NovelToon NovelToon

Arabella (Cinta,Air Mata Dan Kepercayaan)

#1 Awal mula

Suasana di toko bunga SUNFLOWER pagi ini terbilang cukup ramai. Toko bunga ini Ara peroleh dari

abangnya sebagai hadiah atas kelulusannya. Meskipun tumbuh dalam keluarga Broken Home ia tidak merasakan kekurangan kasih sayang. Di usianya yang terbilang muda Zayn kakak Ara menjabat sebagai CEO di perusahan Arunika Grup menggantikan posisi papanya.

Saat sedang merangkai bunga, ponsel Ara berbunyi.

“Halo bang.” Jawab Ara sambil meletakkan ponselnya di antara telinga dan pundaknya.

“Dek lagi sibuk tidak?” Tanya Zayn.

“Ara masih merangkai bunga bang. Ada apa bang? Apa abang memerlukan sesuatu?”

“Berkas abang tadi tertinggal di kamar, bisa minta tolong kamu ambilkan lalu antar ke perusahhan.”

“Apa harus sekarang?" Tanya Ara karena ia benar- benar tidak bisa meninggalkan pekerjaanya saat ini.

“Tidak ,tapi jangan lama- lama kalau bisa sebelum jam istirahat sudah kamu antarkan kesini."

Ara merotasikan matanya. "Kalau begitu abang tunggu sebentar Ara lanjutkan merangkai bunga dulu. oke” Tawar Ara.

"Terima kasih dek.”

Setelah menutup telephone, Ara melanjutkan merangkai bunga.

Di tokonya Ara memperkerjakan dua karyawan perempuan Zoya dan Nova, dan satu orang laki-laki yang bertugas untuk mengirim barang bernama Aldi. Jadi selama membuka tokonya Ara hanya berada di belakang layar.

“Zoya, tolong bilang ke Aldi buket bunganya suruh antar ke alamat yang ada di meja mbak ya.”

“Siap mbak.” Saut Zoya.

“Nanti tolong di antar sebelum waktu makan siang.” Ara berkata sambil berjalan keluar toko. Ara bergegas pulang kerumah untuk mengambil berkas kakaknya yang tertinggal dengan menggunakan sepedah metic kesayangannya.

Sesampainya di kantor Zayn banyak karyawan kakaknya yang menyapanya, tapi Ara hanya memberikan sedikit senyumannya sambil mengangguk. Ara berjalan cepat dan langsung menuju ke ruangan Zayn. Tanpa mengetuk pintu Ara langsung masuk ke dalam.

“Abang.” Ada dua pasang mata yang langsung menatap Ara.

“Maaf Ara tidak tau kalau abang masih ada tamu.” ucap Ara pelan setengah berbisik.

Zayn tersenyum memandang adiknya.

”Duduk sini dek.” Ucap Zayn sambil menepuk tempat duduk di sampingnya. Ara pun melangkah menuju tempat duduk di samping Zayn, ia langsung menyodorkan berkas yang tadi ia ambil dari rumah.

“Apa dia adik kamu Zayn?” Tanya orang yang duduk di hadapan Zayn.

“Kenalin om ini Ara adeknya Zayn. Ara kenalin ini om Tirta.” Ara pun maju untuk mencium tangan om Tirta.

“Senang berjumpa dengan om.” sapa Ara sopan.

“Ara, om Tirta ini yang akan bekerja sama dengan abang untuk proyek pembangunan hotel kita yang ada di Semarang.” sambung Zayn.

Ara yang tidak tau menau dengan perusahaan Zayn hanya terdiam dan sesekali menanggapinya dengan senyuman. Ara benar-benar tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan oleh abang dan om Tirta, jadi Ara memutuskan untuk kembali ke toko saja.

“Bang kalau sudah tidak membutuhkan bantuan lagi Ara pamit ya mau balik ke toko dulu. Nggak enak kalau di tinggal lama-lama” bisik Ara.

“Ya sudah, hati-hati dek. Terima kasih ya.” Tak lupa Ara mencium tangan abangnya dan juga om Tirta.

