NovelToon NovelToon

Rindu Bintang Kejora

Bab. 1.

Malam begitu indah disinari dengan cahaya rembulan malam itu. Malam ini bertepatan dengan malam bulan purnama. Sepasang kekasih sedang memadu kasih berjanji seiasa sekata. Walaupun tanpa ada ikatan status resmi yang mengikat cinta dan sayang mereka.

"Rindu, apakah kamu tidak menyesal dengan apa yang kita lakukan malam ini?' Pria itu menangkupkan kedua tangannya di dagu lancipnya Rindu.

"Saya tidak pernah menyesal dengan apa yang saya putuskan hari ini, karena aku yakin Abang akan datang suatu saat melamarku," pungkasnya Rindu Larasati.

"Aku berjanji aku akan kembali menjemputmu di sini, aku akan menjadikan kamu satu-satunya permaisuri dalam hatiku dan istriku di dunia ini," ujarnya pria itu yang mulai membuka satu persatu kain yang menutupi seluruh tubuhnya Rindu.

Malam itu menjadi saksi penyatuan dua insan yang terus berlanjut seperti itu hingga beberapa bulan kemudian. Hubungan mereka berlangsung hingga beberapa tahun kemudian.

Tapi, suatu hari pria itu kembali datang menemuinya di suatu malam. Rindu menyambut dengan hangat dan melayani prianya dengan baik.

Rindu adalah gadis yatim piatu, sejak umur sepuluh tahun bapaknya sudah meninggal dunia. Kemalangan kembali terulang lagi ketika ibunya meninggal dunia sekitar empat tahun lalu.

Dari sejak itu lah, ia berusaha dan berjuang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Walaupun hanya bekerja sebagai officer girl, dia sama sekali tidak mempermasalahkannya.

Tapi, sekitar satu tahun lalu, sejak ia bertemu dengan seorang pria dalam suatu malam yang kebetulan menginap di salah satu hotel ternama yang kebetulan tempat kerjanya Rindu.

Dari situlah mereka mulai menjalin hubungan pertemanan semakin lama hubungan mereka melebihi dari sekedar hanya sebagai sahabat biasa saja.

"Abang sudah makan? Kalau belum kebetulan aku baru masak ayam goreng dengan sayur sup kesukaan Abang," imbuhnya Rindu yang kemudian duduk saling berhadapan dengan kekasihnya.

Erka segera menarik tangannya Rindu yang sudah berjalan perlahan meninggalkan ruangan tamunya.

"Duduklah, kamu tidak perlu repot-repot untuk menyiapkan segala makanan untuk saya, kedatangan saya kali ini hanya untuk mengatakan jika besok saya akan kembali ke pulau Kalimantan Selatan untuk berlayar," jelas Erka Mandala Jauhari.

Rindu segera menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Erka, ia berusaha untuk menyunggingkan senyumnya padahal senyuman itu sungguh sangat ia paksakan. Rindu segera kembali duduk kembali ke tempat duduknya.

"Jadi kira-kira kapan Abang akan kembali lagi?" Tanyanya Rindu yang hanya bisa pasrah dengan keputusan kekasihnya itu untuk pergi jauh dari sisi hidupnya itu.

Rindu tidak mungkin menghalangi kepergian pria yang sangat dicintainya itu. Walaupun ia ingin mengatakan berita penting tapi, dengan berat hati ia harus mengurungkan niatnya itu.

"Aku terpaksa diam dan tidak akan mengatakan kepadanya yang sejujurnya jika, aku sedang mengandung anaknya, biarlah beberapa bulan aku menyimpan rahasia besar ini demi masa depannya Abang Erka," batinnya Rindu.

Perpisahan malam itu diakhiri dengan suatu penyatuan keduanya. Entah sampai kapan mereka akan bertemu kembali. Harapan terbesarnya Rindu, berapapun lamanya kepergiannya Erka yang paling penting prianya kembali hanya untuk dia lagi bukan untuk perempuan lain.

Tapi, jodoh,maut, rezeki adalah rahasia Tuhan. Apakah mereka ditakdirkan untuk bersatu atau kah tidak. Tetapi, Rindu selalu berharap dalam penantiannya, apabila esok hari, Erka Jauhari kembali kepadanya hanya untuk dirinya seorang.

Erka mengecup sekilas keningnya Rindu"Rindu, percayalah padaku aku pasti akan menemuimu lagi dan jika aku kembali aku harap kamu bersedia untuk menikah denganku," pesannya Erka sebelum meninggalkan rumahnya Rindu yang hanya lah rumah kontrakan selama ia merantau dan mengadu nasib di Ibu kota Jakarta.

Erka malam itu pergi dari depan rumahnya Rindu mengendarai sepeda motor maticnya itu. Rindu berdiri di ujung pintu pagar rumahnya yang sangat sederhana itu dengan menatap sendu kepergian Erka.

