NovelToon NovelToon

Melawan Restu

Epsd 1. Dua garis merah

"Ini tak mungkin... ini tak mungkin...," Kia terus saja menolak atas apa yang dilihatnya. Sebuah dua garis merah terpampang sangat jelas di tangannya. Air mata mengalir begitu saja, jantung berdebar semakin kencang, membuat bulir-bulir keringat di dahinya menetes lebih banyak dari normalnya. Pikiran Kia buntu tak tahu lagi harus gimana. Diusianya yang masih belia dirinya harus menjalani kehidupan yang sangat pelik nantinya.

Masih berdiri mematung sambil menatap alat testpack di tangannya, Kia merasa ketakutan.

"Juan... apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumamnya masih dengan tatapan tak percaya.

Zaskia Zanetta Rahardi seorang gadis yang baru memasuki usia 17+ , putri dari salah seorang pengusaha komoditi ekspor impor harus mengalami hal yang sangat memalukan. Di usianya yang masih menginjak kelas XII di Sekolah menengah keatas hamil akibat pergaulan bebasnya.

Zaskia sebenarnya salah satu siswa berprestasi di Sekolahnya. Cantik, supel, smart, pendiam dan suka membantu merupakan sifat dia, sehingga banyak teman-teman yang suka dengannya. Hanya saja dari kebaikannya itu, Kia sering dijadikan kesempatan teman-temannya untuk hal yang jahat.

Awalnya, Zaskia yang diam-diam memiliki kekasih teman sekelasnya sendiri berkhianat padanya. Pagi yang seharusnya menjadi moment terindah di hari ultahnya, Zaskia atau yang akrab dipanggil Kia harus mendengar kata putus dari sang kekasih. Kia yang tak merasa dirinya melakukan kesalahan bertanya alasan kepada Reyhan.

"Apa alasannya Rey?" tanya Kia.

"Aku hanya merasa tak pantas saja berada disampingmu Kia... kau anak orang kaya, sedang aku hanya anak dari seorang pedagang kecil." Jawab Rey kala itu.

Kia yang akhirnya bisa menerima alasan Reyhan saat itu, harus dipatahkan oleh Reyhan sendiri yang ternyata dia berhubungan dengan teman satu kelasnya sendiri.

Reyhan dan Meina ternyata sudah jadian setelah Reyhan meminta putus darinya. Hati Kia hancur seketika. Hubungan pacaran yang sudah dibangun selama 1 tahun harus berakhir karena adanya orang ketiga. Apalagi Meina adalah teman satu bangkunya selama 3 tahun.

Melihat kenyataan itu, Kia mulai berubah. Dia lebih sering membolos sekolah dan bergabung dengan kelompok kelas lain yang notabene anak-anak nakal. Nakal disini masih kategori standar hanya bolos sekolah.

"Kia... apa kau tak takut dimarahi bu guru?" tanya Franda.

"Aku malah lebih takut jika papaku yang memarahiku Franda." Jawab Kia.

"Apa papamu segalak pak Bekti?" tanya Franda kembali mengingat guru BK di Sekolahnya.

"Lebih parah dari itu." Jawab Kia serius.

"Lebih baik kau segera pulang Kia. Aku tak mau berurusan dengan papamu...," usir Franda tak serius sambil tertawa.

"Ih... dasar kau ini...," sahut Kia tertawa juga. Begitulah persahabatan Kia dan Franda. Kia benar-benar baru menemukan sahabat sejatinya. Franda yang selama ini Kia anggap cuek, rupanya dia sangat perhatian padanya. Sedikit menyesal, saat Kia lebih mempercayai Meina ketimbang Franda.

Kia pulang kerumah seperti biasa sama disaat jam-jam sekolah. Melihat kedua orang tuanya sedang menonton tv, Kia langsung menghampiri keduanya.

"Papa... mama...," sapa Kia.

"Tumben papa sudah dirumah...,"

"Papa dan mama akan ketempat tante Zelin. O'ya Ki... tante Zelin berpesan agar kau menjadi bridesmaid di pernikahan kak Eva besok minggu." ucap mama.

"Kak Eva menikah besok minggu?" tanya Kia memastikan. Mama langsung mengangguk membenarkan pertanyaan Kia.

"Baiklah ma... dengan senang hati...," ucap Zaskia.

"Cepat ganti bajumu terus makan siang... adikmu sudah menunggumu sejak tadi," ucap mama memberitahu.

