NovelToon NovelToon

Istri Kecil Arsen

Bab 1 : Menikah dengan Arsenio Yudhistira

Tak perlu menjelaskan bagaimana suasana di rumah pagi ini. Suara umpatan yang sebelumnya tertahan kini menggema seirama dengan detak jantung Alea yang berdetak cepat. Kepanikan tergambar jelas di semua wajah manusia yang berada di rumah ini. Alea yang baru saja keluar dari kamarnya dan bergabung di ruang tengah, hanya bisa diam tanpa berani mengatakan apapun. Hal buruk jelas akan datang padanya jika Marinka— sepupunya itu tak kunjung tiba juga setelah semalam pergi bersama teman-temannya.

Dan saat umpatan itu kembali terdengar diiringi sebuah tatapan penuh harap yang tertuju ke arahnya, Alea tahu masa-masa mudanya akan memiliki rintangan dengan segala hal yang mewajibkannya untuk meminta izin sebelum melakukan apapun.

"Kamu. Kamu yang akan menggantikan Marinka"

Seperti ada letupan kembang api, oh, bukan, letupan gunung berapi disertai erupsi, jantung Alea berdetak makin tak berirama saat Jordi—pamannya itu berkata demikian.

Alea menggelengkan kepalanya tegas "Alea nggak mau Om"

"Kalau kamu nggak mau. Maka om kamu akan masuk ke penjara" kali ini Amel—istri dari pamannya lah yang bicara.

Alea kembali menggelengkan kepalanya "Alea nggak mau om. Kita masih bisa cari kak Marinka"

"Mereka akan datang sebentar lagi Alea. Apa kamu nggak paham situasi macam apa yang tengah terjadi sekarang?!!" ucap Jordi sambil menggoyangkan bahu Alea kencang.

Paham. Alea jelas paham akan situasi macam apa yang terjadi sekarang. Paman yang mengasuhnya sejak Alea kehilangan kedua orang tuanya karena kecelakaan baru saja mengalami kebangkrutan dengan hutang yang amat besar, terutama pada keluarga besar Yudhistira.

Keluarga yang kini meminta Jordi menikahkan salah satu putrinya jika tak mampu membayar hutang. Dan sial nya, Marinka— sepupunya itu kabur diwaktu yang sangat tepat.

Masalahnya, Alea tak tahu wujud laki-laki seperti apa yang akan dijodohkan kepadanya. Bagaimana jika itu adalah om-om berumur kepala 3 dengan perut buncitnya?. Alea jelas tak bersedia menghancurkan masa depannya dan menjadi sugar baby pria tua.

"Bukankah seharusnya kamu balas budi sekarang? Om dan bibi sudah merawat kamu sejak SMP. Jika nggak ada bibi dan om, sudah dipastikan kamu jadi gelandang. Dan asal kamu tahu, rumah ini juga sudah bibi jual pada keluarga Yudistira"

Seakan ada sebuah jarum besar yang menusuk hatinya. Alea menggertakan giginya menahan amarah. Hal yang paling ia benci untuk didengar kini kembali terlontar dari bibir bibinya. Rumah ini adalah rumah milik orang tuanya, Alea hidup hingga kuliah pun dari uang tabung yang dimiliki oleh kedua orang tuanya. Om dan tantenya hanya menjadi wali saja pada setiap urusan sekolah Alea. Lalu, dimana letak dirinya akan membalas budi sekarang? Untuk hal apa?.

"Pokoknya kamu harus menggantikan Marinka. Kamu akan menikah hari ini!!" ucap Jordi tegas.

***

Acara pernikahan berjalan sesuai dengan rencana awal. Bersifat tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga inti dan rekan-rekan bisnis penting dari pihak suaminya. Alea memberikan syarat untuk menyembunyikan pernikahan ini sejak awal. Dan ajaibnya baik calon suaminya ini maupun kedua calon mertuanya menyetujuinya tanpa banyak alasan.

Arsenio Yudhistira, bukanlah sosok pria dengan perut buncit dan brewok tebal. Wajahnya tergolong tampan dengan hidung yang mancung. Hanya saja sikap dingin laki-laki itu membuat siapa saja tak akan bertahan lama disisinya. Dan sekarang nasib Alea harus mendampingi pria itu yang umurnya 8 tahun lebih tua darinya.

