NovelToon NovelToon

Mahram Untuk Fatima

ke datangan Leon,

Sore ini pak min sopir keluarga Andreas, menunggu kedatangan keluarga itu di bandara, sedari tadi matanya tak pernah lepas dari Pitu kedatangan penumpang,

Tak berapa lama pak min melihat seorang pria tampan keluar dari pintu kedatangan

''Den Leon.'' panggil nya

Leon berjalan dengan gagah, bak pangeran dari negri dongeng, dengan senyum menghampiri pak min,

''Pak min sudah lama menunggu.'' tanya leon ramah,

''Den Leon, lama tidak bertemu tambah ganteng dan tampan parah nih.'' serunya alih alih menjawab pertanyaan dari tuan muda nya,

''Pak min bisa aja, sudah ayok di mana mobil nya.'' tanya leon,

''Den Leon, apa Aden tidak membawa koper barang barang lain nya.'' tanya Pamin merasa heran,

''Tidak pak, Leon hanya bawa ini.'' menunjuk kan tas ransel nya bahkan isinya tidak penuh,

''Ya sudah.'' pak min membawa Leon ke depan di mana pak min memarkirkan mobil nya.

''Terakhir sepuluh tahun lalu aku pulang ke sini ya pak.'' ucap Leon mengingat seraya memasuki mobil,,

''Iya karna itu den Leon tambah gagah dan tampan, seperti tuan besar ketika masih muda.'' tutur pak min, memberi tau,, seraya menyalakan mesin mobil nya,

''Keadaan rumah masih sama kan pak.'' tanya leon lagi dia sangat menyukai tinggal di Indonesia dengan segala ragam budayanya,

''Masih den, semua masih sama ngomong ngomong tuan dan nyonya besar kapan akan menyusul kemari.'' tanya pak min karna Leon datang ke Indonesia seorang diri.

"Bulan depan pak mama sama papa masih mengurus yang di sana, papa ingin menik mati masa Tua nya di sini.'' jawab Leon seadanya,

"Nona Laura bagai mana.'' tanya pak min lagi,

"Laura juga sama pak, masih mengurus ke pindahan nya.'' jelas Leon lagi,

"Biar rame rumah den, hari hari nya sepi, hanya pak min dan kawan kawan yang tinggal.'' tutur pak min lagi Leon tersenyum tipis,

Sepanjang perjalanan Leon menatap takjub, kota kelahiran papa nya kini semakin maju dan berkembang pesat, tidak kalah dengan negara terkenal lain nya, semua itu karna peran sang presiden dengan apik menata dan memajukan negri tercinta Indonesia,

Tak berapa lama mobil sudah sampai di depan mansion keluarga Andreas, begitu memasuki gerbang, tampak pilar pilar penyangga berdiri kokoh, menandakan betapa megah nya rumah itu, Leon tersenyum terkadang merasa bosan tinggal di rumah besar, tak sedikit teman dan sahabat Leon yang enggan lebih tepat nya sungkan datang ke rumah Leon sekedar untuk bermain,

Begitu turun dari mobil para pelayan dan penjaga sudah berbaris rapi menyambut kedatangan nya,

''Tidak usah seperti menyambut nya biasa saja.'' tutur nya berdecak kesal,

leon langsung menaiki lif untuk menuju kamar nya, ia sudah sanga. merindukan suasana kamar itu, meski rumah besar bergaya Eropa, namun setiap disain kamar berbeda beda, Leon lebih suka kamar nya yang di sini semua perabotan nya berasal dari kayu jati yang warna dan cat nya masih asli,

leon merebah kan tubuh nya di atas ranjang yang nyaman, masih merasa jet like, baru saja tiba di indonesia setelah menempuh perjalanan yang lumayan panjang,

''Aku harus segera temui juna, aku pasti merasa bosan, sendirian di kota yang masih asing ini.''