"Siap komandan." sahut Kia dengan tegas layaknya seperti seorang prajurit.

Zaskia memasuki kamarnya segera berganti baju kemudian menghampiri kedua adiknya. Sebagai kakak pertama, Zaskia memang kerap menjadi panutan kedua adiknya.

"Nana, Nino... ayo kita makan...," ajak Kia.

"Kakak...," teriak keduanya bersamaan.

Ketiganya makan siang bersama, seperti hal-hal sebelumnya. Nana dan Nino pasti kerap sekali berebut lauk. Nino yang bersifat jahil suka sekali membuat Nana menangis. Nino sendiri sudah kelas 1 Sekolah menengah pertama, sedangkan Nana baru menginjak kelas 2 Sekolah Dasar. Meski begitu, keduanya saling menyayangi dan mengasihi.

"Kak Kia... tadi aku bertemu kak Rey di kedai boba ujung Sekolahku. Kak Rey juga membayarkan pesananku, padahal aku sudah menolaknya tetapi kak Rey terus saja memaksa." ucap Nino.

Mendengar nama Reyhan disebut, nafsu makan Kia hilang. Dia teringat dengan ucapan manis Reyhan untuknya.

"Nino... kita tak usah membahasnya lagi ya, selera makan kakak langsung hilang." sahut Kia

"Kakak berantem sama kak Rey?" tanya Nino.

Kia hanya memanyunkan bibirnya dengan malas.

"Ya sudah kak maaf, semoga kakak mendapatkan pengganti yang terbaik." Do'a tulus dari sang adik. Kia tersenyum kemudian meraih tangan Nino.

Malam harinya keadaan rumah sangat tenang meski ditinggal oleh mama dan papa. Seperti biasa Kia akan berperan sebagai guru untuk kedua adiknya.

"Kak Kia... Nana gak bisa mengerjakan perkalian ini...," keluh Nana.

"Kalau Nana kesusahan, Nana bisa menghafalkannya terlebih dulu." saran Kia.

"Baiklah kak... Nana hafalin dulu perkaliannya." sahut Nana

"Nino... apa kau tak belajar?" tanya Kia melihat Nino masih bersantai bermain handphone.

"Ga ada PR kak... lagian Nino besok persiapan tournamen basket." jawab Nino. Nino ini memang ahli dibidang olahraga. Wajah tampan serta tinggi diatas normal anak seusianya, membuat Nino banyak dilirik para pelatih olahraga salah satunya basket.

"Terserah kau lah Nino... kakak mau menemani Nana belajar dulu." sahut Kia.

Selesai belajar, Kia menemani Nana untuk tidur kemudian dia segera masuk ke kamarnya untuk istirahat juga. Besok pagi dia berencana masuk Sekolah, Franda sudah memberi kabar padanya jika besok di Sekolahnya akan mengadakan ulangan harian Matematika.

Drrrrttt... drrrttt...

Ponsel Kia yang berada disampingnya bergetar. Setelah dilihat rupanya ada notif pesan yang masuk.

'Kia... aku ingin menjelaskan semuanya besok mengenai hubunganku dengan Reyhan' isi pesan tersebut.

Kia hanya tersenyum smirk lalu menon-aktifkan ponselnya.

"Dasar pengkhianat!" ucap Kia.

Keesokan pagi seperti biasa, Kia meminta papanya untuk berangkat ke Sekolah tanpa diantar siapapun. Kia lebih memilih untuk berangkat ke Sekolah sendiri.

"Pa... ma... Kia berangkat dulu..." pamit Kia.

"Kia... jangan lupa sabtu kita harus sudah di rumah tante Zelin. Nanti biar pak Adnan yang menjemputmu di Sekolah." ucap mama.

"Tak usah dijemput ma... nanti Kia bareng temen Kia aja kebetulan rumahnya dekat dengan rumah tante Zelin." sahut Kia.

"Okey kalau begitu pak Adnan biar langsung mengantarkan Nana kesana." ucap mama lagi.

"Nino bagaimana denganmu?" tanya mama gantian.

"Nino naik motor aja ma...," jawab Nino.

"Nino... ingat, hati-hati dalam berkendara. Papa tak mau berurusan dengan pihak berwajib gara-gara kecerobohanmu" sahut papa gantian.

Begitulah papa selalu protect kepada anak-anaknya.

