BRAK...
Pintu besar berwarna putih yang tidak memiliki kesalahan apapun itu berhasil di buka dengan cukup kasar, sebab ianya di tendang oleh sang Tuan majikan yang sedang masuk dalam kondisi sedang di papah oleh orang lain.
"Hadeh...kenapa ada orang seberat dia? Dia yang minum tapi aku juga yang susah." Rutuk pria berjaket kelabu ini, tangan memapah seorang pria bersurai aram temaram yang kini sedang dalam kondisi seperti orang yang sedang mabuk?
Ya..pria yang sedang di bawanya itu memang sedang dalam kondisi mabuk.
Dan pria itu sedang kesulitan membawa sahabatnya itu, sebab perbandingan postur tubuh mereka berdua yang cukup kontras, tentu saja langsung menyita perhatian dari satu orang yang sedang tertidur menonton Tv, tidak...tapi Tv nya yang sedang menonton orang yang tengah tertidur itu.
Melihat adanya seorang wanita pelayan yang tertidur di atas sofa dengan cara yang tidak begitu elegan, sebab kedua kakinya sedang di mengapit bantal sofa tepat sampai ke pangkal paha dan hingga memperlihatkan sepasang kakinya yang putih, mulus namun juga memang cukup menggoda, maka pria ini akhirnya punya ide yang cukup mengesankan.
'Sebaiknya aku tinggalkan saja anak ini di sana, daripada aku harus repot pergi membawanya ke kamar yang aku sendiri saja tidak tahu dimana kamarnya.' Pikirnya. 'Dia pelayan, tapi ternyata bisa punya kebebasan seperti itu ya?' Imbuhnya, tidak mengerti kenapa seorang pelayan yang biasanya di anggap rendahan, justru tidak terlihat untuk Nona pelayan itu.
"Ehmm...apakah kita sudah sampai di kamarku?" Tanya pria ini kepada si pemapah dengan suara serak dan mata masih terpejam.
"Ya, sudah sampai. Dan kebetulan sekali ada yang bisa menemani malam yang panjang ini untukmu, Alves." Sahutnya.
"Malam yang panjang apa? Akh..kau berisik sekali, kepalaku jadi sakit." Rungut pria yang di panggil Alves ini dengan wajah tersiksanya, sebab kepalanya yang sedang di datangi rasa sakit yang cukup menyiksa tubuhnya yang sedang lelah itu.
"Suaraku memang cukup berisik, tapi mungkin saja tidak akan berisik lagi jika itu adalah suara yang cukup menggairahkan." Bisiknya.
Alves yang merasa gerah itu menarik dasi miliknya yang terasa sangat mencekik lehernya.
Melihat hal itu, pria pemapah ini kembali mengantarkan Alves pergi ke satu tempat yang kebetulan memang tidak begitu jauh darinya.
Sampai setelah di rasa begitu dekat, pria ini langsung melepaskan cengkraman tangannya dari tangan Alves dan membiarkan tubuh Alves itu langsung menindih si Nona pelayan yang langsung terbangun.
"Siapa? Apa?" Dengan wajah bingungnya, wanita ini menoleh ke arah kanan dan kiri. Sampai dia merasakan beban di tubuhnya, maka dia sadar kalau sekarang ada pria di atasnya.
"Nona pelayan, urus majikanmu itu dengan baik ya? Aku permisi dulu." Dengan wajah senang, pria ini pun melambaikan tangannya pada wanita yang masih dalam kondisi separuh sadar itu.
KLEK.
Setelah pintunya tertutup, maka satu server di otak yang tadinya sedikit santai karena terbawa tidur ke alam mimpi yang indah, langsung terkoneksi, tepat ketika sebuah jilatan kecil menyapa pakaiannya yang dimana di balik pakaian yang tadi di jilat oleh Alves itu adalah buah dada miliknya.
"Kenapa, ini empuk?" Gumam Alves di tengah kesadarannya yang perlahan mulai menghilang itu.
"Alves." Panggil wanita ini seraya memperhatikan kepala milik dari pria yang merupakan majikannya itu, kini ada di depan dadanya persis, dan membuat dirinya merasakan beban yang cukup berat.
