NovelToon NovelToon

Hutan Okira

Prolog

Suatu hari, di sebuah hutan bernama Hutan Okira, ada sekelompok mahasiswa yang ingin menyelenggarakan kegiatan perkemahan untuk memperingati hari jadi universitas. Kelompok tersebut terdiri dari tujuh orang, yaitu Angga sebagai ketua regu, sedangkan enam anggota lainnya adalah Meri, Nano, Felix, Agung, Krisna, dan terakhir Yandi.

Mereka memutuskan untuk pergi ke sana bukan tanpa alasan, mengingat yang mereka tahu bahwa hutan itu adalah hutan yang sangat indah dan mempesona yang memiliki beberapa keunikannya sendiri. Dana untuk keberangkatan juga telah dikumpulkan, sisanya hanya untuk menyiapkan barang bawaan.

"Hai Angga! Kamu adalah ketua tim untuk acara ini. Seberapa sering kamu pergi ke tempat-tempat seperti yang akan kita kunjungi?"

Agung bertanya kepada Angga tentang pengalamannya mengunjungi tempat-tempat sepi seperti hutan yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.

"Apa yang kamu takutkan, gung."

"Jika kau bertanya seberapa sering aku pergi ke tempat-tempat seperti itu, jawabannya sangat sering!"

“Malah Sebelumnya aku pernah ke puncak gunung tertinggi di Indonesia, Itu sudah jadi hal biasa bagiku."

“Sebagai pemimpin tim, sudah sewajarnya memiliki pengetahuan yang lebih dalam tentang hal-hal tersebut, bukan?”

Mendengar hal itu, Agung terdiam dan tidak berkata apa-apa. Seakan tak ada lagi yang bisa dikatakan pada Angga. Segera setelah Angga selesai berkemas, dia memberikan instruksi kepada teman-temannya, dan segera setelah selesai berkemas, dia naik ke bus yang telah dia sewa.

Angga kemudian meninggalkan mereka untuk menunggu mereka nanti di dalam bus. Setelah akhirnya selesai berkemas, kelimanya bergegas menuju bus untuk menemui Angga yang sudah menunggu mereka. Akhirnya Angga, Meri, Nano, Felix, Agung, Krishna dan Yandi berangkat menuju Hutan Okira. Mereka terlihat sangat bahagia dengan sikap ceria mereka saat menaiki bus, tidak menyadari bahaya yang menanti mereka di Hutan Okira.

Di dalam bus, kami berbicara satu demi satu tentang kesan kami tentang perjalanan berkemah tahun lalu. Di antaranya adalah Felix yang sudah mengikuti empat kali ekspedisi semacam ini, Nano yang baru satu kali mengikuti, Meri yang sudah dua kali mengikuti, Krisna yang sudah lima kali mengikuti, dan Yandi yang belum pernah mengikuti ekspedisi dan kemah sebelumnya begitu pula agung. Mereka berdua sama-sama pertama kali ini ikut Ekspedisi di hutan, sehingga mereka berdua selalu bertanya kepada teman-teman lain yang lebih berpengalaman tentang kegiatan berkemah ini.

Kegiatan ini untuk memperingati berdirinya universitas kami, jadi kami semua memutuskan untuk menyanyikan lagu kebanggaan universitas untuk ulang tahun ke 10 bersama.

Tidak hanya itu, salah satu dari mereka, Krisna, tampaknya membawa gitar, dan dia juga penyanyi yang sangat baik, dan Krisna bernyanyi sepanjang perjalanan ke hutan Okira di dalam bus. Tambahan instrumentasi gitar menambah kemeriahan bernyanyi di dalam bus.

Sekitar 10 jam setelah meninggalkan Universitas Atma Jaya, kami tiba di tempat tujuan yaitu Hutan Okira. Selama perjalanan, salah satunya yaitu Krisna tertidur selama perjalanan karena kelelahan bermain gitar. Mereka ingat saat itu sudah jam 4 sore, jadi mereka memutuskan untuk segera membangunkan Krisna agar tidak terlambat berangkat.

Membangunkan Krisna, yang terkenal suka tidur di kampus, tidaklah mudah. Namun pada akhirnya, semuanya berhasil berkat Angga, ketua tim dari tim perkemahan. Angga muncul dengan ide brilian yaitu dengan menggunakan sayap ayam yang dia taruh pada hidung Krisna. Krisna yang merasa geli pada area hidung akhirnya terbangun.