"Saya harap hati Abang hanya untuk aku seorang diri," gumamnya Rindu sambil menyeka air matanya yang menetes membasahi pipinya sebagai pertanda kesedihannya saat itu.

Tiga bulan kemudian, Rindu menjalani hari-harinya dengan penuh semangat walaupun kekasih pujaan hatinya hingga detik ini belum mengabarinya walaupun hanya sekedar mengirimkan chat biasa saja.

Rindu sedang membersihkan seluruh ruangan kamar hotel yang baru saja selesai dipakai oleh salah satu pengunjung hotel tersebut. Tapi, tiba-tiba indera penciumannya mencium bau sabun pencuci lantai membuatnya ingin memuntahkan seluruh makanan yang sempat ia makan.

Oek.. Wek.. Wek..

Rindu segera menyimpan peralatan bersih-bersihnya ke atas lantai lalu segera berlari tergesa-gesa masuk kedalam kamar mandi yang kebetulan ada di dalam kamar tersebut.

Rindu mengeluarkan semua isi perutnya itu saking tidak enaknya perasaannya. Kepalanya pusing, mual, dadanya terasa sesak, ulu hatinya perih.

"Apa magku kambuh yah atau aku hamil karena sudah hampir tiga bulan aku belum menstruasi juga sejak kepergian Abang Erka?" Cicitnya Rindu.

Mampir baca novel baru aku judulnya "Terpaksa Menjadi Orang ketiga"

give away kecil-kecilan khusus pembaca yang rajin" Caranya hanya baca, Like dan komentar.

Bab. 2.

Rindu mengeluarkan semua isi perutnya itu saking tidak enaknya perasaannya. Kepalanya pusing, mual, dadanya terasa sesak, ulu hatinya perih.

"Apa magku kambuh yah atau aku hamil karena sudah hampir tiga bulan aku belum menstruasi juga sejak kepergian Abang Erka?" Cicitnya Rindu.

"Apa yang terjadi padamu?" Tanyanya Nisa salah satu rekan kerjanya Rindu yang kebetulan mereka sip malam itu.

Rindu segera menyeka ujung bibirnya yang baru saja memuntahkan hampir seluruh makanan dari dalam perutnya itu.

"Sepertinya mangku kambuh sehingga aku mual dan muntah seperti ini," elaknya Rindu yang mulai gugup dan panik karena sudah jelas mengetahui apa yang terjadi padanya saat itu.

"Ihh gitu, kalau memang kamu kurang sehat, sebaiknya pulang saja dulu daripada harus bekerja dengan kondisi seperti itu pasti kamu juga akan susah untuk bekerja dan menejer bisa marah melihatmu juga," imbuhnya Nisa yang memberikan solusi yang tepat untuk Rindu.

Rindu terdiam sejenak sambil berfikir untuk mencari pilihan jalan keluar yang tepat.

"Kalau begitu saya pamit pulang dulu, kalau esok aku baikan baru bisa masuk kerja lagi,maaf hari ini aku harus pulang terlebih dahulu," ujarnya Rindu lalu segera berjalan kembali ke ruangan ganti untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu.

Rindu segera menaiki motor maticnya untuk menuju ke rumah kontrakannya. Walaupun dalam keadaan yang kurang sehat,dia terus mengendarai motornya.

"Kenapa kepalaku semakin pusing yah, padahal aku sudah mengolesi minyak kayu putih di tengkuk dan juga bagian keningku," gumamnya Rindu yang semakin menambah kecepatan motornya agar bisa pulang dan beristirahat dengan tenang di rumahnya.

Tapi, apa yang terjadi di depan pintu masuk rumahnya, sudah banyak orang-orang yang sengaja menunggu kepulangannya itu. Semakin menambah shock dan terkejut ketika melihat hampir seluruh pakaian dan barang-barangnya sudah di lempar keluar oleh seorang ibu-ibu yang tidak lain adalah sang pemilik rumah itu sendiri yang sudah sekitar enam tahun ia tempati.

"Ini dia perempuan mu raa haan itu sudah pulang juga rupanya, maaf dengan sangat aku harus membuang dan mengeluarkan dengan paksa barang-barangmu karena aku tidak ingin perempuan yang tidak punya moral seperti kamu!" Cibirnya Bu Hilda sang pemilik rumah kontrakan itu.

Rindu tidak mampu berucap sepatah katapun juga, karena ia tidak mengerti dengan situasi yang terjadi.

"Mak-sudnya apa ibu Hilda, kenapa bisa barang-barangku semuanya dikeluarkan seperti ini, padahal aku tidak pernah nunggak membayar tagihan kontrakannya ibu!" Sanggahnya Rindu yang memarkirkan segera motornya lalu berjalan untuk mendekati Bu Hilda yang tampak sangat marah melihat kedatangan Rindu.