"Elly?" Dengan sedikit kesadaran yang tersisa, Alves mendongak ke atas, dan akhirnya bisa menemukan wajah dari satu-satunya pelayan yang ada di rumahnya itu sedang menatapnya dengan tatapan penuh simpati.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya wanita yang tadi Alves panggil dengan sebutan Elly tadi itu dengan mata mengernyit.
"Aku.." Alves kembali mendaratkan wajahnya di atas dada Elly dan melanjutkan ucapannya yang tadi sempat menggantung itu. "Aku kenapa tiba-tiba jadi ingin makan ya?" Tanyanya dengan tatapan mata tertuju pada satu gundukan yang tidak terlihat tinggi tapi itu cukup empuk jika untuk di mainkan oleh tangannya itu.
Elly terus menatap pria di atasnya yang terlihat seperti seorang yang sedang menahan sesuatu, apalagi di bawah sana. Dia sudah cukup merasakan apa yang memang dia rasakan kali ini dengan sebuah tekanan yang cukup kuat di pangkal pahanya.
Tapi demi apa, ternyata pria pemilik dari berjuta pesona yang terlihat seperti orang yang mampu melakukan segala hal dengan jentikan jarinya itu adalah pria yang kesepian, dan pria ini terus bertahan dalam suatu tekanan yang terjadi karena Alves, pria ini rupanya tidak hanya sekedar mabuk, tapi juga tertimpa sebuah has*at terpendam yang sejujurnya ingin Alves lampiaskan.
Namun demi menjaga hubungan mereka berdua, Alves hanya bisa berusaha untuk terus menahan keinginannya itu.
Terutama agar wanita berpakaian pelayan yang Alves panggil Elly ini tidak pergi dari sisinya.
Alves membutuhkan keberadaannya karena Alves sadar kalau dirinya itu adalah orang yang sebenarnya kesepian, hingga di rumah mewah miliknya saat ini saja tidak ada seorang pelayan pun selain wanita ini.
Dan Wanita ini, dia juga membutuhkan Alves untuk menjadikan rumahnya itu sebagai tempat tinggal bagi Elly.
Hubungan seperti apa yang di jalani dua orang ini untuk mendapatkan keuntungannya masing-masing?
Setelah merenung begitu lama, tangan dari wanita ini pun meraih wajah Alves agar menatapnya.
Setelah mereka berdua saling menatap satu sama lain, tatapan yang mengisyaratkan satu hal keinginan dari dua orang yang ingin membantu juga memohon, Elly pun angkat bicara.
"Alves, sesuai kesepakatan kita, aku akan terus membantumu selama kau membantuku. Inilah hubungan kita." Tutur Elly.
"Memangnya saat ini kau mau membantuku dengan cara apa? Aku tidak ingin menodaimu." Ujar Alves.
"Menodai hm?" Elly menatap Alves layaknya seorang Ibu, dengan tatapan yang lembut itu Elly pun kembali berkata, "Tidak ingin? Kita lihat, apakah hatimu memang benar-benar tidak ingin melakukan sesuatu pada seorang wanita yang kebetulan sudah kau tindih dengan tubuhmu yang berat dan cukup hebat untuk banyak hal ini?"
Lalu Elly pun semakin menarik wajah Alves agar bisa lebih dekat lagi, sedangkan Elly mengusahakan dirinya menunduk dan akhirnya mendaratkan bibirnya ke permukaan bibir Alves yang ternyata sudah begitu panas.
CUP.
Satu ciuman itu akhirnya mereka berdua dapatkan, dimana Alves sendiri, yang awalnya kedua bola matanya membulat sempurna, sebab baru kali pertama merasakan rasanya bisa mendapatkan ciuman yang begitu lembut, perlahan Alves pun menyadarkan otaknya untuk menikmati sentuhan yang diberikan oleh pelayannya ini.
'Untuk seorang wanita yang terlihat polos dari luar, kenapa dia cukup mahir?' pikir Alves, ketika dia tidak begitu tahu apa saja yang ada di dalam diri Elly ini, karena Alves adalah orang yang memungut sebab dia menemukannya di tepi pantai.
