Saint pov
(cerita memakai bahasa Thailand. jadi jangan bingung ya, karena ada artinya di sana)
...Kenyataan pahit yang aku alami benar-benar berdampak besar untuk diriku dan anak-anak. Bagaimana tidak? Suamiku kini tengah memandu kasih dengan wanita yang bukan istrinya di rumah ini, sementara aku istri sahnya di acuhkan, bahkan dia dengan nyamannya menyatukan kami dalam satu rumah selama seminggu ini padahal kami sudah memiliki sepasang anak laki-laki dan perempuan....
...Pernikahan selama 15 tahun yang aku jalani dengan Phi Ae di karuniai dan dipercayakan dua malaikat tanpa dosa dari rahimku, semua berawal sangat indah di masa-masanya. Akan tetapi ternyata kebahagiaan tidak berlangsung lama setelah adanya orang ketiga yang masuk ke dalam biduk rumah tangga kami....
...Aku menolak dengan tegas, bahkan menuntut cerai. Tapi sayang ternyata Phi Ae memiliki titik lemah ku, yaitu anak. Dia menggunakan anak untuk menundukkan diriku, dia mengancam ku dengan apa yang dia miliki karena aku memang hanya bergantung hidup darinya selama ini dan tidak memiliki keluarga dan sanak saudara lagi, setelah memutus menikah dengannya tanpa adanya restu dari orang tua, itu sebabnya dia begitu mudah mengendalikan aku meski aku sangat keberatan dan sakit hati dengan semua ini....
...Tapi apa boleh buat, tidak ada jalan untukku lari, selain hanya mampu menghadapi semuanya dengan lapang dada meski sakit hati ini tidak bisa aku gambarkan dengan kata-kata, karena keadaan ini sangat menekanku....
...Ingin ku pergi, tapi aku tidak ingin terpisah dengan anak-anak, karena hanya mereka harta ku kini, tidak ada yang lain....
...Dalam situasi seperti ini akhirnya aku memilih bertahan dengan kegilaan yang dilakukan oleh suamiku sendiri. Ingin menolak percuma, tidak akan ada yang mendukung dari pihak Phi(kakak) Ae karena Phi(kakak) Ae juga tidak memiliki keluarga sama sepertiku....
...Yah, mungkin inilah yang di namakan takdir, takdir untukku jalani, Tuhan tidak akan memberikan ujian melebih batas kemampuan umatNya....
..."Phi(kakak) , bisakah kita bicara sebentar?" Aku mencoba membujuk Phi (kakak) Ae agar mau mendengarkan aku, meski aku tidak yakin dengan itu, karena dia selalu mendengarkan apa yang dikatakan oleh selingkuhannya....
..."Bicara apa lagi, hah?" Suara Phi Ae meninggi, padahal aku belum menyampaikan niatku....
..."Phi, bisakah Phi memikirkan semua ini. Bagaimana tanggapan para tetangga jika tahu di rumah ini terdapat wanita lain yang bukan istrimu Phi, meskipun kita kalian tidak menunjukkan secara langsung tapi tetap saja itu tidak baik apalagi di lihat oleh anak-anak kita. " Aku mencoba mengingatkan dan membujuknya dengan suara rendah ku, agar dia memikirkan dampaknya bagi anak kami....
..."Cukup, itu bukan urusanmu! Lebih baik kau diam saja dan jangan pedulikan apa kata orang, Saint! "bentuknya. Aku tertunduk sesaat, karena lagi-lagi mendapatkan ucapan kasar, meskipun aku sudah terbiasa dengan kata-kata seperti ini, tapi tetap saja terasa sakit menusuk ulu hati ini....
..."Sudahlah, jangan di pikirkan! "ulangnya dengan mudah, bahkan dia tidak memikirkan seperti apa perasaanku kini....
..."Tapi Phi (kak), apa Phi memikirkan seperti apa perasaan ku?" Aku hanya ingin hak milikku kembali dan dia berhenti menyakitiku, meski aku sadar semuanya tidak akan kembali seperti semula....
..."Apa maksudmu, hah! Memikirkan seperti apa? Bukankah aku selalu memikirkan perasaanmu, lalu kau berada di sini artinya apa, hah! Jika bukan karena anak-anak. Aku benar-benar akan menceraikan mu, Saint. Seharusnya kau sadar dan bersyukur. Aku tidak mengusir mu dari sini!!"...