Hanya dengan kalimat dalam satu tarikan nafas itu, Alea mahasiswi yang berusia 19 tahun ini sudah resmi menjadi menantu keluarga Yudhistira. Menggantikan Marinka yang kini keberadaanya masih belum juga diketahui.

Suara pintu yang diketuk membuat Alea yang tengah memeluk erat foto mendiang kedua orang tuanya menoleh ke arah pintu. Dari sana, Amel— wanita yang sudah menjadi ibu mertuanya itu berjalan mendekat dengan senyuman yang mengembang. Dia mengusap lembut punggung Alea dengan satu tangan, dan tangan lainnya digunakan untuk mengusap jejak air mata di pipi.

"Ayo turun nak. Arsen—suami kamu sudah menunggu dibawah" ucap Amel lembut.

Meletakan foto ayah dan ibunya di meja, Alea menerima uluran tangan Amel dan ikut berjalan turun ke lantain bawah. Semua orang menyambut kedatanganya dengan senyuman merekah dan begitu hangat. Arsen yang masih duduk di kursi tampak menoleh saat Alea duduk di sampingnya.

"Kenapa? Jatuh cinta liat istrimu yang masih muda dan super cantik ini?"

Dari perubahan ekspresi pada wajah Arsen, Alea yakin pria itu sedikit terkejut mendengar ucapan Alea barusan. Arsen pasti berpikir Alea akan nangis-nangis darah karena tak rela menjadi istri orang, namun kenyataannya yang terjadi adalah sebaliknya.

"Yang sopan. Saya suami kamu sekarang" bisik Arsen balik.

Alea hanya tersenyum tipis penuh ketidak niatan menanggapi ucapan Arsen. Dirinya bukan menjadi tokoh lemah dalam sebuah novel nikah paksa, Alea akan menjadi seperti dirinya sendiri di usia 19 tahunnya ini.

Setelah acara mendatangai berkas dan sebagainya. Alea diajak untuk menyapa satu persatu tamu yang datang. Tidak ada acara resepsi setelah ini, maka dari itu semua tamu datang di hari yang sama dengan akad nikah. Namun, Semakin Mengenal satu persatu orang yang ada di acara, Alea baru sadar jika semua yang ada di sini adalah anggota keluarga besar Yudhistira. Mulai dari kakek, nenek, pade, budhe, paman, bibi hingga para sepupu Arsen. Suaminya ini sepertinya mengurungkan niat untuk mengundang rekan bisnisnya.

"Kenapa? Kaget karena ternyata suaminya mu ini orang yang baik yang mentingin perasaan kamu ketimbang mengundang rekan bisnisnya?"

Alea mendengus sebal mendengar ucapan Arsen. Laki-laki itu membalas kalimatnya tadi dengan deretan kalimat yang sangat mirip. Namun meski begitu, ada rasa lega yang Alea rasakan. Pernikahan ini akan semakin tersembunyi tanpa ada orang lain yang tahu, semakin aman pula Alea tidak ketahuan oleh teman-temannya di kampus.

"Alea, kenalin. Ini bibi Jina, adiknya bunda"

Alea menyalami wanita yang diperkenalkan oleh Amel. Wanita yang terlihat ramah dan sedih di waktu bersamaan.

"Bibi senyum dong, selamatin pernikahan Alea ya bi" ucap Alea. Sikap ramah Alea membuat dirinya mampu beradaptasi cepat dengan keluarga Arsen. Bahkan dipertemuan yang notabenya dipenuhi oleh keluarga suaminya ini, Alea yang jauh lebih membaur dan banyak bicara. Arsen hanya diam dan sesekali tersenyum singkat mendengar candaan para sepupunya.

Buset dah. Nikah sama kulkas ini namanya. Batin Alea.

"Neng Alea umur berapa?" tanya Bibi Jani ramah.

"Umur 19 tahun bi. Ini baru masuk dunia kuliah bi" jawab Alea ramah. Tak ingin menjadi babu atau dikucilkan di keluarga suami nya, Alea harus selalu bersikap ramah.