''Tok,, tok

Suara ketokan di pintu mengagetkan Leon,

''Ada apa pak.'' tanya leon ketika pak nur sang kepala pelayan di mansion nya, mengetuk pintu kamar nya,

''Apa anda sudah makan tuan muda.'' tanya pak nur hari hati,

''Pak berapa kali jangan panggil Leon tuan, kenapa pak nur dari dulu tidak berubah buat saya nyaman tinggal di sini pak.'' serunya sedikit kesal pak nur memanggil nya tuan muda sedari dulu juga seperti itu,

''Baik lah pak nur mengalah den Leon tidak lapar.'' tanya pak nur lagi,

''Leon tadi sudah makan di pesawat pak, nanti saja kalau Leon sudah lapar Leon akan bilang sama pak nur.''tutur Leon,,

''Tuan besar baru saja menghubungi, menanyakan den Leon apa sudah sampai.'' ucap pak nur memberi tau,

''Iya Leon belum sempat menghubungi papa, lirih Leon,

''Ya sudah pak nur berada di bawah jika den Leon memerlukan sesuatu.''

ucap pak nur Pamit undur diri,

''

''

''

di tempat lain Arjuna duduk di samping rumah Menik mati pemandangan yang memanjakan mata, hamparan kebun bunga,

''Mas kamu disini, aku mencari mu.'' panggil Rima pada sang suami,

''Sayang kemari lah.'' Juna membawa sang istri duduk di samping nya,

''Bagai mana apa kamu sudah mencarikan arka guru ngaji.'' tanya Juna pertanyaan yang sedari tadi ia pikir kan,

''Sudah mas, namanya Fatima dia akan datang setelah ashar kalau begini kan enak selain arka aku juga bisa belajar mengaji dengan nya.'' tutur Rima senang,

''Maaf aku tidak bisa mengajari mu mengaji aku juga bekerja, aku belum bisa membagi waktuku untuk hal itu.'' lirih Juna

''Tidak mengapa mas, aku bisa mengerti mas Juna sibuk bekerja di luar jika sudah di rumah pastinya selain ingin istirahat pasti kan ingin bermain dengan arka. jika mengajari nya mengaji yang ada bukan nya rileks malah tegang.'' terang Rima pelan,

''Jadi mulai kapan guru ngaji nya datang ke sini.'' tanya Juna lagi,

''Hari ini.'' jawab Rima,

''bentar lagi waktu sholat ashar kita siap siap dulu yuk, setelah nya kamu harus bersiap menunggu kedatangan guru ngaji itu.''

Benar saja setelah bada ashar Fatima datang dia tampak dari kejauhan berjalan mendekati kediaman Arjuna dan Rima,

''Dia bercadar, tanya Arjuna sedikit heran, di jaman modern ini masih aja ada wanita menutup seluruh wajah nya hanya bagian mata saja yang terlihat,

''Iya mas aku lupa memberitahu mu, dia baru datang dari Kairo Mesir dia kuliah di sana.'' terang Rima, dengan itu berbarengan bel pintu rumah berbunyi,

''Aku buka dulu ya kasian dia menunggu lama.'' Rima bergegas membuka pintu rumah nya, menampil kan Fatima yang sedang tersenyum terlihat dari matanya yang bersinar, di barengi kedutan halus,

''Silahkan masuk Fatima, arka di dalam sudah siap.'' ujar Rima,

''Aku terlambat ya mbak, ucap Fatima.'' tiba tiba Juna muncul dari balik dinding lemari yang menyekat ruang tamu dan ruang nonton tv, Fatimah mengalih kan pandangan nya tak ingin bersitatap dengan Arjuna, selain suami Rima pria itu bukan mahram nya,

Juna yang mengerti melenggang pergi menjauh dari tempat itu,

''maaf Fatimah tadi itu suami ku, kamu kaget ya melihat nya tiba tiba muncul.'' ujar Rima yang mengerti ke keterkejutan Fatima dari sorot mata nya,

''Tidak apa apa mbak, lirih Fatima,

''kamu duduk dulu disini aku ambilkan air minum dulu.'' Rima meninggal kan Fatimah di ruang keluarga,

Tak berapa lama Rima datang kembali dengan minuman dingin di nampan nya,

''Ayo silahkan di minum Fatima.'' ucap Rima seraya menyodorkan minuman dingin itu di hadapan Fatima,

''Terimakasih mbak.'' ucap Rima

'''Hai gengss balik lagi sama author di karya baru lagi, cerita kali ini semoga kalian suka,,

''Bersambung

peri di kebun bunga

''

''

Sebulan telah berlalu, kedua orang tua Leon sudah datang. Maikel Andreas bersama istrinya Luna Andreas kecuali sang adik Laura Andreas masih tinggal di Jerman untuk beberapa waktu lagi, melanjutkan studi nya yang masih belum selesai,

