Hari senin adalah hari yang paling Disya benci, karena hari senin adalah mata pelajaran Matematika yang paling tidak di sukai oleh Disya. Disya anak yang paling malas berhitung, dan otaknya di bawah rata-rata jika berurusan dengan yang namanya hitung-hitungan.
"Sya lo udah selesai belom? cepetan eh nanti pak Alex ngomel." Amanda sahabat Disya yang paling pinter dalam segala hal, salah satunya Matematika.
"Bentar Juminten, gue lagi ngerjain nomor tiga nih." Sahut Disya santai.
"Astaga Sya, dari tadi lo baru sampe nomor tiga? ya Tuhan nih anak bener-bener kelewatan banget pinternya."
"Diem lo, Man. Ganggu konsentrasi gue tau gak." Sungut Disya membuat Amanda memutar kedua bola matanya malas.
"Amanda Monica, apakah temanmu sudah selesai?" Tanya pak Alex dengan tidak sabar.
"Sebentar lagi pak." Jawab Amanda sopan." Cepetan Sya tuh pak Alex udah mulai kesal nungguin."
"Ah elah tuh pak Bambang bener-bener bikin gue gagal fokus." Disya membatin kesal. "Nih ambil gak sabaran banget sih." Disya menyodorkan lembar jawabannya kepada sahabatnya tersebut dengan kesal. Dengan cepat Amanda pun mengambilnya dan mmemberikannya kepada pak Alex.
"Ini pak."
"Terima kasih Manda."
"Sama-sama pak."
Pak Alex berjalan keluar sementara Amanda langsung menghampiri Disya yang sedang asyik bermain dengan ponselnya." Ke kantin yuk." Ajak Amanda.
"Hmm ok." Sahut Disya seraya bangkit dari kursinya. Lalu setelah itu keduanya pun mulai berjalan melangkahkan kedua kakinya menuju kantin sekolah.
***
Kantin sekolah
Disya dan juga Amanda sudah duduk di kursinya masing-masing. Kedua gadis cantik itu terlihat sedang menunggu dua sahabat laki-lakinya.
"Kak Erlan sama kak Adit kemana ya? tumben belum keliatan batang hidungnya." Ucap Amanda sambil celingukan mencari keberadaan kedua sahabatnya tersebut.
"Tuh mereka." Sahut Disya seraya menunjuk kedatangan dua sahabat laki-laki nya itu.
Amanda langsung mengarahkan pandangannya pada jari telunjuk sahabatnya tersebut.
"Panjang umur lo berdua kak, baru aja gue omongin eh udah nongol aja." Ucap Amanda sambil menatap kedua laki-laki itu kesal.
"Ngomongin apa lo berdua? pasti lagi ngomongin ketampanan gue ya." Adit berkata diirngi dengan senyuman sombongnya.
"Njir kepedean banget lo, muka pas-pasan aja di bilang tampan." Disya menjawab dengan nada sedikit ketus.
"Songong lo sama kakak kelas, gue cium juga lo." Seru Adit sambil menatap Disya kesal.
"Ogah banget gue di cium sama bibir dower lo, Cium pantat ayam sono." Sahut Disya sambil asyik memainkan ponsel miliknya.
Erlan hanya memperhatikan Disya dalam diam, ia sendiri males untuk mengeluarkan kata-kata mutiaranya untuk mereka berdua.
"Eh Maemunah, gini-gini juga bibir gue seksi, masa iya gue harus cium pantat ayam, lama-lama gue karungin juga lo."
"Udah deh jangan mulai, lo berdua tuh udah kaya tom and jery tau gak sih, setiap ketemu berantem mulu heran gue." Ucap Amanda sembari menggelengkan kepalanya.
"Kak Erlan lo mau pesen apa, biar gue pesenin." Tawar Amanda kepada Erlan yang sedari tadi hanya menatap sahabatnya Disya.
"Seperti biasa aja." Jawab Erlan singkat tanpa mengalihkan pandangannya.
"Sya lo mau sekalian gue pesenin gak? lo dari tadi sibuk mulu sama ponsel lo."
