Assalamualaikum 🙏🏻😐Ini adalah Novel cinta Berlian anaknya Dea dan Dev. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian bestie😘😘
Happy reading....
Di sebuah kamar hotel, seorang perempuan berhijab tengah menangis dan memohon pada seorang pria dalam gelapnya kamar. Akan tetapi, permohonannya tidak di gubris oleh pria itu.
''Saya mohon, Tuan. Jangan apa-apakan saya.'' Wanita itu terus memohon sambil memundurkan tubuhnya, hingga terpentok di tembok.
Pria itu semakin maju dan mendekat ke arah wanita itu dengan seringai di wajahnya. ''Kamu sudah ku bayar! Dan malam ini, kamu akan melayaniku.'' tegas pria itu dengan nada dingin.
Wanita itu menggeleng dengan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya. Bahkan, tangannya sudah d tangkupkan di depan dada, meminta pria itu untuk tak melangkah lagi.
''Tolong Tuan, lepaskan saya! Saya di jebak Tuan. Tolong jangan perkosa saya Tuan!" pinta Gadis berjilbab dengan air mata yang sudah membasahi pipi.
"Ck, kau bilang di jebak? Cuiih ... ternyata wanita berhijab, tidak melulu baik." sarkas pria berbadan kekar tersebut.
Pria itu pun menarik paksa tangan Berlian ke atas ranjang, lalu menghempaskan tubuh mungil itu dengan kasar. Kemudian, dengan paksa Pria itu menarik jilbab Berlian dan membuka paksa baju Berlian.
Rintihan dan juga permohonan Berilan tidak di gubris sama.sekali oleh pria itu. Dan malam itu menjadi saksi, bagaimana terenggutnya kesucian dan mahkota yang Berlian jaga selama 22 tahun ini.
Flashback
''Berlian, nanti kamu masuk ke kamar 275 ya. Disana Desi sedang menunggu obatnya." ucap perempuan yang bernama Tanisha pada Berlian.
''Lalu, kamu sama Dafa kapan masuknya?" tanya Berlian dengan tatapan bingung.
''Aku dan Daffa akan masuk, setelah Daffa mengambil uang di ATM. Kamu masuk saja duluan, karena 'kan Desi sudah menunggu kamu, takutnya dia keburu sesak nafas.''
Dengan berat hati Berlian pun melangkahkan kakinya naik lantai 5 untuk menemui Desi..Sedangkan Tanisha yang melihat itu menyunggingkan senyumnya, dan senyum itu penuh kemenangan.
Rasakan kamu Berlian. Kamu akan hancur setelah ini.
Berlian mendapatkan telepon dari Desi salah satu sahabatnya, jika saat ini Desi tengah sesak nafas di sebuah hotel. Karena kebetulan Desi sedang kabur dari rumahnya, dan dia bilang butuh obat sesak nafas. Maka itu kenapa Berlian dan juga Tanisha beserta Dafa datang ke hotel itu untuk memberikan obat kepada Desi.
Berlian tidak tahu, jika di balik itu semua adalah ada rencana yang begitu besar dari Desi, Daffa dan juga Tanisha. Berlian tidak tahu jika dia sedang dijebak oleh ketiga orang itu.
Saat Berlian sudah sampai di kamar, di mana Desi sedang menunggu. Dia pun mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban. Akhirnya Berlian memberanikan diri untuk membuka pintu itu dan masuk ke dalam.
''Desi, kamu di mana? Ini aku udah bawa obatnya,'' ucap Berlian sambil melihat ke seluruh kamar hotel. namun tidak menemukan Desi.
Tiba-tiba pintu kamar hotel ditutup dan dikunci dari luar, hingga membuat Berlian kaget dan mencoba membuka pintu itu, namun pintu itu tidak bisa dibuka. Dia pun menggedor pintu tersebut hingga menimbulkan suara yang nyaring, tapi ternyata kamar itu kedap suara, sehingga tidak ada yang mendengar teriakan Berlian.
''Di mana Desi? Kenapa aku dikunci di sini? Ya Allah, semoga aja Daffa dan juga Tanisha cepat datang,'' gumam Berlian dengan perasaan cemas.
Dia mengeluarkan ponselnya dari tas, mencoba menelepon Daffa dan juga kedua sahabatnya, yaitu Tanisha dan Desi, tapi tidak ada yang diangkat sama sekali. Hingga ke-10 kali Berlian menghubungi mereka, tetap saja tidak diangkat. Akhirnya wanita itu pun menyerah.