"Masih muda ya. Semoga Arsen bisa kebawa sifat Alea yang ramah ya mbak" ucap Jani.

Amel mengamini dengan semangat ucapan Adiknya. Jika jadi Amel dan memiliki anak sedingin Arsen, Alea pasti akan susah payah menarik ke sana ke sini anaknya agar membaur dengan keluarga.

"Semoga kedatangan Alea di keluarga kita bisa buat Arsen dan Wira lebih ceria lagi ya mbak" ucap Jani lagi.

Wira. Itu pasti salah satu sepupu Arsen. Tak tahu apa yang terjadi, Alea hanya ikut mengamini ucapan Bibi Jani.

***

...***Tahun baru, bawa karya yang baru. doanya semoga di tahun ini, keinginan kita semua tercapai ya....

...Selamat Tahun Baru teman-teman...

...💥💥🎉🎉🎉💃🏻***...

...*******...

Bab 2 : Takut Hantu di Rumah Baru

Alea mengedarkan pandanganya menatap setiap sudut rumah yang akan ia tinggali mulai sekarang. Rumah berlantai 2 dengan tembok berwarna biru laut ini sudah menarik perhatian Alea sejak melihat halaman luas di luar.

Ruang tengah rumah ini bahkan jauh lebih besar dari 3 kamar di rumahnya jika digabungkan menjadi satu. Berlantai 2, namun cukup besar bagi dua orang yang tinggal di dalamnya.

Selain takjub dengan besarnya rumah ini, ada satu yang mengusik pikiran Alea sejak tiba di rumah ini. Akan sangat melelahkan untuk membersihkan setiap area di rumah ini.

"Mas. Boleh tanya sesuatu nggak?" tanya Alea pada Arsen yang baru tiba dengan dua koper besar milik Alea. Ini pun belum semua barang dari rumah ia bawa. Ada yang masih tertinggal di sana. Namun acara tadi pagi cukup menguras tenaganya.

Tak peduli jika Arsen tidak menjawab ucapannya barusan. Alea kembali mengajukan pertanyaannya. "Rumah segede ini nggak mungkin cuman kita doang yang tinggal di sini kan mas?"

"Kenapa? Kamu takut kalau saya apa-apain jika cuman tinggal berdua di rumah ini. Apalagi kalau statusnya sudah sah"

Menyilangkan tangan di depan dada, Alea bergeser ke kiri sedikit menjauhi Arsen. "Jangan macam-macam ya mas. Aku cuman nanya, ada asisten rumah tangga nggak?! Ya kali rumah segede ini aku doang yang beresin?"

"Hmm"

Alea mengerutkan dahinya "Idih hmm doang. Nggak jelas!"

"Ada Alea. Besok baru datang" dari nada bicara nya, Arsen sepertinya sedikit kesal dengan kecerewetan Alea. Pria itu duduk di sofa sambil mengecek kerjaannya di ponsel.

"Oh. Syukur deh kalau gitu. Nggak jadi babu setelah nikah sama mas" tak peduli dengan lirikan mata Arsen. Alea ikut duduk di sofa dengan mata yang masih mengamati setiap sudut rumah ini.

Sebelum ketahuan dengan teman-temannya jika dirinya pindah rumah. Sepertinya Alea akan menginfokan jika dirinya kini tinggal bersama om dari pihak mamih di Jakarta. Tak lagi ngekos di kamar petakan yang sering kali mati lampu itu.

"Mas" panggil Alea. Pria yang menjadi suaminya ini tak menjawab apalagi menoleh ke arahnya.

"Mas"

"Mas"

"Mas Arsen!"

"Mas Arsen gendang telinganya rusak ya?!" ucap Alea kesal.

"Asstagfirullahaladzim Alea!!" tegur Arsen.

Alea tersenyum menunjukkan sederet gigi rapihnya tanpa rasa bersalah "Maaf. Lagian dipanggil nggak nyahut" terlepas dari sifat Marinka yang seperti dakjal, Alea harus tinggal dengan kulkas berpintu satu ini.

"Kenapa?"

