Sedari pagi hujan terus mengguyur bumi hingga malam, membuat banjir sudah mulai tergenang di mana-mana.
Seorang gadis yang berwajah cantik bernama Elma bermanik hitam legam berjalan kaki di bawah guyuran hujan menuju rumah tinggalnya.
Satu kendaraan umum yang tidak berani melintas di depannya karena takut terjebak banjir yang akan menyebabkan kendaraan mereka mogok. Jalanan itu terlihat sangat sepi seakan manusia hilang entah kemana.
Lagi pula malam selarut itu sudah tidak ada lagi kendaraan melintas di area tempat tinggalnya.
Elma mengeratkan mantel hujan tebal miliknya dengan sepatu boot berjalan nekat membelah hujan deras itu.
Elma melewati sebuah mobil mewah yang terparkir di pinggir jalan tepat di barisan ruko yang nampak tak terpakai.
Tiba-tiba seorang pria membekapnya dari belakang dan menutup jalan nafasnya membuat Elma pun pingsan.
Elma di bawah ke hotel oleh pemuda itu dan di sana gadis malang itu direnggut kegadisannya dalam keadaan tangan terikat dan matanya di tutup.
"Tolong jangan sentuh saya tuan!" Pinta Elma kepada pria tampan itu.
Mulut pria itu tercium bau alkohol yang begitu pekat. Walaupun Elma meronta namun pria tampan itu tetap memaksa benda perkasanya memasuki dirinya.
"Sakiiit..! pekik Elma saat benda tumpul nan besar itu berhasil memasuki miliknya.
"Akkkk....ssss!"
Desis pria tampan itu meresapi dinding rapat itu menerima miliknya. Ia mendiamkan sesaat merasakan sensasi hebat tubuh Elma yang membuatnya makin terangsang hebat.
Elma mengigit bibir bawahnya dengan tubuh gemetar hebat.
Sang pemerkosa tidak ingin Elma melihat wajahnya. Elma hanya bisa menangis merasakan tubuhnya sudah berkali-kali di gagahi. Darah kegadisannya sudah mengering di antara dua paha mulusnya.
Yah, lelaki itu hanya menikmati tubuhnya dengan mengeluarkan suara mendesis dan mendes*h saat melakukan pelepasan. Ia tidak peduli tangisan Elma yang memohon padanya untuk di lepaskan.
"Tuan! Jangan lakukan ini padaku! Tidak ada lagi hal yang berharga di hidupku selain harga diriku.
Aku tidak pernah menjual diriku walaupun aku harus mati kelaparan demi harga diriku.
Jika kamu telah mengambilnya, apa lagi yang tersisa untukku? pasti penderitaan lagi yang ku alami.... hiks..hiks...hiks..!"
Ucap Elma menangis tersedu-sedu usai pria tampan itu menikmati tubuhnya.
Pria tampan itu mengeluarkan black card miliknya dan menuliskan pesan untuk sang gadis. Ia juga memakaikan lagi baju untuk gadis itu dengan pakaian yang baru tanpa melepaskan ikatan mata Elma.
"Jangan bergerak saat aku memakai bajumu atau aku akan memperkosamu lagi." Ucap pria tampan itu.
Elma diam terpaku menuruti apa yang dilakukan oleh pria itu pada tubuhnya. Ia segera keluar dari kamar itu dan membiarkan Elma dengan kesedihannya.
Elma baru berani membuka penutup matanya usai ditinggalkan pria itu. Rasa sesak memenuhi rongga dadanya ketika melihat bercak darah membekas di seprei itu.
"Dasar bajingan! Kau tidak lebih dari seorang binatang! Semoga aku tidak pernah bertemu denganmu lagi. Terkutuk kauuu....!"
Elma melihat baju yang dipakainya adalah baju bermerk mahal yang nilainya sangat fantastis. Ia lalu menanggalkan lagi stelan baju dan pakaian dalam yang di pakai oleh pria tampan itu pada tubuhnya.