...Kata-kata menyakitkan itu hanya bisa aku seka dengan air mata, karena aku tidak bisa berbuat banyak selain tetap tinggal di sini demi anak-anak dan menuruti keinginan Phi Ae. Meski sesungguhnya aku tidak lagi diinginkan olehnya dan hati ini sudah terlalu tersakiti, karena orang yang aku percaya, orang yang seharusnya menjaga dan mencintaiku, orang yang seharusnya menjadi tempat ku bersandar untuk tempat menceritakan keluh kesah kini sudah mendua setelah dia menemukan cinta yang baru dari seorang wanita yang kini menyandang status sebagai calon istri mudanya....
...Hati istri mana yang tidak sakit dengan semua itu, begitupun dengan ku, tapi tetap sesesak apapun hati ini aku hanya bisa diam dan menerima keadaan ini karena demi bisa bersama anak-anak ku....
"Momaa… momaa…." Teriakan cempreng dari luar kamar menyadarkan aku dari lamunan saat mengingat flashback selama beberapa bulan terakhir hubungan kami merenggang saat aku kembali mengingat kejadian demi kejadian yang aku jalani selama ini hingga bulan berganti, air mata yang sempat membasahi pipiku saat ingatkan mengingat semuanya dengan cepat ku usap sampai kering tidak tersisa agar malaikat kecilku tidak melihat kehancuran hati ibunya.
"Oooiih… Nana sayang. Ada apa, hembb…." Aku mencoba bersikap jika keadaan tetap baik-baik saja di hadapannya dengan memamerkan senyum termanis yang selalu ku ukir agar kesedihan terselubung dalam senyuman ini tidak terlihat oleh mereka.
"Momma, besok malam tahun baru. Apa kita akan liburan seperti tahun lalu, Nana ingin kita semua liburan ke pantai. "
Aku menghela nafas dalam, meski permintaan Nana terdengar sangatlah sederhana, tapi untuk mewujudkan semuanya sangatlah sulit setelah keluargaku retak karena adanya orang ketiga yang masuk kedalamnya.
"Liburan. "
Nana mengangguk antusias sambil menggenggam tanganku erat setelah kami sama-sama duduk berdampingan di bibir tempat tidur.
"Benar, Nana ingin kita liburan bersama, Poppa. " Girang Nana menjelaskan keinginannya.
"Heh... Jangan banyak bermimpi, nong(adik). Karena itu tidak akan pernah terjadi selama wanita itu bersama Popa. "
Tatapan kami sama-sama tertuju ke arah pintu di mana anak laki-laki berusia 14 tahun tengah berjalan menuju ke arah kami.
Dialah jagoan yang selalu membuatku kuat menghadapi semua ini.
"Kenapa berkata seperti itu Phi(kakak) Perth, Nana hanya ingin menghabiskan waktu bersama sama selama pergantian tahun besok malam,"rengek Nana kecewa setelah mendengar ucapan sang kakak.
"Tapi itu benarkan."
Gadis kecil berusia 12 tahun itu tertunduk sendu setelah mendengar balasan Perth anak sulungku.
"Heyy… Jangan seperti ini, na(ya). Nanti moma coba membicarakan tentang ini pada popa, ok." Aku mencoba membujuk Nana agar tidak bersedih, meski aku tidak yakin jika rencana ini akan berhasil mengingat seperti apa suamiku selama ini setelah mendua.
"Percuma Moma. Semua tidak akan berhasil, "tukas Perth cepat setelah mendengar rencanaku.
"Tidak ada salahnya jika kita mencoba, na(ya)."
Aku mencoba meyakinkan anak sulung ku tentang rencana Nana, meski aku tahu Phi Ae tidak mungkin akan mendukung semua ini.
"Terserah Moma, Moma pasti tahu seperti sikap Popa kan. "
Aku terdiam setelah mendengar balasan Perth karena anak sulung ku itu sudah mengetahui banyak perihal retaknya hubungan kami selama ini.
"Setidaknya kita mencoba, na(ya). "Singkatku sambil mengusap pucuk kepala Nana dengan sayang, agar gadis kecilku tidak bersedih setelah mendengar balasan Perth, Phinya.
