila aja, ada 25 pelayan. Tugas mereka apa aja sih? Ini belum termasuk keamanan, tukang kebun di luar, sopir, Ck ... Emang sih, terlihat boros, tapi itu justru ladang rejeki bagi mereka. Mansion ini juga luas banget. Tapi punya kakek ... Ah, udahlah.'

"Selamat datang di rumah mama dan papa, Zaya." Ucap Anika tulus.

"Ma-mama? Pa-pa?" beo Mazaya sambil mengerjapkan matanya. Sejak kecil, ia sangat merindukan kasih sayang orang tuanya, tapi sayang kedua orang tuanya telah tiada karena suatu peristiwa yang tak terelakkan meninggalkannya hanya berdua saja dengan sang kakek. Matanya seketika berkaca-kaca. Hanya mendengar kalimat mama dan papa saja sudah membuatnya terharu.

Anika yang paham mungkin Mazaya tengah teringat dengan kedua orang tuanya pun tersenyum pilu. Ia pun mengusap kepala Mazaya dengan penuh kelembutan.

"Iya, mulai sekarang, panggil mama dan papa, oke? Kan Zaya mulai hari ini udah jadi putri menantu mama dan papa, ya kan pa?"

"Mama kamu benar, Zaya. Pokoknya, mulai sekarang anggap kami sebagai mama dan papa mu. Bukan mertua karena kami sudah menganggapmu seperti putri kami sendiri. Jadi, bila butuh sesuatu atau apapun itu, bilang aja ke mama papa. Termasuk bila Elang berbuat macam-macam sama kamu, kamu mengerti?"

"Elang?" beo Mazaya tak paham. Siapa itu Elang pikir Mazaya.

"Iya, Elang. Elang itu panggilan kami untuk Gemilang. " Ucap Guntara sambil tersenyum geli melihat ekspresi cengo Mazaya.

"Ya udah, kamu istirahat aja dulu ya, Zaya. Mama yakin, kamu pasti benar-benar capek karena pernikahan dadakan ini," ucap Anika lembut. Mazaya hanya mengangguk. Ia pun belum tahu harus tidur di mana.

"Rani," panggil Anika pada salah satu maid di mansion itu.

"Iya, nyonya," sahut Rani cepat seraya maju satu langkah dari posisinya.

"Antar nona Mazaya ke kamar Elang. Minta yang lain bantu Mazaya bawakan tasnya juga ke atas," titah Anika.

"Baik, Nyonya," jawab Rani sambil menundukkan kepalanya. "Mari Nina, silahkan ikuti saya. Saya akan mengantarkan nona ke kamar tuan Gemilang," ucap Rani seraya tersenyum sopan.

Mazaya mengangguk kemudian mengikuti langkah Rani menuju lift setelah terlebih dahulu ia meminta rekannya membawakan tas dan koper kecil milik Mazaya.

Kamar Gemilang terletak di lantai 3. Di dalam lift , Mazaya pun mengajak Rani bercerita.

"Nama kamu siapa?" tanya Mazaya.

"Rani, nona," ucap Rani.

"Kalau kamu?" tanya Mazaya pada seseorang yang membawakan tasnya. Sebenarnya ia ingin membawa sendiri tas tersebut, tapi ia tahu, pasti Anika akan menolak keinginannya itu.

"Saya Ratih, nona."

Mazaya mengangguk-angguk kepalanya, "nggak perlu nunduk terus gitu. Apa leher kalian nggak sakit? Kalau hanya kita saja, tak perlu terlalu formal. Apalagi sepertinya kita seumuran," ucap Mazaya ramah.

"Maaf nona, ini sudah peraturan di mansion ini."

"Ayolah Ran, jangan begitu lah. Kamu juga, Tih. Kalau hanya kita bertiga saja, anggap aku seperti teman kalian saja."

"Maaf nona, kami tidak bisa." Kini Ratih yang angkat bicara. Mazaya menghela nafasnya. Para maid di mansion ini ternyata cukup patuh pada peraturan.