"Aku bukan pelacur, aku tidak akan menerima apapun pemberianmu, berengsek!!"
Elma melihat pakaian miliknya berserakan di lantai. Walaupun sedikit basah ia tetap memakainya dan membawa mantel hujan miliknya dan juga sepatu boot.
Sudah pukul tiga pagi saat ini. Elma keluar dari hotel mewah itu dan menumpang taksi.
Walaupun bayarannya cukup mahal tapi ia ingin segera tiba di rumahnya.
"Hei.. ! dari mana kamu gadis nakal?"
Semprot nyonya Eva dengan murka saat Elma berjalan mengendap-endap menuju kamarnya.
Langkah Elma terhenti ketika lampu ruang tamu itu menyala.
"Aku tidak bisa pulang karena jalanan ibu kota banjir parah. Tidak ada satu kendaraan yang melintas hingga membuat aku harus menunggu di tempat kerja ku."
Ucap Elma memberi alasan.
"Kau kira aku percaya alasan begitu saja kepadamu, hah? sekarang berikan uang gaji mu itu padaku! Kamu sudah gajian bukan..?"
Titah nyonya Eva sambil menengadah tangannya dengan ujung jari-jarinya yang di gerak dengan cepat.
"Nanti akan aku berikan. Sekarang aku masih lelah dan mengantuk."
Ucap Elma cuek memutar knop pintu kamarnya.
"Kau tidak boleh tidur sampai kau memberikan uang itu kepadaku, gadi nakal!"
Nyonya Eva menarik tas milik Elma membuat gadis itu reflek menahannya.
"Tidakkkk... aku tidak akan memberikan semua kepadamu. Kau bukan siapa-siapa ku. Sudah cukup kau menyiksaku selama ini."
Tarik menarik antara Elma dan ibu tirinya memperebutkan tas miliknya dengan tenaga yang sama-sama kuat hingga tali tas itu putus.
Elma menjadi kalap pada ibu tirinya hingga ia nekat mendorong tubuh tambun itu sekencang mungkin hingga kepala nyonya Eva membentur ujung meja.
Nyonya Eva seketika pingsan karena darah segar yang mengalir deras tepat di batang otaknya karena ujung meja itu berlapis kaca.
Elma panik dan iapun masuk ke kamarnya dan mengemas barangnya segera kabur dari rumah orangtuanya itu.
Ia juga mengambil sertifikat rumahnya agar nyonya Eva tidak menjualnya. Selama sepuluh tahun terakhir sejak menikah dengan ayahnya, nyonya Eva kerap menjual semua aset milik ayahnya pasca ayahnya meninggal dunia.
Nyonya Eva adalah mantan sekretaris ayahnya. Dulu ayahnya pengusaha muda yang sukses. Sejak bangkrut, ayahnya mulai sakit-sakitan dan akhirnya meninggal saat Elma menginjak usia sepuluh tahun.
Pernikahan Nyonya Eva dan ayahnya baru berlangsung selama dua tahun. Sementara ibu kandungnya Ema meninggal saat usia gadis ini lima tahun.
Kini tujuannya adalah kota Jakarta. Dengan menumpang kereta Elma bersumpah tidak akan pernah lagi kembali ke kota kelahirannya di Bandung karena takut bertemu lagi dengan lelaki misterius yang telah memperkosanya.
"Neng...Neng geulis! Keretanya sudah sampai neng."
Seorang wanita paruh baya yang duduk di sebelahnya membangun Elma yang terlihat sangat nyenyak tidurnya. Elma membuka matanya dan melihat ke sekelilingnya ternyata ia sudah berada di kota Jakarta.
"Terimakasih Bu!"
Ucap Elma tersenyum pelit.
Elma turun dengan wajah sedikit bingung harus pergi ke mana. Perutnya tiba-tiba sangat perih karena belum terisi apapun.
Elma mampir di kedai bubur ayam untuk mengisi perutnya. Ia membuka ponselnya mencari informasi tempat kost yang murah untuk tempat ia berteduh.
