Kenapa takdir baik tak berpihak padaku?! -Yasmine.
...----------------...
Suasana di ruang tengah, di kediaman keluarga Ilyas dan Radiah begitu haru. Padahal ruangan itu sudah begitu cantik dengan bunga-bunga segar yang tertata rapi. Dengan meja yang sudah di tata untuk di lakukan nya akad nanti. Lantas, apa yang membuat netra orang-orang yang ada di sana mengeluarkan air mata?!
Ayah Ilyas duduk memegangi kepalanya yang pusing, begitu juga Ibu Radiah yang hampir pingsan. Belum lagi orang lain yang merasa bingung harus melakukan apa. Sementara Yahya-anak pertama Ayah Ilyas kini tengah pergi ke suatu tempat untuk memastikan sesuatu.
Sementara itu di ujung tangga, Alifa duduk ditemani suaminya. "Bagaimana, ini, Mas?!" Tanya nya pelan pada sang suami. Ia juga tengah bersedih akan kabar yang baru saja ia dapatkan dari Ayah Ilyas.
"Mas, juga tidak tahu Sayang." Alfin-suami dari Alifa hanya bisa mengusap kepala Istrinya itu dengan sayang. Ia jelas tahu pasti kalau istrinya sama sedihnya mendengar kabar buruk ini.
"Bagaimana jika, Mas Reyhan tidak tertolong, Mas?! Bagiamana pernikahan Yasmine?!" Tanya Alifa lagi dengan air yang mengalir membasahi pipi mulusnya.
"Jangan bicara aneh-aneh, Sayang. Berdoalah agar Mas Reyhan dan keluarganya selamat dan bisa melanjutkan pernikahan ini." Alfin lantas duduk di anak tangga di sebelah istrinya, ia memeluk menenangkan istrinya yang sedih.
Semua orang di sana terlihat sedih. Ayah Ilyas, Ibu Radiah. Mama Widia, Papa Zaenal-orang-tua Alifa. Umi Fitri, Abi Sofyan-orang-tua Alfin.
Abi Sofyan mendekat ke arah putranya, "bagaimana Al, apa sudah ada kabar dari Yahya?!"
Alfin menggeleng lemah, "belum Bi, tadi Mas Yahya bilang, nanti di kabari lagi."
Abi lantas mengangguk.
"Yasmine, siapa yang menemani?!" Tanya Mama Widia.
"Sendirian, Ma," jawab Alifa. Tadinya Alifa yang menemani calon pengantin itu, tapi, saat ada pesan dari suaminya yang mengabari dirinya kalau Reyhan-calon-suami Yasmine kecelakaan berserta rombongannya ia memutuskan untuk turun agar mengetahui kebenarannya.
Mama Widia menarik nafas pelan, "temani Yayas Nak, jangan sampai Yayas tahu dulu." Mama Widia memerintahkan putrinya menemani sahabatnya kembali.
Alifa lantas mengangguk dan menaiki tangga kembali menuju kamar Yasmine.
Pernikahan impian Yasmine adalah menikah di rumah dengan di hadiri para saudara dan teman-teman nya saja. Yasmine sangat ingin melakukan akad di rumah, dengan hiasan bunga mawar merah, pink dan putih. Tapi, pada kenyataannya takdir baik tak berpihak kepadanya kali ini.
Sang calon suami mengalami kecelakaan saat akan pergi menuju rumah Yasmine. Mobil yang di tumpangi nya menabarak truk muatan berat yang mengalami rem blong, begitu juga mobil rombongan keluarganya yang berada tepat di belakang mobil yang membawa Reyhan.
Bagiamana hancurnya Yasmine jika sampai ia tahu saat ini?! Alifa menggeleng kan kepalanya. Tidak, Yasmine tidak boleh sampai tahu. sampai semuanya jelas.