Perjalanan ke dalam hutan dimulai dengan Krisna yang masih setengah sadar. Pemimpin tim, Angga, akan memimpin upaya dan berada di garis depan mengarahkan rute eksplorasi mereka. Angga telah mempersiapkan hal tersebut sejak awal dengan memperoleh informasi tentang Hutan Okira dari beberapa situs ternama di Internet.

“Saya sudah menyiapkan peta rute jalan kaki melalui hutan ini,” kata Angga dengan sikap dan nada bicara seorang pemimpin.

"Kuharap! Kalian semua telah siap."

"Baik siap....!"

Kamipun lalu menyanyikan yel-yel kebanggaan universitas Kami. Untuk mengisi kesunyian yang akan Kami hadapi pada saat didalam hutan. Selama dalam perjalanan awal didalam hutan yang Kami temui hanyalah kesunyian tak berujung, tak ada satupun hewan yang bisa Kami temui di awal perjalanan.

Tekstur tanah di dalam hutan pun bisa dikatakan sangat subur karena ditumbuhi berbagai tanaman liar yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Selain itu Kami melihat semacam tanaman berbentuk melingkar dikedua batang pohonnya.

Tapi, anehnya, tidak ada satu hewan pun yang bisa Kami lihat di sana, bahkan semut saja Kami tidak melihatnya.

"Aneh! mengapa tempat ini sunyi banget ya, hawanya juga gak kalah anehnya."

"Meskipun ini bisa terbilang pertama kali bagiku ikut kegiatan camping ditengah hutan."

"Namun! Aku sudah tahu biasanya sore menjelang malam hari begini seharusnya ada banyak suara serangga, yang sering terdengar."

"Tetapi ini tidak ada satupun, aneh sekali!"

Yandi yang sejak awal perjalanan sudah merasa tidak nyaman dengan tempat itu, berpikir.

"Tidak ada yang perlu ditakuti, selama kalian mengikuti instruksi dariku, Kalian akan aman."

Angga melihat rute di peta yang di pegangnya sambil Meyakinkan kepada seluruh anggota timnya agar tak perlu takut pada kegelapan hutan.

"Baik ketua...!"

Setelah mendengar kata-kata Angga, mereka akhirnya yakin bahwa mereka akan aman selama mengikuti instruksi ketua tim. Hanya Yandi yang merasa resah dan tidak nyaman di hutan luas itu.

Setelah berjalan hampir satu jam, kami memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu, dan Angga menginstruksikan teman-teman kami untuk beristirahat di beberapa pohon besar di sekitar kami untuk menghindari hujan yang sepertinya akan segera turun.

"Teman-teman sebaiknya! Kita untuk sementara beristirahat di pohon besar yang ada disana itu sampai hujan benar-benar reda." Menunjuk ke sebuah pohon besar yang tak jauh dari tempatnya berada sekarang.

"Sebentar lagi, nampaknya hujan akan segera turun jauh lebih deras daripada ini."

Mengajak serta teman-temannya untuk segera menuju sebuah pohon besar, yang nampaknya memiliki bentuk yang sangat aneh.

"Ya Ketua...! Mengerti!"

Ucap Felix, Nano, Meli, Krisna, serta Agung yang merasa ketakutan dengan tempat asing yang belum pernah ia kunjungi pada akhirnya merasa yakin dengan yang dikatakan oleh angga, hanya Yandi yang sedari awal masuk dari hutan tadi terus-menerus merasa gelisah tiada henti melihat sekitaran hutan tersebut.

"Kenapa ya! Sedari tadi perasaanku gak enak, sama hutan ini."

“Bukan hanya pemandangan hutannya saja yang membuatku heran, tapi suasana di sekitar hutan ini juga terlihat mengerikan.”

Angga yang sedang memperhatikan Yandi yang diam menyaksikan sendirian di area pepohonan di sekitarnya sementara teman-teman lainnya mulai berlindung di bawah pepohonan, mulai meneriakinya memberikan instruksi.

"Sedang apa kau terus berdiam diri saja disana, Yandi."

"Ayo ikut bergabung dengan kami, disini!" Dengan tegas, Angga mengajak Yandi untuk bergabung dengan mereka.

Akhirnya Yandi memutuskan untuk mendekati teman-temannya yang lain.

Angga yang Egois

Kami semua akhirnya berlindung di bawah pohon besar yang aneh itu. Segera hujan turun dan kami sangat terbantu oleh pohon besar tidak jauh dari tempat kami berdiri saat ini.