Alea mengusap perutnya sendiri. Siang tadi dirinya hanya makan sedikit karena terus diajak mengobrol oleh anggota keluarga Arsen. Perutnya sudah minta diisi dengan alaram yang berbunyi "Kita makan apa malam ini? Aku laper"

Tunggu. Sudah diperbolehkan kan jika dirinya meminta makan pada Arsen Sekarang? Atau masih terkesan cewek matre yang minta ditraktiri oleh pacarnya. Arsen bukan pacaranya, melainkan suaminya sekarang. Jadi seharusnya sah-sah saja jika dirinya minta makan pada laki-laki ini.

"Mau makan apa? Kita pesen aja. Nggak ada bahan masakan di kulkas"

Alea duduk merapat ke arah Arsen guna mengintip ponsel pria itu yang kini menampilkan layanan pesan makan online. Jika membiarkan Arsen yang memesan, jelas pasti tak ada yang pedas satupun. Tipe cowok seperti suaminya ini, biasanya tak tahan untuk makan-makanan yang pedas.

Diposisi begini Alea juga sebenarnya ingin menguji ketahanan Arsen. Jika laki-laki itu tak merasa nyaman berada di dekatnya disertai suara detak jantung yang terdengar cepat. Alea perlu waspada, tapi jika yang terjadi sebaliknya maka hidupnya akan sangat damai di rumah ini.

Cukup lama mereka berada di posisi seperti itu. Alea sedikit bernapas lega saat Arsen tak terkesan menghindar sama sekali. Seperti dirinya, pernikahan ini juga sepertinya hanya dianggap laki-laki itu hanya sebuah ikatan di atas kertas.

Mengambil ponsel Arsen, Alea bergeser sedikit memberikan jarak antara mereka. Memesan beberapa makanan pedas, dan langsung mendongak saat ingat jika bukan hanya dirinya saja yang belum makan di sini. Tapi Arsen juga sama.

"Alea pesen makanan pedes semua. Mas doyan pedes nggak? Atau mau pesen ayam goreng yang nggak pedes aja?"

"Pesen yang nggak pedes. Aku mau mandi. Jangan buka aplikasi yang lain, taruh di meja hpnya kalau sudah selesai pesan" ucap Arsen kemudian langsung berlalu pergi.

Decakkan sebal kembali terdengar dari Alea "Cih. Siapa juga yang mau buka-buka" omelnya sambil menatap sebal ke arah Arsen yang tengah menaiki anak tangga menuju lantai 2. Kamar laki-laki itu sepertinya ada di sana. Masalah mengenai kamar, Alea lupa menanyakan dimana letak kamarnya.

Beberapa menit kemudian, bersamaan dengan makanan yang datang, Arsen turun dari lantai dua dan ikut duduk melantai di samping Alea. Penampilan suaminya itu jelas sudah berbeda, tampak lebih segar Dengan kaos hitam dan celana selutut, aroma sabunnya membuat Alea merasa risih dengan bau badannya sendiri.

Alea bergeser sedikit menjauh dari Arsen, takut jika bau badannya tercium oleh laki-laki itu. Hanya saja perutnya sudah meronta tidak sabar jika Alea harus mandi terlebih dahulu. Maka dari itu, lebih baik makam cepat dan langsung segera mandi.

"Ini makanan bisa berubah hukumnya jadi nggak halal lagi buat kamu loh mas" ucap Alea saat melihat Arsen terlihat begitu lahap makan dada ayam.

"Maksudnya?"

Alea tersenyum miring sambil menunjuk makanan Arsen dengan dagunya "Bayar pakai uang aku soalnya. Jadi kalau mas nggak ganti uang aku, dan aku nggak ikhlas. Hukumnya bisa berubah menjadi nggak halal lagi"

Alea menahan senyumnya saat melihat Arsen tersedak mendengar sederet kalimatnya barusan. Sikap laki-laki itu terlalu dingin dan irit bicara. Maka sesuai dengan harapan bunda Amel, Alea akan membuat Arsen menjadi pribadi yang berbeda.

"Besok aku kasih kartu kredit aku buat kamu"

"Yes. Oke!" sorak Alea gembira.

Sejenak tak ada yang bicara diantara mereka. Keduanya makan makan malam dalam diam dan menikmati makanan masing-masing. Hanya sebentar saja, karena Alea ingat ada hal yang perlu ia tanyakan kepada suaminya ini.