"Ya udah, terserah deh. Tapi ngomong-ngomong, jumlah maid yang bekerja d mansion ini ada berapa? Tadi yang saya hitung ada 25 orang. Itupun bukan termasuk keamanan, tukang kebun, dan sopir."

"Semuanya ada 50 orang nona."

"50? Banyak juga ya." Mazaya mengangguk-angguk kepalanya.

"Iya nona, maklum, mansion ini luas sekali jadi membutuhkan banyak pelayan seperti kami," cicit Rani. Mazaya pun memakluminya.

"Kalian sudah berapa lama bekerja di sini?"

"Saya sudah bekerja di sini semenjak lulus SMA, nona. Kalau dihitung-hitung sudah hampir 5 tahun. " Jawab Rani.

"Waw, lama juga ya!" sahut Mazaya sambil tersenyum.

"Kalau saya baru 3 tahun nona." Jawab Ratih.

"Semoga kalian betah ya dapat nona cerewet seperti aku," seloroh Mazaya membuat Ratih dan Rani terkekeh.

"Nona salah, kami justru senang mengenal Anda nona. Anda ternyata ramah dan menyenangkan." Puji Rani.

"Rani benar nona. Anda juga sangat cantik. Pilihan tuan Guntara dan Nyonya Anika memang tidak salah. Semoga samawa ya, nona," timpal Ratih yang diaamiinkan oleh Mazaya.

Ting ...

"Kita sudah sampai nona." Ujar Rani. Ternyata lift itu berhenti tepat di depan kamar Gemilang. Sebelum membukakan pintu, Rani terlebih dahulu mengetuk pintu kamar Gemilang. Karena tak ada sahutan, Rani pun memutar handle pintu hingga terbuka lebar.

Kemudian mereka pun mempersilahkan Mazaya masuk ke dalam kamar tersebut. Setelahnya, mereka pun segera berpamitan dengan Mazaya.

Di dalam kamar yang didominasi warna abu-abu itu, Mazaya berjalan perlahan. Kamar tersebut tertata rapi dan sangat luas. Di dalamnya juga ada ruang wardrobe dan balkon yang menghubungkan dengan pemandangan kolam renang di lantai bawah. Mazaya lantas berdiri di sana sambil memperhatikan sekitar.

"Orang miskin baru pertama kali melihat kolam renang, hm?" cemooh seseorang. Mazaya tahu suara siapa itu. Meskipun baru beberapa kali mendengar suara pria itu, tapi Mazaya sudah bisa mengenalinya.

"Kalau iya, kenapa? Salah?" balas Mazaya lembut sambil membalikkan badannya. Kedua tangannya pun telah terlipat di depan dada dengan senyum manis tersungging di bibirnya.

"Aku heran, apa hebatnya dirimu sampai kakek memaksaku menikahimu? Perempuan kampung. Pendidikanmu pun paling sebatas SMA, iya kan!" Sinis Gemilang dengan tatapan tajamnya.

Mazaya mengedikkan bahunya tak acuh. Percuma saja menjawab, dia pun pasti takkan percaya pikirnya. Biarkan saja laki-laki itu dengan spekulasinya sendiri. Lagipula, belum saatnya menjelaskan siapa dirinya. Mungkin suatu hari nanti, bila laki-laki itu tahu identitasnya sebenarnya, jantungnya bisa-bisa copot karena shock. Sebenarnya wajar laki-laki itu bersikap arogan. Selain karena memang ia kaya raya, ia juga memiliki paras yang sangat rupawan. Tapi tetap saja nilainya 0 bila tidak memiliki attitude, benar bukan?

"Heh, kau punya sopan santun atau tidak? Aku bicara padamu, tapi kau malah membuang wajah," sentak Gemilang kesal.

"Lalu kau pikir kau sudah sopan, tuan? Kau tiba-tiba saja berdiri di belakangku dan menghinaku, seolah kau pria paling kaya dan hebat di atas dunia ini. Ingat, di atas langit masih ada langit. Jangan terlalu lama mendongak ke atas, nanti lehermu sakit. Sesekali lihatlah ke bawah agar kau sadar dan tidak takabur terhadap apa yang kau miliki. Semua yang kau miliki ini adalah titipan yang bisa diambil kapan saja oleh pemilik sebenarnya."