"Saya tidak perlu repot-repot mengatakan kepada kamu perihal alasannya kenapa saya mengusir kamu dari sini, intinya saya mendapatkan banyak keluhan dan laporan dari tetangga dan masyarakat setempat tentang kelakuan kamu yang sama sekali tidak baik sehingga saya selaku yang punya rumah berinisiatif untuk mengusirmu dari sini agar kompleks sini bisa kembali tenang dan kondusif seperti sedia kala, dan ini uang kompensasi atas pengusiran kamu dengan sepihak!" Jelasnya Bu Hilda sambil melempar sebuah amplop ke hadapan Rindu dengan cukup kasar.

"Dasar perempuan tidak tau diri, lebih baik pergi saja dari sini daripada terus tinggal di sini dan mengotori kompleks kita ini!" Nyinyir seorang ibu-ibu yang kebetulan turut hadir di tempat itu juga.

"Benar sekali apa yang ibu katakan, saya juga tidak mau punya tetangga yang mengobral dirinya pada pria sembarang dari pada komplek kita ini kena murka lebih usir saja dia dari sini secepatnya!" Ketusnya Ibu Ani yang kebetulan tetangga sebelah kanan rumahnya Rindu yang selama ini cukup baik padanya tapi, hari berubah drastis dan tidak seperti biasanya.

Dengan berat hati, Rindu terpaksa pergi dari rumah itu yang memberikan banyak kenangan untuknya bersama kekasih pujaan hatinya Erka yang pergi bekerja di daerah Kalimantan Selatan. Rindu segera memesan mobil untuk mengangkut beberapa barangnya itu.

"Apa sebaiknya aku pulang ke kampung halaman bapak saja kebetulan paman mengabarkan jika lahan kosong dan juga tambak ikannya ada orang tertarik untuk membelinya, masalah kehamilanku aku bisa mencari cara untuk menutupi dan sedikit mencari alasan yang tepat untuk menutupinya," batin Rindu seraya memungut beberapa pakaiannya.

Desa kampung halaman bapaknya yang menjadi pilihannya Rindu untuk melanjutkan kehidupannya. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk melahirkan anaknya ke dunia ini walaupun dalam keadaan tanpa suami ataupun hamil tanpa ikatan pernikahan.

"Ini semua pilihan dan jalan hidupku sendiri, aku harus kuat dan sabar nejakanim," cicitnya Rindu lalu segera naik kembali ke motornya.

Rindu juga sudah berencana untuk menjual motor pemberian Erka untuknya karena ia ingin memakai uang itu sebagai biaya kehidupannya dan juga sebagai modal usaha nantinya.

Kebahagiaan tidak menghampiri mereka yang memiliki segalanya, namun kebahagiaan akan menghampiri mereka yang berterus bersyukur atas nikmatnya.

Terkadang cobaan menghampiri hidup kita, agar kita menjadi orang yang lebih sabar dan ikhlas untuk menghadapi segalanya.

Hal yang paling sulit dari hidup ini adalah menerima kenyataan pahit, percuma disesali jadikan saja pelajaran.

Semua hanya tentang waktu, tunggulah dan tetap doakan, jangan berubah atau menyerah.

Bab. 3

"Ini semua pilihan dan jalan hidupku sendiri, aku harus kuat dan sabar nejakanim," cicitnya Rindu lalu segera naik kembali ke motornya.

Rindu juga sudah berencana untuk menjual motor pemberian Erka untuknya karena ia ingin memakai uang itu sebagai biaya kehidupannya dan juga sebagai modal usaha nantinya.

Rindu memutuskan untuk kembali ke kampung halaman bapaknya. Perutnya juga semakin membesar dan melanjutkan usaha mendiang bapaknya yang dikelola sebelumnya oleh pamannya.

Dua bulan sudah berlalu semenjak kedatangannya. Rumah itu sebenarnya tidak pernah lama ia tinggali karena bapak dan ibunya lebih memilih untuk tinggal di desa tempat kelahiran dari ibunya sendiri. Tapi, usianya mereka terbilang masih cukup muda ketika meninggal dunia.

Desa tempat kelahirannya itu, berada di propinsi Jawa Tengah sedangkan kampung halaman bapaknya ada fi jawab barat yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Ibu kota Jakarta.

Walaupun hanya usaha kecil-kecilan, tapi cukup bisa memenuhi segala kebutuhan pokok sehari-harinya. Semua tetangganya hingga detik ini, belum ada atau pun tidak ada yang berkomentar ataupun bertanya masalah kehamilannya itu.