"Seperti yang aku minta secara pribadi sama mas. Aku tidur dimana?" kemarin, saat Amel dan Bagas kembali ke mobil, Alea sempat menahan Arsen untuk mengutarakan satu lagi syaratnya pada laki-laki itu. Yaitu mereka akan pisah kamar sampai waktu dimana keduanya sama-sama saling jatuh cinta. Alea tak ingin berada di kamar yang sama dengan laki-laki yang tak ia sukai sama sekali.

"Di sana"

Alea mengikuti ke arah jari telunjuk Arsen. Sebuah pintu tertutup yang berada tepat di samping lemari Tv. "Kamar mas, dimana?"

"Di atas"

Kepala Alea mendongak menatap lantai dua "Di atas nggak ada kamar lagi mas?"

"Nggak ada, Kenapa? Kamu mau sekamar sama saya?"

Alea langsung menggeleng tegas. Dia yang mengusulkan pertama kali untuk pisah kamar. Jadi tak mungkin Alea berharap satu kamar dengan suaminya itu. Masalahnya adalah, Alea takut dengan hal-hal mistis. Jika kamar mereka berada di lantai yang sama, mungkin akan mengurangi sedikit rasa takut nya. Bagaimana jika tiba-tiba ada yang mengetuk jendela kamarnya tengah malam? Alea bisa pingsan duluan sebelum sampai di lantai 2.

"Mau tukeran kamar sama saya?"

Alea kembali menggeleng. Gengsi rasanya jika ia harus mengakui takut dengan hantu, bisa-bisa Arsen menjadikannya senjata untuk mengatur Alea setiap malam.

Terus kudu piye?.

***

Sudah mandi, sudah ganti baju, perut sudah kenyang, badam terasa lelah, seharusnya Alea bisa langsung tidur lelap begitu kepalanya menempel dengan bantal. Sudah hampir 15 menit berada di kamar, mata, hati dan pikirannya masih juga tak mau untuk diajak kerjasama. Alea masih terjaga dengan detak jantung yang berdetak normal, otaknya masih terus berputar menggali segala informasi mengenai wujud hantu dan novel horor yang pernah ia baca, setiap kali menutup mata, maka gambaran itu akan tercetak begitu jelas. Jika seperti ini terus, maka Alea bisa tak tidur hingga pagi.

Suara benda jatuh yang berasal dari arah halaman, membuat Alea langsung berteriak dan berlari keluar dari kamar. Sialnya, tv yang sebelumnya menyala kini sudah mati dan manusia yang menontonnya juga sepertinya sudah berada di lantai 2.

"Ya Allah. Lindungi hamba ya Allah" ucap Alea. Di rumah sendiripun Alea tak bisa jika tidur di kamar yang berbeda lantai dengan orang lain. Apalagi di rumah baru dan suasana baru, jika masuk lagi ke kamar, sudah dipastikan dirinya akan pingsan karena ketakutan.

Lebih baik dijutekin manusia semacam mas Arsen daripada bertemu dengan hantu, Alea menaiki satu per satu anak tangga menuju lantai 2. Diketuknya pintu kamar Arsen tiga kali hingga sang pemilik kamar membukakan pintunya.

"Kenapa?"

Serius ini orang budeg beneran karena nggak denger teriakan gue tadi.

"Nggak bisa tidur"

"Terus?"

"Kenapa kamarnya harus beda lantai sih mas? Itu ada kamar sebelah?" Alea menunjuk ke arah ruangan yang berada di sebelah kamar Arsen.

"Itu ruang kerja saya. Kamu tuh kenapa sih?" ucap Arsen mulai sewot.

"Agatugu tagakugut sagama segatagan" jawab Alea cepat. Semoga aja Arsen bisa paham dengan apa yang ia katakan barusan.

"Apaan?!"

"Agatugu tagakugut sagama segatagan"

"Nggak jelas, saya tutup pintunya!"

"Aku takut sama setan mas!!" pekik Alea dengan nada sewot. Selain dingin suaminya ini benar-benar tak peka sama sekali.

Alea mendengus sebal saat melihat ekspresi datar Arsen sekarang. Laki-laki itu hanya diam sambil memandang tajam ke arah Alea.

