NovelToon NovelToon

Anak Genius : Mengandung Benih Pria Asing

BAB #1

Pagi hari yang cerah ini, terdengar kicauan burung dan kokok ayam saling bersahutan, terlihat seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun sedang menyapu halaman.

Setelah selesai, dirinya langsung masuk ke dalam rumah untuk membuat sarapan, beginilah pekerjaannya setiap pagi sebelum pergi bekerja. Gadis itu adalah Anaya Putri, tubuh mungil, paras cantik, berhati baik dan bertutur kata lembut. Tak sedikit pria yang mengidamkan Naya untuk bersanding dengan mereka di pelaminan tetapi Naya tidak merespon para pria itu karena dia belum siap untuk membina kehidupan rumah tangga.

Hari ini Naya hanya akan memasak telur dadar dan tumis kangkung, dia harus menghemat demi kehidupan kedepannya.

Wanita paruh baya dan gadis muda berusia dua puluh satu tahun berjalan ke meja makan untuk sarapan.

"Sayur apa ini? Kenapa setiap hari hanya makan telur, kangkung, tempe, tahu!" ucap gadis muda tersebut seraya menatap menu di meja makan.

"Syukuri saja, Sarah. Masih mending kita bisa makan, diluar sana banyak orang-orang yang lebih sulit hanya karena sesuap nasi. Kamu tidak boleh mengeluh." ucap Naya dengan lembut.

"Pagi-pagi udah dapat ceramah tidak berfaedah!" Sarah mengulurkan tangan sebelah kanan. "Bagi duit, aku gak mood makan di rumah. Aku pengen makan diluar aja."

Anaya hanya menggeleng. "Aku tidak punya uang."

Sarah melotot. "Bohong!"

Wanita paruh baya yang sedari tadi hanya mendengarkan perseteruan antara putri dan keponakannya langsung segera membuka suara.

"Kenapa kamu pelit sekali, Anaya?"

Naya menatap Bibinya. "Maaf, Bi. Naya tidak bermaksud pelit tapi Naya benar-benar gak punya uang.''

Bagaimana tidak, gaji Anaya habis dimakan oleh Bibi dan sepupunya. Naya hanya bisa pasrah sebab dia juga menumpang di rumah itu, karena hal itulah Anaya selalu menyisihkan setengah dari gajinya untuk ditabung. Naya berpikir untuk membuat rumah sendiri agar dia tidak tergantung oleh Bibinya.

Rumah milik Almarhum kedua orang tua Naya sudah terjual untuk melunasi hutang dan orang tua Naya meninggal karena sebuah kecelakaan.

"Kamu mau kasih aku dengan sukarela atau aku geledah lemari kamu?" Sarah mengancam Anaya.

Naya takut dan dia langsung mencegah Sarah yang ingin berlalu ke kamarnya.

"Jangan! Aku ada sedikit simpanan, tunggu sebentar."

Anaya masuk ke dalam kamarnya dan mengambil uang untuk biaya angkot ke tempatnya bekerja.

Beberapa detik kemudian.

"Ini." Anaya mengulurkan lembaran uang merah kehadapan Sarah.

"Bagus!" Sarah tersenyum dan langsung mengambil uang itu dari tangan Naya.

"Itu sebenarnya uang untuk biaya angkot ke tempat kerja aku, tapi jika kamu lebih membutuhkan maka ambil saja."

Sarah tersenyum sinis. "Apa kamu pikir aku akan kasihan setelah kamu bicara seperti ini? Kamu masih punya kaki 'kan? Maka dari itu jalan saja ketempat kerjamu." sambungnya dan segera pergi dari hadapan Anaya.

Naya hanya mengelus dada dan beristighfar dalam hati, dia harus banyak-banyak menyimpan stok sabar ketika menghadapi sepupu dan Bibinya.

Setelah kepergian Sarah, Bibi— Rohimah menatap Naya dengan sinis.

