Bocah bernama Naruto Uzumaki membuka kelopak matanya dan melihat suasana yang asing. Dia merasa pusing saat bangun mencoba mengingat semua yang terjadi namun masih samar-samar, suara yang ia ingat terakhir kali adalah suara Sakura dan Kakashi yang berteriak. Ruangan yang lebih buruk dari miliknya, Naruto melihat tembok bata merah yang begitu terabaikan, suara orang-orang yang berbicara dengan bahasa yang tidak dia mengerti kini mulai berbicara.
"Kau sudah bangun?" Seorang gadis terkejut ketika dia membuka pintu.
"Siapa kamu?" Naruto langsung bertanya.
"Apa yang sedang Anda bicarakan?" Gadis itu tidak mengerti bahasa Naruto.
"... Apa yang dia bicarakan itu sangat aneh..."
Gadis itu berbicara dalam bahasa asing, Naruto hanya dia karena dia tidak mengerti dia pikir dia berada di desa yang aneh, mereka berbicara satu sama lain dalam gerakan isyarat tetapi, mereka tidak saling mengerti, mereka berdua lelah berkomunikasi satu sama lain. Seorang pria masuk, dia memperkenalkan dirinya, dia adalah ayah dari gadis itu. Roy adalah seorang kepala desa, tugasnya adalah mengelola desa dan memecahkan masalah bagi warganya. Naruto yang tidak mengerti hanya menggaruk kepalanya dan menjelaskan apa yang terjadi padanya, ayah dan anak itu saling memandang, mereka tidak mengerti bahasa yang digunakan Naruto.
"Sepertinya dia orang asing, dia bukan orang Barbar, dari baju yang dia pakai bahannya bagus," gumam Roy sambil mengelus dagunya sendiri.
Bahasanya memang sangat aneh, tapi Naruto yakin bahwa mereka sangat ramah. Sarapan menyajikan sesuatu yang sangat tidak menyenangkan untuk dilihat di sana ada roti yang tampak jelek dengan warna hitam. Naruto menggerakkan tangannya untuk menolak, tiba-tiba perutnya berbunyi cukup keras hingga membuat ayah dan anak itu tertawa.
"Alicia," katanya, menunjuk dirinya sendiri.
"Roy." Ayah Alicia mengikuti cara putrinya.
Naruto langsung paham, untuk sebuah nama yang tidak terdengar asing dan cukup familiar dengan nama orang barat yang katanya bangsawan, Naruto mengingat semua yang tertulis di buku cerita yang pernah dibacanya saat itu masih sangat mudah.
Sebagai orang asing yang tidak mengerti, dia hanya tersenyum canggung, entah apa yang mereka bicarakan dengan bahasa yang rumit, jika dibandingkan dengan bahasa di tempatnya terasa sangat jauh berbeda. Naruto bertanya barang apa yang dia bawa, dia ingat membawa ransel ketika dia pergi. Roy mencoba mengerti tapi sulit baginya, dia berinisiatif menunjuk barang-barang milik Naruto. Hanya ikat kepala dan dua kunai. Naruto memberi tanda bahwa dia membutuhkan kertas, sayangnya papan kayu yang diberikan, Naruto menarik napas dalam-dalam, dia segera mengukir tulisan di papan itu, mereka berdua tidak mengerti apa yang ditulis Naruto.
“Sangat sulit untuk membacanya, seperti tulisan dari negara lain.”
“Ayah sudah pernah melihat tulisan ini?”
"Tidak pernah, ayah hanya menebak-nebak."
"Ayah terpintar di desa juga tidak bisa membacanya..."
"Alicia, kamu ajak dia jalan-jalan, aku akan pergi menemui seseorang," kata Roy, dia membawa papan itu bersamanya.
Saat keluar rumah banyak sekali orang yang beraktivitas, anak-anak berlarian dan saling bermain pedang kayu sambil meneriakkan sesuatu yang aneh. Kerumunan meminta Alicia untuk berbicara, mereka melihat Naruto, dan berbicara dengan wajah khawatir. Pria dengan tubuh kekar menepuk bahu Naruto saat dia berbicara. Pria itu langsung menghela nafas saat mendengarkan penjelasan Alicia.
"Entah apa yang mereka omongkan," gumam Naruto.