Sebelum masuk kembali ke kamar sahabatnya, ia sempatkan untuk mengusap pipinya dan memasang wajah yang biasa-biasa saja walaupun sangatlah susah.
Ceklek!!
"Lif!" Ujar Yasmine yang tengah berdiri di depan jendela kaca, menoleh saat mendengar pintu kamarnya terbuka, ia langsung memanggil sahabatnya itu.
"Hai," Alifa tersenyum dan mendekat ke arah Yasmine, "maaf meninggalkan mu lama," sambung Alifa saat sudah berada di depan sang sahabat.
"Hm...tidak apa-apa, kenapa turun?! Apa ada masalah di bawah?!" Tanya Yasmine penasaran, karena Alifa meninggalkan dirinya lumayan lama.
Alif menarik nafas nya pelan, ia turut berdiri di depan jendela seperti yang di lakukan oleh Yasmine. "Tidak, ada masalah. Semua aman." Yasmine menoleh ke arah Alifa, begitupun Alifa. Keduanya lantas tersenyum.
"Kenapa melihat dari sini?!" Tanya Alifa.
"Aku ingin melihat kedatangan orang yang akan menghalalkan diriku," ucap Yasmine jujur.
Walaupun jujur saja, Yasmine kini tengah merasakan perasaan aneh. Namun ia tepis perasaan itu dengan mengatakan, "tidak ada apa-apa, ini pasti hanya gugup karena akan menikah." Begitu gumam nya saat tiba-tiba hatinya merasakan sakit, rasa khawatir yang membawa semua organ di bagian perut rasanya begitu sakit. Nafas nya saja terasa sesak.
Alifa memperhatikan Yasmine yang kini sudah menatap kembali ke bawah sana dari jendela besar itu. Wanita yang cantik dengan gamis putih bertabur mutiara dan mahkota di atas jilbabnya itu sudah terlihat begitu cantik. Bagaimana bisa Alifa membiarkan pernikahan impian sahabat nya itu hancur begitu saja?!
Tidak. Tidak akan.
"Yas, kamu tunggu di sini ya ... jangan sampai turun. Aku turun sebentar, tadi, aku lupa sesuatu."
"Hm, jangan lama-lama ya ... aku nggak suka nunggu sendirian." Ujar Yasmine.
Alifa mengangguk dan pergi dari sana.
Saat menuruni anak tangga, ia melihat semua orang yang ada di bawah menangis tersedu-sedu, bahkan Ibu Radiah lemas tak berdaya. Alifa dengan cepat menuruni anak tangga agar segera sampai di sana.
"Bagaimana, Mas?! Apa sudah ada kabar dari Mas Yahya?!" Tanya Alifa pada suaminya.
"Mas Reyhan tidak tertolong, Sayang ....," jawab Alfin tak kuasa.
"Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ụn," ucap Alifa tak kuasa.
"Bagaimana kita mengatakan ini pada Yayas, pa??" Tanya Mama Widia pada Papa Zaenal.
"Papa juga tidak mengerti," jawab Papa.
"Bagiamana ini, Yah?!" Ibu Radiah menangis di pelukan suaminya.
"Ini, takdir Bu. Kita harus ikhlas. Kita harus mengatakan pada Yasmine. Kita juga harus membubarkan para tamu yang sudah mulai berdatangan." Ujar Ayah.
"Iya, seburuk apapun kabar ini, kita harus sampaikan ini pada Yasmine. Kasihan sekali dia sudah menunggu di kamar nya," ucap Umi yang dari tadi hanya bisa berdoa.
"Permisi, semuanya, pak penghulu nya sudah datang." Ujar Pak Prapto-satpam rumah keluarga Ilyas.
"Bisa, tolong di suruh duduk dulu di ruang depan Pak." Ujar Papa Zaenal. Pak Prapto lantas mengangguk dan berlalu dari sana.
"Tapi, Yah, Bu ... semua tamu sudah datang, Pak Penghulu juga sudah datang, lalu bagiamana bisa semuanya di bubarkan begitu saja?!" Alifa mendekat ke arah semua orang berada.
