NovelToon NovelToon

Terpaksa Menjadi Wanita Simpanan

Pencobaan Pembunuhan

Suasana sangat mencekam, ketika malam sudah tiba. Di satu sisi, wanita cantik berambut hitam pekat dengan panjang sebahu itu, merasa sangat cemas dan takut.

Namun di sisi lain, ia merasa akan aman ketika ia berhasil bertemu dengan lelaki pujaan hatinya.

Kegelisahan semakin terasa di hatinya. Ia terus-menerus melirik ke arah jam yang berada di tangan kirinya, karena ia sudah menunggu di tempat itu dengan waktu yang cukup lama.

Tak terasa, sudah 2 jam berlalu. Namun, lelaki yang ia tunggu itu tak kunjung datang. Ia merasa ada sesuatu yang salah, karena selama menjalani kehidupan bersamanya, ia sama sekali tidak pernah dibuat menunggu selama ini oleh lelaki itu.

Alea, wanita cantik berambut hitam pekat itu terus menggosok bahunya karena merasa sangat khawatir dan gelisah dengan keadaan.

“Mas Arga mana, ya? Gak biasanya dia minta bertemu, tapi membuat aku menunggu selama ini,” gumam Alea, sembari terus melirik ke arah jam tangannya.

Alea mengedarkan pandangannya ke arah hadapannya, berharap sosok Arga datang dengan segera ke hadapannya.

Malam ini cukup dingin, dengan suara petir yang sedari tadi terus menggelegar pertanda hendak turun hujan. Namun, Alea masih saja setia menunggu kedatangan Arga di sana.

SRAK!

Hujan pun benar-benar turun, Alea mendadak bingung dengan keadaan yang ada. Ia berusaha melihat ke sekelilingnya walau dalam remang, dan segera berlari kecil untuk berteduh di halte yang ada di sekitarnya.

Hujan turun dengan derasnya, membuat suhu tubuh Alea mendadak menyesuaikan dengan suhu cuaca kali ini. Ia merasa sedikit menggigil, karena ia lumayan terkena banyak air hujan ketika hendak berteduh tadi.

Ia memandang menembus butiran air hujan yang terus turun, ke arah lampu jalan yang tidak terlalu terang menyinari jalan di sekelilingnya.

“Apa Mas Arga akan benar-benar datang? Kenapa lama sekali?” gumam Alea lagi, yang benar-benar tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Kesabarannya seakan habis, tetapi ia terpaksa berharap pada sebuah harapan yang kosong, karena ia menerima pesan singkat dari Arga yang memintanya untuk tetap menunggu di tempat biasa mereka bertemu.

Dari kejauhan, terlihat beberapa orang yang menembus hujan dengan sangat berani. Di belakang mereka pun terdapat sebuah mobil, yang ternyata juga adalah komplotan dari mereka. Mereka datang ke hadapan Alea, membuat Alea memandanginya bahkan saat mereka masih jauh di hadapannya.

Suasana semakin rancu, ketika Alea melihat mereka yang terus menatapnya dengan tatapan yang sama sekali tidak bisa diartikan olehnya. Ia menutupi area dadanya dengan tas yang ia pegang, sembari menatap sinis ke arah mereka.

“Siapa kalian?!” tanya Alea dengan sinis, tetapi para lelaki berperawakan kekar dan bertato ini tak menjawab pertanyaannya itu.

Mereka hanya tersenyum, sembari memandang ke arah Alea dengan senyuman yang menyungging. Tatapan mereka sangat aneh, membuat Alea semakin takut dengan keadaan.

Alea memandang ke arah sekitarnya. Di sana, sama sekali tidak terlihat ada orang yang berkeliaran di jalan itu. Suasana jalanan sangat sepi, ditambah dengan hujan yang terus mengguyur, membuat tidak ada satu pun orang yang melewati tempatnya itu.

Mereka mengeluarkan selembar foto, kemudian memandang ke arah Alea. Mereka menemukan kesamaan yang persis antara foto dengan wanita yang kini berhadapan dengan mereka. Setelah memastikan kebenarannya, salah seorang dari mereka segera menyimpan foto itu kembali di sakunya.

“Kau yang bernama Alea?” tanyanya, Alea tersentak kaget mendengarnya.