"Tak usah berceramah di depanku. Lebih baik kau segera tanda tangan surat ini!" Ucap Gemilang dengan suara dinginnya sambil melemparkan sebuah map ke atas meja yang entah apa isinya.

Mazaya pun segera mengambil map tersebut dan membukanya. Seketika bibinya terbuka dan dalam hitungan detik Mazaya terkekeh karenanya.

'Ternyata dugaanku benar. Sepertinya aku memiliki bakat cenayang. Buktinya aku sudah menduga hal ini akan terjadi sebelum pernikahan ini terjadi.'

"Surat kontrak pernikahan? Really?" Ucap Mazaya seraya tertawa geli. Ia pikir surat kontrak pernikahan hanya ada di dalam novel saja, tapi nyatanya itu memang benar ada dan Mazaya sendiri yang kini mendapatkannya.

Apakah Mazaya akan setuju dengan surat kontrak pernikahan tersebut?

...***...

...HAPPY READING. 🥰🥰🥰...

Tak mudah ditindas dan intimidasi

FLASHBACK ON

"Apa? Jadi kakek memintaku segera pulang hanya untuk menikah dengan laki-laki yang bahkan aku tak kenal? Kakek jangan bercanda." Ucap Mazaya tak habis pikir saat tiba-tiba kakeknya menyuruhnya segera pulang.

Padahal ia sedang banyak pekerjaan, tapi karena ia anak yang berbakti, saat kakeknya menitahkan dirinya untuk segera pulang, tanpa basa-basi, Mazaya pun segera pulang.

Mazaya pikir kesehatan kakeknya memburuk karena itulah memintanya segera pulang. Atau mungkin kakeknya begitu merindukannya yang hampir 2 bulan ini tidak pulang ke desa. Padahal kakeknya baru tinggal di desa itu selama 3 bulan. Tapi anggap saja begitu.

Sebenarnya selama ini pun Mazaya tidak tinggal dengan kakeknya. Ada alasan khusus yang membuatnya harus berjauhan dengan keluarganya satu-satunya itu. Namun, selama beberapa bulan sebelum kakek Syailendra pindah ke desa, mereka sempat tinggal bersama untuk memberikan bimbingan sebelum terjun langsung melanjutkan usaha peninggalan mendiang ayahnya.

Kakek Syailendra menepuk sofa di sisi kanannya. Mazaya yang paham pun segera berpindah tempat dan duduk di samping kakeknya.

"Ini untuk kebaikanmu, Zaya. Kakek tidak bisa terus-menerus menjagamu. Kakek sudah terlalu tua. Kakek membutuhkan seseorang yang kuat yang bisa menjaga dan melindungimu kelak."

"Kenapa kakek bisa yakin sekali orang itu bisa melindungi Zaya? Apa kakek nggak takut, dia justru melakukan sebaliknya, menyakiti Zaya?"

"Kalaupun dia menyakitimu, ada orang tuanya yang akan melindungimu."

"Memangnya siapa dia?" tanya Mazaya penasaran dengan laki-laki yang akan dinikahkan dengannya.

"Dia Gemilang Cakrabuana, putra Guntara dan Anika."

"Putra sulung Om Guntara dan Tante Anika? Tapi aku kan belum mengenalnya kek?" Sebisa mungkin Mazaya ingin menolak. Ia tak mau dijodohkan. Ia tak mau nasibnya berakhir seperti tokoh-tokoh novel bertema perjodohan yang nasibnya mengenaskan. Menikah yang diawali rasa cinta saja belum tentu berakhir bahagia, apalagi menikah karena perjodohan.

"Kau memang belum mengenalnya, tapi setelah menikah kan kalian bisa saling berkenalan."

"Kek, bagaimana kalau dia sudah memiliki kekasih yang ingin dia nikahi? Aku nggak mau nasibku kayak tokoh wanita dalam novel bertema perjodohan, berakhir perceraian."

"Kalau nggak mau, ya pertahankan."

