Di tengah terik matahari, seorang lelaki sedang beristirahat di bawah pohon akasia. Dengan wajah yang penuh peluh, ia duduk di atas motor matic sambil menatap kendaraan yang berlalu lalang di sekitar.
Lelah, satu kata yang paling tepat untuk melukiskan keadaannya saat ini. Sejak pagi ia berkendara ke sana kemari mengantarkan makanan pelanggan. Tak jarang ia mendapat omelan karena tidak tepat waktu. Mau bagaimana lagi, terkadang pesanan ramai dan arahnya saling berlawanan. Sementara dia menjadi kurir seorang diri.
"Nggak apa-apa, kan, istirahat bentar? Sumpah, aku lelah banget hari ini," gumam lelaki yang menyandang nama Fabian Barra Akalanka.
Dia adalah kurir makanan di Wendy's Resto. Usianya baru menginjak 24 tahun, tetapi sangat gigih dan pantang menyerah. Dengan rambut yang dibiarkan memanjang hingga menyentuh leher, wajahnya tampak rupawan meski tidak terawat sempurna.
Ketika Fabian masih sibuk mengusap keringat, tiba-tiba ponselnya berdering, ada notifikasi pesan masuk. Lantas, Fabian mengambilnya dan hendak membaca pesan tersebut.
"Hah? Apa ini?"
Fabian terkejut. Pasalnya, notifikasi barusan bukan pesan, melainkan sebuah aplikasi asing yang entah muncul dari mana. Selama ini, Fabian tidak pernah mengunduhnya. Ah, jangankan mengunduh, tahu namanya saja baru sekarang.
"Selamat anda berhasil menyelesaikan misi. Anda berhak mendapatkan satu unit motor Harley Davidson Breakout. Hadiah akan dikirim setelah anda selesai bekerja." Fabian membaca pemberitahuan yang ada di aplikasi barunya—aplikasi SKAK.
"Ini apaan sih, sembarangan ngasih harapan. Nggak tahu hidupku udah ngenes apa," gerutu Fabian.
"Ulah penipu kali, ya? Tapi, apa untungnya nipu aku. Rekening nggak ada saldo, HP juga cuma ngandalin wifi. Salah sasaran kamu." Fabian terus menggerutu, bahkan sambil memelotot ke arah ponsel.
"Eh ... hapus aja deh. Mana tahu dia ngincar nyawa. Gini gini aku juga masih pengin hidup. Belum nikah, mana siap mati," sambung Fabian seraya mengusap tombol uninstal.
Akan tetapi, tindakan tersebut tidak ada pengaruhnya. Berulang kali Fabian menghapusnya, aplikasi itu tetap saja ada.
"Malah eror lagi, asem bener. Nggak tahu aku lagi bokek apa, malah rusak segala. Berapa tahun sih kamu jadi temanku, nggak bisa banget diajak kompromi," umpat Fabian kepada ponselnya.
Fabian memang bukan orang kaya, bahkan cukup layak disebut miskin. Jangankan rumah atau mobil mewah, motor butut saja ia tak punya. Yang dia bawa sekarang adalah motor milik Wendy—pemilik restoran tempatnya bekerja. Satu-satunya barang berharga yang Fabian miliki hanyalah ponsel lama keluaran tahun 2017, sedangkan sekarang sudah tahun 2022.
Beberapa saat kemudian, Fabian mendapat telepon dari Keyla—rekan kerja di restoran. Gadis itu memberitahukan bahwa ada pesanan lain yang harus segera diantar. Mau tidak mau Fabian menyudahi istirahatnya dan bergegas kembali ke restoran. Untuk sementara, dia melupakan aplikasi asing yang membuat ponselnya eror.
Fabian terus bekerja sampai sore dan pulang tepat jam lima. Meski restoran belum tutup, tetapi Fabian pulang lebih awal karena layanan delivery hanya berlaku siang hari.