Elma menumpang bajai untuk mengantarnya ke daerah kawasan kumuh di mana diantara manusia satu sama lain tidak peduli dengan kehidupan orang lain.
Seminggu kemudian, Elma memberanikan diri melamar pekerjaan di sebuah perusahaan menjadi seorang OB. Elma merubah penampilannya dengan menggunakan hijab dan ke manapun ia pergi masker tetap menempel di wajahnya.
Karena punya pengalaman kerja menjadi OB ia mudah di terima di tempatnya bekerja.
"Sepertinya anda sudah berpengalaman. Mulai besok anda sudah boleh bekerja di sini." Ucap HRD itu membuat Elma menarik nafas lega.
"Terimakasih Nyonya!"
"Kenapa kamu tidak membuka masker mu, nona Elma...?"
"Wajah saya penuh dengan jerawat dan saya tidak mau memperlihatkan kepada anda karena sangat mengerikan. Nyonya bisa melihat wajah saya di foto saya yang masih kelihatan mulus itu."
Canda Elma terdengar garing oleh Nyonya Alfi.
"Hmm! Semoga kamu betah kerja di sini dan tugasmu membersihkan ruang kerja VVIP karena lantai dua puluh itu untuk eksekutif muda."
"Baik nyonya!"
Elma menuju lift utama dengan dengan perasaan gembira. Pintu lift itu terbuka dan ia masuk hendak menutupnya.
"Tunggu!
Teriak seorang Pria tampan dengan wajah datar membuat Elma menahan tombol pintu lift itu.
"Lantai tiga belas!"
Titah pria tampan itu.
Deggggg...
"Suara itu..!"
Elma sangat hafal dengan suara berat pria yang telah memperkosa dirinya.
Elma memejamkan matanya berharap kalau pria tampan yang sedang berdiri di sampingnya bukan orang yang sama yang telah memperkosanya.
"Semoga bukan dia bajingan sialan itu!"
Elma menarik nafas berat. Wajahnya tetap tertunduk sambil membelakangi pria tampan yang ada di belakangnya.
Begitu pintu di buka Elma buru-buru berjalan cepat mencari GO-JEK. Ia tidak ingin mendengar suara lelaki itu karena mengingatkan dirinya pada bajingan pemerkosaan itu.
Keesokan harinya Elma memulai tugas pertamanya sebagai OB. Ia membersihkan ruang kerja Tuan Darren sebagai CEO di perusahaan itu.
"Apakah tuan ini belum berkeluarga? Hampir tidak ada fotonya di dalam sini sama sekali."
Elma meletakkan benda-benda yang ada di atas meja kerja di tempat yang sama. Usai acara bersih-bersih Elma kembali ke pantry untuk membuat kopi untuk bosnya itu.
Elma kembali lagi meletakkan secangkir kopi di atas meja bosnya. Usai melakukan tugasnya Elma baru menyempatkan diri untuk sarapan pagi.
Tuan Darren masuk ke ruang kerjanya diikuti oleh asistennya Kia. Tuan Darren duduk di kursi kebesarannya sambil menyeruput kopi buatan Elma.
Satu kali menyeruput kopi itu membuatnya berhenti sesaat dan merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan seenak ini.
Asisten KIA merasa bingung melihat wajah tampan tuannya ini seakan berbinar saat menyeruput kopi tersebut.
"Ada apa Tuan? Apakah kopinya..?"
"Siapa yang buat kopi ini?" sela tuan Darren sebelum KIA menyelesaikan pertanyaannya.
"Apakah ada masalah Tuan?"
"Aku belum pernah minum kopi seenak ini. Tanyakan siapa yang membuatnya!"
"Baik Tuan!"
KIA menghubungi bagian HRD yang memberikan tugas pada OB untuk membersikan di ruang kerjanya tuan Darren.
Saat mengetahui nama OB itu, KIA memberitahukan lagi pada Darren.