“Ara pamit dulu om.”

“Hati-hati di jalan ya nak.” Ara hanya menjawab dengan anggukkan saja.

Ara pun pergi meninggalkan kantor kakaknya dan kembali ke toko bunga miliknya.

“Maafin adik Zayn ya om kalau sifatnya sedikit kurang sopan.” ucar Zayn sepeninggalan Ara.

“Tidak papa Zayn. Ara benar- benar tumbuh menjadi perempuan yang manis.” jawab om Tirta sembari tersenyum. "Apa Ara memang sependiam ini?" Tanya Tirta penasaran.

“Setelah kejadian waktu itu Ara benar-benar berubah menjadi sosok yang tertutup pada dunia luar. Padahal dulu om tau sendiri Ara adalah anak yang ceria dan sangat mudah bergaul.” Jawab Zayn sambil mengingat kembali masa kecil Ara.

“Kamu hanya harus lebih bersabar Zayn.” Tirta menepuk pundak Zayn. Ia merasa Prihatin dengan keluarga David.

Sebenarnya Tirta adalah sahabat semasa kuliah David ayah dari Zayn dan Ara. Tirta sendiri tidak menyangka bahwa David berselingkuh di belakang Mia. Dia sangat menyayangkan akan sikap sahabatnya. Padahal selama ini David di kenal sebagai sosok yang sayang akan keluarga.

“Zayn hanya berharap yang terbaik untuk Ara, dan semoga suatu saat Ara bertemu dengan seseorang yang bisa mengembalikan keceriaan Ara seperti dulu.” ucap Zayn sendu. Tirta tersenyum mendengarkan ucapan Zayn.

”Oh ya tadi Ara bilang akan kembali ke toko. Apa Ara bekerja?"

“Ya, itu toko bunga milik Ara om.”

“Toko bunga?”

“Iya om, tokonya tidak jauh dari rumah Zayn."

"Zayn sengaja membukakan Ara toko bunga karena Zayn berharap dengan mengurus toko dia bisa melupakan keinginannya untuk melanjutkan studynya di luar negri.” Lanjutnya.

“Jadi toko bunga SUN FLOWER itu milik Ara.”

“Bagaimana om tau kalau nama tokonya SUN FLOWER??” tanya Zayn.

“Bagaimana mungkin om tidak tau, toko bunga di daerah rumah mu kan hanya 1. Bukan hanya itu saja istri om juga pelanggan tetap di toko itu. Tapi ngomong-ngomong kenapa om tidak pernah bertemu Ara?” Tanya Tirta penasaran karena selama mengantar istrinya ia tidak pernah sekalipun bertemu dengan Ara.

“Kan tadi Zayn sudah bilang Ara itu anaknya tertutup, jadi dia lebih suka bekerja di bagian merangkai bunga saja. Oh ya Om, ngomong- ngomong bagaimana kabar El?”

“El baik-baik saja. Sekarang El sedang fokus mengurus perusahaan om yang ada di Dubai. Saking fokusnya anak itu sampai melupakan om dan tante. Jika tidak ada alasan lagi dari El mungkin 1 minggu lagi dia akan pulang ke Indonesia” Ujar Tirta tersenyum saat menceritakan anak semata wayangnya.

"Maksud om?"

"Setiap kali om suruh pulang El selalu saja banyak alasan." Senyuman Tirta sedikit pudar.

“Seharusnya om bersyukur dong sekarang El sudah benar-benar berubah.” ujar Zayn sambil tertawa.

“Om dan tante ini sudah tua Zayn sudah saatnya untuk menimang cucu. Ngomong-ngomong apa Ara sudah mempunyai kekasih?”

Zayn tertawa mendengar pertanyaan dari tirta.

“Kenapa kamu tertawa Zayn?”

“Maaf karena Zayn tidak sopan om. Apakah menurut om dengan sifat Ara yang seperti itu akan ada lelaki yang mau dengannya? Bahkan ada yang berani untuk mendekati Ara saja Zayn tidak yakin.” ucap Zayn. Ia kembali tersenyum saat membayangkan bagaimana jika Ara benar- benar memiliki seorang kekasih.