"Kalau bertahan tapi menyakitkan, masa' Zaya harus terus mempertahankan sih kek?"

"Cucu kakek ini perempuan tangguh. Jadi kakek percaya, cucu kakek bisa mempertahankan rumah tangganya dan menghalau pelakor-pelakor busuk yang mencoba menghancurkan rumah tangga kalian. Jangan mau kalah. Hempaskan mereka yang mencoba merebut suamimu."

"Tapi kan tetap saja, yang salah ya aku. Kan aku yang masuk ke dalam hubungan mereka."

"Tapi kamu tetap yang utama. Kamu istri sah. Kamu punya power dan kedudukan kamu jelas lebih unggul. Udah, jangan pesimis. Cucu kakek itu tak terkalahkan. Kamu mau ya?"

"Emangnya Zaya bisa menolak perintah kakek?" Mazaya bersungut-sungut. Ia kesal, tapi ia tidak bisa membantah.

"Percaya sama kakek. Ini memang yang terbaik untuk kamu."

"Baiklah. Tapi Zaya punya syarat?"

"Apa?" tanya kakek penasaran.

"Sebelum itu, Zaya mau tanya, apakah laki-laki bernama Gemilang itu tahu siapa kakek sebenarnya?" tanya Mazaya penuh selidik.

Kakek Syailendra menggeleng, "tidak. Kamu kan tahu, selama ini kakek mengutus orang kepercayaan kakek untuk mengurus segalanya."

Mazaya mengangguk-anggukan kepalanya, "bagus. Kalau begitu, Zaya mohon kakek bilang ke om dan Tante jangan kasih tau siapa Mazaya yang sebenarnya. Biarkan laki-laki itu mengenal Zaya sebagai gadis kampung." Ucap Mazaya membuat dahi kakek Syailendra mengerut bingung. Lantas Mazaya mengeluarkan sebuah kotak yang berisi kacamata. Kacamata tebal yang kerap ia pakai dulu saat masih sekolah. Kemudian ia memakai kacamata itu membuat kakek Syailendra makin kebingungan. Bagaimana tidak, bila gadis lain ingin berdandan secantik mungkin di depan calon suaminya, Mazaya justru ingin menutupi kecantikannya. Walau tak dapat dipungkiri, meskipun memakai kacamata tebal, kecantikan Mazaya masih terlihat jelas. Karena itulah, saat masa sekolah, meskipun Mazaya kerap bergaya ala anak cupu, tapi ternyata masih banyak saja anak laki-laki yang mencoba mendekatinya. Apalagi Mazaya terkenal sebagai anak yang cerdas dan sering mewakili sekolah untuk mengikuti lomba maupun olimpiade terutama di bidang sains.

"Kenapa kamu pakai kacamata itu lagi, nak?" tanya kakek Syailendra yang penasaran.

"Kek, kita tidak tahu sifat asli putra Km Guntara dan Tante Anika. Bisa saja saat tahu siapa Mazaya sebenarnya, dia malah pura-pura baik. Bukan bermaksud su'udzon, hanya sedikit was-was. Selain itu, Zaya ingin dicintai dengan tulus apa adanya, bukan karena ada apa-apanya. Kakek paham kan maksud Zaya?"

Kakek Syailendra menghela nafasnya, tapi tak pelak ia mengangguk setuju. Menurutnya, apa yang cucunya ucapkan itu benar adanya.

Flashback off

...***...

"Surat kontrak pernikahan? Really?" Ucap Mazaya seraya tertawa geli. Ia pikir surat kontrak pernikahan hanya ada di dalam novel saja, tapi nyatanya itu memang benar ada dan Mazaya sendiri yang kini mendapatkannya.

Lalu Mazaya melanjutkan membaca poin demi poin yang tercantum di dalamnya.

Pernikahan ini hanya akan berlangsung selama 1 tahun.

Pihak kedua dilarang ikut campur urusan pribadi pihak pertama.

Tak ada kontak fisik termasuk nafkah batin. Kontak fisik hanya berlaku di depan orang tua.

Pihak kedua wajib mematuhi kata-kata dan peraturan dari pihak pertama.