''Sebulan tinggal di sini kamu sudah hafal jalan di kota ini.'' tanya Maikel pada sang putra karna membawa mobil nya sendiri ke bandara tanpa sang supir,

''Kalau cuma di sini Leon tau pah, ada google map juga.'' jawab nya masih fokus dengan kemudi mobil nya,

''Kamu sudah datang ke pabrik yang juna kelola.'' tanya Maikel pada sang putra selama sebulan ini apa saja yang di kerjakan nya,

''Sudah beberapa kali, Leon datang ke pabrik, jawab Leon jujur, seperti nya angka pengangguran di sana meningkat setelah pandemi covid. kebanyakan mereka malas datang kembali ke kota. Leon berencana akan menambah jumlah prodak dan menambah pekerja.'' terang Leon,

''Terserah kamu saja tapi papa sudah tidak sanggup jika harus bolak balik ke daerah itu meski perjalanan hanya dua jam dari kota, papa akan membantumu di perusahaan bukan di pabrik itu, terang Maikel,

''Di sana sudah ada Juna pah, biar Leon saja yang kesana tiap Ahir pekan.'' papa disini saja, terang Leon lagi,

''Tak terasa mobil sudah membawa mereka jauh dari bandara, sudah mulai memasuki kawasan elit Jakarta,

''Sudah banyak yang berubah, dari terakhir kali kita pulang sepuluh tahun yang lalu.'' gumam Luna, melihat pemandangan dari balik jendela,

''Mama benar, jauh lebih rapi.'' lanjut Maikel,,

''Kita sudah sampai.'' seru Maikel begitu melihat orang orang yang masih setia bekerja dengan keluarga nya, selama puluhan tahun yang lalu,

''Pak nur.'' seru Maikel menepuk pelan pundak pak nur,

''Tuan besar selamat datang kembali.'' ucap pak nur ramah,

Memasuki rumah semua masih sama tidak ada yang berubah, Maikel menjatuhkan bobot tubuh nya di kursi sofa, di ikuti sang istri Luna,

''sudah ya pah, Leon lanjut mau ke tempat Juna, Leon sudah janji dengan nya papa istirahat dulu, hari Senin mendatang baru kita akan memulai bekerja di perusahaan.'' jelas Leon,

''Terserah kamu.'' jawab Maikel singkat, Leon segera pergi sudah ada janji dengan Arjuna membicarakan tentang semua rencana nya,

''Lihat lah putramu dia sama seperti mu, sudah mulai gila dengan pekerjaan nya.'' Luna berkata sembari mengusap lembut punggung tangan suami nya,

''Iya yang terpenting jangan sampai dia lupa mencari pendamping, umurnya sudah lebih dari cukup.''

''Nanti biar aku yang bicara padanya.''

Sedang Leon terus melajukan mobil nya menuju pinggiran kota, mendatangi pabrik produksi berbagai olahan cepat saji, yang lagi Vira saat ini,

Leon akan menambah jumlah produsi nya, dengan prodak baru, dan memperluas jaringan pemasaran hingga ke luar negri,

Dua jam mengemudi tanpa henti Leon sudah sampai kawasan pabrik nya,

Leon langsung menuju kediaman arjuna, sepupu nya itu berada di rumah, tak jauh dari pabrik, hamparan Padang bunga memanjakan mata Leon, dari kejauhan tampak seorang gadis berjalan di antara bunga bunga baju panjang yang dia kenakan melambai lambai searah angin bertiup bak peri di tengah kebun bunga, bibir nya berkedut membentuk senyuman tipis,

''Sungguh luar biasa indah tempat ini.'' gumam nya seraya membuka jendela kaca mobil nya, ikut merasakan hembusan angin yang bertiup lembut, Leon memarkir kan mobil nya, di depan rumah Juna,

''Leon.'' panggil Juna menyambut kedatangan sepupunya itu di depan rumah,

''Tidak sulit kan mencari ku.'' tanya seraya tersenyum,

''Beautiful place.'' ucap nya

''Karna itu istriku sangat menyukai tempat ini.''

''Masuk lah kalian malah ngobrol di luar.' seru Rima di ambang pintu,

''Assalam mualaikum, ketiga orang itu menoleh bersamaan ke sumber suara,

''Waalaikum salam.'' jawab Rima dan Juna bersamaan,

Leon melirik gadis yang melewatinya dahi nya mengernyit, selain kedua telapak tangan nya hanya mata yang terlihat,

''kenapa orang itu memakai pakaian seperti itu, tanya leon penasaran.''