Disya menghentikan aktifitasnya, ia menatap Amanda." Iya Manda sayang, gue samain aja ya kayak yang lo pesen ok."
"Ok ayo kak Adit." Ajak Amanda kepada Adit yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya yang membuatnya kesal.
"Lo mah gue mulu yang di ajak, si Erlan kek, atau kagak si ..."
"Sudah sana lo berisik tau gak, komplen aja." Ujar Disya tanpa melihat Aditia.
"Dasar nenek lampir, untung lo cantik." Gerutu Aditia sambil bangkit dari tempat duduknya, sementara Disya hanya mengedikan bahunya tak perduli.
Bersambung
"Lo chatan sama siapa sih, dari tadi sibuk mulu." Tanya Erlan setelah kepergian dua sahabatnya tersebut.
"Kepo banget sih lo kak, mau tau aja urusan gue." Jawab Disya tanpa mengalihkan pandangannya.
Erlan berpindah posisi, dia duduk di samping Disya yang masih sibuk dengan ponselnya." Sini gue liat." Ujar Erlan sambil merebut ponsel Disya.
"Ih Erlan apaan sih lo, balikin gak hp gue."
Erlan tidak menghiraukan ucapan Disya, ia sibuk melihat apa yang ada di dalam ponsel milik Disya." Siapa nih Dino?" Tanya Erlan dingin, ia tak suka jika sahabatnya berdekatan dengan laki-laki lain.
"Bukan urusan lo Erlan, mending balikin ponsel gue." Pinta Disya dengan kesal.
"Jawab dulu siapa Dino?" Tanya Erlan dengan nada yang sedikit tinggi.
"Dino itu gebetannya Disya kak, lo ngapain sih kepoin Disya mulu heran gue, dari kita SMP lo selalu aja ngatur-ngatur Disya, Disya gak boleh deket si inilah si itulah, mau lo apa sih kak?." Tiba-tiba Amanda datang dan menjawab pertanyaan Erlan dengan sedikit kesal.
"Ck,,,, gue cuma gak mau kalau Disya tuh terjerumus dan mengenal laki-laki brengsek, nih ambil."
"Kalau lo gini terus kasian dong Disya nya, jomblo terus."
"Lebih baik begitulah." Karena gue tidak ingin Disya di miliki oleh laki-laki selain gue." Batin Erlan sambil menatap tajam Disya yang kini tengah memonyongkan bibirnya.
"Sudahlah dari pada ribut, mending kita makan aja ok." Adit berkata sambil memasukan makanannya ke dalam mulut Disya yang tadinya akan membalas ucapan Erlan.
Disya melotot, sementara Erlan hanya mendengus kesal dan Amanda tengah meminum orange jus miliknya.
"Hay sayang ikut gabung ya." Tiba-tiba wanita cantik ikut duduk di samping Erlan dengan gaya manjanya ia langsung menggelayut di lengan Erlan.
"Lepas Can." Ujar Erlan yang tak suka dengan kelakuan pacarnya tersebut.
"Dasar si tai, gue aja di larang-larang deket sama siapapun, nah dianya sendiri berpacaran sama si Cantika." Batin Disya kesal." Biarin aja sih kak, kan doi pacar lo, iya gak guys."
"Bener tuh, lagian ngapain meski malu-malu sih Lan." Timpal Adit sependapat dengan Disya.
"Diem lu monyet." Kesal Erlan.
"Kak Cantika sudah lama pacaran sama kak Erlan.?" Tanya Amanda sambil mengunyah makanannya.
"Eh Munaroh, kalau mau ngomong telen dulu tuh makanan." Adit menoyor kepala sahabatnya itu.
"Diem luh Bambang, suka-suka gue lah." Balas Manda.
"Sudah kalian jangan ribut, kak Cantika kok gak di jawab sih pertanyaan si Munaroh." Disya yang penasaran pun ikut menanyainya.
"Emm baru seminggu sih." Jawab Cantika sedikit malu-malu.