Tirta tertawa mendengar jawaban dari Zayn.

“Memang kenapa om bertanya tentang kekasih Ara?” Tanya Zayn penasaran.

“Zayn bagaimana kalau om berniat melamar Ara untuk El?” Tanya Tirta sedikit ragu.

Zayn pun langsung terdiam mendengar ucapan Tirta.

“Zayn tidak berani mengambil keputusan ini sendiri om. Zayn harus bertanya dulu kepada mama dan Ara sendiri.” Jawab Zayn. Ia memandang Tirta dengan bimbang.

“Tapi bagaimana dengan El sendiri om?” Lanjut Zayn.

“Kalau soal El serahkan saja pada om dan tante.”

“Nanti coba Zayn bilang ke mama dulu ya om.”

“Baiklah kalo begitu om pamit dulu. Sampai ketemu minggu depan.”

“Semoga kerja sama kita berjalan lancar ya om.”

Zayn pun mengantarkan om Tirta sampai depan pintu.

Setelah kepergian Tirta, Zayn kembali memikirkan tentang niat Tirta untuk melamar Ara.

"hmm." Zayn menghela nafas. Bagaimana cara dia memberi tahu mama dan adiknya. Setelah memikirkan cukup lama akhirnya Zayn memutuskan akan mencoba berbicara dulu dengan mamanya.

Apapun keputusannya nanti Zayn benar-benar berharap yang terbaik untuk Ara. Ia tidak ingin terburu- buru dalam mengambil keputusan untuk masa depan adik kesayangannya itu.

.

.

.

"Apa Aldi sudah kembali." Tanya Ara kepada Nova.

"Belum mbak, mungkin sebentar lagi. Memangnya kenapa?"

"Tidak ada apa- apa. Apa kalian sudah makan siang?" Tanya Ara.

"Belum mbak. Tadi keadaan toko lumayan ramai."

"Ini mbak bawa makanan untuk kalian. Tapi tunggu Aldi kembali dulu ya, nggak papa kan?"

"Nggak papa. Terima kasih ya mbak." Ucap Manda sambil mengambil makanan yang di bawa Ara.

"Mbak ." Sapa Aldi.

"Kamu sudah selesai mengirim buketnya?"

"Sudah mbak, tapi yang ada di Alamat ini memesan lagi bunga yang sama untuk nanti sore apa bisa?" tanyanya sambil menunjukkan alamat yang di maksud.

"Tentu saja bisa." Ucap Ara bersemangat. "Kamu istirahat dulu, nanti setelah selesai makan kamu bisa konfirmasi lagi jam berapa buket itu ingin dikirim." Lanjutnya.

"Siap mbak. Aldi ke belakang dulu ya." Pamit Aldi.

Setelah kepergian Aldi, Ara pun pergi menuju ruangannya.

#2 Ara

“Malam ma.” sapa Zayn sambil mencium tangan mamanya.

“Malam sayang, tumben kamu baru pulang Zayn?” Tanya Mia karena tidak biasanya anak lelakinya itu pulang larut malam.

“Tadi banyak berkas-berkas yang harus Zayn tanda tangani ma.” Ujar Zayn dengan wajah lelahnya.

“Bagaimana kerja sama mu dengan om tirta.”

“Alhamdulillah lancar ma, tadi siang Zayn dan om tirta sudah menandatangani kontrak kerjasamanya. Ara mana ma?” tanya Zain karna tidak melihat adik kesayangannya.

“Ara sudah tertidur dari tadi dia menunggumu pulang, kasihan mengkin dia kecapekan.” jawab Mia sambil melanjutkan aktivitasnya di dapur.

“Ma Zayn ke kamar dulu ya. Oh ya nanti ada yang Zayn ingin bicarakan sama mama.Zayn naik dulu ya ma.” Ucap Zayn sambil berlalu pergi.

“Nanti setelah mandi langsung turun. Biar mama panasin dulu makanannya.”

