NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Gadis Pelunas Hutang

Hari Kelulusan

Tepat tangga 15 Desember 2015, aku merayakan hari kelulusanku sebagai siswa SMA, malam itu setelah pulang dari acara perayaan di sekolah aku disambut dengan kejutan dan diberikan banyak hadiah istimewa dari ibuku.

"Ibu Sesil pulang..." Teriakku bahagia sambil masuk ke dalam rumah.

Kulihat sekeliling rumah yang nampak begitu sepi dan beberapa lampu dimatikan, awalnya aku merasa curiga dan sangat takut sampai ketika aku terus berjalan masuk ke dalam sambil berteriak memanggil ibu, tiba tiba saja semua lampu menyala dan beberapa pelayan rumah juga ibuku hadir di sana sambil meniup trompet kecil.

"Kejutannnn...." Ucap ibuku sambil terus tersenyum dan berjalan ke arahku.

Aku terperangah dan sangat kaget saat melihat ibuku memberikan kejutan sebagus ini untukku padahal di sekolah aku bukanlah siswa pintar apalagi jenius aku hanyalah siswa biasa yang memiliki beberapa teman baik di sana.

"Wahhh....ibu terimakasih, padahal kamu tidak perlu menyiapkan kejutan seperti ini" ujarku merasa terharu sambil memeluk ibuku dengan erat.

"Tidak masalah sayang, kau itu putri kesayangan ibu tentu ibu harus menyiapkan yang terbaik untukmu dalam hal apapun itu" balas ibuku dengan senyum lembutnya.

Hadiah pun mulai diberikan oleh beberapa pelayan dan ibuku padaku, aku sangat bahagia dan malam itu bisa di bilang malam yang paling membahagiakan untukku selain aku berhasil lulus sekolah, aku juga sangat senang mendapatkan banyak hadiah dari ibuku, sampai tak lama ketika kami tengah membuka setiap kado yang ibuku berikan, ayah pulang dengan wajah yang murung dan badan yang lesu.

Ibu pun segera menghampiri ayah dan duduk tepat di sampingnya, aku juga mengikuti ibuku karena sama khawatirnya kepada ayah.

"Ayah ada apa?, Apa kau terlalu lelah bekerja hari ini?" Tanya ibuku,

"Bu, maafkan ayah...." Ujar ayahku sambil menundukkan kepalanya.

Ibu dan aku semakin penasaran dan merasa cemas ketika melihat ayah nampak begitu lesu dan terpuruk tapi kami masih belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sehingga ibu berusaha menenangkan ayah dulu dan memintaku untuk pergi ke kamar.

"Sesil sayang kamu ke kamar dulu gih, lanjutkan buka kadomu ibu harus bicara dahulu dengan ayah" ucap ibu sambil mengusap kepalaku,

"Baik ibu aku pergi dulu" balasku segera menurutinya.

Saat itu aku langsung naik ke kamarku yang berada di lantai atas aku sama sekali tidak menyimpan kecurigaan atau apapun itu, malam itu aku hanya merasa sangat bahagia dan tidak sabar untuk membuka semua kado yang diberikan oleh ibu padaku.

Tanpa aku ketahui di sisi lain ayah mulai menjelaskan semua permasalahan di perusahaan kepada ibuku.

"Ayah Sesil sudah pergi cepat katakan apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya ibu Laura kepada suaminya,

"Laura maafkan aku... perusahaan kita sudah tidak bisa diselamatkan lagi aku tertipu Laura semua saham dan dana kita telah dicuri orang asing dan aku tidak bisa menemukan siapa pelakunya aku benar benar tertipu dan sangat ceroboh" ungkap ayahku dengan wajah yang murung dan frustasi,

"APA?..." teriak ibuku kaget dan dia langsung panik ketika mendengar berita tersebut.

Meski Laura sangat panik dan kaget namun dia masih mampu mengontrol dirinya, Johana mulai menenangkan istrinya itu dan dia bicara pelan pelan sambil memegangi kedua lengan Laura untuk memberinya ketenangan.