"Aku nggak bisa tidur di bawah kalau sendirian" ucap Alea lagi. Tekadung malu, biar sekalian saja malu-maluin diri sendiri.

"Nggak ada setan di sini. Saya rajin sholat dan ngajiin ini rumah"

Alea langsung menahan pintu kamar yang hendak ditutup oleh Arsen dengan kakinya. Sambil memejamkan matanya, Alea berbisik dengan harapan bisa didengar oleh suaminya ini.

"Izinin aku tidur di sini"

"Apa? Nggak denger"

"Aku tidur di kamar mas. Di lantai juga nggak apa-apa"

"Mas nggak denger Alea"

Oh ya lupa. Jika suaminya ini memang rada budeg.

"Izinin aku tidur di kamar kamu mas!!" sewot Alea.

"Oke"

Alea melongo saat melihat Arsen membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Laki-laki itu kembali masuk kedalam kamar dan berjalan menuju pintu yang berada didalam kamar ini. Pintu yang menghubungkan ruangan ini dengan ruang kerja disebelahnya.

"Saya buka pintu ini sampai kamu tidur" ucapnya kemudian berjalan masuk ke ruang kerja.

Bab 3 : Gara-gara Diwa

"Kenapa? ditekuk bener itu muka?"

Alea dan Gita yang sejak tadi menahan diri untuk tak melemparkan pertanyaan apapun pada Keke, menoleh serempak ke arah Saga yang juga duduk diantara mereka. Saga, laki-laki dengan jurusan berbeda namun suka sekali nongkrong dikantin teknik karena alasan ingin mendekati Alea tampak mengangkat bahunya tak paham. Sejak tadi, suasana di sini memang tampak suram. Dan Saga yang tingkat kepekaannya hanya digunakan jika berhubungan dengan Alea itu malah melempar pertanyaan dengan mudahnya.

"Nggak usah pake nanya bisa kan? pura-pura aja nggak liat" bisik Alea sambil menginjak kaki laki-laki itu.

Gita yang duduk disamping Keke menepuk bahu temannya itu pelan "Dapet nilai C nggak terlalu buruk kok.

" Ya elah Ke. Kalau nggak lulus ya tinggal ngulang aja semester depan"

Selesai menginjak kaki laki-laki yang duduk di sebelah kirinya, Alea kini berganti menginjak kaki laki-laki yang duduk di sebelah kanannya. Diwa dan Saga sama persis seperti mas Arsen, jiwa kepekaan mereka seolah berada di bawah rata-rata.

Atau jangan-jangan itu memang sifat dasar laki-laki yang punya wajah tampan? Dibalik kelebihan karena berwajah tampan, mereka pasti punya kelemahan. Dan sepertinya kelemahan mereka ada pada kurangnya kemampuan untuk membaca situasi yang ada.

"Al, pulang sama gue yuk. gue antar" ajak Saga.

Alea langsung menggeleng tegas. Meski menikah tanpa ada rasa cinta, Alea tak sedurhaka itu pada suami dengan pulang bersama laki-laki lain. Bisa-bisa ia dicincang sama mas Arsen setelah sampai di rumah nanti.

Mungkin, mas Arsen sekarang tampak baik dan lembut. Tapi mereka baru menikah 2 hari, mas Arsen belum sepenuhnya menunjukkan sifat asli laki-laki itu.

"Gue pulang bareng Diwa" Alea menyikut Diwa yang malah asik menyantap bakso tanpa ada niatan untuk membantunya sama sekali. Diwa sepupu mas Arsen, pulang dengan Diwa jelas lebih baik ketimbang pulang dengan Saga.

***

Begitu mobil Diwa memasuki area halaman rumah, dahi Alea berkerut bingung saat melihat sebuah mobil kap terparkir di depan rumahnya. Beberapa orang terlihat bahu membahu menurunkan spring bed berukuran super besar. Mungkin cukup untuk 3 orang dewasa.

Turun dari mobil, Alea menoleh ke arah Diwa yang sudah berdiri disampingnya. Ekspresi laki-laki ini yang mengedipkan matanya, membuat Alea bisa membaca apa yang ada di kepala dia sekarang.