“Siap ma.” teriak Zayn

Mia hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anak laki-lakinya. Mia pun segera bergegas memanaskan makanannya.

Selesai dengan aktifitasnya Zayn bergegas turun untuk makan malam. Setelah selesai makan Zayn pun duduk di ruang keluarga bersama mamanya. Ia termenung memikirkan bagaimana caranya untuk memulai percakapan dengan mamanya.

.

.

.

“Ada apa Zayn? kenapa muka kamu kelihatan serius sekali.” Tanya mamanya

“Begini ma, tadi siang setelah menandatangani kontrak kerjasama Zayn berbincang-bincang dengan om tirta. Terus Ara datang mengantarkan berkas Zayn yang tertinggal. Om tirta bertemu dengan Ara.” Zayn terdiam

“Lalu?” tanya Mia penasaran.

“Om Tirta ingin mengajukan lamaran untuk Ara ma.” Zayn menghembuskan nafasnya perlahan.

“Lamaran?” tanya mamanya terkejut.

“Ya ma, om Tirta ingin melamar Ara untuk El. Mama masih ingat El bukan?” Tanya Zayn.

“Tentu, bagaimana mama bisa lupa. Anak itu kan dulu yang selalu menempel terus sama Ara. Terus bagaimana dengan jawaban kamu Zayn?" Tanya Mia.

“Zayn bilang mau bicara dulu sama mama.” Ujar Zayn sambil menundukkan kepalanya.

Zayn kembali menatap wajah mamanya saat tidak mendengarkan jawaban dari Mia.

“Mama tidak berani untuk mengambil keputusan. Coba kamu tanya dulu sama adek kamu. Karena ini juga menyangkut masa depan Ara.” Mia memberikan jawaban.

“Baiklah nanti coba Zayn tanya sama Ara.”

Tidak lama kemudian Zayn dan mamanya mendengar langkah kaki menuruni tangga dengan tergesa- gesa.

“Abang.” panggil Ara manja sambil berjalan menuju tempat duduk Zayn. Ara memilih posisi tidur beralaskan paha Zayn.

“Kenapa bangun dek.” Tanya Zayn sambil mengusap surai hitam sang adik.

“Sebenarnya tadi Ara tidak ada niatan untuk tidur. Tadi Ara menunggu abang, gara-gara abang nggak pulang-pulang Ara malah ketiduran.” Kata Ara dengan nyawa yang belum terkumpul 100%.

"Maaf tadi abang banyak pekerjaan jadi abang terpaksa harus lembur." Jawab Zayn dengan rasa penyesalan. "Kenapa kamu harus menunggu abang?"

“Abang kan tau Ara nggak akan bisa tidur nyenyak kalau belum melihat keluarga kita ada di rumah semua.” lanjut Ara dengan nada sedikit merajuk.

Zayn dan Mia pun tersenyum mendangar ucapan Ara. Meskipun terlihat cuek sesungguhnya Ara memiliki sifat yang penuh kasih sayang.

“Adik kamu ini Zayn sudah besar masih saja manja. Luarnya saja yang terlihat galak.” goda sang mama.

“Memang nggak boleh ma? kan Ara manjanya juga sama abang Ara sendiri.”Jawab Ara semakin merajuk.

Mia hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat kemanjaan Ara pada Zayn.

“Ara kan sudah lihat abang pulang, sekarang lanjutkan tidurnya lagi ya.” bujuk Zayn.

Ara menggelengkan kepala. Ia malas jika harus menaiki tangga lagi.

“Ara mau tidur disini?” tanya Zayn

“Tentu saja tidak bang." jawab Ara yang semakin merajuk karena Zayn yang tidak peka.

"Lalu?"

Ara mengulurkan tangannya. "Gendong." ucap Ara manja.

Zayn pun langsung mengarahkan Ara duduk dan mengkode untuk naik kepunggungnya. Padahal biasanya Zayn sering menolak jika Ara meminta di gendong olehnya dengan alasan bahwa Ara sudah besar.

“Tumben abang langsung menuruti permintaan Ara.” tanya Ara heran.