"Ibu tolong maafkan aku, aku telah gagal menjaga warisan keluargamu, tapi aku janji aku akan mempertahankan perusahaan kita bagaimanapun caranya karena itu salah satu satunya peninggalan orang tuamu, aku juga tidak rela kehilangannya" ujar Johana menenangkan.

Laura mulai mengontrol dirinya dengan menarik nafas panjang dan membuang perlahan, dia melakukannya beberapa kali sampai dirinya sudah merasa jauh lebih baik.

Setelah dirasa sudah tenang barulah dia kembali bicara pada suaminya.

"Baiklah, tapi apa kau sudah memiliki solusi untuk masalah ini, dan aku harap Sesilia jangan sampai mengetahui kondisi keluarga kita. Aku tidak ingin dia terganggu dengan itu" ujar Laura dengan lembut,

"Tenang saja hanya kita yang mengetahui hal ini dan untuk solusinya kita terpaksa harus melelang rumah ini lalu pindah ke rumah yang lebih kecil, tapi apakah kau bersedia tinggal di rumah yang lebih kecil dari ini dan mungkin Sesilia juga akan curiga" ungkap Johana menjelaskan,

"Aku serahkan semuanya padamu, tidak masalah kita tinggal di mana dan seluas apa asalkan kita tetap bersama itu akan baik baik saja" balas Laura dengan hatinya yang baik dan tulus.

Mereka sudah memutuskan dan ke esokan paginya ibuku menghampiri aku ke kamar dia mulai membicarakan mengenai rencana pindah rumah padaku dan aku tidak menyetujuinya sebab aku sudah sangat nyaman dengan rumah ini, terlebih dengan kamar yang sudah aku tempati selama delapan belas tahun lamanya.

"Sesil apa kamu sudah bangun?" Teriak ibuku di balik pintu,

Pagi itu aku malas sekali itu bangun karena semalam tidur terlalu larut sebab harus membereskan semua kado yang ibu hadiahkan untukku sehingga saat ibu datang ke kamar aku tidak menyadarinya, hingga tiba tiba saja ibu duduk di samping ranjangku sambil terus mencoba membangunkan aku.

"Ya ampun Sesil kamu ini anak gadis, bagaimana bisa kamu masih tidur di jam segini, cepat bangun jangan menjadi gadis malas" ujar ibuku membangunkan,

"Ahh..ibu bagaimana kamu bisa masuk, aku masih mengantuk" balasku sambil menarik selimut menutupi sekujur tubuhku.

Meski aku berusaha untuk tidak bangun, tetap saja ibuku menarik selimut yang aku pakai dengan kuat dan dia membukakan jendela kamarku sehingga cahaya matahari langsung menerpa kulit wajahku, dengan begitu tentu saja aku langsung terbangun dan beranjak duduk karena silau.

"Aahhh...ibu kau ini aku kan masih mengantuk, lagi pula aku sudah lulus Bu bisakah aku bersantai sehari saja" ucapku yang terus mengeluh,

"Aishh... Kau ini anak gadis siapa sih, kenapa pemalas seperti ini sudah cepat mandi lalu segera turun ke bawah ibu akan membereskan pakaianmu" ucap ibu sambil sibuk mengambil koper dari atas lemari pakaianku.

Aku mengerutkan kedua alis dan merasa heran ketika melihat ibu mulai memasukkan satu per satu pakaian milikku ke dalam koper.

Melihat itu aku langsung terperanjat dari kasur dan menghampiri ibuku yang tengah memasukkan pakaian ke dalam koper.

"Ibu apa yang kau lakukan, kenapa memasukkan semua pakaianku, memangnya kita mau liburan yah?" Ucapku menduga,

"Aishh otakmu itu selalu saja tidak bisa menangkap apapun, kita akan pindah Sesilia" ungkap ibuku membuat aku membelalakkan mata dengan sempurna,

"APA?, pindah?, Bu kamu pasti bercanda kan?, Memangnya ada apa dengan rumah ini kenapa kita harus pindah?" Tanyaku bertubi tubi dan merasa tidak terima,

"Jangan banyak tanya Sesil cepat mandi dan ibu akan menunggumu di bawah bersama ayahmu" ujar ibuku yang tidak ingin memberitahuku alasan sebenarnya.