"Lalu, kamu mau apa Alifa?!" Mama Widia bertanya. Ia tak mengerti apa yang di katakan anaknya itu.
Alifa menarik nafasnya, "bagaimana kalau kita melanjutkan perikanan ini. Dengan mengganti mempelai pria nya." Ide gi la Alifa muncul.
"Apa?!" Papa Zaenal mengeluarkan suaranya, "maksud kamu apa, Nak?! Ini sebuah musibah, kita harus mengatakannya pada Yasmine, kita tidak perlu mengganti mempelai pria. Ini jelas bukan keinginan Yasmine." Jelas Papa Zaenal pada putrinya.
"Iya, betul Nak." Ujar Umi Fitri. "Apa yang Papamu katakan."
"Tapi, Mi, Pa, semuanya ... Ini pernikahan Yasmine yang ke tiga setelah keduanya juga gagal, lalu bagiamana jika Yasmine tahu kalau kali ini juga gagal?! Bagiamana ia akan menghadapi hari-hari nya dengan begitu banyak omongan orang. Bahkan sekarang semua tamu sudah datang." Jelas Alifa.
"Mau bagaimana lagi, Sayang, mungkin ini lah yang terbaik untuk Yayas," ucap Alfin pada istrinya.
"Mas," Alifa menoleh ke arah sang suami, "menikah lah dengan Yasmine. Selamatkan reputasi keluarga ini?!"
"Alifa! Apa-apaan kamu!" Teriak Mama Widia.
"Apa, yang kamu katakan Sayang!" Ujar Alfin tak mengerti. Dia menggeleng dengan keinginan istrinya itu.
"Tidak, Alifa. Kita tidak perlu melakukan ini, kita hanya perlu mengatakan semuanya pada Yasmine, bukan mengganti mempelai pria nya. Apalagi suamimu." Ibu Radiah tidak setuju.
"Tolong, semuanya. Setujui keinginan Alifa ini ... Aku ingin Yayas-ku menikah hari ini juga, aku tidak mau dia gagal untuk yang ke tiga kalinya, aku juga tidak mau lelaki asal untuk Yayas. Aku mau lelaki itu seperti Mas Alfin yang baik dan pengertian." Mohon Alifa penuh dengan air mata.
"Yang Yasmine butuhkan setelah tahu kalau Mas Reyhan meninggal bukan hanya kesabaran atau keberadaan kita, tapi butuh pengertian dari hati." Kata Alifa lagi.
"Tapi hatiku tidak untuk Yayas, Lif! Hatiku hanya untukmu!" Untuk pertama kalinya Alfin membentak Alifa, setelah pernikahan mereka sembilan tahun.
"Tolong, aku. Setujui permintaan aku ini Mas, Yah, Bu, Mama...papa, Umi, Abi," Alifa mengatupkan kedua tangannya di depan dada kepada semua orang.
"Jika kalian bisa mengingat waktu lalu, betapa hancurnya Yayas saat gagal dalam pernikahan, bagiamana dia menjalani hari-hari nya dalam setiap jalan yang penuh cemoohan, penuh dengan sindiran. Aku merasakan sakitnya, jadi Lifa mohon. Kabulkan keinginan ini." Alifa menepuk-nepuk dadanya yang merasa sakit mengingat waktu lalu.
Memang tidak mudah bagi Yasmine. Wanita dua puluh sembilan tahun itu pernah dua kali gagal saat akan menikah. Yang pertama, mempelainya di datangi istrinya di saat akan di lakukan nya Ijab Qobul, yang kedua tiba-tiba calon suaminya pergi, padahal mereka tidak di jodohkan. Mereka bertemu sendiri dan menjalani hubungan karena keinginan sendiri, bukan karena keinginan orang tua.