"Nama OB itu Elma Tuan! Dia OB baru di sini."
"Minta bagian HRD itu untuk membawa gadis itu ke sini!"
"Baik Tuan!"
Tidak lama kemudian nyonya Alfi dan Elma masuk ke ruang kerjanya tuan Darren. Gadis ini masuk dengan wajah tertunduk karena takut akan di marahi oleh pemilik perusahaan ini.
Tuan Darren menatap wajah Elma yang masih tertutup masker itu. Hanya mata indah yang di miliki oleh gadis itu yang bisa di pandanginya.
"Ini anaknya tuan Darren! Saya menugaskan gadis ini membersihkan semua ruangan khusus di lantai ini saja dan menyiapkan minuman mereka sesuai kebiasaan tuan Darren dan para karyawan sini."
Ucap Nyonya Alfi menjelaskan tugas Elma.
"Jadi kamu membuat kopi untuk semua orang di lantai ini?"
Tanya tuan Darren pada Elma.
Deggggg...
Elma terhenyak mendengar suara yang sama yang ia dengar dari pria tampan yang bertemunya di lift kemarin.
Tanpa ingin mengangkat wajahnya ia menjawab dengan gugup sambil memainkan jari jemarinya lentiknya.
"Iya Tuan! Saya melakukannya atas permintaan nyonya Alfi."
"Alfi...!"
"Iya tuan..!"
"Mulai besok, dia hanya menjadi pelayan khusus untukku. Dia hanya membuat kopi untukku dan membersihkan ruang kerjaku."
Deggggg...
Elma tercekat spontan menatap wajah tampan tuan Darren. Begitu juga tuan Darren yang menatap dalam mata jeli milik Elma.
Elma merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Bagaimana mungkin tugasnya hanya sebatas melayani bos satu ini.
"Aku tidak mau kamu melakukan pekerjaan yang lainnya apa lagi membuat kopi untuk orang lain di kantor ini, kamu mengerti, nona Elma ?"
"Ba..baik Tuan!"
Ucap Elma gugup.
"Alfi..!"
"Iya tuan..!"
"Pastikan ia tidak boleh di suruh oleh siapapun apalagi kamu. Dia hanya milikku, pelayan khusus milikku."
Ucap tuan Darren penuh penekanan pada kalimatnya.
"Baik Tuan!"
"Kalian boleh kembali ke tempat kalian masing-masing!"
"Baik Tuan!"
Ucap Alfi lalu mengajak Elma keluar dari ruang kerjanya tuan Darren.
Tuan Darren menyeruput lagi kopi buatan Elma dengan menikmati setiap tegukannya.
Asisten KIA sangat penasaran dengan kopi yang di minum oleh tuan Darren karena ia belum sempat meneguk kopi yang ada di mejanya.
"Tuan sebentar! Saya mau ambil berkas yang ketinggalan di ruang kerja saya." Ucap Kia.
"Hmm!"
KIA berjalan setengah berlari menuju ruang kerjanya. Ia melihat cangkir kopi miliknya masih berada di mejanya. KIA buru-buru minum kopi buatan Elma.
Saat ia menyeruput kopi itu rasanya tiada duanya.
"Benar..! Apa yang dikatakan oleh tuan Darren benar, bahwa kopi buatan Elma belum pernah mereka nikmati seenak ini."
KIA langsung menghabiskan kopinya dan kembali lagi ke ruang kerja tuan Darren.
"Apakah kamu sedang menikmati kopi buatan Elma, Kia?"
Tebak tuan Darren yang sedikit cemburu pada Kia.
"He...he..he! iya Tuan. Apa yang dikatakan tuan memang benar kalau kopi buatan Elma sangat enak."
Ucap Darren sambil cengengesan.
"Mulai besok, hanya kopi buatan Elma khusus untukku saja. Dia tidak boleh membuat untuk orang lain walaupun itu adalah kamu."
Ucap Darren tegas.