Seperti biasa di meja makan tidak ada percakapan ataupun perbincangan hangat seperti beberapa bulan yang lalu sebelum Phi Ae tergoda pada sekertarisnya yang kini tinggal satu rumah dengan kami, bahkan tanpa beban ataupun memikirkan perasaan ku mereka sudah tidur satu ranjang setelah semua penghianatan itu terbongkar.
"Popa...popa... Besok malam kan pengantin tahun. Apa kita akan liburan di pantai seperti tahun lalu?"tanya Nana dengan antusias hingga situasi tenang di sana semakin senyap saat mata Phi Ae menatap anak bungsu kami.
"Liburan?"
Dengan girang Nana mengangguk saat Ae menirukan ucapannya.
"Ehem... Kita semua Popa. Nana, phi Perth, Popa dan Moma. " Jelas Nana dengan begitu senang, sangat tergambar jika dia sudah membayangkan liburan menyenangkan seperti tahun lalu.
Akan tetapi aku hanya mampu terdiam saat mata Ae begitu tajam menghunusku ketika pandangan kami bertemu.
Brakk!
"Aku tidak setuju dan itu tidak akan terjadi. Nana cantik, bukan kah mommy sudah menjelaskannya sejak jauh jauh hari jika Daddy tidak akan pergi bersama dengan kalian karena Daddy akan pergi bersama mommy. " Tidak terima Chommpo wanita yang sudah merebut hati suamiku setelah menggebrak meja hingga Nana turun dari kursinya lalu menyentakan kakinya ke lantai dengan kesal. Aku tahu ia pasti sangat kecewa dengan keputusan mereka.
"Chommpo." Ae mencoba menengahi saat Nana menatap calon istri barunya dengan tajam. Karena wanita itu begitu tidak tahu malu dan tidak memiliki hati menghancurkan keinginan gadis kecilku.
"NANA TIDAK MAU TAHU! POPA HARUS BERLIBUR BERSAMA NANA, PHI PERTH DAN MOMA." Tidak mau kalah Nana berteriak, aku menggeleng dan dengan sigap menghampiri dan memeluknya agar gadis kecilku ini tidak lagi meloloskan kata-kata tidak sopan pada Phi Ae, sebesar apapun kesalahan Phi Ae, Phi Ae tetaplah ayahnya yang harus tetap ia hormati.
"Tapi itu tidak akan terjadi, karena kami akan ke Pattaya besok," balas Chommpo hingga Nana meraung dalam tangis.
Aku hanya bisa menghela nafas melihat keadaan ini.
"Sudah Phi katakan semua ini percuma. Karena kita kini tidak lagi di anggap penting. "Santai Perth anak sulungku, aku yang mendengar semakin takut dan khawatir karena semua ini pasti akan memancing kemarahan Phi Ae.
" PERTH!"bentak Phi Ae keras saat anak sulung kami berani melawan dengan sedikit sindiran.
" Bukankah itu benar, Popa tidak pernah mementingkan kami karena Popa selalu mementingkan wanita itu." Tunjuk Perth pada Chommpo calon istri baru suamiku.
Phi Ae mengepalkan tangannya kesal karena balasan Perth begitu menyudutkannya padahal semua itu benar.
" Sudah cukup, na(ya). Perth sekarang bawa Nong Nana ke kamar nak." Aku mencoba membujuk mereka hingga akhirnya aku bisa bernafas lega setelah mereka kembali ke kamar.
Aku melihat Phi Ae semakin tajam menatapku karena kami tidak hanya berdua di sana, ada Chommpo calon istri barunya dengan bangga sudah membuat kekacauan seperti yang selalu ia lakukan agar keluarga kami retak dan membuat anak-anak ku kecewa.
" KAU LIHAT! ITU HASIL Didikan Mu, SAINT! KAU MEMANG TIDAK BECUS MENGURUS DAN MENDIDIK ANAK-ANAK HINGGA PERTH BEGITU BERANI PADAKU!"Marah Phi Ae hingga senyum mencibir terukir manis di ujung bibir Chommpo saat mendengar Phi Ae memarahiku.
"Tapi phi, apa tidak seharusnya Phi Ae sehari saja menuruti keinginan Nana." Aku memberanikan diri meloloskan suara meski aku tidak yakin jika permintaan ini akan di terima.