"Segera sarapan dan pergi bekerja." ucapnya memberikan perintah pada Naya.

Naya melihat jam yang menempel di dinding. "Sepertinya Naya tidak sempat sarapan, Bi. Naya akan membungkus sarapan saja dan nanti makannya di tempat kerja."

Rohimah hanya berdehem ketika menjawab ucapan Anaya.

Selesai membungkus sarapan dan sudah bersiap memakai pakaian kerja, akhirnya Anaya pamit dan keluar dari rumah.

Anaya terus berjalan menuju ujung gang dimana tepat pinggir jalan raya, dia akan menunggu angkutan umum agar bisa segera sampai di tempat kerja.

"Untung saja Sarah tidak meminta lebih jadi aku bisa menyimpan uang ini dan menggunakannya untuk naik angkutan umum." gumam Naya sambil melihat ke kanan dan kiri.

Anaya tersenyum ketika angkutan umum sudah sampai dan dia bersiap untuk menyeberang jalan menuju angkutan umum tersebut, tetapi tanpa disadari sebuah mobil sedan berwarna merah mengkilap melaju sedikit kencang dari depan Anaya.

Tin!!!

Bunyi klakson mobil itu membuat Anaya terkejut setengah mati.

"Masyaallah!" teriaknya hingga bekal yang dia bawa terlempar di jalanan.

Beberapa pengendara menghentikan laju kendaraan mereka begitupun dengan mobil yang tadi hampir menabrak Anaya.

Seorang pria tampan yang sedang duduk di kursi belakang langsung bertanya kepada sopir.

"Ada apa, Pak?" ucapnya tidak tahu karena dia sedang berkutat dengan laptop di pangkuannya.

"Maaf, Pak. Itu tadi ada yang menyeberang jalan tapi gak lihat-lihat."

"Lalu?" pria itu menoleh kebelakang dan melihat beberapa orang berkerumun. "Apa dia celaka?" lanjutnya kembali bertanya.

"Saya rasa tidak, Pak. Saya tadi membanting stir dan sepertinya tidak mengenai wanita itu."

"Ya sudah, lanjutkan! Saya harus sampai di gedung dengan tepat waktu." ucap sang pria kembali menatap layar laptop.

Mobil pun melaju pergi.

Sementara Anaya, dia masih belum bisa melupakan kejadian tadi.

"Apa Anda baik-baik saja?" tanya salah satu pengendara motor kepada Anaya.

Anaya hanya mengangguk dan berjalan menuju angkutan umum. Namun, sebelum masuk ke dalam angkutan, Anaya melirik bekal makannya yang sudah hancur terlindas mobil. Dia menghela nafas dan segera masuk ke dalam angkutan umum.

Beberapa menit kemudian.

Anaya telah sampai dengan tepat waktu, dia turun dan berjalan menuju toko bunga tempatnya bekerja.

"Selamat pagi, Bu." Anaya menyapa pemilik toko bunga itu.

"Selamat pagi, Anaya." jawab sang pemilik toko yang bernama Rosalinda. "Naya, apa kamu sakit? Saya lihat kamu lemas dan sedikit tidak bersemangat."

Naya melirik Rosalinda sejenak. "Saya tadi hampir saja ketabrak mobil, Bu. Bekal makan saya juga hancur karena terlindas mobil itu, saya kaget jadi tanpa sengaja melempar bekal makan itu ke jalanan." Naya tertunduk lesu.

Rosalinda mengelus pundak Naya. "Kamu gak perlu khawatir, saya akan memberikan tips untuk kamu tetapi dengan syarat kamu harus mengantarkan buket bunga ke hotel. Salah satu pelanggan kita meminta agar buket bunga di antar 'kan ke hotel karena dia sedang merencanakan surprise untuk istrinya."

"Kenapa harus saya, Bu? Biasanya Mas Angga yang selalu mengantarkan bunga ke tempat tujuan pelanggan." Anaya pun heran.