Tidak selang berapa lama, Elly melepaskan tautan mereka berdua dan berkata lagi,"Alves, padahal kau sungguh menggoda seperti ini, yakin tidak melakukan sesuatu untuk ukuran seorang wanita dan pria sudah saling berciuman seperti ini?"
Sebuah pertanyaan yang cukup menjadi pemicu diri Alves pun keluar juga dari mulut nakal milik Elly.
"Jadi kau tidak mempermasalahkan jika aku memang melakukannya kepadaku?"
Elly kemudian melingkarkan kedua tangannya di belakang tengkuk milik pria ini dan membuat jawaban yang tidak pasti, "Entahlah,"
Sebuah jawaban antara iya dan tidak, mengartikan untuk menguji nyali dari Alves sendiri yang perlahan sudah mulai di kuasai yang namanya has*at tersembunyi dari seorang pria yang kelaparan selama lebih dari dua puluh delapan tahun.
Dan rasa lapar dari serigala yang akhirnya bangkit ini tengah memandang wanita berpakaian pelayan ini.
Identitasnya masih belum di ketahui, wajahnya cantik tapi tetap saja memperlihatkan ekspresinya yang terlihat seperti seorang wanita bodoh yang tidak tahu apapun apa itu arti dari dunia dewasa yang kini sedang di hadapi oleh wanita pelayan ini.
Elly, itulah nama yang dia berikan kepada wanita yang umurnya belum di ketahui oleh Alves sendiri sebab wanta di bawahnya ini adalah seseorang yang tidak sengaja dia temukan di lantai.
Wanita yang selalu mengerjakan segala tugas dengan sempurna ini pun, kini sungguh sedang memacu adrenalin dari diri serigala yang tengah kelaparan ini.
Dan Alves yang mendapati jawaban yang tidak pasti itu, sontak jadi kembali mendaratkan wajahnya di depan dadanya Elly karena kembali di landa rasa frustasi, iya atau tidak hanya itulah jawaban yang sedang di inginkan oleh Alves ini.
"Elly, berikan jawaban yang jelas." Gumam Alves.
Mendengar hal tersebut, Elly tersenyum simpul seraya menatap ujung kepala dari Alves yang nampak terasa cukup menggemaskan.
"Dibalik tampangmu yang seperti seorang Bos Mafia yang kejam, ternyata kau punya sopan santunmu sendiri sebagai pria ya? Aku memujimu Alves."
Dan Alves hanya terdiam. Kalau saja dia saat ini bukan berada di situasi yang menguji jati dirinya sebagai pria, maka dia akan menjawab pujian Elly tadi. Tapi di karenakan Elly memberikan pujian di waktu yang kurang tepat, maka Alves hanya bisa diam menunggu saja sambil memeluk tubuh Elly yang ternyata terasa mungil di pelukannya itu.
Tapi keterdiaman itu sirna, "Apa kau suka dengan sosokku yang terlihat seperti Bos Mafia yang kejam, agar bisa menarik perhatianmu lebih dari ini?"
"Sebenarnya aku tidak menginginkan sesuatu yang berakhir dengan kekerasan." Balas Elly, lalu sedikit melonggarkan pelukan miliknya dari tubuh Alves yang besar seperti beruang.
Sehingga kini mereka berdua pun saling menatap wajah mereka satu sama lain, hingga sebuah pantulan wajah mereka terlihat di manik mata lawan tatapnya.
"Tapi untuk mengatasi permasalahanmu ini, bukannya kau harus menggunakan kekerasan kepada tubuhku agar bisa mencapai kesenangan?" Tanya Elly dengan tatapan dari ekspresi wajahnya yang cukup polos untuk di katakan sebagai orang yang sedang menggoda pria bertubuh beruang itu.
Dan Alves tentu saja membelalakkan matanya ketika indera pendengarannya mendengar pernyataan yang merujuk pada sesuatu yang bisa di katakan, boleh itu.