"Tidak Saint, sudah ku katakan. Aku dan calon suamiku akan ke Pattaya. " Tidak terima Chommpo saat mendengar permintaanku pada Ae perihal keinginan Nana anak bungsu kami.
"Aku mohon Phi Ae, hanya sehari,"ulangku saat Ae menatapku begitu tajam.
"Bukankah semuanya sudah jelas. Kami akan berlibur ke Pattaya. Karena kami tengah berbahagia,"ucap Chommpo lagi hingga aku tidak mendapatkan jawaban dari Phi Ae.
"Maksudmu? "Aku menatap wanita yang sudah merebut kebahagiaan dan keutuhan rumah tanggaku itu dengan penasaran.
Chommpo dengan lembut mengusap permukaan dress tidurnya hingga di sana aku mengerti apa yang ia maksud.
"Daii(baiklah), kau bawa mereka berlibur ke Lipa Noi aku akan urus semuanya, dan besok kau harus membawa mereka liburan. "
Aku menggeleng serkas setelah Phi Ae memberikan jalan keluar dari masalah kami karena ini bukan rencana yang Nana inginkan.
"Apa lagi! Anak-anak bisa pergi berlibur bersamamu! "Putus Ae saat Chommpo dengan manja bergelayut di lengannya hingga hati ini yang sudah ribuan kali tersakiti semakin terluka melihatnya.
" Tapi Phi Ae. "Aku mencoba menahan tapi hanya sebatas kata singkat semuanya hilang bersama dengan tatapan tajam Phi Ae.
" Tapi ingat, jaga anak-anak ku dengan baik. Jika mereka tergores sedikit saja, kau akan mendapatkan ganjarannya. "Ancam Phi Ae padaku lalu menuntun Chommpo menuju ke lantai dua, di mana kamar yang dulu menjadi saksi cinta penuh kasih dengan kebahagiaan kami berada karena kini sudah berganti dengan torehan luka yang selalu aku dapatkan saat mendengar suara ******* wanita itu bersama suamiku hingga air mata ini lagi-lagi dan tidak henti hentinya meleleh untuk kesekian kali saat hati ini kembali patah dan terluka.
"Tuhan, Nyonya." Aku menoleh ke arah bibi Pasiri, wanita paruh baya yang sangat aku percaya lalu aku mencoba tersenyum meski senyum ini sebuah keterpaksaan yang aku lakukan karena air mata tidak mampu berbohong hingga kini membasahi pipiku.
"Bibi,"lirihku parau saat bibi Pasiri menghampiriku.
"Kenapa Nyonya hanya diam."
Aku tertunduk dalam tangis saat mendengar pertanyaan maid pribadi yang sudah bekerja padaku selama belasan tahun aku mengarungi biduk rumah tangga bersama bersama Phi Ae, dan Bibi Pasiri mengetahui semua masalah yang sudah terjadi pada keluarga ini.
"Bibi Pasiri pasti tahu apa yang membuat ku seperti ini kan."
Wanita paruh baya itu mengangguk lalu membelai pipiku lembut hingga sedikit air mata ini terkikis.
" Karena cinta Nyonya padanya. Itu sebabnya Nyonya selalu seperti ini. Mempertahankan yang tidak seharusnya di pertahankan. "
Aku hanya bisa menggeleng dalam tangis tanpa isakan hingga tubuh kecil kurus kurus ku gemetar akibat beban pikiran dan mental yang lemah.
"Nyonya, tapi cinta tidak seperti ini,"ucap bibi Pasiri mencoba mengingatkan aku.
" Karena cinta aku selalu lemah padanya, bibi,"parauku seraya melepaskan tangannya dari pipi ini lalu beranjak kembali ke kamar, karena sesak di dada membuatku ingin menyendiri.
❤❤❤
Seperti kesepakatan, pagi-pagi aku sudah membantu Nana dan Perth bersiap karena kami harus segera berangkat mengingat penerbangan Bangkok ke Surat Thani memiliki jadwal pagi, itu sebabnya kami harus bergegas menyiapkan anak-anak serta menyiapkan keperluan kami selama berlibur.
" Moma apa kita akan pergi bersama Popa?"tanya Nana girang setelah tahu kami akan berlibur ke pantai Lipa Noi karena ini untuk pertama kali kami akan ke sana.