"Angga izin karena dia sakit, saya tidak bisa memaksanya untuk bekerja dan saya juga sudah mencari ganti sementara sebelum Angga masuk kerja tetapi tidak ada yang mau." jelas sang Bos.

Anaya terdiam sejenak untuk berpikir.

"Kalau kamu tidak bersedia tidak apa, Naya. Saya akan meminta orang lain untuk mengantarnya." Rosalinda tersenyum tipis.

Rosalinda beranjak dari kursi dan ingin pergi tetapi langkahnya dihentikan oleh suara Anaya.

"Tunggu, Bu" Anaya berjalan menghampiri Rosa.

Rosa berhenti dan menatap Anaya.

"Saya mau mengantar buket itu." ucap Naya meskipun ada sedikit keraguan dihatinya. Dia memikirkan jika saja menerima tawaran ini pasti tipsnya bisa untuk ditabung.

"Benarkah?" Rosa berbinar karena dia tidak lagi bingung untuk mencari pengganti Angga.

"Saya siap, Bu."

"Bagus! Nanti saya akan berikan alamatnya setelah makan siang, kamu bisa bekerja dulu. Terima kasih sebelumny, Anaya." Rosa menepuk pundak Naya dengan pelan.

Naya hanya tersenyum dan mengangguk.

Rosa pergi untuk mengabari pelanggannya karena sudah ada yang bersedia mengantarkan buket bunga ke hotel. mu

**TBC

HAPPY READING

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SERTA DUKUNGAN.

TERIMA KASIH BANYAK 😘

ALHAMDULILLAH SUDAH AWAL TAHUN DAN SEMOGA KITA SEMUA TETAP DILINDUNGI OLEH ALLAH, BERTAMBAH REZEKINYA DAN SEMAKIN SUKA DENGAN NOVEL KARYA DARI OTHOR 🥰

YUK BANTU DUKUNG KARYA BARU INI KARENA NOVEL INI IKUT DALAM LOMBA EVENT ANAK GENIUS 🤭**

Bab #2

Wanita cantik berusia dua puluh enam tahun dengan rambut gelombangnya yang di gerai indah ditambah bulu mata yang lentik, hidung mancung dan bibir seksi, dirinya sedang berjalan menuju ruang kerja sang Papa.

Tanpa mengetuk pintu ataupun mengatakan permisi, dirinya langsung masuk ke dalam ruangan itu.

Sang Papa pun terkejut karena kedatangan putrinya yang tiba-tiba ditambah wajah sang Putri seperti sedang menahan amarah.

"Apa maksud Papa?"

Pria paruh baya berusia lima puluh lima tahun itu bingung dengan pertanyaan putrinya.

"Ada apa, Putriku?" pria tersebut beranjak dari kursi.

"Tante Mella mengatakan jika Papa ingin menjodohkan aku. Benarkan?" wanita cantik itu bersidekap.

Pria paruh baya tersebut hanya tersenyum tipis. "Maafkan Papa, Nak. Ini semua demi kebaikan kamu, Papa rasa anak teman Papa ini sangat baik, tampan dan dewasa. Dia juga mandiri karena sudah mengurus perusahaan sendiri."

"Tetapi seharusnya Papa bertanya terlebih dulu padaku, setuju atau enggak. Jangan asal jodoh-jodoh'in karena ini bukan jaman Siti Nurbaya." wanita cantik itu terlihat kesal.

"El, ini Papa lakukan demi kamu. Papa mohon berkenalan terlebih dahulu dengan anak rekan kerja Papa, Papa yakin kamu pasti akan menyukainya."

Elvira takut jika pria itu tidak sesuai tipe nya, dia tidak ingin menikah hanya karena sebuah perjodohan dan tidak ada kata cinta di dalam sana.

"Apa Papa mempunyai fotonya?"

Papa Elvira— Anjas Prayoga mengangguk dan dia mengeluarkan ponselnya. Setelah mengutak-atik ponsel miliknya, Anjas memberikan ponsel tersebut kepada Elvira.