"Ternyata pilihanku untuk hidup di kampungnya bapak tidak salah,andai di desanya ibu pasti mereka akan cerewet dan kepo dengan kehidupan orang lain," gumaman Rindu sambil duduk di teras belakang rumahnya yang baru saja memeriksa kandang ayam petelurnya itu.

Kandungannya sudah memasuki bulan ke lima tapi, hingga detik ini Erka sama sekali belum memberkati kabar apapun padanya. Berharap, hanya berharap dan berdoa untuk keselamatan Erka yang bisa ia lakukan.

Waktu terus berlalu tanpa mereka sadari, bulan ini adalah bulan taksiran ia akan melahirkan kedua anaknya. Walaupun kampung itu hanya desa kecil, tapi untuk melakukan USG tidak kesulitan untuk melakukannya.

Seperti hari ini,ia berniat untuk memeriksa kondisi kesehatan kehamilannya. Sudah tiga hari ini,ia sering mengalami sakit dibagian perut dan pinggangnya. Maka dari itu,ia akan berangkat ke puskesmas terdekat.

"Assalamualaikum," sapa salam seseorang dari arah depan pintu masuk rumahnya.

"Waalaikum salam," jawabnya Rindu yang segera menyelesaikan makannya terlebih dahulu sebelum membuka pintunya.

Pintu itu berdecit pertanda sudah terbuka, Rindu sudah menebak siapa orang yang sepagi ini bertamu ke rumahnya.

"Mas Angga Pratama, " ujarnya Rindu yang sedikit risih melihat pria yang selalu berusaha untuk merebut hatinya dan perhatiannya itu.

"Rindu pagi ini kau cantik banget, kamu mau kemana?" Tanyanya yang sekedar basa-basi saja.

"Silahkan duduk Mas," ujarnya Rindu yang sebenarnya tidak suka jika Angga datang bertamu ke rumahnya itu.

Angga meremas celana kain yang dipakainya itu dengan kuat karena grogi, gugup dan salah tingkah ditatap langsung oleh Rindu, "Rindu, sebenarnya kedatanganku kali ini ke rumahmu ingin mengindikasikan jika bapak dan ibuku akan datang melamarmu, apakah kamu bersedia untuk menikah denganku?"

Deg… deg… deg…

Jantungnya Rindu berdetak kencang wajahnya merah merona saking terkejutnya mendengar perkataan dari pria yang selalu berusaha untuk mendapatkan kasih sayang. Bukannya malu karena bahagia dilamar tapi, ia sangat tidak ingin mendengar perkataan itu dari mulut pria lain melainkan hanya dari mulutnya kekasih pujaan hatinya yaitu pria yang telah memberikan ia dua calon anak kembar sekaligus.

"Saya berharap kamu bisa menerimanya," imbuhnya Angga yang selalu menundukkan kepalanya saking tidak percaya dirinya berhadapan langsung dengan perempuan yang tercantik di matanya itu.

Angga Pratama adalah putra sulung dari kepala desa setempat. Kedua orang tuanya sama sekali tidak mempermasalahkan statusnya Rindu yang harus hamil di luar nikah tanpa suami. Karena bapaknya Angga Pak Pratama adalah sahabat terbaiknya bapaknya Rindu Pak Prayoga. Mereka sejak dulu sudah berencana untuk menjodohkan keduanya jika kelak mereka dewasa.

"Mas Angga, maafkan saya untuk saat ini belum berniat untuk menikah dengan pria manapun karena aku masih menunggu bapak dari kedua calon anak kembarku," ungkap Rindu yang sudah tidak ingin memberikan harapan palsu kepada Angga.

Baru saja Angga ingin menimpalinya perkataan dari Angga, tiba-tiba perutnya sangat sakit.

"Aahhh!! Sakit Mas!!" Jeritnya Rindu sambil memegangi perutnya yang membesar itu yang sudah kesakitan.

"Rindu, sepertinya kamu akan melahirkan, ayo cepat sini aku gendong sebelum terlambat, kita harus segera ke puskemas takutnya kamu melahirkan disini," tukasnya Angga lalu berusaha untuk menggendong tubuhnya Rindu ke dalam mobilnya.

Raut wajahnya Angga Pratama terpancar kegelisahan, ketakutan, kekhwatiran, kecemasan yang melanda hati dan perasaannya saat itu juga.

Kehidupan in bukan untuk menemukan cinta, tapi untuk membangun cinta. Cinta yang indah tidak mungkin hanya ditemukan. Cinta yang indah menuntut pengorbanan yang tidak sederhana.

Hanya dibutuhkan beberapa detik untuk jatuh cinta, tapi seumur hidup untuk membuktikannya.

"Menunggumu dalam kesabaran lebih indah bagiku dari pada mengungkapkannya. Menantimu dalam doa lebih bermakna dari pada menjelaskannya."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!