"Siapa yang nembak kak? kak Cantika atau si Bambang itu.?" Tanya Amanda.
"Emmm..."
"Diem lu, lama-lama gue sumpel juga mulut lo, kepo banget jadi orang." Erlan mulai jengah dengan pertanyaan sahabatnya tersebut.
"Dasar bekicot gitu aja marah."Gumam Amanda pelan.
"Ok pemirsa, mari kita makan dengan damai dan tenang, semoga tidak ada lagi yang bersuara disini, silahkan menghabiskan makanan anda-anda semua sebelum bunyi bel masuk." Aditia mulai berpidato dengan ciri khasnya.
***
Pulang sekolah seperti biasa empat sahabat itu selalu pulang bersama, mereka selalu menggunakan bis untuk pulang ke rumahnya masing-masing.
"Eh nongki dulu yuk mungpung baru jam dua nih." Ajak Aditia.
"Gimana Sya, mau nongki dulu apa langsung pulang?" Tanya Amanda sambil memainkan rambutnya.
"Gue pulang aja deh, gue gak ikut." Balas Disya.
"Ya elah gak seru banget lo, masa cuma kita bertiga doank." Ucap Adit sambil menendang botol yang ada di hadapannya.
"Gue juga gak ikut, lo berdua aja." Erlan berbicara tapi tatapannya hanya tertuju pada sahabatnya Disya.
"Apaan sih gak seru banget lo berdua." Amanda sangat kesal.
"Manda sini deh." Panggil Disya seraya menarik tangan kanan Amanda." Eh kalian jalan duluan aja, gue mau ngomong sebentar sama si Manda." Usir Disya kepada dua sahabatnya tersebut.
"Lo mau ngomongin apasih Sya sampai kita gak boleh denger segala." Tanya Adit kepo, sementara Erlan hanya mengernyitkan keningnya.
"Urusan cewe, jadi lo gak usah kepo, udah sana." Usir Disya.
"Ah elah pelit banget, yuk Lan kita duluan."
"Apa yang lo rencanain Disya? gue yakin lo pasti nyembunyiin sesuatu dari gue, gue harus cari tau nanti." Batin Erlan penasaran.
Setelah kepergian dua laki-laki tampan tersebut, Disya pun mulai berbicara." Manda tolongin gue donk, hari ini Dino ngajak gue ketemuan di kafe ujung jalan, jadi lo harus ngerahasiain ini dari kak Erlan sama kak Adit ok, lo tau sendirikan kak Erlan selalu saja ngintilin gue kemanapun gue pergi."
"Serius lo? wah akhirnya seorang Gladisya Feronica sudah tidak jomblo lagi." Amanda berpikir sejenak." Hmm jadi gue harus gimana Sya? secara kak Erlan tuh udah kaya apa tau kalau menyangkut soal lo."
"Lo ajak mereka berdua kemana kek gitu, nah lo bilang aja gue bakalan nyusul biar mereka gak curiga, dan nanti kalau gue gak datang, gue kan bisa alasan kalau gue ketiduran."
"Hmm ok, ok yaudah ayo kita jalan, nanti mereka malah curiga lagi." Ajak Manda sambil menarik lengan sahabatnya Disya.
"Manda memang terbaik, thanks baby muach..."
"Idih apaan sih Disya geli tau."
"Hahaha biar nular cantiknya."
"Dih gue udah cantik sayang, ya walaupun tak secantik lo sih."
"Makannya gue cium lo biar cantik kayak gue."
"Iya deh iya, terserah tuan putri aja, ayo cepat jalan."
"Kalian abis ngomongin apaan sih lama banget." Kekar Adit sedikit kesal, sementara Erlan hanya menatap Disya datar, namun justru tatapan itu penuh tanda tanya.
"Kepo banget sih lo, ini tuh urusan cewe tau, yaudah yuk jalan." Sahut Disya sambil melewati mereka berdua.
"Dasar Maemunah, untung lo cantik kalau kagak udah gue ketekin lo." Adit bersungut ria karena kesal mendengar jawaban Disya, sementara Disya tidak menggubris ucapan Adit yang menurutnya tidaklah penting.