Elvira menyambutnya dengan hati berdebar dan seketika matanya melotot saat dia tahu siapa yang akan dijodohkan dengannya.

'Ini bukannya pengusaha muda yang saat ini sedang naik daun? Aku tidak menyangka jika dia yang akan di jodohkan denganku, kalau begini aku gak akan menolak.' batin Elvira

"Bagaimana?" Anjas bersuara karena melihat Elvira yang hanya diam.

El memberikan ponsel Papanya dan dia berpura-pura memasang wajah datar padahal sebenarnya dia saat ini ingin sekali melompat karena girang ketika tahu siapa yang akan dijodohkan dengannya.

"Baiklah, Pa. Aku akan mencoba berkenalan dengannya dan melakukan pendekatan terlebih dahulu. Tapi, apa dia mau dijodohkan denganku?"

"Om Johan mengatakan jika dia akan berusaha membuat Putranya mengerti."

Elvira hanya mengedikkan bahu lalu dia pamit berlalu dari ruang kerja sang Papa. Elvira segera bergegas memasuki kamar miliknya dan sampai di dalam kamar, dia bersorak riang karena akan dijodohkan dengan pria tampan seperti Abimanyu.

"Yes yes, akhirnya pilihan Papa kali ini tidak salah. Aku akan mendekati Abi agar dia mau menerima perjodohan ini." El tersenyum senang dan berguling kesana-kemari di atas ranjang.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Naya pergi ke alamat yang diberikan Rosa menggunakan sepeda motor matic, dia hanya bisa menaiki motor jadi apa adanya saja. Di dalam perjalanan, entah mengapa hati Naya benar-benar tidak enak dan merasa ragu tetapi semua itu dia tepis karena berpikir positif.

Beberapa menit kemudian.

Anaya sampai di tempat tujuan, dia segera turun dan menuju kamar milik pemesan bunga.

"Nomor 201, aku rasa ini kamarnya karena sesuai alamat yang Ibu Rosa berikan."

Tok tok!

Saat pintu diketuk, tangan Naya langsung di tarik dan itu membuatnya terkejut setengah mati.

'Kok gelap!' batin Naya heran.

"Maaf, Pak. Saya datang kesini untuk—" ucapan Naya terpotong karena suara bariton yang dengan cepat menyela.

"Akhirnya kamu datang juga, puaskan aku sekarang karena aku sudah membayar mahal biaya dirimu."

Deg!

Jantung Naya seakan berhenti berdetak saat mendengar penuturan pria itu.

"Apa-apaan ini? Bukannya Anda memesan buket bunga? Lalu kenapa Anda meminta kepuasan? Dasar gila! Ini konyol!" Naya berusaha mencari pintu tetapi pria itu dengan sigap langsung menahan lengannya.

"Mau kemana? Jangan berani membohongiku, ja*la*ng! Sebaiknya kamu puaskan aku dan lakukan saja tugasmu." pinta pria itu dengan nada penuh penekanan.

Naya menggeleng karena dia di tarik dan di hempaskan di atas ranjang.

"Apa-apaan ini! Saya hanya pengantar buket bunga, tolong jangan sakiti saya." Naya memohon dengan air mata yang sudah menetes di pipinya ketika pria itu mulai menggerayangi tubuhnya.

"Buket bunga? Hah, itu hanya alasan karena aku sama sekali tidak pernah memesan bunga." ucap pria tersebut tanpa berniat melepaskan Naya dari bawah kungkungannya.

"Saya mohon biarkan saya pergi, Pak."

Pria itu mulai merobek pakaian Naya dan Naya tersentak kaget hingga teriakan keluar dari mulutnya.

"Dasar ja*la*ng sok suci! Oh, jadi begini caramu membuat aku agar bergairah? Baiklah, kamu bisa teriak sekencang mungkin karena tidak akan ada yang mendengar suaramu itu." sang pria berani berkata seperti itu karena kamar memang kedap suara.