''Ya karena itu kewajiban nya sebagai wanita muslimah, baju yang dia kenakan nama nya baju syar'i kain di wajah nya namanya niqab.'' jelas Juna,

''oh, tapi istrimu tidak mengenakan nya.'' tanya leon lagi,

''Istriku masih berproses, lagian wajah wanita bukan aurat yang harus di tutup, memakai niqab hukum nya mubah.''ucap Juna menjelaskan,

''Kalian masih mau ngobrol di luar.'' seru Rima dari dalam,

''Iya kita masuk sekarang.''Juna membawa Leon ke taman belakang, melewati ruang tengah ada Fatima yang sedang mengajar arka mengaji,

''Dia mengajari putramu les apa.'' tanya leon, lagi lagi dia penasaran,

''Itu bukan les, dia mengajari putraku mengaji.'' jelas Juna lagi,

''apa istrimu juga ikut mengaji, bukan nya istrimu non muslim.'' untuk kesekian kalinya Leon bertanya,

''Itu dulu sebelum menikah dengan ku, sekarang istriku sudah mualaf mana bisa aku menjadikan nya istri ku jika dia tidak mengikuti agamaku.'' jelas Juna lagi,

''Kamu mengerti tidak dengan apa yang aku jelaskan.'' tanya Juna memicingkan matanya,

''Kurang mengerti.'' jawab Leon singkat,

''Tapi kamu banyak bertanya, panjang lebar aku menjelaskan kamu tidak mengerti, sebenar nya kamu menemui ku untuk membahas apa.'' Juna mulia kesal,

''Wah sudah ada teh dan camilan.'' Leon mengalih kan pembicaraan, sadar sepupunya sudah mulai kesal, Juna memutar bola matanya jengah,

''Baik lah, prodak apa lagi yang ingin kamu buat di pabrik.'' tanya Juna langsung ke intinya tidak mau membahas yang tidak penting lagi,, sia sia menjelaskan namun Leon tidak mengerti,

''Sebulan ini aku tinggal di indonesia, masyarakat kita banyak sekali menggemari prodak makanan instan bukan mi saja yang instan tapi ada prodak olahan lain nya seperti bakso juga bisa di instan.'' Leon menjelaskan,

''Ya kamu benar dan kemasan sekarang juga bisa langsung di masak tanpa di menggunakan kompor.'' jelas Juna lagi,

''Kita bisa pikirkan untuk itu, selain bisa menambah jumlah pekerja, seperti yang kamu bilang angka pengangguran cukup tinggi di desa ini.'' Leon dan Juna seperti nya sudah menyepakati pembicaraan kedua nya,

Juna dan Leon menikmati sore di teras belakang rumah sembari menyesap teh hangat di sela sela obrolan nya, dan camilan buatan istrinya Juna,

''Apa kamu sudah bisa adaptasi selama tinggal disini.'' tanya Juna seraya meletak kan cangkir teh nya,

''Hem, meski ada beberapa jenis makanan yang terasa asing di lidah ku, mengenai semua aku sangat menyukai nya dan aku sangat cepat beradaptasi.'' jelas Leon panjang lebar,

''Bagus lah, nanti kamu juga harus mencoba prodak instan buatan pabrik mu jangan hanya memproduksi nya.'' lanjut Juna,

''Sekali tidak apa apa, tidak baik jika keseringan.'' ucap Leon lagi

''Jika tidak baik kenapa kamu memproduksi nya.'' kamu mau membunuh masyarakat kita,

''Tidak, aku hanya menyediakan kesukaan mereka, tidak membunuh jika mereka bijak memilih makanan, di barengi dengan makanan sehat buah dan sayur yang paling utama.'' jelas Leon lagi,

''Teh nya sudah habis, ucap Juna, apa kamu ingin menambah lagi.'' tawar juna

''Tidak terimakasih.'' ucap Leon,

''Hai gengs karya baru author semoga suka,,

''Bersambung

mata indah,

''

''

pagi yang indah, Fatima memasak membuat sarapan untuk nya dan sang Abi tercinta, sang umi sudah berpulang setahun yang lalu, teh hangat ubi rebus kesukaan Abi nya,

''Ini apa.'' tanya Abi menunjuk roti sandwich di piring satunya,,

''Ini sandwich Abi.'' jawab Fatima pelan,

''Makanan apa ini emang nya enak.'' tanya Abi pelan tidak pernah melihat makanan apa itu

''Insyaallah enak Abi.'' jawab Fatima lagi,

''Lebih enakan punya abi, ubi rebus makanan Abi sepanjang masa.'' terang Abi Sobri,

''Makanan Fatim juga bi, Fatim juga suka.'' ayah dan anak itu menikmati sarapan nya dengan damai, tak berapa lama datang sahabat Fatima akila,

''Aslam'mualaikum.''