Pencobaan Pembunuhan 2

Dengan spontan, Alea menggelengkan kepala dengan cepat sembari menatap takut ke arah mereka. Walaupun mereka melihat Alea menggelengkan kepalanya, tetapi mereka sama sekali tidak percaya dengan respon yang diberikan Alea itu.

“Kalian mungkin salah orang!” bentak Alea, membuat mereka kembali menyunggingkan senyumannya.

Salah seorang dari mereka menoleh ke sebelahnya, “Bawa dia!” ujarnya memberi perintah, membuat mereka mengangguk kecil.

Mendengarnya mengatakan itu, Alea merasa sangat ketakutan dan segera melarikan diri. Sayang sekali, langkah Alea harus terhenti karena mereka yang lantas menahan tubuh Alea sampai ia tak bisa melarikan diri dari mereka.

“Lepasin! Tolong!!” teriak Alea, yang tak dihiraukan oleh mereka.

“Bawa dia!” bentak salah seorang dari mereka.

Mereka membawa Alea, meski dalam derasnya hujan. Mereka sama sekali tidak menghiraukan hujan, dan segera membawanya menggunakan mobil yang terparkir rapi beberapa meter di hadapan mereka.

BRAK!

Alea terhempas ke dalam mobil dengan keras, karena mereka yang dengan kasar mendorong tubuh Alea untuk masuk ke dalamnya. Alea hanya bisa mengerang, dan menangis karena merasa sakit akibat benturan yang terjadi karenanya.

“Tolong! Jangan bawa saya!!” teriak Alea, tetapi mereka tak memedulikannya dan malah berada pada posisi masing-masing untuk membawa Alea pergi dari sana.

“Cepat! Sebelum ada orang yang melihat!” teriak salah seorang dari mereka, yang langsung bergegas meninggalkan halte itu.

Belum sempat meninggalkan halte, ternyata aksi para penjahat itu terlihat oleh seorang lelaki yang sangat mengenal Alea. Ia datang dengan menggunakan mobil, dan memandang sinis ke arah mereka.

“Lho, Alea mau di bawa ke mana?!” pekiknya yang memang tidak bisa terdengar oleh mereka.

Melihat Alea dibawa mereka pergi, lelaki itu pun merasa tidak bisa menerimanya.

“Aku harus kejar!!” pekiknya, yang dengan cepat menginjak pedal gasnya.

Mereka membawa Alea ke suatu tempat. Karena suasana jalanan yang basah, lelaki itu tidak bisa mengejar dan menyalip mobil yang membawa Alea. Ia hanya bisa mengikutinya dengan perlahan dari arah belakangnya.

Beberapa saat berlalu, mereka pun menghentikan mobilnya tepat di pinggir jembatan. Orang-orang yang bersama dengan mereka yang menggunakan motor, sampai bersama dengan mereka.

“Ayo kita lancarkan aksi kita!!” ujarnya, membuat para bawahannya mengangguk patuh mendengarnya.

Alea mendelik kaget mendengarnya, “Apa yang mau kalian lakukan?!” teriak Alea yang masih berusaha untuk melepaskan tangannya dari ikatan tali yang mengikatnya.

“Ah, diam kau!” bentaknya, membuat Alea semakin takut dengan apa yang mereka lakukan selanjutnya kepadanya.

Salah seorang dari mereka memandang Alea dengan tatapan yang aneh. Ia menaikkan sebelah alisnya, dan menyunggingkan senyumannya sembari menggosokkan tangannya ke dagu. Ia memikirkan sesuatu, yang membuat Alea sampai mendelik ketakutan mendengarnya.

“Apa tidak sayang, wanita secantik ini jika harus langsung dimusnahkan?” tanya orang itu, sontak membuat Alea mendelik kaget mendengarnya.

‘Jadi, aku mau dibunuh?!’ batin Alea yang merasa sudah sangat takut karenanya.

“Lantas, mau kau apakan wanita tak berguna ini, yang sudah merebut suami orang lain?!” tanya temannya yang kebingungan dengan apa yang lelaki itu pikirkan.

“Mudah saja. Dia ‘kan, sudah memberikan semua yang dia punya kepada seorang lelaki, termasuk kehormatannya barang kali. Kenapa kita tidak mencicipinya sedikit? Seharusnya tidak masalah untuk seukuran ****** seperti dirinya!” ujar lelaki hidung belang ini, sontak membuat Alea mendelik tak keruan mendengarnya.