"Apa?" tanya Alea ketus.

"Kenapa? Kasur mas Arsen kurang gede buat kalian berdua? Susah ya geraknya?"

Dosa nggak nyelepet mulut adik ipar sendiri?. Semakin hari kalimat yang keluar makin kurang ajar rasanya.

"Gue slepet itu bibir baru tau rasa" ancam Alea.

Kalian tahu, ledekan adik ipar sekaligus teman itu kadang jauh lebih terbuka apa adanya. Alea kadang malu sendiri mendengar ucapan Diwa.

"Loh, mas Diwa disini?"

Alea dan Diwa sama-sama menoleh ke sumber suara. Wanita dengan baju daster dan rambut yang digelung ke atas itu berjalan mendekat ke arah mereka. Alea tak merasa pernah melihatnya sebelumnya. Sepertinya bukan salah satu dari banyaknya keluarga Yudhistira.

"Lah, bu Ami disini? Ikut mas Arsen?"

Alea menoleh ke arah Diwa yang baru saja bicara. Nada santai laki-laki itu menunjukkan jika Diwa mengenalnya cukup dekat.

"Iya mas. Ibu nyuruh bi Ami ikut mas Arsen dulu sementara sampai nemu ART yang cocok"

Alea mulai paham alur yang terjadi. Kemungkinan besar, bi Ami ini adalah salah satu ART di keluarga ibu mertuanya.

"Ini bu Alea ya. Mungkin ibu nggak kenal sama saya. Saya bi Ami bu. Saya yang akan bantu ibu mengurusi rumah untuk sementara"

Alea tersenyum. Menyambut uluran tangan bi Ami yang terulur ke arahnya. Setelah Diwa pergi, Alea harus memberitahu segala hal yang ada diantara dirinya dan Arsen pada bi Ami. Jangan sampai kisah pisah kamar terdengar hingga ke telinga mertuanya. "Panggil Alea atau mbak aja ya bi"

"Itu mas Arsen yang pesen bi?" tanya Diwa.

"Iya mas." Bi Ami menunjuk ke arah kasur besar itu "Oh ya mbak. Kasur itu mau ditaruh dimana ya mbak? Kamar mas Arsen di atas, tapi saya kiat barang-barang mbak Alea dikamar bawah. Jadi saya bingung mbak Alea dan mas Arsen tidur dimana? Di atas apa di bawah?"

Setelah kalimat panjang bi Ami terlontar, Alea merasa bulu kuduk nya meremang seketika seolah ada setan yang menatap horor kearahnya. Perlahan tapi pasti, Alea menoleh ke arah kanannya. Dan tebakanya benar, Diwa tengah menatapnya dengan tatapan memincing lengkap dengan dahi berkerut.

"Lo pisah kamar sama kakak gue ya?" tebak Diwa.

Pasrah. Alea menganggukkan kepalanya. "Jangan kasih tahu bunda ya Wa. Gue belum siap buat sekamar sama kakak lo"

Diwa nampak mengangguk-anggukkan kepalanya nampak mengerti dan memahami, hanya saja tangan laki-laki itu tampak menengadah ke atas. Alea yang sudah tahu apa yang sedang diinginkan Diwa akhir-akhir ini menggelengkan kepalanya.

"Gue nggak punya duit buat beliin lo sepeda itu" sepeda yang tengah diinginkan oleh Diwa seharga setengah biaya 1 semester.

"Ya udah. Gue cerita aja sama bun—"

"Oke. Gue beliin" gue beliin pakai duit kakak lo. Lanjut Alea dalam hati.

***

Gita : kita udah di kafe nih, lo dimana?

Keke : Dia yang ngajak, dia yang ngilang.

Gita : ini Al El Dul kemana nih? Tumben banget nggak nongol.

Alea yang tengah berbaring dengan jantung dag dig dug serr. Memanyunkan bibirnya takut. Perihal Diwa yang berniat untuk menjaga rahasianya asalkan dibelikan sepeda, mau tak mau Alea kabulkan dengan memesan sepeda itu secara online. Duitnya? Jelas. Pakai duit mas Arsen yang mungkin tadi hampir terkena serangan jantung saat mendapat notifikasi uang yang keluar dari atmnya. Alea hanya perlu menunggu mas Arsen pulang dengan amarah laki-laki itu.