Saat Berlian tengah duduk di tepi ranjang sambil mengotak-atik ponselnya, tiba-tiba ponsel itu mati karena kehabisan baterai. Tak lama, kemudian pintu kamar terbuka. Berlian pikir, jika itu adalah kedua sahabatnya dan juga pacarnya, yaitu Daffa.
Seorang pria masuk ke dalam kamar hotel, dan seketika senyum yang ada di wajah Berlian memudar saat melihat pria tampan dan gagah yang masuk ke dalam kamar itu. Akan tetapi, pria itu bukanlah Dafa pacarnya, melainkan pria asing.
Pria itu mengerutkan dahinya saat melihat Berlian berada di sana. 'Max, benar-benar memberikanku seorang gadis,.tetapi tidak harus berhijab juga.' batin pria itu menggerutu, saat melihat Berlian duduk di tepi ranjang dengan tatapan takut ke arahnya.
Pria itu semakin mendekat ke arah Berlian, dan Gadis itu segera bangkit dan mundur untuk menghindar dari pria tersebut..Berlian benar-benar ketakutan.
''Tuan, anda siapa? Kenapa, anda masuk ke sini? Lancang sekali anda.'' tanya Berlian sambil menunjuk wajah pria itu dengan raut wajah ketakutan.
''Ciih, dasar gadis munafik. Kau tanya aku mau apa? Jelas aja untuk menikmati tubuhmu! Kau sudah kubayar,''jelas pria itu berdecih meledek ke arah Berlian.
Mata Berlian membulat saat mendengar ucapan pria itu. ''Apa! Menikmati tubuhku? Maksudnya apa?'' terlihat Berlian dengan wajah yang begitu kaget.
Pria itu semakin mendekat dengan wajah menyeringai ke arah Berlian, dan Berlian yang melihat itu tentu saja semakin ketakutan. Lalu dengan perlahan pria itu membuka jasnya, dan membuangnya ke sembarang arah.
Berlian menggelengkan kepalanya. ''Jangan mendekat, Tuan! Jangan mendekat! Anda salah kamar. Saya sama sekali tidak mengenal anda Tuan. Tolong jangan mendekat,'' ucap Berlian dengan memohon kepada pria itu.
Namun permohonan Berlian tidak digubris sama sekali. Pria itu malah semakin mendekat ke arah Berlian. Entah kenapa, saat dia masuk ke dalam kamar dan melihat Berlian sedang duduk di tepi ranjang, pria itu pun langsung tertarik. Karena melihat wanita berhijab yang disediakan oleh asisten pribadinya.
''Dasar gadis munafik! Kau berhijab, tetapi kau menjual tubuhmu. Untuk apa?'' tanya pria itu dengan senyuman miring di bibirnya.
''Saya tidak pernah menjual tubuh saya, Tuan. Anda salah paham. Anda masuk ke kamar yang salah. Tolong Tua, keluarlah dari sini! Saya di sini untuk menemui teman saya yang sedang sakit.''
Pria itu kemudian mengeluarkan sesuatu di saku jasnya, sebuah kunci dengan nomor yang sama yang tertera di depan pintu. Seketika mata Berlian membulat, dan satu tangan nya menutup mulut.
Dia mencoba berlari ke arah pintu. ''Tolong Tuan, jangan sakiti saya. Biarkan saya keluar dari sini,'' pinta Berlian dengan air mata yang sudah mengalir deras, tapi pria itu malah menggeleng dengan pelan sambil membuka dasinya, kemudian kemejanya. Membuat Berlian memalingkan wajahnya ke arah lain.
'ya Allah, siapa pria itu? Ya Allah, apa aku dijebak? Tapi tidak mungkin jika sahabatku menjebakku ya Allah?' batin Berlian bertanya-tanya, apakah dia dijebak oleh Tanisha, atau itu hanya kebetulan saja.
Flashback.
Bersambung......
Happy reading.....
Jam 05.00 pagi Berlian terbangun, dia membuka matanya dengan perlahan. Badannya terasa begitu sakit dan remuk. Dia merasakan sesuatu yang berat menimpa perutnya, dan saat matanya terbuka dengan sempurna Berlian kaget, karena melihat seorang pria tampan dan gagah tengah tidur di sampingnya sambil memeluk dirinya.
Satu tangannya menutup mulut, sehingga Berlian tidak bisa berteriak. Dia tidak ingin membangunkan pria itu. Seketika air mata Berlian mengalir deras, saat mengingat kejadian semalam.