____________
Senja belum lama padam, Fabian masih duduk di sudut kamar sambil menikmati secangkir kopi hitam. Dia belum mandi, bahkan kunciran rambutnya pun dibiarkan berantakan tanpa dibenahi. Dia terlalu lelah dan ingin beristirahat sejenak sebelum membersihkan diri.
"Kerja udah ditekuni, tapi uang cuma lewat doang. Kalau kayak gini kapan kayanya, dari dulu miskin mulu." Fabian mengeluh sambil meraih cangkir kopi.
Ketika bibirnya hampir menyesap minuman hangat itu, tiba-tiba pintu kontrakan diketuk dari luar. Fabian mengernyit dan kemudian mengintip dari balik jendela. Di halaman kontrakan terparkir truk dengan bak tertutup, lalu tepat di depan pintu ada dua orang pria berpakaian serba hitam.
"Siapa mereka? Penampilannya kayak debt collector, tapi kan aku nggak punya hutang. Cuma dua ribu rupiah ke Keyla tadi siang, nggak mungkin ditagih dengan cara begini. Dia masih waras," ujar Fabian tanpa beranjak dari balik jendela.
Bersambung...
"Permisi! Tuan Fabian, tolong buka pintunya. Kami ada perlu dengan Anda." Orang di luar kembali memanggil sambil mengetuk pintu, juga menyebut nama Fabian.
Fabian keheranan, lalu beranjak untuk menemui orang tersebut karena sudah tidak ada pilihan lain. Jantung Fabian berdetak tak beraturan, ia takut terjadi sesuatu yang buruk.
"Apa benar Anda Tuan Fabian Barra Akalanka?" tanya orang asing itu ketika pintu sudah terbuka lebar.
"Iya, Fabian itu saya. Ada apa ya, Pak?" Fabian balik bertanya.
"Perkenalkan kami dari tim SKAK. Kami ke sini untuk mengantar hadiah yang Anda klaim tadi siang. Selamat, Anda berhak mendapatkan satu unit motor Harley Davidson Breakout." Orang itu menjelaskan sambil menunjuk ke arah truk.
Fabian tercengang dibuatnya. Dari dalam truk ada dua orang yang juga berpakaian hitam. Mereka menurunkan motor Harley dan membawanya ke depan Fabian.
"Ini ... ini benar untuk saya? Tapi, saya tidak beli. Saya tidak mau terlibat hutang, nggak sanggup bayar," protes Fabian.
"Ini bukan hutang, melainkan hadiah. Anda terpilih sebagai peserta SKAK. Jika Anda berhasil menyelesaikan satu misi, maka Anda berhak mendapat hadiah. Anda akan menjadi billionaire jika berhasil menakhlukkan semua misi."
Fabian makin tercengang, rasanya ini seperti novel-novel fantasi yang penuh imajinasi. Namun, ketika mencubit lengannya, Fabian merasa sakit. Artinya, semua ini nyata.
"Ini surat bukti kepemilikannya, silakan disimpan dengan baik!" sambung orang itu.
"Aku masih nggak paham," gumam Fabian di antara rasa kaget dan bingung.
"Ikuti saja alurnya, Tuan. Setiap hari SKAK akan memberikan arahan kepada Anda. Tidak perlu khawatir karena misi yang diberikan tidak melebihi batas kemampuan. Selamat berjuang, semoga Anda-lah billionaire selanjutnya."
Tanpa menjelaskan detail, orang-orang yang mengaku dari tim SKAK langsung pergi. Mereka meninggalkan Fabian yang masih bergeming di tempatnya.
Beberapa menit kemudian, Fabian tersadar dan langsung menatap surat-surat yang ada di genggaman. Benar saja, memang namanya yang tertera di sana.
"Jadi sekarang ... motor ini beneran punyaku?" Fabian masih tak percaya.
Tak lama setelahnya, Fabian berlari ke kamar sambil membawa kunci motor dan surat kepemilikan. Lantas, dia browsing tentang aplikasi SKAK. Namun sayangnya, tak ada satu pun artikel yang membahas aplikasi tersebut. Bahkan, ketika Fabian mencari di tempat unduh aplikasi, nama SKAK tidak ditemukan. Hal yang sama terjadi saat Fabian mencari tahu lewat media sosial, SKAK tetap nama yang asing.