^^^Alea : gue kayanya sebentar lagi^^^

^^^bakal kehilangan nyawa nih.^^^

Gita : What? Mati maksud lo?.

Keke : lo dimana Al?

^^^Alea : kalau nggak mati.^^^

^^^Gue kayanya bakal dilarikan^^^

^^^ke rumah sakit karena luka-luka.^^^

Keke : Jangan bercanda Al.

Gita : Tadi lo pulang bareng Diwa kan? Jangan bilang lo digebukin sama fangirl nya Diwa?!!

^^^Alea : Dia dateng.^^^

^^^Maafin kesalahan gue selama ini ya teman-teman. Biar gue diterima masuk surga sama Allah.^^^

Keke : Buset ni orang. Bercandaannya nggak lucu. Dimana lo?!!!.

Gita : Dimana lo!!!!"

"Alea!!"

Tak jadi membalas pesan di group GAK Kece, Alea langsung meletakan ponselnya saat mendengar pekikan Arsen.

"Ya Allah, lindungi hamba dari suami-suami yang suka KDRT" buru-buru Alea menarik selimut guna menyembunyikan dirinya, namun memang nasib buruk sedang menerjang Alea sejak tadi, baru ingin merebahkan badanya, pintu kamar terbuka dan tatapannya bertemu dengan Arsen. Gagal sudah rencana pura-pura ingin tidur.

"Kamu habis belanja apa samapi mahal begini Al?"

Masih menunduk, tak berani menatap kedua mata Arsen yang kini benar-benar tengah marah. Meski punya duit banyak tak berseri, Alea juga pasti akan ngamuk seperti mas Arsen jika mendapat info saldo berkurang sebesar itu.

"Beli sepeda" Jawab Alea jujur.

"Buat apa? Ada sepeda mas di garasi!!"

Kesal karena terus mendengar suara tegas Arsen. Alea akhir nya memberanikan diri untuk mendongak. "Bukan sepeda itu yang harus aku beli"

Arsen menghela napasnya pelan. Alea kembali menunduk saat tatapan tajam suaminya masih setia menatap ke arahnya.

"Selain sepeda, apa lagi?" Alea mendongak saat nada suara Arsen berubah drastis, yang sebelumnya marah-marah kini lebih tenang dan halus untuk didengar. Mungkin karena saat balik menatapnya lagi, Alea tak bisa menahan air matanya agar tidak menggenang.

"Cuman itu mas. Cuman sepeda" jawab Alea dengan nada lebih rendah.

"Mas nggak bakal marah kalau kamu beli yang lain. Asal kamu jujur"

"Aku nggak bohong sekarang mas. Aku cuman beli sepeda buat Diwa."

"Diwa?"

"Iya. Diwa. Dia tahu kita pisah kamar, makanya aku ngasih itu buat tutup mulut" jelas Alea.

"Oke. Segitu besarnya usaha kamu buat nutupin semuanya" jawab Arsen kemudian berlalu keluar dari kamar Alea.

Sepeninggal Arsen. Tangis Alea pecah seketika. Dadanya terasa sesak saat mengingat kemarahan Arsen. Meski di rumah sebelumnya Alea juga sering mendapat bentakan dari bibi dan pamannya, entah kenapa kali ini terasa jauh lebih sakit. Apalagi kalimat terakhir Arsen yang bagi Alea terasa seperti menusuk dadanya.

Menghapus jejak air mata. Alea meraih ponsel miliknya di nakas dan mengetikan sesuatu di sana. Tepatnya di group Gak Kece, pesan mengenai keikut sertaan dirinya datang ke ulang tahun Saga, lengkap dengan meminjam gaun milik Gita. Cara keluar dari rumah? Alea punya jalan lain selain pintu depan.

Keluar dari kamar, Alea tak memperdulikan sama sekali kepada Arsen yang tengah duduk di ruang tengah dengan laptop di atas meja. Suaminya hanya meliriknya sebentar lalu kembali fokus ke laptop.

"Mau kemana?"

"Mau keluar, ngerjain tugas bareng teman-teman."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!