“Ya nggak papa dek, mumpung kamu belum nikah. Nanti kalo kamu sudah menikah mana mungkin kamu minta gendong abang lagi.” goda Zayn.

Ara pun terdiam saat mendengar jawaban dari Zayn.

“Kenapa dek?” tanya Zayn yang heran melihat Ara terdiam dan tak kunjung naik ke punggungnya.

“Siapa yang bilang Ara akan menikah? Apa abang ada niatan untuk menikahkan Ara? Apa abang sudah tidak mau tinggal bersama Ara lagi” Tanya Ara bertyubi- tubi dengan mata yang berkaca-kaca.

"Bukan seperti itu dek. Apa kamu tidak berkeinginan untuk menikah?" Tanya Zayn hati- hati.

“Tentu saja Ara belum ingin menikah bang.” lanjut Ara. Zayn dan Mia pun terdiam mendengar jawaban Ara.

“Tapi dek kamu kan ngga bisa kalau hidup dengan abang dan mama terus.” ucap Zayn perlahan takut Ara merajuk.

“Hidup sama mama dan abang sudah cukup buat Ara.”

“ Ara sayang dengerkan mama. Kamu dan abangmu kan tidak bisa terus bersama sayang. Ada saatnya abangmu nanti juga menikah nak. Kan mama juga sudah kepingin gendong cucu.” ucap Mia.

"Ya sudah biarkan abang saja yang menikah dan memberikan cucu untuk mama." Protes Ara.

"Jika hanya abang yang menikah lalu kalau nanti mama tidak ada lagi di dunia ini kamu akan hidup bersama siapa?"

"Kenapa mama berbicara seperti itu?"

"Sayang umur manusia itu tidak ada yang tahu. Bisa saja bosok kamu tidak bertemu dengan mama lagi."

Ara semakin terdiam mendengar ucapan dari sang mama.

Melihat keterdiaman Ara Zayn pun memberi kode kepada mamanya untuk tidak melanjutkan ucapannya.

“Ya sudah ayo tadi katanya mau di gendong.”

Ara pun langsung menaiki punggung Zayn. Ia membenamkan wajahnya di pundak Zayn.

“Ma Zayn antar Ara tidur dulu ya, mama harus tidur juga ini sudah malam.” ucap Zayn beranjak dari duduknya.

Mia menggangguk. Zayn pun beranjak pergi dan menaiki tangga menuju kamar sang adik. Mia menatap kepergian kedua anaknya.

Zayn menurunkan Ara di tempat tidur. Tidak lupa Zayn mencium kening adik kesayanganya.

“Mimpi indah dek. Omongan abang sama mama jangan terlalu dipikirkan ya.” ucap Zayn. Ara hanya diam sambil memandang Zayn.

Zayn pun beranjak pergi meninggalkan kamar Ara.

.

.

.

Di kediaman keluarga Narendra.

"Ma."

"Ada apa pa?" tanya Valen.

“Ma El jd pulang minggu depan kan?” Tanya Tirta ingin memastikan kepulangan anak lelakinya.

“Iya memangnya kenapa pa?”tanya Valen heran.

“Ada yang pengen papa omongin.”

“Ada apa sih pa? kok kelihatannya serius sekali.” Valen penasaran.

“Ma, papa ingin menjodohkan El.” Jawab Tirta tanpa basa- basi.

"Menjodohkan El?"

“Iya, mama inget David tidak?” lanjut Tirta.

“Inget, sahabat papa kan. Memangnya kenapa pa?

“Papa sekarang sedang menjalin kerja sama dengan perusahaannya. Perusahaan itu sekarang di pimpin oleh Zayn. Dan tadi papa tidak sengaja bertemu dengan Ara. Mama masih inget Ara kan?" tanya tirta lagi.

“Ara yang mana sih pa?”

“Freeya mama adiknya Zayn.” Tirta mengingatkan.

“Kalau Freeya mama inget. Dulu kan El selalu nangis kalau di ajak untuk pulang. Malah El selalu ngotot minta di jodohin sama Freeya.” Valen tersenyum saat mengingat kembali bagaimana tingkah El waktu kecil dulu.