Dia pikir semalam itu adalah mimpi buruk, hanyalah bunga tidur baginya, tetapi ternyata Berlian salah. Itu adalah sebuah kenyataan yang begitu pahit, kenyataan yang membuat hidupnya hancur.
Dengan perlahan Berlian bangun dari tidurnya dan mengangkat lengan pria itu dengan hati-hati, karena dia tidak ingin pria itu bangun. Setelah itu, Berlian berjalan dengan langkah tertatih memunguti P
pakaiannya yang tercecer di lantai.
Jijik. Itulah satu kata yang ada pada diri Berlian saat ini. Dia benar-benar merasa jijik dengan tubuhnya sendiri, karena saat ini Berlian sudah tidak suci lagi. Mahkotanya telah direnggut dengan paksa oleh pria yang sama sekali tidak dia kenal, bahkan bukan suaminya.
''Aku benar-benar merasa jijik melihat tubuhku sendiri. Tubuh yang selama ini aku banggakan, tetapi sekarang mahkota aku telah direnggut paksa. Jika Mama dan Papa tahu kalau aku telah diperkosa, bagaimana reaksi mereka?Apalagi reaksi Mama. Dia pasti akan sangat kecewa kepadaku.''
Berlian menatap pantulan dirinya di cermin. Kemudian, dia membasuh wajahnya. Setelah itu Berlian mengambil tasnya yang berada di pinggir ranjang, namun sejenak dia menatap pria yang sudah merenggut paksa kesucian nya.
Berlian tidak akan pernah melupakan bagaimana senyuman pria itu. Bagaimana wajah gairah pria itu saat berada di atas tubuhnya. Bahkan, pria itu malah tersenyum saat Berlian memohon untuk dilepaskan, dan pria itu sama sekali tidak menggubris ucapan Berlian saat dia mengatakan jika dia telah di jebak.
Dengan langkah gontai dan tertatih, Berlian keluar dari hotel. Miliknya terasa begitu perih, karena permainan pria itu semalam benar-benar kasar. Dia menganggap Berlian adalah seorang jalaang, dan pria itu benar-benar tidak mempunyai kelembutan sama sekali.
'Ya Allah, kenapa kau berikan aku cobaan yang begitu berat? Apa yang akan aku kasih kepada suamiku kelak ya Allah, jika kesucianku saja telah di renggut oleh pria yang sama sekali tidak kenal. Apakah aku memang benar-benar dijebak? Tapi kenapa? Mereka adalah sahabatku. Apa mereka tega menjebak diriku?' batin Berlian sambil terus menangis sepanjang jalan.
Setelah membayar taksi, Berlian masuk ke dalam kediaman Arganendra. Dia menghapus air matanya dan memoles wajahnya dengan bedak, agar tidak terlihat sembab. Kemudian Berlian menuju ke kamar. Namun, saat Berlian melewati ruang tamu suara Papanya menghentikan langkah wanita itu.
''Kamu dari mana, Berlian? Kenapa pagi-pagi gini kamu baru pulang? Tidak baik seorang gadis pulang di waktu pagi, bahkan ponsel mu tidak bisa Papa hubungi. Ke mana kamu semalam?'' tanya Devan kepada Berlian.
''Iya Nak, kamu ke mana? Mama benar-benar khawatir semalaman. Bahkan Mama tidak bisa tidur karena memikirkan kamu. Oang-orang Papa pun sudah mencari kamux namun tidak ketemu,'' ujar Dea sambil memeluk tubuh Berlian.
Ingin rasanya Berlian berteriak dan menangis dengan kuat di pelukan sang Mama, tapi Berlian mencoba untuk kuat di hadapan kedua orang tuanya. Dia tidak ingin kedua orang tuanya mengetahui kejadian buruk yang menimpa dirinya semalam.
''Berlian tidak papa Ma, Pa. Semalam ponsel Berlian habis baterai, dan Berlian menginap dirumah Tanisha. Kalau gitu Berlian masuk dulu ya ke kamar, maaf jika sudah membuat Mama cemas,'' ucap Berlian sambil berlalu meninggalkan ruang tamu.
Air mata yang sudah mengembun sejak tadi, akhirnya menetes juga saat Berlian membalikkan badannya. Sekuat tenaga dia menahan isak tangisnya agar tidak terdengar oleh kedua orang tuanya. Kemudian dengan cepat dia menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar.