Saat hanya ada mereka berdua di tempat yang tidak banyak orang yang di bawah pohon, Alicia memberikan penjelasan yang mungkin Naruto mengerti, Alicia menunjuk Naruto, dan menunjuk gambar yang dibuatnya. Naruto ditemukan di hutan di luar desa, Alicia mencari jamur yang selalu dia makan untuk makan malam. Naruto mengerti beberapa hal, Alicia masih bersemangat untuk menunjukkan sesuatu yang lebih penting bahwa di luar desa ada hutan dimana terdapat monster yang berbahaya jika terlalu jauh.
"Lingkaran ini adalah sebuah desa, kamu tidak bisa pergi ke selatan, hutan selatan sangat berbahaya setelah satu hari perjalanan," kata Alicia.
"Gambar itu sangat jelek," gumam Naruto.
"Hei, aku Alicia," kata Alicia, dia menunjuk dirinya sendiri, dia mengingat Naruto untuk tidak lupa."
Naruto mengikuti jalan yang sama. "Naruto...Naruto Uzumaki."
"Kamu bangsawan?!, namamu sangat panjang!"
"Um?" Naruto mengerutkan kening karena dia tidak mengerti cara bicara Alicia yang panjang.
Alicia menjadi sangat ketakutan dan berlutut sampai dia menekan dahinya ke tanah. Naruto yang panik meminta Alicia untuk bangun, untuk tidak melakukannya lagi. Naruto berpikir bahwa namanya pasti sangat berbahaya untuk membuat orang lain takut. Suasana menjadi sangat canggung, Alicia tidak banyak bicara namun tetap berusaha membimbing Naruto untuk memahami desa dengan lebih baik.
"Ayah, Naruto adalah bangsawan!"
"Naruto? Bangsawan?"
Roy bersama seorang pria yang langsung mengecek kebenaran bahwa Naruto adalah seorang bangsawan, dilihat dari punggung tangan kirinya, tidak ada simbol yang menjelaskan bahwa Naruto adalah seorang bangsawan. Nama pria itu adalah Eric, dia adalah mantan Petualang. Eric menatap Naruto dengan saksama, sulit untuk mengatakan apakah bocah pirang itu adalah orang biasa, barbar, atau bangsawan. Eric segera mengambil tindakan mengejutkan, dia melemparkan tinju yang mampu dihindari Naruto. Dalam sekejap berubah menjadi pertarungan tangan kosong, Eric terkesan dengan bocah pirang yang terlihat lemah, memiliki gerakan ringan dan bagus, Alicia yang khawatir dicegah oleh ayahnya.
"Hahaha, kamu bukan anak nakal biasa!"
"Apa-apaan paman ini!"
Naruto benar-benar terkejut dengan sikap aneh ayahnya Alicia yang berbicara begitu rumit. Eric juga mengatakan bahwa dia hanya menguji, tetapi dia ingin melakukannya lebih lama, jari telunjuknya bergerak memberi isyarat kepada Naruto untuk menyerangnya. Jelas dari pandangan satu sama lain bahwa semuanya tidak serius, Naruto tersenyum dan mengerti bahwa ini seperti ujian baginya. Eric puas dengan cara Naruto melontarkan tinjunya yang begitu kuat sehingga tidak kalah dengan orang dewasa, jadi pertanyaan yang sangat menarik untuk diketahui lebih lanjut, bagaimana seorang anak bisa mendapatkan gerakan yang bagus dengan pengalaman yang cukup.
"Anak ini bukan anak bangsawan, mereka tidak memiliki tekad seperti ini." Eric menunjukkan telapak tangan untuk menghentikan pertarungan di antara mereka berdua.
"Apakah dia meminta untuk berhenti?" tanya Naruto pada dirinya sendiri.
Naruto bergabung dengan percakapan Roy dan Eric. Gambar yang menjelaskan bahwa ada monster yang harus mereka bunuh, Eric memiliki beberapa orang yang melindungi desa namun tidak cukup kuat seperti Naruto.
"Apakah kamu yakin ingin bertanya padanya, dia masih tidak mengerti apa-apa."
"Masalah komunikasi bisa dengan gambar, sepertinya dia cukup mengerti penjelasan yang saya berikan," kata Eric kepada Roy.
"Sepertinya anak ini juga tidak mengeluarkan kemampuannya sepenuhnya."
"Maksudmu dia tidak serius?"
"Begitulah yang kulihat."
Eric melihat ke arah benda yang Naruto pegang, Eric bertanya padanya dan melihat banyak tanda dari benda yang Naruto pegang.