"Kalau dia jadi pacarku, aku bisa memintanya untuk membuatkan kopi untukku." Ucap Kia tidak mau kalah.
Degggg...
Ucapan KIA barusan membuat tuan Darren merasa sangat terganggu. Entah mengapa dia tidak suka Elma menjadi milik siapapun.
"Selama Elma bekerja denganku, dia tidak boleh pacaran dengan karyawan perusahaan ini."
Timpal tuan Darren tegas.
"Sial! Si bos ini tidak mau rugi." Umpat KIA membatin.
Keduanya kembali fokus dengan pembahasan mereka tentang perusahaan. Tuan Darren terus mengingat sinar mata Elma yang begitu teduh membuatnya ingin menatap lagi mata indah itu.
"Kenapa suara gadis itu seperti suara gadis yang aku perkosa itu. Suara itu tidak pernah lepas dari ingatanku. Ah, tidak mungkin Elma gadis yang aku perkosa itu. Gadis yang aku perkosa itu tidak menggunakan hijab sedangkan Elma menggunakan hijab. Mereka bukan orang yang sama." Ucap Tuan Darren sambil melamun.
Sejak memperkosa Elma, Tuan Darren menjadi lebih dingin dan terkesan introver. Ia terus di kejar rasa bersalah karena merenggut mahkota gadis itu tanpa rasa iba.
Apa lagi kata-kata terakhir Elma yang merasa harta yang tersisa hanyalah harga dirinya yaitu mahkota kesuciannya.
Malam itu Tuan Darren ke klub bersama relasi perusahaannya usai melakukan meeting yang membuat mereka cukup setress.
Entah siapa yang telah mencampurkan obat perangsang dalam minumannya yang membuat ia merasakan syahwatnya yang sudah menggebu-gebu.
Tuan Darren menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan mulai gelisah. Ia butuh seorang gadis yang bisa ia ajak bercinta.
Kebetulan Elma yang sedang berjalan kaki di bawah guyuran hujan memancing dirinya menjadikan gadis itu sebagai mangsanya.
Ia terus memperhatikan gadis itu hingga melewati mobilnya. Dengan perlahan ia turun sambil membawa saputangannya untuk membekap Elma hingga gadis itu pingsan.
Walaupun malam itu ia bisa menuntaskan hasratnya, tapi ia tidak bisa mengakhiri permainannya. Entah Elma yang masih gadis atau birahinya yang masih menagih, membuat ia terus-menerus memperkosa Elma tanpa ampun.
Saat ia kembali lagi ke kamar hotel miliknya, usai menghubungi temannya, Elma sudah tidak ada di kamar itu. Yang tersisa hanya baju yang diberikannya teronggok di tempat tidur.
"Andai aku bisa bertemu dengan gadis itu lagi, maka aku akan menikahinya." Batin Tuan Darren.
Hampir satu bulan Elma menjadi pelayan khusus untuk Tuan Darren. Gadis ini sebisa mungkin menghindar dari Tuan Darren agar tidak terlalu menimbulkan konflik antara dia dan teman-temannya yang sudah mulai iri dengan gadis ini.
Elma menjadi pelayan VVIP untuk Tuan Darren lebih dari asisten pribadinya.
Entah mengapa tuan Darren selalu saja punya cara untuk bisa bicara dengan Elma. Ia meminta asistennya KIA untuk menghubungi Elma, saat hatinya sedang gelisah, Tuan Darren menjadi lebih tenang seakan gadis itu memiliki kekuatan magic tersendiri untuknya. KIA menuruti permintaan tuannya.
"Apakah kamu bisa hubungi Elma untuk ke ruang kerjaku?"
"Emang ada urusan apa tuan?"
"Aku ingin dia merapikan arsip ku sesuai abjad agar mudah di dapatkan jika di butuhkan."
"Tapi arsip itu sudah dirapikan oleh OB sebelumnya."
"Sudah aku acak lagi."
"Baiklah."