Bersambung.
Sore hari seperti yang di ucapkan Disya, sore ini ia akan bertemu dengan Dino si laki-laki tampan sekaligus menjadi gebetannya.
Disya sudah cantik dengan mini dress berwarna hitam sangat cocok dengan kulitnya yang putih itu. Disya bercermin, ia tersenyum sambil memutar tubuhnya. "Hmm cantik juga gue." Ucapnya di iringi dengan kekehannya. Setelah itu Disya kembali memoles liftin di bibirnya. "Ok sudah selesai." Ia kembali menyunggingkan senyumannya kemudian setelah itu ia berjalan ke arah nakas untuk mengambil ponsel miliknya.
Disya menaruh ponselnya di tas kecil miliknya, kemudian ia keluar dari kamarnya dengan hati berbunga-bunga layaknya seorang ABG yang sedang jatuh cinta.
"Mau kemana sayang?" Tanya sang mama yang melihat putrinya menuruni anak tangga.
"Emmm... Disya mau keluar sebentar ya mah." Sahut Disya sembari menghampiri sang mama, kemudian mencium pipi kanan dan juga pipi kiri sang mama.
"Sepertinya anak mama sedang jatuh cinta nih." Goda sang mama sambil mencubit gemas pipi putrinya itu.
"Ish mama tahu aja." Kekeh Disya sambil memeluk erat mama tersayangnya. "Yasudah Disya berangkat dulu ya mah." Pamit Disya sambil mencium punggung tangan sang mama. "Oh ya, kalau ada kak Erlan ke sini, bilang aja Disya lagi mandi atau tidur kek, pokoknya mama jangan bilang kalau Disya pergi keluar. Ok." Ucap Disya kembali.
"Loh memangnya kenapa sayang?" Tanya sang mama sambil mengernyitkan keningnya bingung.
"Ish pokoknya mama jangan bilang Disya keluar, soalnya kalau kak Erlan tau, dia pasti akan nyusulin Disya mah. Yasudah Disya pamit dulu, mama ingat pesan Disya ya."
"Yasudah kalau gitu, kamu hati-hati ya jangan malam-malam ya pulangnya." Nasehat sang mama.
"Siap mom. Bye muach." Setelah itu Disya langsung melangkahkan kakinya meninggalkan mama Mita yang hanya menggelengkan kepalanya.
***
Erlan tengah bersandar di kepala sofa yang ada di dalam kamarnya, ia terus teringat dengan tingkah laku Disya yang menurutnya sangat aneh. Apalagi ketika Disya berbisik-bisik dengan Amanda, sungguh membuatnya semakin di rundung rasa penasarannya.
"Er... Jadikan kita pergi?" Tiba-tiba saja suara Aditia menggema memenuhi seluruh ruangan kamarnya sehingga membuat Erlan terkejut dan kembali ke alam sadarnya.
"Lo gak bisa kalau masuk kamar orang permisi dulu hah?" Dengus Erlan sambil menatap tajam sahabat sengkleknya itu.
"Astaga....kenapa Lo sewot sih, biasanya juga gw masuk tanpa permisi dulu." Aditia berjalan kemudian ia duduk di dekat Erlan. "Jadi gak kita pergi?" Tanya Aditia kembali.
"Gue malas. Gue mau ke rumah Disya." Sahut Erlan sambil bangkit dari tempat duduknya.
"Disya juga ikut Er. Kata Manda dia mau mandi dulu, nanti dia nyusul sama si Manda." Adit berkata dengan kesal.
"Kalau begitu kita pergi bareng saja." Ucap Erlan sambil melangkahkan kakinya meninggalkan Aditia.
"Aish Lo kayak gak tahu cewek aja, kalau mandi sama dandan tuh lama. Udahlah kita duluan aja Er." Aditia bangkit dan menyusul Erlan yang berjalan keluar dari kamarnya.
Erlan tidak menyahut, ia terus berjalan menuruni anak tangga satu persatu. "Woooy Erlan. Gue di kacangin. Sialan." Aditia setengah berteriak kesal memanggil sahabatnya itu. Namun Erlan sama sekali tidak menggubrisnya.