"Ini sebenarnya apaan ya?" Fabian makin penasaran. Lalu, dia membuka SKAK dan mengotak-atiknya.
Walau cukup lama mencari informasi, tetapi hasilnya tetap nihil. Fabian gagal mengetahui asal usul dan rincian detail aplikasi SKAK. Akhirnya, Fabian menyerah dan hanya berusaha memahami isi aplikasi itu.
Fabian mengusap setiap icon yang tertera dan tak lama kemudian menemukan titik terang. Fabian berhasil mengetahui kepanjangan SKAK, serta alasan mengapa dirinya terpilih sebagai peserta.
"Jadi alasannya___"
Anda terpilih sebagai peserta SKAK karena tercatat sebagai pemuda yang paling mengenaskan.
SKAK adalah Sistem Keberuntungan Anti Kemiskinan. Takhlukkan misi-misi di dalam SKAK dan Anda akan menjadi billionaire selanjutnya.
"Gila! Pemuda mengenaskan katanya, tapi ... ada benarnya juga sih," gumam Fabian.
Sembari membuang napas kasar, Fabian meletakkan ponselnya dan berbaring di ranjang. Dia menatap langit-langit kamar sambil mengingat peristiwa tak mengenakkan yang terjadi tiga hari lalu.
Bersambung...
Kala itu, Fabian bekerja seperti biasa. Namun, karena restoran baru buka, maka Fabian belum mengirim makanan. Dia membantu rekannya mengelap kaca dan menyapu halaman.
Ketika Fabian dan yang lainnya masih sibuk, tiba-tiba ada mobil mewah berhenti di depan restoran. Awalnya, Fabian mengira itu pengunjung, tetapi ternyata bukan. Seseorang yang keluar dari mobil itu adalah pacarnya—Adara Sandria. Gadis itu datang bersama Zayan Danial Bramantio—putra kedua Ivander Bramantio—pemilik perusahaan industri terbesar di Kota Jakarta.
"Sayang, kok kamu ke sini sama dia?" tanya Fabian ketika Adara sudah tiba di hadapannya.
Fabian melirik ke arah Zayan dengan perasaan yang tak karuan. Dia bertanya-tanya ada apa gerangan, mengapa Adara datang bersama Zayan, padahal selama ini mereka tak terlibat kerja sama apa pun. Bahkan setahu Fabian, Adara tidak terlalu kenal dengan Zayan.
"Memangnya kenapa? Kamu nggak suka?" Bukan Adara yang menyahut, melainkan Zayan.
Fabian salah tingkah. Dia merasa pesimis saat ditatap Zayan dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dirinya hanya kurir makanan dengan tampang yang tidak terlalu tampan, dan lagi saat ini sedang membawa lap dan ember. Sementara Zayan, lelaki itu adalah anak pebisnis besar. Tempat kerjanya di dalam ruangan mewah ber-AC dengan pakaian berkerah dan berdasi. Saat ini pun, penampilan Zayan sangat elegan dan berkharisma.
"Bukan begitu, Tuan Zayan. Saya hanya___"
"Bi, kita putus aja. Aku nggak mau lagi jalan sama kamu!"
Ucapan Adara bak halilintar yang menyambar tepat di ulu hati, sangat mengejutkan dan sangat menyakitkan. Entah apa yang dipikirkan gadis itu, mengapa tega melakukannya pada Fabian. Padahal, Fabian sangat mencintainya, dan hubungan yang mereka jalin sudah berjalan selama dua tahun.
"Dara, apa maksudmu?" tanya Fabian dengan harap-harap cemas.
"Maksudku sangat jelas, kita putus. Aku nggak mau punya pacar miskin kayak kamu, memalukan," hina Adara dengan santainya. Dia tak memikirkan betapa sakitnya perasaan Fabian.