"Apakah ini senjata yang kamu gunakan?"
"Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan..."
"... Bahasanya bikin sakit kepala..."
Naruto tidak pernah melewatkan latihan yang harus dia lakukan, dia pergi ke hutan yang tidak jauh dari desa. Naruto berlatih disana secara rutin untuk mengasah skill yang dimilikinya. Hokage adalah cita-cita ideal yang ingin ia wujudkan namun ia bingung dengan kondisinya saat ini dan tidak tahu bagaimana cara kembali ke tempat asalnya. "Naruto~!" Suara Alicia yang bisa didengar Naruto memanggilnya. Alicia tertegun saat melihat Naruto yang tidak hanya ada satu orang, dia memiliki lima orang yang identik mereka sangat mirip. Naruto berbicara sambil memberikan banyak isyarat rumit, setelah Naruto menunjukkan kemampuannya, Alicia mengerti bahwa itu adalah kemampuan yang dimiliki Naruto.
Naruto menggaruk kepalanya ketika Alicia berbicara begitu banyak, nada suaranya yang bersemangat menunjukkan bahwa dia kagum. Naruto hanya tersenyum lebar meskipun mereka berdua tidak benar-benar terhubung dalam percakapan. Keranjang kecil berisi jamur. Alicia menunjukkan bahwa dia akan membuat sup dari jamur yang didapatnya. Sesampainya di desa, Naruto bertemu dengan Eric yang selama ini mencarinya, Eric ingin mempertemukan Naruto dengan seseorang. Wanita yang Naruto temui adalah rekan Eric ketika dia menjadi seorang Petualang. Wanita itu menjadi salah satu orang yang menguji para pemula yang mendaftar untuk masuk ke Guild Petualang.
Eric meminta bantuan yang sulit untuk membantu Naruto terbiasa dengan bahasa dan pengetahuan mereka tentang dunia tempat tinggalnya. Wanita itu sedang memikirkan sesuatu dan segera berbicara banyak dengan Eric, Naruto yang tidak mengerti hanya mendengarkan perdebatan antara dua dari mereka yang seperti bahasa asing. Dengan sihir yang memberikan pengetahuan dasar yang sudah dimiliki wanita itu, dia sebenarnya sangat enggan karena sihir yang digunakan sangat membebani pengguna dengan mengorbankan banyak 'Mana' miliknya.
"Dia seharusnya sudah mengerti apa yang kita bicarakan, masalahnya dia berbicara bahasa kita tergantung apakah dia ingin mengerti apakah akan belajar atau tidak."
"Apakah kamu mengerti apa yang aku katakan?" tanya Eric pada Naruto yang langsung menganggukkan kepalanya.
Naruto berpikir sejenak dan menjawab. "Aku mengerti sedikit."
Sejak saat itu Naruto mulai banyak belajar dari Camila. Meski masih sangat kaku dalam berbicara karena belum lancar, Naruto tetap berusaha menjaga komunikasi satu sama lain. Naruto perlahan menceritakan semua yang terjadi, Camila ingin membantu tapi karena Naruto tidak tahu bagaimana dia bisa berada di dunia lain, Camila merasa sangat kesusahan. Naruto yang awalnya pendiam, banyak berbicara untuk menjawab pertanyaan yang diajukan Roy, saat mereka sedang makan malam.
"Apakah kamu tidak merindukan mereka, orang tuamu?"
"Itu, aku merindukan... mereka, aku... tidak... tahu... siapa... orang tuaku."
"Ah, maafkan lelaki tua ini lancang, aku tidak tahu kalau kamu berada dalam kesulitan seperti itu."
Butuh waktu sebulan baginya untuk menjadi sangat fasih berbicara, Naruto juga mendapat latihan dari Eric ketika dia punya waktu luang. Naruto mengerti bahwa 'Chakra' dan 'Mana' tidak jauh berbeda, hanya saja untuk mendapatkannya mereka harus sering berlatih meditasi pernapasan. Eric banyak kesulitan mengajari Naruto tentang semua itu di latihan, Naruto jago bertarung tapi untuk ilmunya dia kurang, bahkan untuk memahami tulisan, Naruto masih butuh banyak usaha untuk memahami sepenuhnya.
"Aku sangat suka caramu menggandakan dirimu sendiri, sayang sekali hanya kamu yang bisa melakukannya, betapa anehnya..."
"Tapi ini yang paling mudah."