Epsd 2. Penjelasan Meina

Kia berjalan masuk gerbang Sekolahnya, sebuah tangan tiba-tiba menariknya mengajaknya ke belakang Sekolah.

"Kia... aku mau menjelaskan semuanya soal Reyhan...," ucap Meina atau terbiasa dipanggil Mei.

"Apalagi yang mau kau jelaskan Mei..., semuanya sudah sangat jelas, kau tak perlu menjelaskannya lagi. Lagian aku sudah tak peduli dengan kalian. Mulai sekarang jangan pernah menggangguku lagi." sahut Kia menekan ucapannya.

Mei terdiam, dia bisa melihat wajah kecewa Kia saat ini. Tapi sayangnya nasi sudah menjadi bubur. Perbuatan Mei merebut Reyhan adalah tindakan yang salah.

Di dalam kelas, Kia lebih banyak diam tak seperti biasanya. Hatinya masih terasa sakit melihat Reyhan dan Mei sering bergandengan bersama.

"Kia, kantin yuk...," ajak Lula.

"Boleh... yuk...," sahut Kia.

Kia melewati Reyhan dan Meina dengan hati yang sangat kesal tapi masih bisa terkendali.

"Kia... kok Mei tega banget menusukmu dari belakang? aku kalau jadi kamu, sudah aku remas-remas tuh kepala mereka," ucap Lula kesal.

Mendengar Lula kesal, Kia hanya bisa tersenyum.

"Biarinlah, rugi sendiri kalau marah-marah... mending kita move on terus ganti yang lebih cakep," sahut Kia sambil mengedipkan satu matanya.

"Waaah... setuju kalau itu..., kalau perlu gebet juga anak sekolah sebelah. Orangnya kan cakep-cakep...," saran sesat Lula.

"Ada-ada saja kamu La... udah ah yuk makan, keburu waktu istirahat habis...," sahut Kia mengingatkan.

Waktu menunjukkan jam ke 5 pergantian jam pelajaran. Kebetulan saat itu jam kosong, Kia yang gerah melihat sikap Mei berpindah tempat berkumpul dengan Dion.

"Eh... si cantik tumben nih gabung sama kita, " ledek Dion.

"Emang ga boleh... kalau ga boleh aku pindah deh...," sahut Kia.

"Eit... boleh dong, siapa yang bilang ga boleh... kaget aja seorang Dion dihampiri cewek cantik berasa dunia runtuh tau...," Dion sengaja menggombali Kia.

"Aw... aw... aw... meleleh keringatku," sahut Lula.

"Ye... kirain hatinya malah keringatnya... hahaha...!" begitulah para teman-teman Kia dikelas. Mereka sangat senang dengan kehadiran Kia. Soalnya, semenjak Kia bersama Reyhan Kia tak pernah sekalipun boleh berkumpul dengan teman-temannya. Reyhan tipikal cowok pencemburu akut.

"Reyhan... kau tak apa?" tanya Mei saat melihat wajah Reyhan berubah.

"Aku tak apa Mei... sebaiknya kita pindah dari sini," jawab Reyhan kemudian menggandeng tangan Mei keluar dari kelasnya.

Semua orang satu kelas bersorak melihat tingkah Reyhan, sedangkan Kia meski hatinya merasakan sakit dia masih terlihat santai.

Sepulang sekolah Kia meminta bantu Dion untuk menebeng kendaraannya. Kebetulan kediaman Dion satu komplek dengan tantenya yang akan melaksanakan syukuran pernikahan anaknya.

"Dion...," panggil Kia.

"Boleh aku nebeng?" pinta Kia.

"Boleh banget Kia... rugi tau ga bolehin seorang Kia yang cantik nebeng diatas motorku yang keren ini...," sahut Dion.

"Udahlah Dion ga usah muji-muji gitu, jatuh cinta tau rasa loh!" ucap Kia terkekeh.

Melihat keakraban Dion dan Kia, Reyhan semakin panas dan tak sadar dia meninggalkan Mei yang masih mengobrol dengan teman lainnya.

"Loh... loh... Reyhan...!" panggil Mei melihat Reyhan sudah meninggalkannya.

"Kenapa Mei, ditinggal Reyhan?" tanya salah satu temannya.

"Hati-hati loh Mei... takut seperti Kia, ditinggalkan begitu saja setelah dapat yang baru... hahaha...!" sindir teman-temannya.