"Elly," Panggil Alves dengan nada lirik penuh dengan sebuah makna yang cukup dalam, bahwa di sudut hatinya yang paling dalam, akhirnya bisa merasakan senang, karena dia tidak perlu bersusah payah menculik wanita untuk dia tiduri, karena dengan senang hati wanita di bawahnya ini sudah mengizinkannya lebih dulu. "Aku akan bertanggungjawab kepadamu." Bisik Alves tepat di sebelah telinga Elliyana.
Dan balasan apa yang di berikan Elly kepadanya adalah senyuman yang cukup lembut, hingga di mata Alves sendiri senyuman itu cukuplah menggoda, sampai akhirnya Alves pun memulai melakukannya.
CUP..
Satu ciuman yang Alves berikan langsung di terima oleh Elly, dan di saat itu pula Elly kembali melingkarkan kedua tangannya ke belakang tengkuk Alves agar jarak diantara mereka berdua terkikis habis.
"Eumph.." Satu lenguhan yang tentu saja menyita perhatian Alves untuk menginginkan lebih.
"Elly, kau memang pelayan yang pintar dan nakal ya?" Tanya Alves saat kedua bibir mereka saling menjauh untuk mengambil oksigen sebanyak yang mereka bisa, karena setelah pertanyaan itu keluar dari mulut Alves, saat itu pula Alves langsung melepaskan kemeja putih miliknya dengan begitu cepat, hingga akhirnya Alves memperlihatkan tubuhnya yang cukup atletis itu.
Dengan segala kekuatan yang nampak jelas dari seluruh sisi tubuh yang di miliki Alves, tentu saja itu sudah menjadi sebuah tolak ukur, bahwa pria di atasnya itu sungguh bisa memuaskan keinginan dari lawan mainnya.
"Pelayan? Aku itu lebih dari sekedari wanita yang bekerja jadi pelayan, Alves." Sahut Elly sambil menikmati pemandangan menakjubkan dari tubuh Alves yang mampu menghipnotis banyak wanita, termasuk diri Elly sendiri.
Terpancing dengan jawaban Elly barusan, Alves pun kembali mendekatkan wajahnya di depan wajah Elly persis dan bertanya, "Jadi sebelum ini kau ingat pernah bekerja jadi apa? Apakah seperti yang sedang kau lakukan kepadaku seperti ini, menggodaku untuk berbuat lebih?"
"Untuk sekedar memacu adrenalin, akulah pakarnya, Alves." Jawab Elly sekali lagi.
Setelah itu, Alves pun menarik tubuh Elly agar duduk, sekaligus supaya Alves mampu menarik resleting yang ada di belakang punggung Elly persis.
Satu suara lembut dari resleting baju Ellyitu pun sukses menarik dua orang ini untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar berciuman, dan menempelkan tubuh mereka berdua satu sama lain.
"Jadi tidak masalah kan, dengan ini?" Tanya Alves dengan tatapan mata yang sayu. Dimana tangan kirinya saat ini sedang menarik baju bagian atas Elly hingga akhirnya secara perlahan perbuatan yang dilakukan oleh Alves ini membuat tubuh bagian atas Elly jadi terekspose.
"Tapi kau sendiri sedang melakukan ini." Lirih Elly, tidak memperlihatkan satu masalahpun pada ekspresi wajahnya itu ketika tubuhnya terekspose di depan pria ini.
"Baiklah." jawab Alves dengan cukup lirih, karena dia memang sudah tidak mampu menahan segala godaan dari Elly yang terus saja memancingnya dengan semua ucapannya itu.
Dan tanpa basa basi lagi, Alves pun menarik tubuh Elly agar duduk di atas pangkuannya.
Ketika itulah, senjata milik Alves jadi semakin bereaksi saat Elly mendudukinya. Dan Elly pun jadinya tersenyum penuh kemenangan, melihat Alves perlahan jadi menikmati posisi itu.
"Alves," Panggil Elly pada pria jangkung ini.
Tanpa sepatah kata lagi, Alves pun menerjang salah satu dari buah dada milik Elly, hingga Elly sendiri langsung mengernyitkan matanya karena dia mendapatkan serangan yang cukup mendadak itu.