"Lebih baik kita berteduh dibawah ranting-ranting pohon besar ini?"

Angga selaku ketua tim, memerintahkan anggotanya untuk selalu mematuhi semua aturan dari setiap perintahnya.

"Siap! Ketua."

Semua orang setuju dengan keputusan angga, kecuali Yandi yang diam tak berkata apapun sedari tadi.

Mereka juga berbaris melingkar di sekitar pohon besar sehingga ditutupi dengan daun yang sangat besar, cukup untuk berlindung dari hujan lebat.

Yandi yang selama ini merasa gelisah berkata "Kenapa tiba-tiba aku punya firasat buruk tentang pohon raksasa ini?"

"Yandi, apa yang sedang kau lakukan diluar sana?"

"Cepat Kemarilah! Nanti kau akan masuk angin di tengah hujan seperti ini?"

Anehnya, Yandi menolak instruksi Angga dan memutuskan untuk mencari tempat berlindung lain atau tempat berlindung terdekat daripada tinggal bersama mereka semua.

"Hei...! Kau Pergi Mau kemana?"

Angga membentak Yandi karena tidak menuruti perintahnya.

"Jika kamu tidak patuh, kamu akan membusuk di hutan ini dan tidak ada yang akan datang mencarimu!"

Ucap Angga dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya, berusaha menggapai Yandi yang semakin lama semakin jauh.

"Cliek-cliek......." Langkah kaki Yandi yang tengah berjalan di atas jalan yang tergenang oleh air.

"Aku sudah tak peduli lagi, dengan orang pembangkang seperti dia?" Angga marah atas perbuatan Yandi, jadi dia mengutuknya dalam hati.

Mereka akhirnya terpecah menjadi dua kelompok: Angga dan lima temannya yang lain Felix, Nano, Meri, Agung dan Krisna. Sementara Yandi sendirian, dia berada di tempat lain untuk keputusannya sendiri.

"Ha-ha-ha....." Suara Yandi berlari menembus derasnya hujan.

Beberapa waktu kemudian ia kebetulan menemukan pondok tua tak jauh dari lokasinya sekarang.

Yandi melihat pondok di depannya dan berkata "Ha-ha-ha....! Ada sebuah pondok."

"Sebaiknya aku memastikan dulu pondok itu aman atau tidak."

"Kuharap tidak ada hal berbahaya yang terjadi di dalam pondok tua itu." Yandi hanya dapat berharap tidak terjadi apa-apa saat dia masuk ke sana, ditengah gerimis yang masih terus mengguyur.

"Kree.....ek" suara pintu pondok yang sudah sangat tua dan semua besinya banyak yang berkarat.

Yandi memasuki pondok itu dengan perasaan campur aduk dan harus berjalan selangkah demi selangkah melewati gubuk yang sangat kecil itu.

Setelah memastikan tidak ada apa-apa di dalamnya, Yandi memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menjemur pakaiannya yang basah kuyup hingga hujan benar-benar reda.

"Syukurlah, tidak ada yang berbahaya di sekitar pondok ini."

"Aku juga memeriksa bagian belakang, tapi tidak ada yang mencurigakan."

Tiba-tiba Yandi memikirkan nasib teman-temannya yang berlindung di bawah pohon besar.

"Bagaimana dengan keadaan mereka ya, saat ini?"

"Apakah mereka baik-baik saja sekarang?" Yandi mengatakannya sambil menyimpan tasnya.

"Entahlah, kenapa saat aku berasa dekat dengan pohon besar itu membuatku merasa tidak nyaman?"

"Seperti ada sesuatu yang mendiami pohon itu, lebih tepatnya pohon itu seperti memiliki aura mistis didalamnya?"

Yandi memikirkan sekilas bayangan hitam yang sempat dia lihat saat berada di dekat pohon besar yang tampak berbentuk aneh itu.

"Apakah hanya perasaanku saja ya, yang aku lihat tadi di pohon tadi?"

"Aku jadi kepikiran dengan teman-temanku yang ada disana, pokoknya setelah hujan reda aku akan coba kembali ke sana." Ujar Yandi sambil terus saja memikirkan teman-temannya.

"Sebelumnya, jika Aku tidak salah, ketua membentakku dan Aku mendengar dia tengah mengumpat ke arahku."

Yandi berdiri dan bersandar di dinding gubuk tua.