Naya menangis terisak. 'Apa yang harus aku lakukan ya Allah? Bantu aku.'

Ponsel Naya yang ada di dalam tas berdering tetapi Naya tidak mendengar karena ada suara musik romantis yang di putar di dalam kamar tersebut.

Di toko.

Rosa bingung dan merasa bersalah karena dia salah memberikan alamat kepada Anaya

"Kenapa aku bisa ceroboh? Alamatnya 261 tetapi aku malah memberikan 201." Rosa memijit pelipisnya karena Naya tidak kunjung mengangkat panggilan.

"Semoga Naya baik-baik saja, aku akan menghubunginya beberapa jam lagi." Rosa duduk di sofa dengan memangku kaki dan mengusap wajah.

Di hotel.

Anaya semakin terisak dan tangisannya menjadi-jadi ketika pria asing yang tidak dikenalnya mulai berusaha mengoyak sesuatu berharga di dalam dirinya, Naya merasa jijik dan kotor karena pria asing itu sudah berhasil melecehkannya.

'Aku benci diriku!' batin Naya dengan rasa marah.

Pria asing tersebut mengerutkan dahi karena saat dia memasuki lubang surgawi itu ternyata rasanya sangat sulit seperti baru membuka segel yang pertama.

'Kenapa sulit sekali? Apa mungkin dia masih—? Tapi tidak mungkin, dia itu adalah seorang ja*la*ng pemuas.' batin sang pria masih belum sadar jika wanita di bawahnya bukanlah wanita bo*kingan.

Jleb!

Pria tersebut berhasil membobol gawang milik Anaya, dia memacu kuda dengan sangat bersemangat karena merasakan sensasi yang berbeda setelah memasuki itu.

Anaya pun hanya merutuki kebodohannya dan penyesalan dalam hati.

Beberapa jam kemudian.

Setelah melakukan beberapa ronde permainan, akhirnya pria itu memutuskan untuk menyudahi karena dia pun sudah lelah dan harus kembali bekerja.

Di bawah pencerahan lilin yang hanya remang-remang, pria itu menatap wajah lelah milik Anaya, dia tersenyum tipis lalu meletakkan beberapa lembar uang di atas meja sebagai bonus. Anaya tertidur karena dia lelah menangis dan tenaganya terkuras habis atas perbuatan pria asing tersebut.

"Mungkin kita bisa mengulanginya lagi nanti." pria tersebut pergi dari kamar setelah dia selesai berpakaian.

Dirinya sedang patah hati karena ditinggal menikah oleh calon tunangannya, karena itu dia melakukan hal kotor ini bersama dengan wanita B*O.

TBC

Bab #3

Beberapa menit kemudian.

Anaya terbangun dari tidurnya, dia segera mengedarkan pandangan dan ternyata kamar tersebut sudah kosong hanya ada dirinya saja disana. Dia kembali mengingat betapa hancurnya ketika pria asing itu merenggut segalanya dari kehidupan Anaya.

Anaya segera mencari baju dan dia hanya menemukan beberapa lembar uang serta sepucuk surat di atas meja. Naya mengambil surat tersebut dengan tangan gemetaran, dia mulai membacanya di bawah sinaran lilin.

'Aku sudah memberikan bonus untukmu, ternyata pilihan anak buahku tidak salah dan untuk pakaianmu, aku sudah menyiapkan di dalam lemari. Maaf jika permainanku kasar itu dikarenakan aku terbakar oleh gai*rah pemberontakanmu. Kamu benar-benar pintar dalam mempermainkan situasi dan meningkatkan kegai*rahan.'

Naya merobek surat tersebut dan dia membuang uang itu ke lantai.

"Aku tidak butuh ini! Aku hanya menginginkan sesuatu yang sudah Anda renggut dariku! Aku hanya ingin itu! Aku tidak mau apapun!" Anaya berteriak seperti kesetanan, dia sudah sangat frustasi dengan semua yang menimpanya.