Sampai akhirnya Yasmine menyerah dan tidak ingin menikah. Namun Umi Fitri mencoba memperkenalkan Yasmine dengan seorang pria yang bergelar Ustadz. Dialah Ustadz Reyhan. Tapi, sayang ... lagi-lagi belum sampai akad rencana pernikahan nya gagal.
Lalu apakah semua orang menyetujuinya?!
"Tapi, Alifa?!" Abi membuka suara, "nantinya, apa kamu siap untuk sakit hati?! Berbagi suami tidak semudah yang kamu bayangkan, apalagi berbagi dengan sahabatmu sendiri," ucap Abi.
"Apa, maksud Abi?! Bi, Alfin nggak mau menikah lagi, apalagi dengan Yayas, kita hanya sebatas teman Bi." Tolak Alfin.
"Alifa siap Bi." Jawab Alifa dengan tegas.
"Sayang, kamu apa-apaan sih!" Alfin masih tidak terima.
"Tapi benar apa yang di katakan Alifa, Al." Ujar Papa Zaenal. "Betapa hancurnya nanti Yayas kita, jika tahu kalau pernikahan ke tiga kalinya akan gagal juga."
"Tapi, Pa," ucap Alfin tak mengerti. Kenapa sekarang dirinya malah di sudut kan.
"Sudah. Jangan ribut lagi. Mungkin memang sudah takdir Yasmine untuk tidak menikah. Kita bubarkan saja, kita bicarakan sejujurnya pada Yasmine." Ujar Ayah Ilyas. Ia sudah pusing, ditambah lagi perdebatan tidak masuk akal yang di lakukan orang-orang. Membuat Ayah ingin segera pergi dari sana.
"Tolong, Mas ...," ternyata Alifa belum menyerah juga.
"Enggak, Lif!" Kesal Alfin.
"Alifa mohon," Alifa berlutut di depan Alfin. Membuat Alfin menggeleng kan kepalanya tidak setuju.
"Nak, jangan seperti ini. Yasmine juga pasti tidak akan setuju. Yasmine jelas akan memilih untuk tidak menikah dari pada jadi yang ke dua." Ujar Ibu Radiah.
"Baiklah!" Ujar Alfin seketika. "Jika ini yang kamu mau, Sayang."
Alifa lantas berdiri sembari menghapuskan air mata nya. "Terimakasih Mas," ucapnya penuh haru.
"Tapi, Nak Alfin," ucap Ayah Ilyas tertahan saat Alifa mengatupkan dua tangan nya di depan dada.
Karena salah atau tidak, yang di katakan Alifa ada benarnya. Semua tamu walaupun tidak terlalu banyak, tapi semuanya sudah datang. Jadi bagaimana bisa mereka membubarkan tamu, memangnya tamu mau mengerti alasan setiap mempelai gagal menikah?! Tidak! Yang orang-orang tahu hanya mencibir kasihan yang ujung-ujungnya jadi bahan gunjingan.
Air mata yang membasahi pipi perlahan semua orang usap. Entah seperti apa nanti reaksi Yasmine mereka. Yang jelas mereka hanya tidak ingin Yasmine dan keluarganya malu.
Alifa menyuruh seseorang memanggil Pak Penghulu, lalu dirinya pergi untuk mempersilahkan para tamu agar duduk di ruang tengah, ruangan yang sudah di tata sedemikian rupa agar muat untuk para tamu undangan.
Sedangkan Alfin hanya bisa menatap istrinya dengan tatapan sendu, segini kah besarnya pengorbanan seorang sahabat kepada sahabatnya?! Adakah sahabat yang seperti Alifa?!
Tapi, Alifa lupa, kalau dia kini bukan hanya menyelamatkan reputasi keluarga Yasmine, tapi juga menyakiti sahabatnya, ia juga menyakiti hati suaminya.