Aku sangat kesal dan tidak bisa menerima keputusan pindah rumah tersebut, sehingga aku terus mendesak ibu dan memintanya menjelaskan kepadaku, tapi sekeras apapun aku bertanya dan mendesak ibu tetap saja tidak memberitahuku dan dia malah mendorongku masuk ke dalam kamar mandi dengan paksa.

Rumah Baru

Melihat itu aku langsung terperanjat dari kasur dan menghampiri ibuku yang tengah memasukkan pakaian ke dalam koper.

"Ibu apa yang kau lakukan, kenapa memasukkan semua pakaianku, memangnya kita mau liburan yah?" Ucapku menduga,

"Aishh otakmu itu selalu saja tidak bisa menangkap apapun, kita akan pindah Sesilia" ungkap ibuku membuat aku membelalakkan mata dengan sempurna,

"APA?, pindah?, Bu kamu pasti bercanda kan?, Memangnya ada apa dengan rumah ini kenapa kita harus pindah?" Tanyaku bertubi tubi dan merasa tidak terima,

"Jangan banyak tanya Sesil, cepat mandi dan ibu akan menunggumu di bawah bersama ayahmu" ujar ibuku yang tidak ingin memberitahuku alasan sebenarnya.

Aku sangat kesal dan tidak bisa menerima keputusan pindah rumah tersebut, sehingga aku terus mendesak ibu dan memintanya menjelaskan kepadaku, tapi sekeras apapun aku bertanya dan mendesak ibu tetap saja tidak memberitahuku dan dia malah mendorongku masuk ke dalam kamar mandi dengan paksa.

Alhasil aku hanya bisa menurutinya meski perasaanku menolak dan terus merasa kesal, aku segera membersihkan diriku dengan cepat karena aku juga penasaran dengan situasi yang tengah terjadi saat ini.

Selesai mandi saat aku baru keluar dari kamar mandi nampak diatas ranjangku sudah ada sepasang pakaian yang sudah di siapkan oleh ibuku dan aku segera mengenakannya lalu turun ke lantai bawah menemui kedua orangtuaku di meja makan.

Nampak mereka sudah menunggu kedatanganku dan aku segera duduk tepat di hadapan ibuku, wajah kedua orangtuaku nampak berbeda dari biasanya dan aku segera menanyakan hal yang mengganggu pikiranku sejak bangun tidur.

"Ayah, ibu apa yang sebenarnya terjadi?, Kenapa ibu membereskan semua barangku dan kenapa rumah ini menjadi kosong ke mana semua barang barang yang kita miliki sebelumnya, tidak mungkin kita benar benar pindah kan?" Tanyaku dengan heran sambil terus menatap ke segala arah, melihat seluruh ruangan di rumahku sudah kosong.

"Kita akan pindah Sesil, apa kamu belum mengerti juga" balas ibuku memberi tahu,

"Iya Bu, tapi kenapa?" Tanyaku masih merasa heran karena kedua orangtuaku seperti enggan menjelaskan kejadian yang tengah terjadi kepadaku.

Tapi melihat raut wajah ayah yang begitu muram dan lesu aku langsung memiliki prasangka di dalam diriku sendiri dan segera mengutarakannya secara langsung di hadapan mereka.

"Apa kita sedang kesulitan?, atau perusahaan sedang tidak baik baik saja?" Tanyaku pada ayah dan ibu.

Saat aku mengajukan pertanyaan itu wajah mereka nampak sedikit kaget dan dengan begitu aku semakin yakin bahwa dugaanku benar, aku langsung merasa lesu karena tidak menyangka kekayaan yang selama ini aku nikmati dan aku pikir tidak akan pernah habis nyatanya bisa berada di titik serendah ini sekarang, bahkan sampai kami harus menjual rumah kami sendiri.