"Kau memang pria yang kesepian ya, Alves." Gumam Elly.
Setelah mengatakan itu kepada Alves, sebuah tekanan lebih besar pun mendarat juga di atas tubuh Elly.
"Karena kau sendiri juga sudah tahu, maka temanilah aku malam ini." Jawab Alves atas pertanyaannya Elly.
Alves pun kembali mendaratkan mulutnya di atas salah satu dari dua buah yang tidak bisa di maka itu. Sedangkan si pemilik, dia hanya mengusap ujung kepala Alves dengan manja, sebab dia cukup menikmati perbuatan yang di lakukan Alves kepadanya.
Sampai di saat itulah, salah satu tangan Alves pun beraksi juga. Dia meraih ujung bawah dari pakaian yang di kenakan oleh Elly dan menyingkapnya sampai ke atas.
"Elly-" panggil Alves dengan lirih saat mereka berdua di pertemukan.
"Hmm...lakukan saja." Sahut Elly seraya mengusap wajah Alves yang terlihat susah akan keringat sendiri terus membanjiri wajahnya yang cukup tampan itu.
Dengan sebuah jawaban yang terdengar sudah cukup jelas, Alves pun benar-benar tidak akan memberikan Elly sebuah kelonggaran sedikitpun.
Dan lagi pula karena sudah mendapatkan Izin dari si pemilik, Alves pun mendaratkan tubuh Elly agar kembali terbaring, dan perlahan bermain di bawah sana.
Menyingkap kain tipis yang melindungi keindahan dari barang eksotis yang hanya bisa di ciptakan oleh dua orang, dan di saat itu pula lah, Alves sungguh mendaratkan ujung miliknya itu di pintu gerbang milik Elly dan sengaja menggesek nya seperti kartu kredit.
"Alves, kau sungguh nakal."
"Bukannya kau sendiri yang berbuat nakal lebih dulu kepadaku?" Balas Alves.
"Itu karena kau sendiri yang bertubuh menggoda." Balas juga Elly.
Dan di saat itulah ketika Alves mulai masuk ke pintunya, satu pertanyaan pun muncul. "Anghh~..E-elly, kenapa punyamu sempit?" Satu pertanyaan bodoh pun keluar juga.
Dan tentu saja jawaban kurang ajarnya pun ikut keluar juga. "Bagaimana tidak sempit, tidak ada yang pernah masuk." Tatap Elly terhadap wajah Alves yang cukup menggoda, karena sedang menahan erangan nikmat tepat di bawah sana, "Alves, kau nikmati saja permainannya."
Dengan kata pasti yang sudah seperti itu, Elly pun mendorong tubuh beruang Alves ke samping kanan hingga akhirnya tubuh Alves bisa jatuh juga di atas karpet tebal yang cukup empuk itu.
BBRUKKK...
Dan disitulah, Elly pun sudah berada di posisi atas tubuh Alves.
"Bukannya ini terbalik?"
"Terbalik atau bukan, yang penting masing-masing bisa menikmatinya, ya kan?" Tanya balik Elly. Dia yang sudah duduk di atas persis milik kepunyaannya Alves, dengan serta merta langsung menggesek mesin nya ke kartu kredit milik Alves.
"Arhh~" Erang Alves, saat dia mendapati miliknya tertekan dalam kelembutan yang cukup panas.
Sampai kedua tangannya yang hendak meraih pinggang Elly, langsung Elly tangkap dan kedua tangannya pun di ikat dengan menggunakan dasi yang sempat di lepaskan oleh Alves beberapa saat tadi.
Dan dari situlah, Elly pun memerankan posisinya untuk melayani Tuan nya itu dengan sebaik mungkin, sampai mereka berdua yang tidak melakukan hubungan dengan memasukkan pusaka nya Alves kepadanya, sama-sama berakhir dengan puncak kenikmatan.
Dan erangan dari nada yang cukup tinggi serta memikat keluar dari mulut mereka berdua yang sudah separuh terbuka dengan nafas juga sudah begitu tersengal-sengal.