" Tidak sayang. Kita akan berlibur bertiga di sana. "
Senyum Nana seketika hilang setelah mendengar jawaban ku, karena semakin aku jujur semakin pula aku menyakiti hati mereka, bahkan wajah Nana seketika mendung, itu sebabnya lebih baik aku jujur.
" Kenapa Moma? Kenapa Popa tidak berlibur dengan kita,"rengek Nana saat aku merapikan pakaian ke dalam koper.
" Sudah jelas Nong, Daddy tidak akan pergi bersama kita. Bukan kah Phi sudah menjelaskannya kemarin padamu,"tukas Perth yang sudah bersiap lalu bergabung bersama kami di sana.
" Perth, Kau tidak harus berkata seperti itu nak. Itu tidak baik, dan Perth harus berbicara sopan, na(ya)." Sabarku menasehati anak sulungku ini, karena aku tidak ingin ia mendapatkan teguran dari Phi Ae lebih kasar.
" Moma, untuk apa Perth berkata sopan. Apa Popa selama mengenal wanita itu berkata baik pada Moma? Tidak kan, Popa selalu berteriak dan membentak Moma. Lalu untuk apa Perth berkata sopan pada mereka."
Aku menggeleng sambil menghampiri Perth lalu mengusap pucuk kepalanya lembut dengan haru, karena niat anak sulung ku ini baik ingin melindungi ku , tapi aku juga tidak membenarkan sikap Perth saat berkata tidak tahu sopan pada orang yang lebih dewasa darinya apa lagi Phi Ae adalah ayahnya.
" Tapi tidak seperti ini caranya, nak. Moma tahu Perth selalu membela Moma karena sangat menyayangi Moma. Tapi Perth tidak boleh berkata tidak sopan seperti itu, apa lagi pada Popa."
Perth menatapku seolah-olah membaca dan mengorek semua kesedihan yang selama ini aku simpan sendiri.
" Moma, Moma jangan bersedih, ya. Ingat Nana dan Perth selalu bersama moma. Kami tidak akan meninggalkan moma. Jadi jangan bersedih hanya karena keadaan ini."
Aku tersenyum lalu haru sambil memeluk Perth dan Nana setelah gadis kecil ku itu menghampiri kami.
" Nana sangat sayang moma. Moma jangan bersedih, ya."
Aku tidak bisa menggambarkan seperti apa perasaanku kini, dengan susah payah aku menahan air mata yang akan siap tumpah saat mendengar ucapan gadis kecilku.
"Moma tahu sayang, begitu pula dengan moma, moma sangat menyayangi dan mencintai kalian, " ungkapku dari hati yang terdalam.
"Moma jangan bersedih, ya. " Nana mengusap air mataku lembut hingga terkikis tidak tersisa.
"Baiklah, kita harus bersiap, anak-anak. Ayo...," ujarku karena kami harus segera berangkat setelah semuanya siap.
" Popa mana bibi?"tanya Nana sambil mencari cari Phi Ae di ruang tengah.
" Tuan besar sudah berangkat lebih dulu ke bandara bersama nona Chommpo. "
Penjelasan Pasiri sesaat menampakkan wajah murung Nana, aku yang melihat semakin menderita, karena di sini tidak hanya diriku yang menderita tapi juga anak-anak terutama Nana yang masih membutuhkan banyak perhatian dari Phi Ae.
" Sayang, ayo... Sebentar lagi pesawat kita akan berangkat,"bujukku lalu meraih jemari mungil gadis kecil berusia 12 tahun itu lalu menuntunnya menuju mobil di iringi Perth hingga kami meninggalkan rumah.
❤❤❤
Autor pov
" Kyaaaaa.... "girang Nana setelah melihat hotel yang akan mereka tempati karena menghadap langsung ke pantai di mana mereka akan menghabiskan acara tahun baru malam ini.
" Nana suka tempat nya...? "Tanya Saint hingga Nana dengan antusias mengangguk lalu berlari ke balkon karena tidak jauh dari kamar hotel mereka ada kolam renang besar di sana.
" Sangat senang moma... Tempat nya sangat bagus dan nyaman Nana suka. "
Saint tersenyum lega sembari mengusap sayang pipi gadis kecilnya hingga rasa sakit hati yang selalu ia rasakan sedikit berkurang.
" Syukurlah. "Sembari Saint menatap Perth yang tengah memandangi hamparan pantai berpasir putih di seberang sana.