Selama kontrak pernikahan berlangsung, pihak kedua dilarang menjalin hubungan dengan orang laki-laki lain.

Saat perceraian, pihak kedua tidak berhak menuntut harta gono gini selain apa yang diberikan pihak pertama.

TTD,

Pihak pertama : Gemilang Cakrabuana

Pihak kedua : Mazaya Claudia

Setelah membaca poin-poin yang tercantum di dalam kontrak pernikahan yang diberikan Gemilang, Mazaya tergelak kencang. Bisa-bisanya laki-laki yang sudah bergelar sebagai suaminya itu membuat perjanjian yang menguntungkan dirinya sendiri. Enak saja, pikirnya.

"Apa yang kau tertawakan? Lekas tanda tangani itu, cepat!" ucap Gemilang sedikit meninggi.

Namun bukannya menuruti perintah Gemilang, Mazaya justru merobek surat kontrak pernikahan itu tepat di depan mata Gemilang.

Sreeetttt ...

Mazaya merobeknya menjadi potongan kecil kemudian membuangnya ke dalam tempat sampah membuat Gemilang melotot tak percaya sebab baru kali ini ada orang yang berani menentangnya selain kedua orang tuanya dan kakeknya.

"Kau ... " pekik Gemilang murka. "Apa yang kau lakukan, hah? Mengapa kau merobeknya?" sentak Gemilang kesal.

Tangan Mazaya sudah kembali bersedekap di depan dada, "memangnya kenapa? Ada yang salah kalau aku merobek perjanjian konyol itu?" cibir Mazaya santai membuat Gemilang makin kesal.

"Kau bilang itu konyol? Kau yang konyol."

"Ya, memang surat itu full berisi kekonyolan. Apa kau pikir pernikahan itu ajang permainan, hah? Bisa-bisanya baru sehari menikah, tapi kau sudah mengajukan surat perjanjian yang salah satu isinya menyatakan akan bercerai satu tahun kemudian? Kalau kau tak mau menikah denganku, mengapa kau menyetujui pernikahan ini? Ingat, kau itu bukan hanya berjanji di depan kakekku dan kedua orang tuamu, tapi juga di depan Allah. Itulah kalau di otaknya isinya hanya tentang dunia, sampai lupa, kita tak selamanya berada di dunia, tapi masih ada tempat yang lebih kekal lagi setelahnya dan setiap apa yang kau lakukan akan kau pertanggungjawabkan di sana. Termasuk janjimu saat ijab Kabul tadi."

"Tutup mulutmu! Aku tak membutuhkan ceramah darimu. Kau pikir aku mau menikah dengan perempuan kampungan sepertimu," cemooh Gemilang sambil menatap Mazaya yang masih mengenakan kebaya jadul milik art kakeknya. Ia juga mengenakan kacamata tebalnya tanpa make up sedikitpun. "Kalau bukan karena permintaan kakekku, mana sudi aku menikah dengan perempuan kampungan seperti dirimu," ujar Gemilang dengan suara baritonnya.

"Oh ya?" Sahut Mazaya acuh membuat Gemilang makin tersulut emosinya.

Gemilang baru saja akan kembali menumpahkan kekesalannya hingga tiba-tiba terdengar suara ketukan di depan pintu membuatnya terpaksa menahan kekesalannya bulat-bulat.

"Baiklah kalau kau masih mau mempertahankan pernikahan ini. Kita lihat sebatas mana kau mampu bertahan. Aku pastikan akan membuatmu menderita hingga lebih memilih bercerai daripada bertahan." Ancam Gemilang sebelum beranjak dari sana.

"Oke, siapa takut." Jawab Mazaya acuh tak acuh dengan seringai di bibirnya.

Kepala Gemilang rasanya mau pecah. Ia benar-benar kesal. Gemilang pikir perempuan yang ia nikahi akan mudah ia tindas dan intimidasi, tapi nyatanya tak semudah itu. Gemilang jadi makin tertantang untuk menghancurkannya.

...***...

...HAPPY READING. 🥰🥰🥰...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!