"wa'alaikumsalam.''

"Hem kila kamu sudah datang.'' tanya Abi ramah,

"Iya Abi, kila sama Fatim mau ke kota ada seminar di salah satu universitas.''

"Pergilah selama itu untuk kebaikan, manfaat kan ilmu kalian untuk orang banyak.'' tutur Abi memberi nasehat,

"Habiskan dulu sarapan mu Fatim.'' ucap Abi menunjuk roti di piring

''qila kamu sudah sarapan.'' tanya Abi pada Aqila,

''Sudah Abi, ummi di rumah buat nasi goreng.'' jawab Aqila seadanya,

''Wah enak tu nasi goreng, kapan kapan Abi mau juga di buatin sarapan nasi goreng.'' ucap Abi melirik Fatima,

''Iya besok Fatim buatin.'' ucap Fatima melirik Abi nya,

''Ya sudah Abi, Fatim sama qila, pergi dulu keburu siang.'' pamit Fatim seraya meraih tangan abi nya mencium nya dengan hangat di ikuti Aqila,

''Assalamualaikum.''

''waalaikumsalam.''

''Hati hati bawa mobil nya qila.'' nasehat Abi sebelum Aqila dan Fatima menaiki mobil,

Aqila melajukan mobil nya, dengan kecepatan sedang, dua sahabat itu mengobrol di sela perjalanan nya, dua jam sudah berlalu, keduanya sampai di salah satu universitas swasta di Jakarta,

Keduanya di sambut dengan baik dan antusias dari para mahasiswa, dan beberapa dosen pembimbing,

Fatima dan Aqila mulai seminar nya, memberi edukasi kepada para juniornya dengan tema, optimalisasi solidaritas kepengurusan organisasi yang produktif dan berkualitas,

Setelah memberi seminar Fatima dan Aqila tak lantas pulang keduanya singgah di kafe, untuk sekedar menikmati jus segar dan juga camilan, sebelum melanjutkan perjalanan menuju toko buku,

''Bukan kah itu, guru les putramu.'' seru Leon melihat Fatima dan Aqila,

Juna dan Rima mengikuti arah pandang yang Leon tunjuk tampak dia gadis bercadar sedang menikmati pesanan nya,

''masak sih itu Fatima.'' Rima tidak bisa mematikan,

''Bukan kali, itu orang lain.'' seru Juna menimpali,

''Coba sapa dulu siapa tau iya benar.'' seru Leon kekeh itu guru ngaji nya arka,

''Dari mana kamu tau itu Fatima guru ngajinya arka, aku saja tidak bisa menebak itu Fatima.'' Rima terus melihat kearah Fatima memastikan ucapan Leon benar,

''Matanya mungkin, soal nya yang terlihat hanya matanya.'' jawab Leon asal,

''Bentuk mata semua orang sama tidak ada bedanya.'' seru Juna menimpali,

''karna matanya indah.'' batin Leon berkata,

''Sayang coba kamu lewat depan dia, benar tidak apa kata Leon.'' ucap Juna pada istrinya hanya ingin memastikan,

''Ide bagus.'' Rima segera berdiri dan berjalan di depan Fatima dan Aqila,

''Mbak Rima.'' panggil Fatima,

''Apa ku bilang.'' seru Leon seraya memukul pelan meja, melihat gadis bercadar itu memanggil istri sepupunya,

''Fatima kamu disini.''

''Iya mbak tadi Fatima ada kegiatan seminar di salah satu universitas di dekat sini.'' jawab nya jujur,

''Mbak Rima sendiri.'' tanya Fatima,

''Tidak aku sama mas Juna dan itu ada juga sepupu mas Juna.'' tunjuk Rima ke meja tak jauh dari mejanya, Fatima mengikuti arah yang Rima tunjuk kan, tanpa sengaja mata Fatima bertemu pandang dengan mata Leon,

''Beautiful eyes.'' gumam Leon dalam hati, dengan cepat Fatima mengalih kan pandangan nya,

'' boleh aku duduk di sini, sedari tadi aku tidak nyaman di sana, karna hanya aku wanita.'' ucap Rima,

''Silahkan mbak, kamu sama sekali tidak keberatan.''