"Kita udah dua tahun bersama dan selama ini hubungan kita nyaman-nyaman aja. Kenapa sekarang tiba-tiba begini, Dara?" Fabian masih tak terima.
"Karena aku udah nggak bodoh lagi. Aku udah bisa membuka mata dan nggak terjebak lagi dalam hubungan yang penuh parasit. Aku ... udah punya penggantimu," jawab Dara. Dia mengulum senyum manis sambil menggandeng mesra tangan Zayan.
"Dara, kamu dan dia___"
"Iya, kami pacaran," sahut Zayan. "Bukankah lebih pantas begini, daripada bergandengan dengan kamu?"
Fabian tak menjawab. Dia masih kaget dan tak menyangka Adara akan sekejam itu.
"Kamu punya kaca, kan, di rumah? Sekali-kali lihat dirimu, miskin, dekil, nggak punya masa depan, pantaskah bersanding dengan Adara? Lihat, dia gadis yang cantik, dia kaya dan punya karier. Mimpimu terlalu tinggi jika mengharap dia menjadi pasanganmu," sambung Zayan.
Fabian mengepal. Ingin rasanya mendaratkan bogeman di wajah Zayan, tetapi urung dilakukan karena sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Pukulan tak seberapa bisa berakhir tindak pidana jika uang sudah bicara. Tidak, Fabian tidak akan menyulitkan diri sendiri.
Fabian hanya memandang Adara dengan tatapan sendu. Meski banyak kata yang ingin ia ungkap, tetapi lidahnya kelu dan tak bisa mengucap. Dia hanya berharap, Adara berubah pikiran dan kembali seperti kemarin. Walau tidak punya harta yang sebanding, tetapi Fabian sangat mencintai Adara.
"Dara," bisik Fabian ketika cukup lama tak ada yang bersuara.
"Aku kira semua udah jelas ya, Bi. Kita putus dan ke depannya nggak ada hubungan apa-apa lagi. Aku udah capek kamu ajak jalan tanpa makan enak, kalaupun makan pasti aku yang bayar. Aku udah bosan setiap kali belanja malah beliin kamu, udah muak nahan malu karena punya pasangan jelek dan miskin. Jadi ... kita putus!" ucap Adara tanpa belas kasih.
"Eh, parah ya. Masa makan sama belanja malah minta ceweknya."
"Nggak ngaca banget emang, miskin aja sok-sokan pacaran sama orang kaya."
"Nggak tahu diri dia, dipikir hidup kenyang dengan makan cinta."
"Udah, lepasin aja, cowok kayak gitu nggak pantes dikasihani. Tampang juga nggak keren, buang jauh-jauh lah. Pertahankan yang pasti-pasti aja!"
Fabian tak bisa berkata-kata. Selain kalimat pedas dari Adara, dia juga mendapat hujatan dari beberapa orang yang ada di sana, termasuk rekan kerja di restoran yang selama ini dianggap kawan.
"Karena urusanmu sudah selesai, sekarang ayo kita pergi, Sayang." Zayan merangkul tubuh Adara dan mengajaknya masuk mobil. Tanpa memedulikan Fabian yang masih bergeming, mereka melaju dan meninggalkan Wendy's Resto.
Kepergian Zayan dan Adara tidak menyurutkan hujatan terhadap Fabian. Entah terbuat dari apa hati mereka, mengapa dengan mudahnya menertawakan orang yang tersakiti, seakan-akan itu adalah lawakan yang lucu.
"Udah, jangan dengerin mereka. Yang penting kamu fokus kerja, yakinlah bahwa jalan itu selalu ada untuk mereka yang mau berusaha. Kalaupun Adara udah nggak mau sama kamu, tapi bukan berarti nggak ada wanita lain, kan? Percaya deh, nanti pasti ada yang mencintai kamu dengan tulus, tanpa memandang rupa maupun harta," ucap Keyla Anastasya—waitress di Wendy's Resto.
"Percaya sama aku, keberuntungan itu selalu ada. Hidup ini cukup adil kok, jadi ... kamu jangan sedih lagi ya," sambung Keynara.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!