“Nah papa pengen jodohin El sama Freeya ma. Tadi papa sudah mengajukan lamaran kepada Zayn untuk Ara."

“Trus jawaban Zayn bagaimana pa?”

“Tadi katanya mau di omongin dulu sama Mia dan Ara.”

“Tapi kalau nanti EL menolak bagaimana pa?”

“Sudah itu nanti urusan papa. sekarang tugas mama untuk memastikan El minggu depan sudah ada di rumah.” Ucap Tirta.

"Lalu bagaimana dengan Ara?"

"Bagaimana apanya ma?"

"Bagaiman kalau Ara sudah memiliki kekasih?" Tanya Valen.

"Kalau soal itu papa berani menjamin bahwa Ara tidak memiliki seorang kekasih karena Zayn sendiri yang memberitahu papa."

"Ya sudah terserah papa saja. Tapi kalau El menolak papa jangan pernah memaksanya."

"Papa yakin El tidak akan menolak." Jawab Tirta yakin.

#3 Kepulangan El

Beberapa hari ini Ara sengaja menyibukan diri dengan pesanan bunga. Sehingga dia melupakan percakapan dengan abang dan mamanya malam itu. Zayn dan mamanya pun belum ada yang berani membahas lamaran yang di ajukan Tirta untuk Ara. Sejujurnya Ara merasa takut jika teringat kembali percakapan antara dirinya, Zayn, dan Mia malam itu. Ia benar-benar memiliki Trauma dengan sebuah pernikahan. Andai bukan keluarganya sendiri yang mengalami ini mungkin Ara tidak akan seperti ini.

Menikah itu sekali seumur hidup. Tapi mengapa ada beberapa orang yang melanggar janji pernikahan yang pernah mereka ucapkan? Ini pula yang menjadi salah satu masalah orang dewasa yang sampai saat ini tidak pernah bisa Ara mengerti.

Hari ini adalah hari dimana El kembali ke Indonesia setelah hampir 10 tahun ia menetap di Dubai.

“Mama papa El pulang.” teriak El. Ia kembali berteriak memanggil papa dan mamanya yang di sambut jeweran telinga dari papanya.

El kesakitan. “Papa, anaknya pulang itu di peluk bukan malah di jewer.” gerutu El kesal.

Tirta merotasikan matanya.“Kamu pikir rumah papa ini hutan seenaknya saja berteriak-teriak.” Tegur Tirta.

“Papa tidak kangen apa sama El?” Rengek El.

Tirta berjalan meninggalkan El. “Kenapa papa harus kangen sama anak yang bahkan sudah melupakan orang tuanya.”

Valen berjalan menuruni tangga saat mendengar kegaduhan di lantai bawah. “Sudah sudah anaknya baru sampai biar istirahat dulu pa.” tegur Valen sambil berjalan menghampiri anaknya.

"Tau nih ma." El menghampiri Valen lalu memeluknya. "El kangen mama saja kalau begitu." Ucapnya manja.

Tirta kembali merotasikan matanya melihat kelakuan anak lelaki semata wayangnya. "Ya sudah El istirahat dulu ya pa ma.” Pamitnya setelah melepas pelukkannya.

“Tunggu El." Seru Tirta menghentikan langkah kaki El. "Nanti sore kamu jangan pergi kemana-mana dulu. Ada yang ingin papa bicarakan dengan mu.” Lanjutnya.

El mengerutkan keningnya.“Baik pa.” Jawab El. Ia pun bergegas pergi ke kamarnya untuk istirahat dengan sedikit rasa penasaran.

.

.

.

Setelah beristirahat El bergegas turun untuk menemui sang papa. Ia menoleh kiri kanan mencari keberadaabn sang papa. “Ma, papa ada dimana?” Tanya El saat melihat mamanya yang baru keluar dari dapur.

“Papa menunggumu di ruang kerjanya El.”

"Memang papa ingin membicarakan apa sih ma? kelihatannya serius sekali." Tanya El karena ia benar- benar merasa penasaran.