Membuatnya Menyerahkan Diri

“Jangan macam-macam kalian?!” bentak Alea, yang tidak bisa berkata apa pun lagi selain mengancam mereka.

Mereka tentu saja tidak memedulikan apa pun yang Alea

katakan. Yang mereka tahu, adalah menjalankan tugas mereka, untuk mengakhiri

hidup Alea.

“Jangan munafik kau, pelacur! Kau sudah memberikan semua yang kau miliki pada lelaki yang sudah beristri. Apa salahnya jika kami juga ikut merasakannya?” ujarnya, sontak membuat Alea geram karenanya.

Ingin sekali ia menampar mulut lancang lelaki busuk itu, tetapi apalah daya ... tangannya terikat dengan kuat oleh tali yang sudah mereka ikatkan pada tangannya.

“Kau terlalu banyak bicara, kapan kita mulai?” tegur teman sebelahnya, yang ternyata sudah menunggu saat-saat ini sejak tadi.

Tangannya meraba ke area dada Alea, sontak membuat mata Alea mendelik kaget karena mendapatkan perlakuan seperti itu darinya. Sekujur tubuh Alea seakan merinding, akibat sentuhan yang diberikan oleh lelaki hidung belang itu.

“Tidak! Tolong!!” teriak Alea, yang benar-benar tidak bisa menerima semua yang mereka lakukan padanya.

Walaupun Alea sudah memberikan semua yang ia miliki, tetapi ia sama sekali tidak bisa memberikannya kepada sembarangan orang. Ia hanya memberikannya kepada satu lelaki, yaitu Arga.

Tak hanya orang itu, para temannya juga berusaha untuk meraba tubuh Alea yang menggoda. Mereka mencoba mempermainkan Alea, dengan Alea yang terus-menerus menjerit dengan derai air mata yang terus mengalir pada pelupuk mataya. Walaupun Alea terus berteriak, bahkan sampai memohon untuk dilepaskan, mereka sama sekali tidak mendengarkannya.

Mereka berhasil membuka satu per satu kancing kemeja Alea, membuat dua gundukan kenyal terlihat dengan jelasnya di hadapan mereka. Hawa nafsu seakan muncul, akibat besarnya ukuran gundukan yang Alea miliki.

“Pemandangan yang sangat menggoda,” gumam salah seorang di antara mereka yang sudah sangat menantikan hal ini.

Tangan mereka terus menggerayangi tubuh Alea, tetapi Alea sama sekali tidak menginginkan hal itu. Ia terus menangis, sembari berusaha untuk mengelak dari tangan laknat mereka yang terus membuat Alea terangsang.

“Sepertinya akan sulit untuk mencoba wanita ini.”

“Kenapa tidak membiarkan ia menyerahkan dirinya sendiri saja?” usul temannya, membuat ketua genk itu memandang bingung ke arahnya.

“Apa yang kau maksud?” tanyanya.

“Beri dia obat perangsang!!” jawabnya, sontak membuat Alea merasa sangat kaget mendengarnya.

“Tidak!! Lebih baik, kalian bunuh aku sekarang! Jangan sampai tangan kotor kalian menyentuhku!” teriak Alea yang sudah tidak sanggup lagi untuk menerimanya.

Alea lebih memilih untuk mati, dibandingkan menyerahkan harga diri terakhirnya kepada mereka. Ia sama sekali tidak sudi, karena ia tidak bisa melakukan hal itu dengan sembarangan orang. Bahkan di hidupnya, hanya Arga saja yang pernah mencicipi tubuhnya.

“Ide yang bagus! Cepat ambil!”

Seorang yang memberikan usul itu lekas mengambil obat yang ia usulkan. Kemudian, ia memberikannya kepada sang ketua.

Orang itu menyunggingkan senyumannya di hadapan Alea, sontak membuat Alea semakin merinding melihatnya.

“Jangan lakukan itu!” teriak Alea, orang itu segera mencekoki Alea obat tersebut secara paksa.

Ia sama sekali tidak memedulikan Alea, dan segera memberikan obat itu pada Alea. Alea sebisa mungkin tidak ingin menelannya, bahkan ia ingin memuntahkannya. Namun, preman itu sama sekali tidak melepaskan tangannya dari mulutnya, dan terus menggoyangkan pipi Alea sehingga sedikit banyaknya obat itu tertelan oleh Alea.

UHUK!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!