Mei semakin kesal, dia langsung menghindari teman-temannya. Mei tak sengaja melihat Kia sedang boncengan dengan Dion. Sekarang Mei tahu dengan yang terjadi pada Reyhan.

"Kau belum bisa melupakan Kia, Reyhan..." gumam Mei.

**

"Ki... apa kau tak mau mencari pengganti Reyhan?" tanya Dion.

"Capek Dion pacar-pacaran terus...," jawab Kia.

"Sorry ya Ki sikapku tadi... aku tak bermaksud bercanda seperti itu, aku sebenarnya kesal sama Reyhan. Sok kegantengan banget tuh orang, bisa gonta-ganti pacar emangnya keren apa...," ucap Dion.

"Udah ah... ga usah bahas dia ya...," sahut Kia.

"Okay Ki... eh, emangnya kak Eva dapat orang mana?" tanya Dion mengganti tema obrolannya.

"Kurang tau ya... aku belum tanya-tanya sama mama dan papa," jawab Kia.

"Ya sudah nanti ditanya biar tahu," ledek Dion.

Mereka berdua sebenarnya dipertemukan dalam acara keluarga. Orang tua Dion masih sepupuan dengan papanya Eva. Sedangkan mamanya Eva adik dari mamanya Kia. Jadi, setiap ada acara keluarga besar mereka selalu bertemu.

"Cie... cie...," sorak Nana melihat Kia turun dari motor Dion.

"Cie.. cie apa dik?" tanya Kia pura-pura tak mengerti.

"Kata Kak Nino, kalau kak Kia boncengan sama temannya harus bilang cie.. cie...," jawab Nana.

Kia dan Dion tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Nana.

"Nana pintar banget sih... Kira-kira kak Dion cocok ga sama kak Kia?" kejahilan Dion mulai lagi.

"Dion...," panggil Kia langsung memukul kepala Dion dengan tasnya.

**

Pagi ini semuanya sudah bersiap untuk acara pernikahan Eva sepupu Kia.

"Emang harus pakai begini ya kak?" gerutu Nino memakai beskap adat Jawa.

"Boleh ga ini diganti celana saja...," protes Nino daritadi.

"Nino...," panggil Kia dan Eva bersamaan.

"Okay... okay ndoro ayu...," sahut Nino.

Kia dan Eva terlihat tertawa bersama karena sikap Nino.

"Eva... sorry aku telat...," seorang pria bertubuh tinggi, tampan tiba dengan tergesa-gesa.

"Kemana saja sih... kagak ada respek-respeknya sama sahabat sendiri...," sahut Eva.

"Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan." Ucap pria itu.

"Ya... ya.. ya... tak usah dilanjutkan, aku mengerti...," sahut Eva.

Kia terlihat tak peduli dengan kedatangan pria itu. Dia masih santai dengan ponselnya. Tetapi berbanding terbalik dengan pria itu, dia terus menatap Kia.

"Juan... buruan ganti pakaianmu," panggil Eva.

"Siap bos...," sahut pria yang bernama Juan.

Juan masih terus melirik kearah Kia. Dion yang tak sengaja memperhatikan merasa tak suka dengan pria bernama Juan itu.

"Eh Ki... nih Lula minta foto kita... PAP yuk," ajak Dion yang sudah rapi dengan beskap serta blangkonnya.

Kia dengan senang hati langsung berfoto selfi dengan Dion, Nino juga ikut berfoto karena Kia menariknya.

Juan terus saja menatap Kia tanpa berkedip.

'Aku harus mendapatkan gadis itu' batin Juan.

**

Acara pernikahan Eva berjalan dengan lancar, selesai berfoto keluarga sebagai kenang-kenangan mereka semua berganti pakaian. Selesai berganti pakaian, Kia mengeluh perutnya lapar.

"Dion... aku lapar...," ucap Kia.

"Lapar makan Ki... lapar jangan panggil aku, ga tau apa aku lagi sibuk pacaran...," sahut Dion masih asyik telfonan dengan Lula.

"Ye... gaje...," sahut Kia kemudian meninggalkan Dion.

Kia memilih makanan di stand pernikahan Eva. Saat akan mengambil minuman, tak sengaja Kia menabrak Juan sehingga membuat bajunya basah.

"Sorry... sorry kak... aku tak sengaja," ucap Kia panik merasa tak enak.

"Tak apa-apa," sahut Juan tersenyum kearah Kia.