Umi mendekat ke arah sang putra, "pernikahan bukan untuk main-main, Nak. Setelah di lakukan nya ijab qabul, di sanalah terletak beberapa hak dan kewajiban juga tanggungjawab. Apa kamu siap?! Pikirkan sebelum semuanya terlambat," ucap Umi Fitri pada putranya.
"Ini, keinginan istri tercinta ku Mi, biarkan aku memenuhi segala keinginannya." Jawab Alfin dengan lirih.
Ayah Ilyas segera memberitahukan kepada putra pertama nya Kalau Yayas nya akan menikah dengan Alfin, Yahya tidak setuju akan ini. Tapi, mau bagaimana semua sudah di siapkan oleh Alifa. Dan setelah di beritahu apa alasannya Yahya menyerah. Karena jujur saja, ia juga tak ingin adiknya lagi-lagi gagal menikah.
Yahya pun memutuskan untuk kembali ke rumah, ia ingin menjadi saksi di pernikahan adiknya.
Alifa segera naik kembali ke atas menemani Yasmine. Sementara Alfin sudah siap dengan masker dan sudah duduk di depan Ayah Ilyas.
Tiga perempuan yang duduk di belakang Alfin menitikan air mata. Yaitu, Umi Fitri, Ibu Radiah dan Mama Widia. Mereka semua sedih akan kejadian ini. Entah kenapa semuanya jadi seperti ini.
Sementara itu, Alifa kini sudah berada di dalam kamar Yasmine. Ia menemani calon madunya itu.
"Lif, kenapa mobil Mas Rey belum datang?! Tapi, kamu bilang acara sudah mau di mulai." ucap Yasmine tak mengerti. Padahal dari tadi ia masih tetap berdiri di depan jendela agar dapat melihat bagaimana sang calon kekasih halalnya turun dari dalam mobil.
"Tapi, nyatanya acara sudah mau di mulai." Kata Alifa.
"Kalau gitu, buka pintunya. Agar aku bisa mendengar acara demi acaranya." Yasmine berjalan menuju pintu ia berniat membuka pintu, agar suara di lantai bawah bisa terdengar.
"Jangan!" Alifa berdiri di depan Yasmine, menghalangi. "Kita tidak perlu mendengar nya, cukup nanti saat kita di panggil oleh seseorang saat Ijab Qabul sudah di ucapkan."
Yasmine mengernyitkan dahinya bingung, merasa aneh pada sahabatnya itu. Tapi ia tetap mengikuti apa yang Alifa katakan.
Duduk diam di kamar sembari melafazkan doa, agar semuanya berjalan dengan lancar.
Sedangkan Alifa ia diam dengan duduk di sebelah Yasmine, sampai setelah mendapat pesan agar membuka pintu kamar, Alifa pun menurutinya.
"Saya terima nikah dan kawin nya Yasmine Hermawan binti Ilyas Hermawan dengan mas kawinnya uang tunai lima ratus ribu rupiah dan seperangkat alat shalat di bayar tunai!" Dengan lantang Alfin mengucap ijab kabul.
Suara ijab kabul terdengar sampai kamar Yasmine. Alifa tersenyum lebar mendengar suaminya sudah menjadi suami dari sahabatnya juga.
Tapi tidak dengan Yasmine, ia menggeleng lemah, "bukan. Itu bukan suara Mas Rey. Aku paham betul suaranya." Ujar Yasmine yang seketika meneteskan air mata.
"Ayo, Yas kita turun." Ajak Alifa. Ia sudah berdiri di depan Yasmine mengulurkan tangan pada Yasmine.
Yasmine mendongak, "dia siapa Lif?! Dia bukan Mas Rey-ku," ucap Yasmine tertahan.
"Apa, yang kamu katakan Yas, ayo kita turun." Percayalah rasanya Alifa ingin menangis dan memeluk erat sahabatnya itu. Tapi, mengingat para tamu dan semua orang tengah menunggu mereka tak ada waktu untuk menjelaskan segalanya.