''Sayang, apakah Berlian mempunyai masalah? Sepertinya dia sedang tidak baik baik saja?'' tanya Dea kepada Dev, namun pria itu langsung merangkul pundak Dea dan mengusap nya dengan lembut.
''Tidak usah cemas, Sayang. Mungkin dia sedang ada masalah dengan pacarnya? Biarkan saja, lagipula kamu ini seperti tidak pernah gadis aja? Tapi jika ada yang berani menyakiti putri kita, maka aku tidak akan pernah segan-segan memberi pelajaran yang setimpal pada orang itu,'' ucap Dev dengan anda yang tegas sambil mengecup kening Dea dengan lembut.
Sedangkan di kamar hotel, seorang pria baru saja bangun dari tidurnya. Kemudian dia memegang sebelah ranjang dan tidak menemukan seseorang disana. Pria itu melihat jika kasur yang ada di sebelahnya sudah kosong
''Kemana gadis itu pergi? Apakah dia tidak meminta bayaran dariku?'' heran pria itu sambil beranjak dari ranjang.
Namun, saat dia menyibakan selimut, dia melihat bercak darah berceceran di sprei yang berwarna putih. ''Ternyata aku tidak bermimpi, semalam aku benar-benar telah meniduri seorang gadis yang masih suci.''
''Sudahlah, lebih baik aku membersihkan diri dulu. Nanti biar Max saja yang mengurus pembayarannya,'' ucap pria itu sambil melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Setelah 15 menit dia pun keluar dari kamar mandi.
Sebuah ketukan membuat pria itu berjalan kearah pintu, lalu membukanya. Dan seorang pria yang memakai setelan kerja lengkap dengan jas, masuk ke dalam kamar dan memberikan paper bag kepada pria itu.
''Tuan Muda, ini pakaian ganti anda. Dan saya benar-benar minta maaf, Tuan Muda. Anda boleh menghukum saya. Saya pasti akan menerimanya,'' ucap pria yang bernama Max, sambil menundukkan kepalanya.
Pria yang ada di hadapan Max mengerutkan dahinya. ''Maksud kamu, kesalahan apa?'' tanya pria itu dengan heran.
''Wanita yang anda minta semalam, tidak ada Tuan. Dia kabur, dan anak buah pun sudah mencarinya tetapi wanita itu tidak ketemu, Tuan. Maafkan saya Tuan, anda boleh menghukum saya,'' jelas Max dengan nada ragu-ragu
Pria yang ada di hadapan Max tentu saja sangat terkejut, saat mendengar penuturan sekertaris pribadinya itu. ''APA! Wanita itu kabur? Lalu, siapa yang aku tidur di semalam?'' tanya Zayden dengan raut wajah yang begitu terkejut.
Max mengangkat wajahnya dan menatap Bosnya dengan tatapan bingung. ''Wanita apa, Tuan? Semalam Madam Re, tidak mengatakan jika telah menyiapkan seseorang cadangan Tuan?'' bingung Max sambil menatap Zayden dengan dahi mengkerut.
''Tidak Max! Aku benar-benar serius. Semalam ada wanita di dalam kamar hotel ini, dia berhijab. Dan semalam emang dia masih suci. Aku pikir, dia itu jalaang yang disiapkan oleh Madam Rere. Max, kau benar-benar bodoh! Kau benar-benar sudah membuat kesalahan yang besar. Sekarang aku mau, kau cari gadis itu! Aku tidak mau tahu, kau harus mendapatkannya, kau mengerti!?'' bentak Zayden dengan sorot mata yang begitu tajam, dan aura yang dingin mengarah kepada Max.
''Ba-baik Tuan,'' jawab Max dengan gugup.
Bersambung.......
Happy reading.....
Sudah satu bulan lamanya sejak kejadian itu, Berlian tidak keluar dari rumah. Bahkan dia mengerjakan kuliahnya di rumah saja. Berlian masih trauma untuk keluar dari rumah.
Bahkan, selama satu bulan itu pula. Tanisha, Desi dan juga Daffa tidak memberi kabar pada Berlian. Tepatnya, Berlian menutup akses somsednya untuk sementara waktu.
''Sayang, kamu gak ke kampus?'' tanya Dea saat melihat Berlian di dapur sedang membuat juz.
''Tidak Ma. Aku tidak ada jadwal skripsi,'' jawab Berlian sambil memotong buah mangga yang akan di juz.
Dea memegang tangan Putrinya, membuat gerakan Berlian terhenti dan menatap ke arah Dea. Kemudian Dea mengajak Berlian untuk duduk di kursi yang ada di meja makan.