Epsd 3. Perkenalan

Kia masih merasa tak enak kepada Juan. Perut yang terasa lapar beberapa menit yang lalu berubah dengan cepat menjadi kenyang. Kia terlihat canggung berada di samping Juan.

"Kenapa ga dimakan?" tanya Juan dengan tersenyum.

"Eh... ini di makan kok kak...," jawab Kia malu-malu.

"Kirain udah kenyang," ucap Juan sambil tertawa.

'Aduh... kenapa aku jadi salting gini ya...,' batin Kia.

Kia kemudian menyendok makanannya masih dengan menundukkan kepalanya sembari mencuri lirik ke Juan yang ada disampingnya.

"Siapa namamu?" tanya Juan.

"Zaskia kak," jawab Kia.

"Nama yang cantik seperti orangnya," puji Juan langsung membuat wajah Kia kemerah-merahan.

"Jika diijinkan aku mau main ke rumahmu." Ucap Juan to the point.

"Eh... gimana ya kak... bukannya ga boleh, tapi papaku galak," sahut Kia.

Benar saja, papa Kia pas kebetulan mencari Kia. Beliau melihat Kia sedang berbincang dengan Juan.

"Kia, kita pulang sekarang." Ucap papa dengan dingin.

Juan langsung mengerti karakter papanya Kia. Juan tersenyum kearah papanya Kia, namun tak direspon oleh beliau.

"Iya pa... bentar, Kia belum selesai makan." Tolak Kia halus. Memang benar Kia belum selesai makan, piringnya masih penuh dengan nasi dan lauk.

"Segera habiskan lalu kita pulang. Besok kau harus berangkat Sekolah pagi-pagi, papa tak kau kau terlambat." Ucap papanya Kia kemudian meninggalkan Kia.

Kia segera menghabiskan makannya, dia tau tak mudah meluluhkan hati papanya. Kia harus menuruti perintah papanya, Kia sendiri merasa seperti boneka yang harus mengikuti aturan papanya. Sebenarnya Kia pernah berontak, namun yang terjadi bukannya semakin baik papanya malah melakukan pukulan fisik. Tujuannya sebagai efek jera, tapi yang ada malah rasa takut.

"Itu papamu?" tanya Juan mencairkan suasana. Juan tau jika saat ini Kia sedang ketakutan.

Kia hanya menganggukkan kepalanya. Efek papanya tadi selera makan Kia langsung saja hilang. Kia masih menyisakan makannya lalu berpamitan dengan Juan.

"Kak... aku duluan ya...," pamit Kia.

Juan tersenyum mempersilahkan Kia. Kia melewati Juan begitu saja.

'Anak itu membuatku penasaran,' batin Juan sambil tersenyum menyeringai.

"Juan... rupanya kau disini," sapa Eva.

"Pengantin baru ngapain masih cari-cari aku, ga bisa move on ya...," ledek Juan.

"Apaan sih Juan, kalau kedengeran suamiku bisa salah paham nanti...," sahut Eva.

"Aku bercanda Eva...," ucap Juan.

"Eva aku boleh tanya sesuatu?" tanya Juan.

"Mau tanya apa?" balik tanya Eva.

"Gadis itu...," Juan melirik kearah Kia yang bersama papa serta kedua adiknya.

"Kia maksudnya?" Eva langsung bisa menebak.

"Ada apa dengan Kia? eh, Jangan-jangan kau suka sama dia? ih... dasar playboy!" ucap Eva.

Juan hanya tersenyum mendengar ucapan Eva. Selama ini memang Eva tau sepak terjang Juan, untungnya Eva tak jatuh cinta padanya hanya berteman biasa. Kalau sampai jatuh cinta bisa makan hati, karena Juan terkenal sekali playboynya. Dia bisa mempunyai pacar lebih dari 3 bahkan 5 dalam satu waktu.

"Awas ya kalau sampai kau dekatin sepupuku! kau akan langsung berhubungan denganku...!" sahut Eva langsung mengancam Juan.

Lagi-lagi Juan hanya tersenyum lalu tertawa mendengar ancaman Eva.

"Eva... Eva... dia bukan seleraku, kau tau sendiri kan seleraku seperti apa...," sahut Juan.

"Ya sudah, pokoknya kau ga boleh coba-coba menggoda Kia. Lagian kalau sampai kau menggodanya kau juga akan berurusan dengan papanya yang super duper galak," ucap Eva.