"Kamu kesana saja, nanti kamu juga tahu sendiri."

“Ya sudah, El keruangan papa dulu ya ma.” jawab El dengan nada sedikit kecewa.

Tok tok tok

“Masuk, duduk El.”

El pun duduk di samping papanya. “Tadi papa bilang ada yang mau di bicarakan sama El?” Ucapnya tanpa basi- basi.

“El, sebelumnya ada yang ingin papa tanya kan kepadamu." Tirta terdiam sejenak. "Apa kamu sudah mempunyai kekasih?” Akhirnya tanya Tirta tanpa basa- basi.

El mengerutkan keningnya. “Tumben papa bertanya seperti ini ke El.” Tanya El terkejut dengan pertanyaan yang di lontarkan papanya.

“Sudah jawab saja pertanyaan dari papa.”

“Papa kan tahu sendiri bahwa akhir- akhir ini El di sibuk dengan permasalah di perusahaan, jadi mana sempat memikirkan untuk memiliki kekasih. Memangnya ada apa pa?” El heran dengan sikap papanya. Pasalnya selama ini sang papa tidak pernah mempertanyakan tentang masalah pribadinya.

“Baguslah kalau begitu, Papa berniat ingin menjodohkan mu dengan anak dari sahabat papa." Mendengar perkataan Tirta membuat El terdiam. Ia bingung harus berkata apa.

"Selama ini papa tidak pernah meminta apapun kepadamu. Tapi untuk kali ini papa benar-benar berharap kamu bersedia menerimanya.” Lanjut papanya.

El masih terdiam. Sebenarnya untuk urusan jodoh El ingin mencarinya sendiri. Ia Ingin menolak tapi memang ini permintaan papanya untuk yang pertama kalinya. Setelah sedikit berfikir akhirnya El memutuskan untuk menerima perjodohan ini.

“Baiklah pah El menerima perjodohan ini.” ucap El pasti.

Tirta tersenyum puas. “Terima kasih El.” Ia berdiri lalu berjalan menghampiri El untuk memeluk anak lelaki satu-satunya. El pun membalas pelukan sang papa.

“El, apa kamu tidak ingin bertanya siapa yang akan papa jodohkan denganmu?” Tanya Tirta setelah melepaskan pelukannya.

“Tidak pa.”

“Kenapa? Apa kamu tidak penasaran?”

“El percaya papa, siapapun pilihan papa pasti yang terbaik untuk El.” El tersenyum.

Tirta membalas senyuman El. “Papa dapat pastikan kamu tidak akan kecewa dengan pilihan papa.” ujar Tirta meyakinkan El.

"Mulai besok kamu urus perusahaan kita yang ada di sini."

El hanya tersenyum mendengar perkataan tirta. "Baik pa. Pa El ijin ya. Hari ini El ingin menemui Angga dan Dion. El kangen mereka.” Pamit El.

“Tapi pulangnya jangan malam-malam.” Pesan papanya.

“Baik pa. Kalau begitu El izin keluar dulu ya.” Sambil mencium tangan papanya.

“Hati-hati dijalan El.”

Saat keluar dari ruangan papanya, El berpapasan dengan sang mama. “Ma El pamit keluar dulu ya, ada janji ketemuan sama Angga dan Dion.”

“Hati-hati di jalan El, ingat pulangnya jangan malam-malam.” Valen mengingatkan.

“Iya ma, El pergi dulu.” ucap El sambil berlari. Valen menggelengkan kepala karna  melihat kelakuan El.

“Dasar, bukannya istirahat saja di rumah malah pergi.” ucap Valen sambil menggelengkan kepalanya.

Valen pun melanjutkan aktifitasnya..

El bergegas mengendarai mobil untuk pergi menuju kafe tempat dimana mereka sudah berjanji untuk bertemu.

.

.

.

“Triiinnggg. . . " bunyi alarm membangunkan gadis cantik yang masih terlelap dari tidurnya. Dengan langkah gontai ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Setelah selesai melakukan rutinitas paginya, Ara segera turun untuk sarapan.