" Hey boy, "panggil Saint hingga Perth menatapnya lalu tersenyum.
" Bagaimanam Apa Perth juga suka tempat ini? "tanya Saint sembari merangkul bahu anak laki-lakinya dengan hangat hingga mereka sama-sama menatap jauh ke depan di mana cakra wala akan tenggelam di sore hari.
" Perth suka jika moma bisa selalu tersenyum seperti ini. "
Sesaat Saint terdiam saat Perth memandanginya.
" Karena kini senyum moma sangatlah berharga. "
Saint tidak menyangka jika Perth begitu memperhatikan perubahannya selama keadaan keluarga mereka semakin runyam, padahal dirinya selalu menyembunyikan tangis dari mereka saat sakit hati yang ia rasakan tidak mampu lagi ia tahan.
" Perth,"terharu Saint karena Perth dan Nana sama-sama memeluknya erat.
" Kami sangat menyayangi moma, "serempak Perth dan Nana hingga Saint semakin mengembangkan senyum manisnya.
"Terimakasih banyak anak-anak moma yang cantik dan tampan, Moma juga sangat menyayangi kalian, "balas Saint seraya membalas memeluk mereka hingga suasana hangat semakin terasa di sana.
"Moma sebelum malam bagaimana jika kita jalan-jalan, " pinta Nana setelah mereka cukup lama terdiam menikmati suasana tenang saat berpelukan karena hari semakin siang bahkan matahari mulai melenceng dari atas kepala menandakan siang akan berganti sore tidak lama lagi.
"Baiklah, kenapa tidak, ayoo...." Saint menarik tangan kedua buah hatinya lalu memesan kendaraan khusus untuk menuju ke tempat wisata di sana.
❤❤❤
Senyum kebahagiaan mereka mekar seakan-akan tidak ada pernah ada kejadian pilu yang selalu terjadi terutama untuk Saint, Perth yang melihat senyum sang ibu begitu bahagia karena sudah cukup lama ia dan adiknya Nana tidak pernah melihat senyum sebahagia itu dari Saint karena yang tertoreh hanya senyum keterpaksaan yang selalu terukir dan yang ibu mereka pamerkan.
"Haahhh... moma hari ini benar-benar menyenangkan, ya. Nana sangat senang," celoteh Nana begitu puas setelah berkeliling dan pergi ke tempat - tempat wisata yang ada di Lipa Noi hingga kini sore menjemput.
"Ingat sayang, kita harus menghemat tenaga karena malam ini adalah malam pergantian tahun, jangan sampai Nana kelelahan, nak, "canda Saint selepas mereka kembali ke kamar hotel setelah puas berjalan jalan mengelilingi tempat wisata itu.
"Jika Nana ketiduran kita tinggal saja moma." Perth turut mencandai Nana hingga gadis kecil itu cemberut.
"Huaaa... jahat, Phi Perth jahat,"rengek Nana dengan pipi menggembung menggemaskan karena selalu di jahili kakaknya.
"Aw... Jika kau tertidur mana mungkin kami membangunkan mu nong. Kau kan tidur seperti kerbau,"ejek Perth lagi.
"Huaaa... Moma, lihat Phi Perth,"omel Nana merengek.
Saint terkekeh saat mendengar omelan Nana karena si cantik itu memang terlihat sangat mengantuk dan kelelahan.
"Ok, ok. kita istirahat dulu ya. Agar tidak mengantuk saat acara pergantian tahun nanti malam. "
Dengan antusias Nana menurut begitu juga dengan Perth hingga dua bocah itu sama-sama terlelap dan menyisakan Saint seorang diri di sana sambil memandangi wajah tidak berdosa kedua anaknya.
"Moma sangat bahagia sayang, sangat sangat bahagia. Meski tahun ini keadaan telah berbeda, setidaknya moma masih memiliki kalian,"gumam Saint seoarang diri sambil memandangi kedua anak-anakanya dengan perasaan sedih, karena jika ia memilih keluar dari rumah suaminya, ancaman Ae pasti berlaku pada dirinya. Ia tidak akan pernah di perbolehkan bertemu dengan Nana dan Perth. Itu sebabnya keadaan ini dengan terpaksa ia jalani meski dirinya selalu tertekan dan hatinya selalu tersakiti.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!