Karena aku masih tidak cukup percaya, lagi lagi aku coba kembali menanyakannya untuk memastikan semuanya pada ayah dan ibu.

"Ayah, ibu. Tolong jawab pertanyaanku apa sekarang kita benar benar sudah berakhir?, Apa kita sungguh bangkrut?" Tanyaku memastikan,

"Sesilia sudah cukup, bagaimana kamu bisa berkata sekasar itu, dan karena sekarang kamu sudah tahu bagaimana keadaan keluarga kita jadi ayah mohon padamu jangan banyak bertanya lagi, kita akan segera pergi setelah kamu menghabiskan sarapannya" ujar ayahku dengan tegas.

Ketika ayah yang sudah berbicara aku tak bisa berkutik lagi dan terus melanjutkan sarapanku dengan perasaan kesal dan lesu, aku sungguh merasa sedih pagi itu, bahkan rasanya aku sudah tidak bisa merasakan makanan yang tengah aku kunyah di dalam mulutku, entah rasanya enak atau pahit aku tidak bisa membedakannya lagi setelah mengetahui kenyataan bahwa keluarga sungguh bangkrut.

*****

Setelah perjalanan yang cukup jauh akhirnya kami sampai di depan sebuah rumah yang berukuran sedang dan minimalis, ayah mengajak kami untuk segera masuk dan melihat lihat rumah baru itu, rumahnya hanya memiliki satu lantai dan tidak cukup besar, aku hanya bisa mengelus dada dan berkali kali menghembuskan nafas lesu karena masih belum bisa mempercayai bahwa kami harus bernasib seburuk ini.

"Sesil kamarmu ada di sana dan ini kamar ayah juga ibu, bagaimana apa kamu suka dengan rumahnya?" Tanya ayah kepadaku.

Karena tidak ingin melihat ibu sedih aku berpura pura menyukai rumah itu, karena aku sadar kami tidak sekaya dulu sehingga mau tidak mau aku harus menerima apa yang kita miliki saat ini.

"Aku suka ayah, kalau begitu aku akan membereskan pakaianku dahulu" balasku sambil segera pergi melihat kamarku sendiri.

Saat pertama kali masuk ke dalam kamar kelas sekali perbedaannya terlihat, kamarku yang dulu begitu luas dan memiliki lemari besar berisi pakaian pakaian mewah yang cantik, sekarang kamarku hanya bisa di isi dengan ranjang kecil dan satu meja belajar yang merangkap sebagai meja rias juga, rasanya aku ingin mengeluh ketika melihat semua kenyataan ini, tapi tidak ada yang akan berubah seandainya aku mengeluh.

"Huuhh...semuanya berubah hanya dengan satu malam, tidak tahu apa ibu baik baik saja atau tidak, sebaiknya aku memeriksanya" ucapku sambil bergegas berniat menemui ibu.

Saat aku baru keluar dari kamar ku lihat ayah pergi keluar dan sebuah ponsel terjatuh dari kantong saku celana ayah, ibu langsung mengambilnya dan melihat ponsel tersebut namun tiba tiba saja mata ibu berkaca kaca lalu dia masuk ke dalam kamar dengan menutup pintu sangat keras.

Aku heran dan mengerutkan kedua alisku bersamaan karena merasa tidak mengerti dengan situasi yang tengah terjadi saat itu.

"Ehh..ada apa dengan ibu?, Kenapa tidak memberikan ponsel itu pada ayah?" Gerutuku merasa heran sendiri.

Aku pun pergi menuju kamar ibu namun suara tangisan terdengar dari dalam, karena rumah baru kita tidak kedap suara seperti rumah yang lama maka dari itu aku bisa mendengar dengan jelas bahwa suara tangisan yang aku dengar saat itu adalah tangisan ibuku. Aku kaget dan panik lalu aku langsung masuk ke dalam kamar menghampiri ibuku.