Asisten KIA sepertinya mengerti kalau Tuan Darren hanya ingin mengerjai gadis itu atau punya motif lain, entah itu apa.
"Tapi untuk naksir gadis itu, sepertinya tidak mungkin karena Tuan Darren terlalu memikirkan kasta dari pada ketulusan cinta wanita dari kalangan biasa." Batin asisten KIA."
Tok... tok..
Cek.. lek..!
Elma masuk dengan wajah setianya yang tetap tertunduk. Tuan Darren begitu gemas melihat Elma yang terlihat sangat pendiam. Jika ditanya olehnya, jawaban gadis itu selalu saja singkat.
"Elma..! Tolong susun ulang arsip yang ada di atas meja itu dan susunnya tetap di ruangan ini agar tidak mudah tercecer.
Di sesuaikan urutan abjadnya dan jangan sampai terbalik kop suratnya karena itu yang paling penting."
"Siap tuan!"
Elma duduk di karpet sambil membaca dengan teliti setiap arsip itu dan merapikan sesuai dengan abjadnya.
Tuan Darren meminta Kia untuk meninggalkan mereka berdua.
"Kembali ke tugasmu!"
"Baik Tuan."
Tuan Darren duduk di sofa sambil memperhatikan Elma bekerja.
"Apakah kamu tidak bisa membuka masker mu?"
"Maaf Tuan! saya tidak ingin orang lain melihat wajah saya." Ucap Elma ketus.
"Hah ..? Gadis ini berani ketus kepadaku?"
Batin Tuan Darren menarik sudut bibirnya merasa kalau Elma terlalu berani padanya sebagai pemilik perusahaan ini.
"Bagaimana kalau aku memintamu untuk membuka masker mu?"
"Aku akan berhenti bekerja di sini."
Deggggg...
"Mengapa kamu sangat keras kepala melawan perintahku?"
"Karena ini adalah urusan pribadiku dan tidak menjadi syarat mutlak dalam perjanjian kontrak kerja." Imbuh Elma.
"Aku secara pribadi meminta mu untuk membukanya."
"Bagaimana kalau aku tidak mau?" Tantang Elma.
"Hah..!" Gadis ini benar-benar menguji kesabaran ku." Lirih Tuan Darren.
"Kenapa kamu berani menentang perintah ku padahal aku hanya meminta kamu untuk membuka masker saja?"
"Hari ini anda meminta aku membuka masker, lain kali memintaku membuka hijab ku dan setelah itu meminta hal lainnya."
Ucap Elma sambil merapikan semua arsip yang sudah ia susun dengan rapi.
"Kenapa kamu berpikir sejauh itu?"
"Atasan sepertimu hanya menggunakan otoritas mu untuk mendapatkan setiap keinginanmu dari karyawan rendahan seperti ku."
Sinis Elma lalu bangkit berdiri.
"Aku belum menyuruhmu pergi."
"Tapi urusanku di sini sudah selesai."
"Kalau begitu, aku bisa minta buatkan kopi lagi."
"Baik. Tunggu sebentar."
Elma keluar menuju pantry dan membuat secangkir kopi untuk Tuan Darren.
"Dari dulu gadis-gadis berlomba-lomba untuk menggodaku. Mencari perhatianku. Tapi kenapa gadis ini beda sendiri.
Bicaranya ketus dan berpenampilan aneh. Bahkan aku tidak melihat kulit wajahnya memakai bedak. Dia terlihat sangat alami. Siapa gadis itu sebenarnya?"
"KIA! cari tahu tentang Elma. Siapa gadis itu sebenarnya. Dalam dua jam semua data pribadinya harus sudah ada di hadapanku."
"Baik Tuan Darren."
Elma kembali lagi dengan membawa secangkir kopi untuk Tuan Darren. Ia meletakkan nya dengan hati-hati di atas meja kerja Tuan Darren.
Tuan Darren membuka tutupnya agar cepat dingin. Elma meninggalkan ruang kerja itu tanpa pamit.