"Hiks... Ayah, Ibu maafkan aku." Naya menunduk.

Dia mencoba beranjak dari ranjang meskipun bagian kantung Semar nya terasa perih dan sakit, Naya akan segera kembali ke toko dan dia akan menanyakan semuanya kepada Rosa.

Selesai berganti dan Naya memakai gaun yang ada di lemari, dia segera berjalan keluar dari dalam kamar dengan langkah tertatih. Entah apa yang saat ini harus Naya lakukan setelah kehormatannya terenggut oleh pria asing yang bahkan dia tidak tahu bagaimana wajahnya. Naya sangat menyesal karena dia mengabaikan keraguan hatinya saat hendak pergi mengantarkan buket bunga, Naya tidak hanya siapa yang harus disalahkan dalam hal ini.

Di dalam mobil.

Pria asing yang sudah melecehkan Naya sedang berkutat dengan laptop karena jam makan siang sudah selesai, ponsel miliknya berdering dan dia mengangkat panggilan tersebut.

"Halo? Aku sedang sibuk, jangan menggangguku." ucapnya setelah panggilan tersambung.

📱"Halo, Bos. Maaf, wanita yang saya pesan'kan untuk Anda ada sedikit keterlambatan. Dia akan datang satu jam lagi dan Anda masih tetap mau menunggunya atau tidak?"

Permainan jari di atas keyboard laptop tiba-tiba terhenti saat pria itu mendengar ucapan asistennya.

"Apa? Terlambat? Bukannya dia sudah datang tadi?''

📱"Kapan, Bos? Dia baru saja menghubungiku dan mengatakan jika dirinya sedang ada di salon jadi akan datang terlambat." ucap sang Asisten .

Pria itu segera mematikan sambungan telepon dan meminta putar balik ke hotel yang tadi menjadi tempatnya memadu kasih dengan wanita yang dia kira wanita B*O.

Sesampainya di hotel.

Pria itu langsung menuju kamar dan bergegas menghidupkan saklar, betapa terkejutnya ketika dia melihat uang yang dia letakkan diatas meja berhamburan di lantai dan surat yang dia tuliskan juga terkoyak.

Pria itu berjalan ke ranjang, dia ingin memastikan jika wanita itu benar wanita B*O.

Matanya melotot, jantungnya berdetak semakin kencang dan tangannya terulur untuk membuka selimut yang menutupi sprei bernoda darah.

"Noda darah? Berarti, wanita itu?" pria tersebut yang tak lain adalah Abimanyu Pamungkas menjambak rambut dengan kasar.

Dia harus mencari wanita itu dan bertanggungjawab atas perbuatannya, Abi bukanlah pria yang tega menyakiti hati wanita tidak bersalah apalagi wanita itu tidak tahu apa-apa seperti wanita yang telah dia lecehkan.

Saat Abi ingin pergi, dia melihat gelang di bawah tempat tidur. Abi pun segera mengambilnya dan dia yakin jika gelang itu milik wanita yang sudah dia lecehkan.

''Aku yakin ini gelang miliknya, aku akan mencarimu dan pasti aku akan menemukanmu." gumam Abi menggenggam gelang tersebut lalu memasukkan ke dalam kantung celana, dia pergi dari kamar tersebut untuk mengerahkan anak buahnya agar mencari jejak dan informasi tentang Anaya.

Sementara Anaya, dia sudah berganti pakaian dengan hanya menggunakan celana jeans panjang dan baju kemeja. Dia terpaksa memakai uang tips yang telah Rosa berikan padanya tadi.

Anaya sampai di toko dan Kedatangannya di sambut oleh Rosa yang terlihat sangat khawatir.

"Naya! Naya, apa kamu baik-baik saja?" Rosa memegang pundak Naya.

Naya hanya diam saja.