***

(Scane berpindah ke tempat Angga dan 5 orang lainnya yang saat ini tengah berlindung di bawah pohon besar.)

Di sana, terlihat Angga yang masih sangat kesal, karena kata-katanya ditolak mentah-mentah oleh Yandi.

Selama pengalaman aku sebelumnya sebagai pemimpin tim dalam berbagai ekspedisi berkemah, tidak ada yang tidak mematuhi perintahku.

Ini adalah pertama kalinya seseorang berani tidak setuju dengan apa yang Aku katakan.

"Ciih...! Kurang ajar sekali dia, benar-benar harus kuberi pelajaran saat bertemu dia nanti."

Angga mengaku sangat frustasi karena meski sebelumnya sangat disegani karena kualitas kepemimpinannya yang sangat baik dan tegas, ada orang yang berani menantangnya.

"Yandi Bodoh! lihat saja nanti, aku akan menunjukkan kepadamu bahwa keputusankulah yang paling benar."

Tanpa mempertimbangkan perasaan orang-orang di sekitarnya, Angga berulang kali berbicara dalam benaknya, berpikir bahwa dia telah membuat keputusan yang paling tepat.

Felix yang dekat dengannya mulai ragu dengan setiap keputusan yang diambil Angga.

"Entah kenapa, tapi setiap keputusan yang diambil Angga membuatku merasa aneh?"

Felix mengatakan demikian, namun tidak mengatakannya secara langsung karena teman-teman yang lain menaruh harapan besar atas kesuksesan kegiatan dari Angga ini.

Pada akhirnya, Felix tidak punya pilihan selain menunggu sampai dia bisa memberi tahu Angga secara terbuka tentang hal itu.

"Banyak temanku yang lain sudah percaya pada perkataan angga. Aku juga tidak bisa memberitahu pada mereka semua secara langsung."

"Aku juga butuh bantuan Yandi untuk meyakinkan mereka semua."

Felix mengatakan bahwa dia merasa tidak bisa melakukan semuanya sendiri dan membutuhkan bantuan Yandi untuk menyelesaikan semuanya.

Dapat terlihat, jika Angga sedang memikirkan cara untuk membalas Yandi atas apa yang telah dia lakukan.

Sementara itu, Meri, Nano, Agung, dan Krishna terlihat sedang menggosok-gosokkan kedua tangan lalu menempelkannya ke wajah untuk menghangatkan tubuh mereka yang kedinginan akibat hujan yang semakin lama semakin mengguyur deras.

"Ssk - ssk..." (Suara kedua tangan yang saling digosokkan)

"Haa...! Setidaknya kita bisa menghangatkan diri. Walaupun hanya sebagian kecil dari tubuh kita." Kata Krishna kepada teman yang lain.

"Sampai kapan kita bakal berada disini, aku sudah mulai merasakan ketakutan berlama-lama di tempat ini." Ujar Agung yang semenjak awal perjalanan sebenarnya dirinya sudah ketakutan sejak awal perjalanan kegiatan ini.

Angga yang terus-terusan mendengarkan ocehan dari sikap Agung yang penakut itu, lantas membuatnya geram dan tidak bisa menahan amarahnya.

"Apakah lebih baik bagimu kehujanan di sana daripada berada di sini?"

Agung yang sedang mendengarkan perkataan Angga sambil meluapkan emosinya. Tiba-tiba menjadi sangat ketakutan, tidak mampu menjawab apa yang dikatakannya.

"Jika ada salah satu dari kalian memang tidak suka berada disini, kalian bisa pergi keluar dari sini?"

"Tapi, jika sesuatu terjadi pada kalian nanti! jangan pernah sekalipun menyalahkanku, karena itu merupakan keputusan dari kalian sendiri."

Mendengar kata-kata Angga, membuat semuanya yang ada disana menjadi begitu resah.

Mengingat sama sekali tidak ada cahaya pada malam hari. Jika mereka memutuskan untuk pergi dari sini meninggalkan angga, hanya Anggalah satu-satunya orang yang memiliki peta dengan petunjuk arah dari semua lokasi yang ada di hutan ini.

Suara Misterius

Saat mereka tengah sibuk dengan urusan masing-masing, ada yang aneh dengan batang pohon tempat mereka bersandar. Tiba - tiba dari arah dalam pohon terdengar rintihan suara minta tolong.

"Toloong! Saakii...**."

Tiba-tiba mendengar suara aneh yang datang dari arah dalam pohon tempat mereka semua bersandar, suara itu terdengar merintih seperti orang yang tengah kesakitan.