"Lif!" Yasmine masih terdiam di tempatnya.
"Ayo!" Alifa mengajak Yasmine untuk berdiri dan pergi dari sana. Menuju tempat di mana baru saja Akad terucap.
Dengan langkah yang sangat ragu, Yasmine berjalan di belakang Alifa. Ia mengedarkan pandangan pada semua orang yang ada di lantai bawah. Ia melihat orang-orang yang di antara mereka tidak ada satupun orang dari keluarga Reyhan. Sampai akhirnya mereka berdua sampai di ujung anak tangga paling bawah, di mana semua orang tengah berdiri menyambutnya.
Di sana ia melihat seseorang berdiri dengan pakaian pengantin pria, yang jelas bukan pakaian yang ia pilih untuk Reyhan. Pria itu menutup antara hidung dan mulutnya menggunakan masker, tapi, Yasmine bisa tahu siapa orang yang ada di sana.
Yasmine berhenti dan melepaskan tangannya dari genggaman Alifa. Membuat Alifa menoleh ke arah Yasmine. Yasmine menggeleng lemah, namun Alifa mengangguk mantap.
Mata Yasmine mengeluarkan air mata yang semakin deras. Hatinya berbisik, kenapa Alfin?! Apa Mas Reyhan juga membatalkan pernikahan ini?!
Yasmine melihat tiga wanita yang sama-sama meneteskan air mata menatapnya, mereka bertiga sama-sama mengangguk seolah menyuruh Yasmine untuk mengiyakan segalanya.
Hancur sudah rasanya hati Yasmine. Apa ini?! Kenapa lagi-lagi seperti ini. Bahkan kenapa ini terjadi?!
Akhirnya dengan langkah yang tidak pasti, Yasmine sampai di depan lelaki yang selama ini hanya menjadi temannya karena dia adalah suami dari sahabat nya. Tapi kini ...?! Apakah Yasmine akan menyebutnya dengan sebutan suaminya?!
Yasmine menatap netra sembab milik sang Ayah, Ayah mengatupkan kedua tangan nya di depan dada membuat Yasmine menatap netra Alfin yang sama dengan yang lain. Menyimpan kesedihan yang mendalam.
"Kenapa seperti ini?!" Tanya Yasmine dengan lirih, namun Alfin masih bisa mendengar nya.
"Bukan inginku." Jawab Alfin.
Yasmine di tuntun untuk salim dan mencium tangan suaminya. Alfin lantas membaca doa setelah akad.
"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udhu bika min syarri hana wa syarri maa jabaltaha 'alaih."
Setelahnya, selesai. Tidak ada acara tukar cincin karena Alfin menolaknya. Lagi pun ia tidak ingin mengganti cincin pernikahan nya dengan Alifa.
Dan setelah acara ijab selesai, para tamu menikmati hidangan. Untuk para tamu cukup Ibu dan Ayah juga yang lain yang menyapa mereka. Yasmine langsung pergi ke kamar dengan sang Kakak yang sudah kembali ke rumah.
Yasmine menangis di pelukan sang kakak. Tangisannya begitu pilu, terdengar sangat menyayat hati. Tak kuasa rasanya bagi Yahya untuk tidak ikut menangis.
Begitu juga Alifa yang ada di pintu, ia tidak di bolehkan masuk oleh Yasmine. Yasmine merasa kecewa sekali dengan kejadian ini. Ia begitu tak terima.
"Kenapa, Kak?! Kenapa lagi-lagi takdir baik tak berpihak padaku?! Kenapa harus Alfin?! Kenapa aku harus jadi yang ke dua?! Kenapa?!" Air mata Yasmine keluar begitu deras.
Yahya hanya mampu mencium puncak kepala adiknya itu, mengusap punggungnya dan memeluk erat adiknya yang tengah terluka hatinya. Terluka karena takdir lagi-lagi tak memihak nya.