"Ibu apa yang terjadi, kenapa kamu menangis?" Tanyaku merasa cemas,

Tiba tiba saja ibu langsung menyembunyikan ponsel yang dia genggam, seakan ibu tengah menyembunyikan sesuatu hal dariku, aku ingin menanyakannya namun melihat secara langsung ibu menyembunyikannya seperti itu aku merasa tidak enak.

"Tidak.... apa apa ibu hanya kelilipan, kamu tidak perlu khawatir, bagaimana dengan kamarmu apa kamu suka?" Tanya ibuku mengalihkan pembicaraan,

"A..aku sebenarnya tidak menyukainya, tapi aku akan belajar menyukainya bu" balasku dengan jujur,

"Sesil terimakasih yah kamu sudah mau memahami kondisi keluarga kita saat ini, ibu sangat bangga kepadamu" ucap ibu memelukku dengan erat.

Aku kembali merasa sangat aneh, ibu tidak biasanya bersikap seperti ini, dia memelukku dengan tiba tiba seperti orang yang tengah bersedih, aku bisa merasakan pelukannya itu namun ku kira pelukan tersebut karena dia merasa sedih atas kebangkrutan perusahaan.

Namun rupanya di belakangku ada masalah lain yang jauh lebih berat tengah ibu hadapi, dan aku tidak mengetahuinya sama sekali.

*****

Di sisi lain ibunda Sesilia yang tak lain adalah ibu Laura dia sebenarnya ingin mengembalikan ponsel yang di duga milik suaminya itu saat pertama kali dia melihatnya jatuh di lantai, namun saat mengambil ponsel tersebut tiba tiba muncul sebuah pesan yang baru masuk dan isi pesan itu begitu romantis di mana menunjukkan bahwa suaminya telah berselingkuh di belakangnya entah sejak kapan.

"Sayang rumah baru yang kau berikan untukku dan Cika sangat mewah sama seperti yang kamu harapkan, aku sangat menyayangimu" isi pesan di dalam ponsel yang dibaca oleh ibu Laura.

Maka dari itu ibu Laura langsung berlari masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa ponsel tersebut lebih detail lagi, dan akhirnya banyak pesan lain yang berhasil ibu Laura baca juga beberapa foto yang ternyata diambil jauh sebelum mereka menikah, di mana itu menunjukkan bahwa suaminya telah berselingkuh sejak lama bahkan sebelum mereka menikah.

Saat ibu Laura hendak mencari tahu hal lainnya tiba tiba saja Sesilia masuk ke dalam kamarnya sehingga dengan cepat dia menyembunyikan ponsel tersebut darinya karena tidak ingin Sesilia mengetahui kelakuan ayahnya yang sangat buruk di belakang mereka berdua.

"Maafkan ibu Sesil, ibu tidak ingin kamu merasakan apa yang ibu rasakan, semuanya sudah terjadi, ibu akan menyelesaikan masalah ini sendiri bersama ayahmu, maafkan ibu nak" gumam ibu Laura sambil memeluk putri semata wayangnya.

Di rumah sakit

Maka dari itu ibu Laura langsung berlari masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa ponsel tersebut lebih detail lagi, dan akhirnya banyak pesan lain yang berhasil ibu Laura baca juga beberapa foto yang ternyata diambil jauh sebelum mereka menikah, di mana itu menunjukkan bahwa suaminya telah berselingkuh sejak lama bahkan sebelum mereka menikah.

Saat ibu Laura hendak mencari tahu hal lainnya tiba tiba saja Sesilia masuk ke dalam kamarnya sehingga dengan cepat dia menyembunyikan ponsel tersebut darinya karena tidak ingin Sesilia mengetahui kelakuan ayahnya yang sangat buruk di belakang mereka berdua.

"Maafkan ibu Sesil, ibu tidak ingin kamu merasakan apa yang ibu rasakan, semuanya sudah terjadi, ibu akan menyelesaikan masalah ini sendiri bersama ayahmu, maafkan ibu nak" gumam ibu Laura sambil memeluk putri semata wayangnya.