''Katakan sama Mama, apa ada masalah? Mama tahu, kamu pasti sedang menyembunyikan sesuatu dari Mama, iya 'kan?'' desak Dea.
Berlian menggeleng sambil tersenyum. Namun Dea tidak mudah di bohongi, dia tidak percaya dengan ucapan putrinya itu. Karena Dea sangat mengenal bagaimana karakter dan sifat Berlian.
''Apa kamu ada masalah sama Daffa?'' tanya Dea kembali, namun Berlian masih menggelengkan kepalanya.
''Tidak Ma! Aku hanya tidak ingin di ganggu aja selama beberapa waktu,'' ujar Berlian.
''Mama tahu kok, kamu sedang ada masalah. Tapi apapun itu, kamu harus hadapi sayang. Kamu jagan menghindarinya. Sebab masalah akan selesai jika kita hadapi, bukan menghindari.''
Setelah mengatakan itu, Dea pergi meni ggalkan dapur, meninggalkan Berlian yang masih termenung sambil menatap kepergiannya.
'Maafkan aku Ma. Bukan aku tidak mau bercerita sama Mama. Tapi aku yakin, jika Mama tahu yang sebenarnya, Mama dan Papa akan sangat kecewa sama aku.' batin Berlian dengan tatapan sedih.
Setelah meminum juz nya, Berlian berniat keluar dari rumah untuk membeli beberapa buku. Setelah siap dia pun pergi diantar oleh pak Supir di kediaman Arganendra.
Setelah mencari buku yang dia butuhkan, Berlian pun pergi ke sebuah Cafe untuk.menghilangkan penat sambil mengerjakan tugas kampusnya. Dia pun memesan minuman dan cemilan untuk menemaninya belajar.
Saat Berlian tengah duduk sambil memangku laptopnya, dia di kejutkan dengan dua sejoli yang sedang tertawa melewatinya dan duduk di hadapan nya sambil memunggungi dirinya.
''Iya sayang, bodoh banget 'kan dia? Lihatlah! Bahkan, sudah satu bulan dia tidak keluar dan ke kampus 'kan? Mungkin saja saat ini dia sedang hamil?'' kekeh wanita yang ada di hadapan Berlian, sambil bergelayut manja di lengan pria yang ada di sampingnya.
''Kamu benar, sayang. Aku juga muak sama dia. Kalu buka. karena dia anak dari Keluarga Arganendra, males banget aku pacaran sama dia. Masa pacaran cuma pegang tangan aja! Itu pun jarang. Jadi, sekalian aja kesucian dia kita rusak,'' jawab lelaki yang ada di samping wanita itu.
Berlian mengepalkan tangannya saat mendengar obrolan mereka. Dia tidak menyangka, jika apa yang terjadi pada hidupnya malam itu, adalah kelakuan dan rencana jahat mereka.
Bagaimana Berlian tidak marah? Dia sangat mengenal dua orang yang ada di hadapannya itu. Bahkan Berlian tidak menyangka sama sekali jika dia telah di jebak. Padahal, awalnya Berlian pikir itu hanya kebetulan saja.
Dia pun bangkit sambil membawa jus jeruk yang ada di tangan nya. Lalau dia menepuk pundak kedua orang itu, dab menyiramkan juz jeruk itu pada mereka berdua. Hingga membuat keduanya kaget dan menatap Berlian dengan tatapan kesal namun juga terkejut.
''Berlian!'' kaget dua orang itu bersamaan.
Berlian tersenyum miring sambil menepuk tangannya, hingga mengundang beberapa pasang mata menatap ke arah mereka. ''Woooww ... hebat, benar - benar hebat. Kalian ini sangat cocok, sama - sama iblis berbulu serigala,'' ucap sarkas Berlian sambil menepuk tangannya dan menatap kedua orang di hadapannya dengan tatapan kecewa.
''Berlian, kamu kemana aja sayang? Aku rindu sama kamu. Kenapa ponsel kamu gak aktif? Kenapa kamu gak--''
PLAK!
Satu tamparan mendarat di wajah pria yang ada di hadapan Berlian, hingga ucapan pria itu terhenti.
''Gak usah munafik. Gak usah sok manis di hadapan aku, jika itu hanyalah sebuah topeng. Aku tidak butuh orang - orang macam kalian.'' geram Berlian sambil berbalik ke meja, mengambil laptopnya dan pergi meninggalkan dua orang itu.
Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!