"Aditia Wiratmaja. Kamu pikir rumah tante hutan pake acara teriak-teriak segala?" Tante Tania menatap Aditia gemas, Aditia memang selalu membuatnya Skot jantung. Kalau tidak teriak-teriak ya datang mengagetkan seperti jelangkung.
"Eh ada tante." Aditia menghampiri tante Tania sambil memperlihatkan senyuman bodohnya. "Sejak kapan Tante berdiri di situ Tan?" Tanyanya polos.
"Sejak Jelangkung datang ke rumah Tante." Jawab Tante Tania dengan santai.
"Memangnya ada jelangkung ya Tan?" Tanya Aditia semakin menyebalkan.
"Ada. Jelangkungnya kamu Aditia Wiratmaja." Sahut tante Tania kesal. "Kalian mau kemana?" Tanyanya sambil menatap anak dan juga sahabat anaknya bergantian.
"Erlan mau ke rumah Disya dulu mah." Erlan menjawab lembut, ia meraih tangan kanan sang mama, kemudian menciummya. "Erlan pamit ya." Ucapnya kembali.
"Oh yasudah kalau gitu, salam buat tante Mita ya."
"Siap tante." Aditia menyahut sambil mengangkat lima jarinya.
"Gak usah teriak-teriak ******. "Dengus Erlan yang merasa kupingnya berdengung akibat teriakan sahabatnya itu. "Kita berangkat mah." Erlan kembali berpamitan kepada sang mama, begitupun juga dengan Aditia.
Tante Tania tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, setelah itu Erlan dan juga Aditia pun bergegas melangkahkan kakinya keluar.
***
Cafe.
Disya menghampiri Dino yang sudah duduk manis di kursinya. "Sudah lama ya." Tanya Disya sambil memperlihatkan senyuman manisnya.
"Maaf aku telat." Ucapnya kembali sedikit merasa bersalah karena sudah membuat Dino menunggu.
Dino menatap Disya tanpa berkedip. Sungguh penampilan Disya saat ini, benar-benar membuatnya terpesona. "Ya Tuhan cantik sekali dia." Ucapnya dalam hati.
"Hay Din..." Disya mengibaskan satu tangannya di hadapan wajah Dino, sehingga membuat Dino kembali ke alam sadarnya. "Kok lo bengong sih." Ucap Disya sambil mendaratkan bokongnya di kursi.
"Ah iya sorry Sya. Habisnya kamu sangat cantik sih." Ucap Dino dengan jujur.
Disya tersenyum malu. "Aku tau kalau aku cantik, sudah dari lahir malah." Jawab Disya mencoba untuk bersikap seperti biasanya.
"Iya saking cantiknya, aku sampai tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu Sya." Ucap Dino mulai mengeluarkan kata manisnya.
"Astaga nih anak pintar juga ngegombalnya." Batin Disya sambil tersipu malu. "Gombal aja lo Din."
"Ish serius Sya."
Disya memutar kedua bola matanya dengan malas. "Hmm iyain aja deh." Ucap Disya di iringi dengan kekehannya.
Dino tersenyum, kemudian ia memanggil waiters untuk memesan minumannya. "Mau pesen apa Sya?" Tanya Dino dengan lembut.
"Hmm jus alpukat aja deh."
"Makanannya?" Dino kembali bertanya dengan lembut, tak lupa senyuman yang manis selalu menghiasi wajah tampannya.
"Gak deh, aku udah makan tadi." Ucap Disya yang membuat Dino sedikit kecewa.
"Mba jus alpukatnya dua ya." Ucap Dino kepasa sang waiters.
"Ada lagi mas?"
"Udah itu aja mba." Ucap Dino ramah.
"Baiklah. Silahkan di tunggu ya pesanannya." Ucap sang waiters dengan ramah, Dino dan juga Disya hanya menganggukkan kepalanya pelan. Setelah itu sang waiters pun pergi melangkahkan kakinya.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!