Aku hanya bisa membalas pelukan dari ibu meski aku tidak mengerti apa yang sebenarnya tengah ibuku rasakan, sampai malam tiba dan ayah pulang larut malam lagi hari ini, aku sangat lelah karena baru selesai membereskan semua barang barang setelah pindahan tadi siang, namun saat ayah pulang tak lama terdengar suara barang pecah dari kamar ibu, aku kaget dan langsung berlari bergegas ke kamarnya.

"Ibu apa yang terjadi?" Tanyaku berteriak sambil membuka pintu kamar ibu begitu saja.

Mataku langsung terbelalak melihat sebuah pas bunga pecah di lantai dan ibu yang tergeletak di lantai dengan lemas sedangkan ayah terlihat panik sambil terus berusaha membangunkan ibu.

"Ibu...Bu ..bangun...ibu...." Teriak ayahku sangat panik,

"Ayah apa yang terjadi, ada apa dengan ibu?" Tanyaku bertubi tubi dan sangat cemas tak karuan,

"Nanti ayah jelaskan, sekarang tolong jaga ibumu ayah akan menyiapkan mobil, kita akan membawanya ke rumah sakit secepatnya" ucap ayahku dan aku menurutinya.

Aku berusaha membangunkan ibuku berkali kali sampai akhirnya ibu membuka mata dan nampak ingin mengatakan sesuatu kepadaku.

"Ibu...ada apa denganmu, Bu bangun tolong bertahanlah" ucapku dengan mata yang mulai berkaca kaca,

"Sesilia...maafkan ibu nak...maaf....ayahmu...dia.." ucap ibu terbata bata sampai akhirnya kembali pingsan,

"Bu...ibu bangun Bu, ibu bangun...." Teriakku sambil menangis tak terbendung lagi,

Tak lama ayah datang dan dia segera membawa ibu menuju mobil, kami pergi ke rumah sakit terdekat dan dokter segera memberikan pertolongan pertama pada ibuku.

Aku duduk dengan lemas di ruang tunggu bersama ayahku, saat itu aku sangat panik dan tidak bisa berpikir apapun, aku sangat khawatir dengan keadaan ibuku dan hanya bisa terus menangis terisak di dalam dekapan ayahku.

"Sayang sudahla, ibumu pasti akan baik baik saja jangan terlalu mencemaskannya" ucap ayahku yang membuat aku merasa curiga.

Bukankah sangat aneh jika seorang suami terlihat baik baik saja di saat istrinya sedang berada di dalam UGD dengan keadaan yang tidak menentu di tambah perkataannya yang seakan melarangku untuk tidak mengkhawatirkan ibuku sendiri.

Mendengar itu aku langsung mendorong ayahku dengan kuat dan membentaknya sekaut mungkin karena aku tidak terima ayah berkata seperti itu terhadap ibuku.

"Ayah apa yang kau bicarakan, apa kau tidak mengkhawatirkan istrimu sendiri, suami macam apa kau ini" bentakku sangat keras.

Ayah nampak membuka matanya lebar dan dia begitu panik karena melihatku yang untuk pertama kalinya membentak ayah saat itu.

"Sesil apa yang kamu bicarakan, tentu saja ayah juga mencemaskan ibumu, tapi kita tidak perlu berlebihan seperti ini, ibumu pasti akan baik baik saja dia hanya pingsan Sesil" jawab ayahku menyepelekan,

"APA?, kau bilang ibu hanya pingsan, apa mungkin seseorang yang hanya pingsan mendapatkan pemeriksaan yang begitu lama seperti ini ha!" Bentakku semakin keras.

Aku ingin sekali memarahi ayah lebih besar lagi namun dokter keluar dan perhatianku langsung teralihkan kepadanya.

"Dokter, bagaimana keadaan ibuku apakah dia baik baik saja?" Tanyaku dengan cemas dan tak karuan.

Berbeda denganku ayah hanya diam saja dan nampak seperti acuh tak acuh dengan keadaan ibu, tapi dokter diam sejenak sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaanku.

"Ibumu mengalami serangan darah tinggi dan karena tensi darahnya yang terlalu tinggi dia mengalami struk hingga menyebabkan sebagian tubuhnya mati total" ucap dokter membuatku langsung lemas dan terjatuh ke lantai.