"Wow, kamu tiba-tiba fasih ?!"
"Benarkah itu?"
"Kebetulan kurasa."
Eric yang merupakan pendekar pedang menunjukkan sihir bola api, Naruto mencoba menirunya tetapi tidak berhasil, tubuhnya seperti menolak sesuatu di dunia ini. 'Kage Bunshin no Jutsu' dan 'Rasengan' yang Naruto bisa buat, dia harus mencari cara lain untuk lebih mengembangkannya. Eric membuat Naruto lebih fokus pada skill yang dimilikinya, apalagi dengan dua senjata di tangannya yang sangat berguna dengan skill yang tepat. Naruto memegang kedua kunai di tangannya, dia mungkin menyesali banyak hal yang dia abaikan di masa lalu, dia berjanji akan lebih fokus saat kembali ke dunia asalnya nanti.
"Majulah tanpa tiruanmu, coba andalkan dirimu sendiri."
"Baiklah, aku mulai!" Naruto bersiap untuk menyerang.
Walaupun Eric menggunakan pedang sungguhan dia tetap bisa melakukan aksi beling agar tidak melukai Naruto. Eric mengalami kesulitan menghadapinya ketika Naruto semakin agresif, jurus yang dia gunakan sangat berbeda secara umum, lengan dan kaki bukan hanya pajangan, mereka juga berubah pada waktu yang tepat.
"Aku tidak tahu kenapa dia tersenyum bodoh seperti itu," gumam Eric.
"Aku pasti akan menang!" "Aura Pedang!"
"Ha!" Kedua kunai yang dipegang Naruto hancur berkeping-keping, Eric langsung menendang Naruto menjauh. Naruto yang penasaran langsung bertanya tentang Aura Pedang yang jauh berbeda dengan Chakra yang menyelimuti senjata itu.
"Kamu butuh usaha panjang untuk menguasainya, hahahaha!"
"Sepertinya dia menyombongkan diri, hadeh..."
Di pagi hari semua orang berkumpul karena ada yang datang, mereka memungut pajak karena desa itu masih dalam wilayah Kekaisaran. Naruto melihat semua orang sangat segan, dia pun berlutut di depan pria gendut yang sedang sibuk menghitung koin yang didapatnya. Eric sangat menentang jika orang tersebut meminta sesuatu yang tidak pantas, seperti mengambil anak perempuan, seseorang yang tidak membayar pajak secara penuh. Eric yang dihormati atas semua yang dia lakukan, pria gendut itu langsung terdiam dengan mata merah karena marah.
“Desa kumuh ini beruntung memilikinya,” gumam pria itu saat dia pergi.
Naruto ingin berteriak karena marah tapi menurut pengetahuan yang dia pelajari itu akan berdampak buruk bagi penduduk desa. Naruto memasang wajah tidak senang saat mendapat nasehat untuk tidak gegabah, sesuatu yang hampir terjadi tapi masih terselamatkan karena Eric mencegahnya tepat pada waktunya. Roy sakit kepala setiap kali warga banyak mengeluhkan ulah pemungut pajak itu. Eric membentak orang yang terlalu memojokkan Roy yang jelas-jelas tidak melakukan kesalahan. Naruto khawatir dengan perilaku Alicia yang tidak biasa, gadis itu sangat ketakutan.
"Sepertinya dia ketakutan karena babi itu terus memandanginya."
"..." Naruto menatap Alicia.
Meski masih kecil, Naruto adalah orang yang paling mudah diajak bicara oleh Eric. Naruto berpikir bahwa dunia ini sangat buruk dalam hal aturan, mereka terlalu sewenang-wenang terhadap orang biasa. Eric mengatakan bahwa ada banyak hal yang lebih buruk, seperti gadis-gadis yang diambil tidak semuanya adalah pelayan, lebih banyak budak untuk berbagai hal, kata Eric kepada Naruto yang paling mudah dipahami. "Camila hanya memberimu informasi yang tepat, masih ada sesuatu yang sangat buruk jika aku harus menyebutkannya."
"Apakah benar-benar tidak ada cara untuk mengubah hukum aneh dunia ini." Naruto merasa harus mengambil tindakan.
"Hukum yang ada di dunia ini tidak dapat diubah, ada banyak orang yang sangat mirip denganmu tetapi setelah beberapa saat mereka menyadarinya sendiri karena itu adalah hal yang terlalu indah untuk diwujudkan."