"Iya, papanya terlihat galak sekali..." Juan membenarkan ucapan Eva.

"Memangnya kau tahu kalau papanya galak?" tanya Eva.

"Baru saja." Jawab Juan.

"Hah... baru saja? berarti kau berhadapan langsung dong... orang aku yang sepupunya aja ga pernah berhadapan langsung, takut tau..." ucap Eva bergidik ngeri.

"Eva, jika diijinkan bolehkah aku minta nomor ponsel Kia?" tanya Juan.

"Nah kan... mulai ga beres ujungnya," gerutu Eva.

"Please Eva... aku hanya ingin kenal biasa ga lebih," rayu Juan.

"Aduh... gimana ya...," Eva masih pikir-pikir.

"Boleh... boleh... lagian aku juga mau mengembalikan ini," sambil menunjukkan jam tangan Kia yang tak sengaja tertinggal dimeja didekat makan mereka berdua tadi.

Eva memperhatikan jam tangan itu, dan benar saja jam tangan itu milik Kia hadiah ulang tahun dari sepupu-sepupunya.

"Baiklah... tapi janji, jangan berhubungan lebih dari itu," ucap Eva pada akhirnya. Eva memberikan nomor ponsel Kia dengan hati yang ragu. Tapi Eva sudah terlanjur memberikannya kepada Juan.

"Terimakasih Eva...," ucap Juan setelah berhasil mendapatkan ponsel Kia.

"Tapi Juan... bener ya jangan berhubungan lebih seperti yang kau lakukan ke wanita-wanita itu," pesan Eva.

"Kau tenang saja Eva, aku sudah mengatakan jika Kia bukan seleraku." Ucap Juan.

Eva sedikit merasa gimana, tiba-tiba feelingnya merasa tak enak setelah memberikan nomor ponsel Kia kepada Juan.

"Kak Eva... sedang apa kau disini?" sapa Dion.

"Tuh, dicariin suaminya dikira ilang kata suaminya mau cari Luna Maya...," seperti biasa Dion memang suka sekali berbuat jahil kepada siapapun.

"Hissshh...," Eva menjitak kepala Dion kemudian menghampiri suaminya.

"Eh... kau teman kak Eva?" tanya Dion melihat Juan didepannya.

Juan hanya tersenyum kemudian melewati Dion dengan cueknya.

"Eh, sok kecakepan banget sih! masih cakepan aku terdepan kali... aku kan produk Yamaha jadinya selalu terdepan...," umpat kesal Dion melihat sikap sombong Juan.

"Siapa sih tuh orang... sombong banget...," gerutu Dion.

"Kak Dion ngomong sama siapa sih?" sapa Nino yang berada dibelakangnya entah sejak kapan.

"Ngomong sama angin." Sahut Dion melampiaskan kesalnya kepada Nino yang tak tahu apa-apa.

"Ye... cepet tua tau rasa!" ucap Nino ikut-ikutan kesal.

"Nino...," panggil Kia terlihat panik.

"Kenapa sih papa ga bisa santai, ini acaranya tante adiknya mama kenapa harus buru-buru pulang... ah... ngeselin," gerutu Nino mengerti arti panik Kia.

Papa, Kia, dan Nana duduk dalam satu mobil. Sedangkan Nino mengendarai motor sportnya dikawal oleh mobil papa. Sedangkan mama sengaja pulang nanti karena masih harus membantu tante Zelin.

Sesampainya di rumah, semua anak-anaknya bergegas masuk kamar dan segera tidur. Namun papa malah memanggil Kia,

"Kia," panggil papa. Kia langsung menghampiri papanya dengan wajah menunduk.

"Kau tahu peraturan di rumah ini?" tanya papa mengingatkan lagi.

Kia mengangguk, "tau pa...," jawab Kia.

"Jika kau tahu, sekolahlah yang baik jangan pacar-pacaran. Papa ga suka anak-anak papa pacaran. Kalau sampai papa tahu kau pacaran, papa tak segan-segan mencabut sekolahmu." Ancam papa.

"I--iya pa..." ucap Kia ketakutan.

"Papa ga suka kau dekat dengan pria tadi." Sahut papa.

"Maaf pa... itu teman kak Eva, Kia juga baru mengenalnya tadi...," Kia mencoba menjelaskan.

"Pokoknya papa ga mau Sekolahmu terganggu dengan yang namanya laki-laki."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!