Rima bergabung di meja Fatima dan juga Aqila obrolan ketiga nya tampak seru, Leon terus memandangi Fatima yang tersenyum di balik cadar nya,

''Kamu kenapa sih, dari tadi ngeliatin gadis itu terus.'' tanya Juna yang heran melihat sepupunya itu,

''Tidak ada aku cuma heran, ini sudah jaman modern, masih ada yang mau menutup wajah nya demi apa coba.'' tanya leon heran sekaligus penasaran,

''Karna ingin menjaga kecantikan nya hanya untuk suaminya, jawab Juna asal.'' Juna sendiri merasa senang melihat penampilan istrinya sekarang di banding dulu ketika masih pacaran, Rima yang dulu berpakaian terbuka, dan Rima sekarang berpenampilan tertutup meski tak mengenakan pakaian syar'i seperti Fatima, celana kulot kemeja lengan panjang di Padu padan kan dengan pasmina menutupi Area dadanya, itu pun sudah membuat Juna senang, karna keindahan sang istri hanya dirinya yang bisa Menik mati,

''Tadinya aku berfikir dia seperti t*r*ris.'' ucap Leon lagi,

''Jaga bicaramu awas nanti kamu jatuh cinta.'' seru Juna mengingat kan,

''Bagai mana aku bisa jatuh cinta jika melihat wajah nya saja tidak bisa, hanya matanya yang bisa terlihat.'' jawab Leon cepat,,

''Bukan kah cinta datang dari mata lalu turun ke hati, aku belum pernah tu, mendengar istilah cinta datang dari wajah lalu turun ke hati.'' ucap Juna lagi, membuat Leon mengangguk pelan membenarkan ucapan sepupunya

''Karna matanya sangat begitu indah.'' gumam Leon dalam hati,

''Apa kamu tertarik dengan gadis muslimah.'' tanya Juna tiba tiba, melihat sepupunya itu tidak berpaling pandangan nya sedikit pun dari Fatima,

''Hah aku.'' tunjuk Leon pada dirinya sendiri,

''ya iya kamu memangnya siapa lagi, tidak ada orang lain di meja ini.'' ucap Juna menjelaskan,

''Aku hanya mengagumi, tertarik belum tentu menyukai. aku hanya kagum dan takjub, di jaman modern seperti sekarang, kebanyakan gadis ber lomba lomba mempercantik dirinya dengan segala merk fashion yang ada. nah ini memilih menutup dirinya tanpa celah sedikit pun.'' terang Leon,

''Itu lah, keistimewaan wanita muslimah yang taat. calon penghuni surga nya Allah.'' ucap Juna namun Leon masih tidak bisa memahami dan mencerna setiap ucapan sepupu nya itu, bagi nya saat ini hanya merasa kagum takjub sekaligus heran, dengan wanita yang memilih mengenakan pakaian longgar panjang dan memakai penutup di wajah nya,, berbeda sekali dengan gadis di tempat Leon di besarkan, gadis disana rata rata memakai pakaian minim, bahkan saat di pantai mereka nyaris telanjang,

''Mbak Rima maaf kami duluan, kami masih mau ke toko buku.'' sebelum pulang, Fatima berkata pelan tak enak hati harus menghentikan obrolan ketiga nya,

''Oh tidak apa apa Fatima, silahkan kalau mau ke toko buku.'' ucap Rima mempersilahkan kan Fatima dan Aqila pergi,

''Sekali lagi maaf ya mbak.'' ucap Fatima lagi,

''Tidak apa apa Fatima, aku yang berterimakasih sudah mengijinkan aku bergabung dengan kalian berdua.'' ucap Rima,

Fatima dan Aqila pamit undur diri meninggal kan Rima,, dan Rima pun kembali ke meja suami nya dan sepupu suaminya, rupanya Fatima orang yang sangat menyenangkan, Rima sangat nyaman ngobrol banyak dengan Fatima, karna baru kali ini Rima bisa mengobrol lama dengan Fatima,,

''Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!