Aku sungguh merasa buruk dan tidak tahu lagi harus berbuat apa, ayah berusaha membangunkanku namun aku menghempas tangannya karena aku tahu ayah terlihat baik baik saja di saat mendengar kabar bahwa ibu mengalami struk.

"Ibu...kenapa semua ini terjadi padamu" gerutuku sambil menjatuhkan air mata.

Perasaanku bercampur aduk, melihat ayah yang nampak acuh dan baik baik saja saatmelihat kondisi ibu yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit tanpa bisa melakukan apapun seperti biasanya, perusahaan yang hampir bangkrut dan semuanya nampak kacau, aku sungguh tidak bisa melewati semua ini seorang diri.

"Hiks...hiks...kenapa, kenapa ibu harus seperti ini" ucapku di sela tangisan yang terisak,

Ayah menghampiriku dan dia mengajakku untuk melihat kondisi ibu yang masih belum sadarkan diri, tapi aku menolaknya dan pergi berlari menjauh dari ruangan rawat ibuku.

"Sesil...ayo kita ke dalam" ujar ayahku mengajak,

"Tidak ayah, aku masih belum tega melihat ibu seperti itu...." Balasku sambil langsung berlari tanpa arah dengan air mata yang terus berdering keluar dari pelupuk mataku,

"Sesilia...berhenti kau mau kemana...Sesil" teriak ayahku sangat kencang.

Aku tidak menghiraukan teriakannya dan terus berlari tanpa arah hingga tak sengaja menabrak seseorang sampai membuat jas yang dia kenakan kotor sebab air mataku.

"Brukkk...aaahhh....hiks hiks..." Suaraku yang menubruk dada seseorang,

Aku tidak bisa menahan kesedihan di dalam diriku lagi dan langsung menangis dengan keras di hadapan pria itu, aku sama sekali tidak mengenalnya namun aku sudah tidak bisa menahan air mata yang sudah aku bendung sedari tadi.

"Huaaaa...hiks...hiks..hiks..." Suaraku yang menangis kencang sampai membuat beberapa orang menatap ke arahku dan dua pria di hadapanku,

Pria yang berada di samping pria yang aku tabrak mendorongku dan berusaha mengusirku dari sana dengan perkataan yang pormal juga tegas.

"Nona tolong menjauh dari tuan Arnold, anda sudah menabraknya dan kini membuat semua orang berperasangka buruk kepada kami" ucap pria tersebut dengan wajah yang datar.

Aku tidak perduli dengan ucapannya dan karena emosiku tengah meluap lupa sehingga entah darimana aku tiba tiba saja memiliki keberanian untuk melawan pria yang nampak jauh lebih tua dariku dan aku membentaknya di depan banyak orang dengan suara lantang.

"Heh....kau tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan, aku membencimu eughhh pergi kau kenapa kau malah mengusirku aku kan sudah meminta maaf kenapa kau membuatku kesal hiks...hiks..." Ucapku membentak sambil terus menangis.

Sebenarnya saat itu aku menangis bukan karena bertabrakan dengan mereka melainkan karena mengingat kondisi ibuku yang sangat buruk saat ini, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika nanti ibuku tersadar lalu dia tidak bisa merasakan setengah dari tubuhnya, itu pasti akan sangat melukai hatinya.

Maka dari itu aku tidak bisa berhenti menangis dan melampiaskan kesedihan juga kekesalanku pada kedua pria yang berada di hadapanku saat itu.

Pria yang tadi mengusirku dia menggenggam lenganku dan hampir menyeretku keluar dari rumah sakit, namun untunglah pria yang satunya lagi segera memerintahkan dia untuk melepaskanku dan sepertinya mereka adalah seorang bos dengan anak buahnya yang kurang ajar.

"Nona anda harus menjaga jarak dengan tuan Arnold, atau hidup anda akan tamat, ayo saya bantu anda pergi dari sini dengan cepat" ujar pria itu sambil menarik lenganku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!