"Astaga! Dia sangat tidak sopan. Tapi kenapa aku malah menyukainya. Gumam Tuan Darren lirih.
...----------------...
Dua jam kemudian, asisten Kia sudah mendapatkan data pribadi Elma.
"Ini Tuan Darren, data pribadi Elma."
"Tolong bacakan untukku.
"Nama lengkap Queen Elma Pradita. Usia dua puluh tahun. Anak dari pasangan mendiang Astrid Rahardian dan tuan Wisnu Abdilah. Asli Bandung.
Pendidikan terakhir SMA. Pernah kuliah di universitas Padjajaran Bandung. Tercatat sebagai mahasiswa berprestasi. Berhenti kuliah tingkat akhir karena alasan ekonomi.
Tinggal dengan seorang ibu tiri yang hobi judi dan pemabuk berat. Elma bekerja serabutan. Terakhir bekerja di sebuah Bank swasta sebagai OB."
"Apakah hanya itu?" Tanya Tuan Darren yang belum puas tentang Elma.
"Tuan Darren pasti tidak akan percaya jika saya bacakan tentang gadis itu lebih lanjut."
"Ada apa? Bacakan saja!"
"Sepuluh tahun lalu gadis itu adalah seorang putri pengusaha sukses. Perusahaan orangtuanya bangkrut karena campur tangan sang ibu tiri yang berselingkuh dengan saingan bisnis ayah kandung nona Elma.
Deggggg...
"Baik. Kamu boleh pergi!"
Tuan Darren baru mengerti karakter kerasnya Elma.
"Seorang putri bangsawan tidak akan pernah tunduk pada perintah siapapun yang bertentangan dengan prinsip hidupnya.
Itu adalah kamu Elma. Sekarang aku sudah tahu seperti apa bangsawan mojang Bandung itu. Pantas kamu berbeda dari gadis-gadis cantik yang mengemis cinta kepadaku.
Aku lebih suka padamu tapi... tidak, aku harus tahu keberadaan gadis yang pernah aku perkosa itu. Aku tidak boleh gegabah untuk bisa menaklukkan hati Elma."
Gumam Tuan Darren dengan senyum menyeringai licik.
Hari-hari berikutnya, hampir memasuki dua bulan, Elma mulai kuatir dengan siklus bulanannya yang tidak datang lagi.
Ia pun mampir ke sebuah apotik untuk membeli alat testpack. Keesokan paginya saat bangun sholat subuh, Elma buru-buru melakukan tes kehamilan dengan urine yang sudah ia siapkan di wadah itu.
"Semoga dugaanku ini salah. Semoga aku tidak hamil anak dari bajingan itu."
Gumam Elma menunggu hasil dari testpack itu.
Ia memejamkan matanya sebelum melihat tes pect itu.
"Semoga garis satu."
Elma membuka perlahan matanya. Sekujur tubuhnya tiba-tiba lemas saat melihat garis dua di testpack itu.
"Tidak... tidak.... tidakkkkkk...!"
Air matanya langsung luruh membayangkan penderitaan selanjutnya.
Ia berjalan menuju tempat tidurnya yang hanya muat untuk tubuhnya itu.
"Aku tidak menginginkanmu, tapi kenapa kamu nekat hadir di tubuhku. Apa yang harus aku lakukan kepadamu? Apakah aku harus membuang mu? atau membiarkan kamu tumbuh? Kenapa kamu harus hadir dengan cara yang salah.
Kau hadir tanpa cinta. Kau hadir hasil dari hawa na*su. Bagaimana caraku untuk mencintaimu?"
Elma meratapi kemalangan hidupnya yang tiada pernah berakhir.
"Aku harus bekerja dan aku tidak akan merawatmu. Jika kamu mau hidup silahkan dan jika kamu ingin mati, itu lebih baik." Sinis Elma pada janinnya.
Elma bersiap-siap untuk berangkat kerja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!