“Pagi mama.” sapa Ara sembari mencium pipi mamanya.

“Pagi juga sayang”.

“Abang mana ma?” Tanya Ara saat tidak melihat keberadaan abang kesayangannya.

“Abang mu pagi tadi berangkat kesemarang sayang.”

“Semarang?? Kenapa abang gak pamit sama Ara?” Protesnya.

“Tadi abang buru-buru sayang ada masalah sama proyek pembangunan hotel. Sebenarnya abang mau membangunkan kamu tapi  kasian, kata abang kamu pasti capek. Akhir-akhir ini kamukan pulangnya malam trus. Lagian abang cuma 1minggu di sana.”

“1minggu ma?” tanya Ara sambil mengrucutkan bibirnya. Mia hanya tersenyum melihat tingkah anak gadisnya.

“Sudah-sudah cepet selesaikan sarapannya. Katanya ada pesanan buket bunga.” kata Mia mengingatkan Ara.

“Ya ampun Ara sampai lupa ma.” sambil menepuk jidatnya.

“Ara berangkat dulu ma.” sambil mencium tangan Mia.

Sesampainya di toko Ara langsung di sibukkan dengan pesanan. Ia sibuk merangkai buket bunga

sesuai pesenan. Biasanya Ara selalu mengerjakan sendiri, tapi tidak untuk kali ini, dia di bantu oleh Zoya. Saat Ara sedang bergelut dengan dunianya, tiba-tiba ponsel Ara berdering.

“Kriing Kriing”. saat di lihat ternyata bang Zayn yang menelephone.

“Halo...Halo dek.”

Ara hanya terdiam masih enggan untuk menjawab.

“Halo..dek. Kamu marah sama abang?” Tebak Zayn karena ia hafal betul dengan sifat adik kesayangannya saat sedang merajuk.

“Abang jahat kenapa ke Semarang tidak pamit sama Ara.” Ujar Ara kesal.

“Maaf dek tadi abang terburu-buru, tadi abang sempet ke kamar adek mau pamit tapi kamu tidurnya pules jadi abang ga tega mau bangunin.” Jawab Zayn memberikan alasan. “Udahan ya marahnya.” bujuk Zayn lagi.

“Abang beneran 1 minggu disana?” Tanya Ara.

“Rencananya sih dek, tapi nanti abang usahain cepet selesai. Biar abang bisa cepet pulang.” Terang Zayn. “Abang takut nanti ada yang kangen.” lanjut Zayn sambil menggoda Ara.

“Siapa juga yang bakal kangen abang.”

“Beneran nih." Tanya Zayn. Ara hanya terdian enggan untuk menjawab.

"Ya sudah abang tutup dulu ya, sebentar lagi abang ada meeting.”

“Abang hati-hati ya.” Ara menjawab dengan nada manja yang membuat Zayn tersenyum.

“Iya dek. Ya sudah abang tutup ya.”

.

.

“Siapa Zayn?” Tanya Tirta.

“Ara om, Zayn takut Ara marah soalnya tadi Zayn nggak sempet pamit sama Ara.” Zayn menjelaskan.

Tirta memandang Zayn. “Zayn, tentang lamaran om untuk Ara bagaimana?” Tanya nya. Sebenarnya Tirta merasa sedikit ragu untuk bertanya.

Zayn menghembuskan nafasnya berat. “Sebenarnya Zayn sudah berbicara sama mama om, tapi kata mama balik lagi ke Ara mau atau tidak untuk menerima lamaran dari om.”Zayn terdiam sebentar. “Rencananya setelah pulang dari Semarang Zayn akan mencoba untuk berbicara ke Ara. El sendiri bagaimana om?” Lanjutnya penasaran.

“Kalo El setuju- setuju saja apa kata om.”

“Nanti setelah Zayn bicara sama Ara, Zayn akan langsung mengabari om.” ucap Zayn. "Tapi apapun nanti jawaban Ara, Zayn berharap itu tidak mengganggu kerja sama kita."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!