"Naya, maafkan saya karena sudah memberikan alamat yang salah. Saya ingat tadi angkanya nol ternyata enam, saya benar-benar merasa bersalah. Maafkan saya, Naya." Rosa menggenggam jemari Naya.

"Jadi Ibu tidak sengaja?"

Rosa mengangguk dengan cepat. "Apa kamar yang kamu kunjungi ada pemiliknya? Apa dia marah? Apa dia berbuat jahat padamu?"

Naya menghela nafas dan kemudian menggeleng diselingi senyum tipis.

"Syukurlah." Rosa mengelus dadanya karena lega, tetapi ada hal yang dia herankan mengenai pakaian Anaya.

"Naya, kenapa pakaian kamu ganti?"

Anaya menjadi gugup harus menjawab apa, dia tidak ingin kejelekannya terkuak dan akhirnya dia dipecat ataupun namanya akan jelek meskipun hanya unsur ketidaksengajaan.

"Ini, Bu. Tadi, tadi saya disiram dengan minuman. Iya, pemilik kamar itu sempat marah karena saya mengatakan jika buket bunga itu saya antar untuk surprise ulang istrinya dan ternyata dia belum punya istri lalu wanita yang ada bersamanya marah dan menyiram saya menggunakan Jus." ucap Naya diselimuti kebohongan.

"Astaga." Rosa menghembuskan nafas berat.

"Tidak masalah, Bu. Hanya saja saya sudah memakai uang tips yang Ibu berikan untuk membeli baju baru."

"Gak pa-pa, Nay. Ini semua juga salah saya, kamu boleh kembali bekerja."

Rosalinda berlalu dan Naya kembali bekerja.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Malam harinya.

Anaya kembali diselimuti oleh rasa hina dan benci terhadap dirinya sendiri, dia tidak menyangka jika alur hidupnya akan berubah sangat rumit begini setelah dia dilecehkan oleh pria lain yang sama sekali tidak dia kenal.

Anaya menatap rembulan malam dari jendela kamar, dia meratapi nasibnya yang pasti entah bagaimana dimasa depan.

"Pria itu mengeluarkan benihnya berkali-kali di rahimku, aku tidak tahu dia pakai pengaman atau tidak. Jika dia tidak memakai pengaman, bagaimana denganku nanti? Aku takut hamil." Naya kembali menangis.

Beberapa saat kemudian.

"Naya! Nay! Ayo waktunya makan malam!" teriak Rohimah memanggil Naya karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

"Iya, Bi. Sebentar!" Anaya segera menghapus air mata dan beranjak dari duduknya.

Anaya keluar dari kamar berjalan menuju meja makan dimana disana sudah ada Sarah dan sang Bibi. Naya duduk di kursi dengan lesu, tidak seperti biasanya.

"Kamu kenapa? Sakit?" Rohimah berbasa-basi.

"Cuma kelelahan saja, Bi." jawab Naya seadanya.

"Tumben wajah kamu lesu dan pucat, Nay? Kamu seperti habis bergelut dengan seorang pria."

"Uhuk." Naya yang hendak minum langsung terbatuk karena mendengar perkataan Sarah.

Rohimah menyenggol lengan Sarah karena merasa jika Sarah sudah sangat keterlaluan, biar bagaimanapun Rohimah tidak ingin keluarganya menanggung malu jika Anaya benar menjadi pemuas laki-laki hidung belang.

"Nay, meskipun kamu berpikir jika uang kamu habis gitu-gitu saja jangan pernah kamu menjadi pemuas pria hidung belang. Jika Bibi sampai mengetahuinya maka Bibi tidak akan memaafkanmu dan akan mengusirmu dari rumah ini. Bibi juga tidak akan menganggapmu sebagai keponakan."

Naya hanya mengangguk.

Mereka pun kembali melanjutkan makan malam bersama dengan Naya yang terus dibayangi oleh rasa bersalah.

**TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!