'Apa-apaan wanita ini? Kenapa dia bisa memberikanku kenikmatan yang tidak pernah aku dapatkan selama dua puluh delapan tahun ini? AH~ I-ni benar-benar rasa pertama yang cukup menyenangkan.' Benak hati Alves, saat dia kembali di permainkan dalam sebuah permainan yang memacu hasr*at dari diri seorang manusia untuk melepaskannya dalam na*fsu yang di kerjakan dengan berhubungan int*im bersama dengan pelayannya itu.
Dan masing-masing mendapatkan keuntungannya. Itu adalah sebuah kepuasan.
____________
Cip...cip....cip....
Setelah melewati malam yang cukup panjang, dia akhirnya membuka matanya, dan memperlihatkan sepasang manik mata berwarna merah Ruby.
'Akh...kenapa kepalaku sakit?' Pikir Alves, saat pertama kali merasakan sakit di kepalanya tepat di saat dia bangun.
Tapi lebih dari pada itu, dia justru mendapati tubuhnya yang terasa di berikan beban yang cukup antara ringan dan berat.
Ketika dia meliriknya ke bawah, barulah dia tahu dia melihat seorang wanita sedang terkapar di atas tubuh Alves dengan air liur sudah mulai membasahi dada bidangnya.
'Kenapa dia ada di atas tubuhku? Dan apa-apaan dengan pakaiannya yang terbuka?' Tapi saat Alves melirik kembali ke arah tubuhnya sendiri, Alves pun menyadarinya juga, kalau dirinya juga sedang tidak memakai baju, dan apalagi celana? 'Apa, kami berdua semalam melakukannya?'
Hanya itulah yang tiba-tiba saja tercetus di dalam kepala Alves, mengingat tubuh pelayannya ini juga memang sudah separuh telanjang, sampai memperlihatkan buah dadanya yang terhimpit ke permukaan dari dada bidang Alves.
"Huft...huftt..." Suara dengkuran lembut pun terdengar. "Alves, menyenangkan, kan?" Gumam Elly di bawah alam mimpinya yang entah sedang bermimpi apa. "Kalau mau lagi, aku akan...melakukannya lagi." Imbuhnya.
Kedua tangannya pun mulai mengepalkan tangannya dengan cukup serat, sampai Alves yang awalnya diam dan memperhatikan Elly yang sedang mengigau itu, tiba-tiba di sentakan dengan area bawah miliknya yang kembali menyentuh sesuatu lembut dan juga berdenyut?
'Dia sungguh memimpikan itu denganku?' Alves pun di buat terpana dengan tekad dari Elly yang sungguhan memberikan layanan kepadanya dengan sangat baik, hingga Alves sendiri merasakan sesuatu yang sejuk di bawah pan*tat nya, yang demikian mereka berdua memang sempat mendapatkan pelepasan.
Melihat hal menakjubkan terhadap wajah polos Elly yang terlihat lelah itu, Alves pun menarik ujung dari ikatan dasi miliknya yang mengikat kedua tangannya itu, setelahnya, Alves pun menahan tubuh mungil Elly agar terus berada di posisinya, ketika Alves sendiri kini sudah terduduk.
Dan terlihat sudah pemandangan yang cukup memanjakan matanya, sebab dirinya juga Elly memang sudah sepenuhnya bermain mempermainkan milik mereka sampai semalaman, hingga Alves sempat melihat adanya darah yang sempat mendarat di permukaan area pribadinya Alves.
"Elly?" Panggil Alves sambil menepuk ringan pipi Elly yang kebetulan memang lumayan cantik.
"Ehmm?" Elly terlanjur sudah tertidur lelap itu tidak bisa membuka matanya, karena saking nyamannya bisa tidur cukup pulas.
Melihat hal tersebut, Alves pun terpaksa tidak membangunkannya, dan memilih untuk membawa Elly dalam gendongannya, lalu membawanya pergi dari ruang tamu dengan penampilan mereka berdua yang sudah cukup acak-acakan, karena pergulatan mereka berdua semalam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!