Kemudian Angga, Nano, Meri, Felix, Agung, serta Krisna yang berada tepat didekat pohon besar tersebut, pada akhirnya mendengar rintihan suara tersebut dengan sangat jelas.

Mereka kaget karena tidak jelas dari mana asal suara rintihan kesakitan itu berasal.

"Kalian dengar tidak, ada suara seperti orang minta tolong." Kata Nano yang pertama kali mendengar suara rintihan itu.

"Hmm....! Iya, seperti seperti suara orang yang sedang merintih kesakitan?" Ujar Felix yang mulai menaruh kecurigaan pada tempat ini.

"Kita segera pergi dari sini yuk! aku udah nggak kuat ditempat ini, disini serem banget"

Agung yang memang orangnya penakut diantara mereka semua yang datang ke hutan ini, mulai merasa ketakutan karena mendengar suara aneh yang tidak tahu asal usul dari sumber suaranya itu.

"Heiii! Kau kan anak laki-laki harusnya lebih berani dong, jangan penakut seperti ini?" Ujar Meri dengan suara sinisnya kepada agung

Angga yang berada di sana juga mendengar suara-suara aneh itu berulang-ulang, namun tidak menghiraukannya.

Dia sangat marah dan dendam terhadap Yandi, sehingga dia sama sekali tidak tahu apa yang tengah terjadi di sekitarnya.

Krishna mencoba bertanya kepada Angga tentang hal ini. Namun, sebelum sempat menanyakannya, Angga terlebih dahulu memarahinya dan menyuruhnya untuk tidak mengganggunya sekarang.

"Ketua, ada masalah yang tengah terja...."

Krisna segera mencoba memberitahukan hal aneh ini pada angga, namun langsung dihentikan oleh angga sendiri dengan alasan tidak ingin diganggu.

"Apakah kamu tidak tahu apa yang aku lakukan sekarang, jangan ganggu aku sekarang." Ujar angga, dengan ekspresi marah karena krisna telah mengganggunya, disaat dirinya saat ini tengah kesal dengan yandi.

"Ehh, Ya..! Baiklah!"

Melihat suasana hati Angga yang sedang buruk, Krishna memutuskan untuk kembali ke tempatnya semula.

Semakin lama suara itu terdengar semakin nyata dan suara rintihan itu terdengar sangat jelas seperti tepat berada didekat mereka.

Mereka tidak tahan mendengar rintihan itu, jadi mereka memutuskan untuk mencari asal sumbernya.

Hasil pencarian di area sekitar pohon besar yang menjadi sumber suara itu berasal, tidak ada hal aneh yang dapat mereka temukan di sekitarnya.

Akhirnya mereka sepakat bahwa suara yang baru saja mereka dengar hanyalah suara angin malam, atau suara binatang yang biasanya aktif di malam hari.

"Hmm....! aku sudah mencarinya disekitaran asal sumber suaranya, tapi aku tetap tidak menemukan apapun." Ujar Krisna, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku juga melihat ke batang pohon tempat aku pertama kali mendengar suaranya, tapi tidak ada apa-apa di sana juga?" Kata Felix dengan wajah sedikit kebingungan.

"Mungkin itu adalah hewan nokturnal yang kebetulan lewat, dan disaat semua orang mencarinya, hewan itu langsung melarikan diri?" ujar Nano menanggapi kejadian tersebut.

"Menurutku penjelasan Nano ada benarnya, jadi apa lagi yang perlu kita takuti!" Kata Meri, mempercayai penjelasan Nano.

"Hmm... itu mungkin saja sih! Bagaimana menurutmu gung, apakah kamu percaya pendapat mereka juga?"

"Tenang saja tidak perlu khawatir, Aku hanya ingin mendengar pendapat dari sesama pria kok."

Tanya Krishna tentang pendapat Agung.

"Sepertinya aku selalu merasa tidak nyaman dengan tempat ini, dan aku takut tinggal berlama-lama di hutan ini." Jawab Agung dengan tatapan sangat ketakutan.

"Ohh...! Begitu?" Jawab Krisna dengan sedikit rasa heran.

"Halah ! Itu cuman penjelasan dari laki-laki penakut kayak lu." Kata Meri dengan tatapan masih saja sinis ke arah Agung.

"Aku yang pernah dua kali mengikuti kegiatan camping sebelumnya, sudah terbiasa mendengar suara-suara hewan didalam hutan kayak gini."