Tiga bulan berlalu dengan penuh rasa rindu, Naruto yang tidak tahu jalan pulang lebih fokus belajar. Eric menyarankan sesuatu yang bisa membantu Naruto di masa depan, jika dia ingin bisa bertemu dengan orang yang mencari jalan itu, Naruto harus menjadi orang yang sangat terkenal. Guild Petualang tempat Naruto akan bertemu Camila.
"Kamu belum pernah melawan monster secara langsung tapi aku yakin kamu bisa mengatasinya," kata Eric.
"Kenapa harus menunggu sebulan lagi?" tanya Naruto pada Eric.
"Tentang itu, kamu harus lebih menyadarinya."
"Um?"
"Anak ini menyebalkan, kamu menghabiskan sebulan dengan Alicia, dia ... seringlah bermain dengannya selama sebulan."
"Emm, jadi aku mendapatkan libur selama sebulan?"
"Sungguh, aku turut kasihan dengan Alicia," gumam Eric.
Naruto mengambil waktu untuk Alicia, permintaan Eric sangat memaksa, Naruto menurut. Dikhawatirkan orang lain akan menjadi pengalaman baru bagi Naruto, dia sangat senang mendapatkan perasaan hangat seperti ini. Alicia dengan kebiasaan cerewetnya hanya disambut senyum lebar. "Apakah kamu akan kembali ke desa lagi?" Alicia hanya menunduk sambil duduk di ayunan yang dibuat Naruto seminggu yang lalu. Naruto bersandar di pohon membelai dagunya, dia akan kembali ke desa sebulan sekali. Alicia sebenarnya ingin bergabung tapi dia takut menjadi beban Naruto, Alicia tidak memiliki kemampuan apa pun untuk membela diri dan bertarung.
"Jangan sedih, sebulan cepat, kamu saja."
"Kurasa ini akan memakan waktu terlalu lama..."
"Um, begitu, jika semuanya sudah selesai, aku akan memberimu hadiah, apa kamu menginginkan hadiah?"
"Aku tidak ingin apa-apa."
"... Terima kasih untuk segalanya, Alicia, kamu banyak membantuku... Paman Roy juga sangat baik membiarkan aku tinggal di rumah kalian."
"Naruto..."
"Ya?"
"Apakah kamu benar-benar akan kembali ke dunia asalmu jika kamu menemukan caranya?"
"Tentu saja, tolong doakan aku, oke?"
"Um, aku akan berdoa untuk kamu."
"... Ada sesuatu yang harus kulakukan, aku harus cepat kembali, aku terlalu bodoh untuk menyerah dengan mudah sebelum."
"Pasti sangat sepi di desa ketika kamu pergi nanti ..."
"... Mungkin aku akan merindukan kalian semua jika aku bisa pulang nanti."
Sebulan dengan Alicia hampir berlalu, pada akhirnya mereka akan berpisah dalam dua hari lagi. Naruto dan Alicia menerima pendidikan dari Eric, sebenarnya lebih berlaku untuk Naruto, karena keinginan Alicia, dia mengikuti pelajaran untuk tinggal di ibukota Kekaisaran. Ada banyak orang berbahaya, daerah pemukiman kumuh, ada berbagai macam orang licik yang bahkan dengan kejam menipu dan mencuri uang orang-orang yang tinggal di ibukota. Naruto hanya mengingat sesuatu yang penting selebihnya dia benar-benar lupa, Eric sudah kehabisan cara untuk membuat Naruto lebih pintar dari sebelumnya. Alicia mengangkat tangannya.
"Tuan Eric, saya ingin belajar bisa bertarung!"
"Kamu serius Alicia?"
"Ya!"
Naruto tersenyum. "Semangat Alicia!"
"Bah, kenapa kamu beri dia semangat... Alicia, kamu tidak cocok untuk semua itu, kamu hanya penduduk desa biasa," kata Eric dengan tegas.
"Aku yakin Alicia akan kuat, Master Eric."
"Hah, kamu tidak mengerti, jika seseorang dengan status penduduk desa tidak mungkin bisa, Alicia adalah non-tempur."
"Selama kamu mencoba dengan tekad yang kuat, Alicia pasti bisa!"
"Betulkah!" Alicia menanggapi Naruto.
"Tentu saja betul! Aku tidak pernah berbohong."
"Sudahlah, aku akan melihat perkembangan Alicia, aku akan mengajarimu banyak hal ketika kamu meninggalkan desa," kata Eric kepada Naruto.