"Kenapa Tuhan begitu jahat, kenapa di saat ada lelaki yang mau mem-bersamaiku sampai pernikahan, Tuhan ambil, kenapa, Kak?!"
Ya. Akhirnya Yahya memberitahu kan segalanya. Kenapa dia sampai jadi yang ke dua. Kenapa Alfin mau dan semuanya yang terjadi Yahya ceritakan segalanya pada adik tercintanya itu.
Begitu lama Yasmine menangis di pelukan sang kakak, sampai ia merasa tak kuat lagi untuk mengatakan apapun. Bahkan pandangan nya kabur dan gelap. Yasmine pingsan di pelukan sang kakak tercinta.
...***...
Rasanya mimpi ini lebih buruk dari dua kejadian gagal menikah untuk dua kali sebelum ini. Rasanya Yasmine lebih memilih gagal dari pada jadi yang ke dua. Lalu, apa yang akan ia lakukan sekarang?!
Menangis. Ya, Yasmine sekarang masih saja menangis, air mata nya keluar namun bibirnya tertutup rapat. Pandangannya kosong ke arah sagu titik. Entah apa yang tengah ia lihat, yang jelas dalam bayangan Yasmine hanya bayang-bayang senyum yang terlihat sekilas-sekilas dari Mas Reyhan nya yang sudah pergi untuk selamanya.
Jika di beri pilihan, antara menjadi ke dua atau gagal untuk ke tiga kalinya. Maka, Yasmine akan memilih untuk gagal saja. Dari pada harus berada di antara dua manusia yang saling jatuh cinta setiap harinya.
Yasmine yang setiap hari melihat ke-bucinan Alfin dan Alifa tidak pernah menyangka akan ada di antara mereka. Padahal, ia bercita-cita jika sudah menikah ia ingin membalas dendam pada dua bucin itu, kalau ia juga akan bermesraan dengan suaminya di depan keduanya. Lalu, jika sudah seperti ini, apa yang akan ia pamerkan pada keduanya?! Kesedihan kah?!
Yasmine duduk memeluk lutut, di atas ranjang dan menghadap jendela yang tertutup gorden. Ia bahkan mematikan lampu, menutup pintu kamar dan menguncinya. Mengusir semua orang yang ada di kamar nya begitu sadar dari pingsannya.
Rasanya Yasmine ingin pergi saja, menyusul perginya Reyhan yang sudah tidak bisa ia gapai.
...***...
Sementara itu, di luar kamar semua orang tengah khawatir pada Yasmine.
Semua tamu sudah pergi, para teman-teman Yasmine pun bahkan tidak di temui oleh Yasmine, yang akhirnya pamit pada kedua orangtuanya.
Kini semua orang berada di sana, kumpul menjadi satu. Berada di perasaan yang sama, khawatir, sedih dan tidak bisa berbuat apa-apa.
"Coba, kamu bujuk Yayas Mas?! Dia istri kamu sekarang." Ujar Alifa di tengah kebingungan semua orang.
Alfin menatap Alifa dengan pandangan memelas, ia tidak bisa jika di suruh untuk membujuk perempuan yang baru saja menjadi istri keduanya. Karena selama ini, Alfin hanya sekedar bersapa, tidak pernah ngobrol apapun. Jika ngobrol pun pasti saat dia berada di antara istri dan sahabat Istrinya itu. Jika tidak bersama Alifa maka ia pun tidak akan mengenal Yasmine.
"Kita, harus beri ruang untuk Yasmine. Biarkan dia sendiri dulu. Nanti biar aku bujuk Yasmine kalau sudah tenang." Ujar Yahya yang tahu kalau Alfin masih enggan.
Abi Sofyan mendekat, "Al, mau seperti apapun kejadiannya, Yasmine sudah sah menjadi istri kamu juga, pernikahan bukan untuk main-main Al. Abi tidak suka jika kamu mempermainkan sebuah pernikahan." Abi menepuk pundak sang putra.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!