"Kau tidak jauh berbeda dengan Yandi yang melarikan diri keluar dari kelompok dan berjalan seorang diri ditengah hutan?"

Meri, mencoba menyamakan perilaku penakut agung dengan Yandi, yang menurut dia rasa takutnya telah kelewat batas.

"Kalian berdua! Sudah cukup, ini bukan waktunya untuk bertengkar." Kata Krishna untuk menenangkan keributan itu.

"Lalu! Bagaimana menurutmu, Felix?" Tanya Krisna tentang pendapatnya.

Felix bingung harus percaya atau tidak dengan pendapat Nano, sebenernya dia merasa ada yang tidak beres dengan semua kejadian ini.

"Jika ini adalah memang suara binatang nokturnal, mengapa aku tidak melihat binatang apa pun sejak memasuki hutan ini?" Kata Felix, Memikirkan hal itu.

Tak ingin membuat khawatir teman-temannya, Felix mengambil keputusan yang tidak diinginkannya.

"Menurutku pendapat Nano tidak salah." dia membungkuk.

"Fufu! Bukankah aku mengatakan bahwa, apa yang dikatakan pengecut itu salah?" Jawab Meri yang langsung senang mendengar Felix setuju dengan pendapatnya.

Setelah mendengarkan semua temannya, Krisna berkata, "Yah, kita semua setuju bahwa suara aneh yang kita dengar sebelumnya hanyalah suara hewan malam saja."

Setelah menduga bahwa apa yang baru saja mereka dengar tidak lebih dari suara binatang di malam hari, masing-masing dari mereka memutuskan untuk menunggu sampai hujan benar-benar reda dan kemudian kembali ke tempat duduk mereka di bawah pohon besar.

"Sebaiknya kita kembali sekarang, sebelum hujannya semakin deras."

Mereka akhirnya kembali ke tempat mereka pertama kali duduk bersama Angga.

Angga pun secara mengejutkan mendekati mereka setelah sebelumnya hanya diam dengan tatapan marah ke arah Yandi dan tidak melakukan apapun untuk membantu mereka terkait masalah rintihan seseorang.

"Dari mana saja kalian?" Angga bertanya kepada teman-temannya yang baru saja tiba dan basah kuyup diguyur hujan.

"Ada apa kau tiba-tiba menanyakan tentang kami?"

"Bukankah dari tadi, kau sama sekali tidak memperdulikan kami."

Felix yang mengabaikannya sebelumnya, malah menanggapi dengan sangat marah sikap Angga yang memarahi Krishna karena sebelumnya mencoba memberitahunya tentang situasi mereka.

"Apa yang sedang kau bicarakan Felix?"

"Kenapa nada bicaramu kasar begitu padaku, aku pacarmu, kan?" Sambil menatap Felix dengan mata kejam itu.

"Memangnya kenapa, jika nada bicaraku begitu?" Jawab Balas Felix menantang Angga.

"Bukankah sudah sepatutnya aku mengkhawatirkan kalian semua, karena aku adalah pemimpin kelompok ini." Dengan sifat angkuhnya, Angga mengatakan hal tersebut kepada teman-temannya, Tak terkecuali Kepada Felix.

"Jadi begitu! Kalau itu jawabanmu lebih baik aku pergi dari kelompok ini." Tanpa memikirkan resiko kedepannya, Felix mengatakannya sambil sudah merasa kesal dengan sikapnya yang arogan.

"Hmm....! Memangnya seorang gadis sepertimu berani untuk meninggalkan kelompok ini dan menyusuri hutan seorang diri." Masih sombong dan percaya diri, menurutnya Felix tidak akan bisa keluar dari dalam kelompoknya.

"Akan kutunjukkan padamu, kalau aku mampu melakukannya?" Felix ingin membuktikan apa yang Angga katakan padanya tidaklah benar, dia benar-benar bisa pergi tanpa bantuan Angga.

"Hmm..., sangat disayangkan seharusnya kau tetap disini bersamaku dan menemaniku sebagai pacarku."

"Tidak memaksakan keegoisan bodohmu itu karena mungkin saja kau akan mati dalam hitungan detik, jika kau pergi kedalam hutan seorang diri?" Angga berkata demikian dan tersenyum pada Felix.

Felix akhirnya keluar dari kelompok, dia kecewa dan marah dengan sikap yang ditunjukkan Angga padanya sebagai kekasihnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!