Naruto merasa sangat gugup karena dia akan pergi ke tempat yang sangat asing, dia pergi bersama Eric yang hanya menemani Naruto ke ibukota. Ada ketukan di pintu, Alicia mengumumkan bahwa sudah waktunya makan malam. Roy dan Naruto sesekali sering mengobrol saat di meja makan. Alicia yang terlihat tidak bersemangat membuat Roy khawatir, putrinya sangat tidak ingin Naruto pergi, Roy bisa melihat semua itu tanpa Alicia mengatakan yang sebenarnya.
"Besok pagi kamu berangkat ya... aku rasa ini terlalu dini untuk kamu pergi," kata Roy.
“Paman jangan khawatir, aku akan sering pergi ke desa, sebulan sekali aku akan kembali ke desa ini.”
"Aku berharap kamu akan baik-baik saja dan sering berkunjung di masa depan."
Keesokan paginya Naruto bersiap untuk pergi, banyak orang melihatnya pergi bersama Eric. Warga khawatir karena Eric akan pergi, Eric meyakinkan bahwa dia hanya akan menemani Naruto, dan kembali ke desa. Kuda dan gerobak kecil sudah siap, Alicia segera berlari ke arah Eric dan meminta ikut, dia juga ingin menemaninya ke ibukota. Eric garuk-garuk kepala saat melihat Roy hanya tersenyum dengan keputusan Alicia.
"Kau yakin ingin ikut dengan kami?" tanya Naruto pada Alicia.
"Ya, aku juga ingin menemanimu."
"Benar-benar anak muda saat ini sangat blak-blakan."
"Tuan Eric, Alicia penuh semangat, kita harus mengajaknya."
"Huh, yang ini benar-benar tidak mengerti kenapa Alicia mau ikut."
Perjalanan santai dengan banyak perhentian, Eric melakukannya untuk Alicia agar dia bisa bersama Naruto lebih lama. Alicia benar-benar terjebak dalam cinta monyet, sedangkan Naruto tidak memiliki perasaan yang sama, jelas bocah berambut pirang itu masih belum mengerti perasaan seorang gadis muda. Eric merasa kasihan untuk kesekian kalinya, Naruto terang-terangan mengatakan bahwa ia memiliki seseorang yang disukainya namun tidak mendapatkan balasan yang diinginkannya.
"Kukira kau tidak menyukai perempuan."
"Hah, tentu saja aku menyukainya!"
"Hahaha, syukurlah kau masih normal," kata Eric sambil menepuk punggung Naruto.
"Apakah dia gadis yang baik?" tanya Alicia pada Naruto.
"Emmh, dia baik dan galak tapi aku menyukainya."
"Astaga, dia suka gadis galak, ada yang butuh waktu lama sekali."
"Maksud Anda?" tanya Naruto pada Eric. "Aku hanya bicara," jawab Eric.
"Hah?" Naruto tidak paham.
Eric meminta Alicia menyerah untuk mengabadikan semuanya menjadi kenangan indah, untuk kedepannya juga terlihat Naruto akan menemukan jalan pulang dengan susah payah. Alicia akan terus berusaha, dia tidak akan pernah menyerah sampai akhirnya jelas. Seorang gadis berusia 12 tahun yang terlalu memikirkan cinta sehingga mengganggu pemikiran normal Eric. Naruto tidak mendengar percakapan itu saat dia berjalan ke belakang.
Eric pura-pura ngantuk banget dan tidur, kedua anak yang masih bau kencur itu duduk berdua memandangi api unggun yang menyala. Eric memfokuskan pendengarannya dia sangat penasaran seberapa besar tekad Alicia yang sebenarnya akan sia-sia. Eric mengubah arahnya saat tidur, dia mengintip dengan satu mata sedikit terbuka. Mereka berdua berbicara begitu akrab, jarak diantara mereka duduk sangat dekat, Eric mengutuk kebodohan Naruto dengan ekspresi yang sangat normal, Eric menduga bahwa Naruto benar-benar tidak tertarik pada Alicia. Wajah yang berubah sedih ketika Naruto tidak melihatnya, dan kembali ceria dalam sekejap. Eric jadi paham bahwa perkembangan usia wanita sejak usia 12 tahun itu wanita memiliki sifat yang dewasa, Eric hanya menggumam, 'menarik', dia pun kembali tidur dan membiarkan semuanya berlalu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!