NovelToon NovelToon

Meretas Rasa

Kenapa?

(POV Author)

"Yang.. nanti aku pesan cokelat Maryqueen yaa.." pinta Erlan kepada Laila saat bumil enam bulan tersebut baru saja membuka pintu mobil.

"Maryqueen?"

"Iya. Yang warna merah.." ucap Erlan memperjelas.

"Oke. Udah itu aja?"

"Itu aja deh. Makasih ya, Yang.. udah sana cepetan ke kamar mandi! Beneran nih aku di mobil aja? Kamu gak mau ku anterin?" Tanya Erlan menawarkan diri.

Laila mengamati wajah Erlan sekilas. Ada dua kantung hitam di bawah mata suami nya itu. Laila sadar diri. Bila semalam tadi Erlan sibuk mengusap-usap punggung nya berkali-kali hingga sang bumil benar-benar telah terlelap tidur.

Sementara Laila juga sering terbangun untuk pipis dan minum. Jadi mau tak mau Erlan pun akan ikut terbangun untuk mengusap punggung Laila lagi.

"Udah gak apa-apa. Kamu di sini aja. Lumayan kan kamu bisa tidur dulu selagi nunggu aku BAB (Buang Air Besar). Lima belas menit mungkin," ujar Laila mengira-ngira.

"Oh. Yaudah. Hati-hati ya, Sayang."

"Iya.."

Tapi, baru juga kaki Laila menjejak ke tanah aspal di depan minimarket yang hendak ia tuju, Erlan kembali memanggil nya.

"Yang.. kok aku pingin di sun kamu ya? Sekali aja dong, Yang..?" Pinta Erlan tiba-tiba.

Karena terburu-buru dan sudah kebelet untuk BAB, Laila pun langsung mengabulkan permintaan suami nya itu.

Cup. Kecupan singkat pun mendarat di pipi kiri Erlan. Seketika seulas senyuman terbit di wajah nya yang tampan.

"Udah ya, Yang. Udah mulas banget nih perut ku.." ucap Laila sambil melangkah pergi.

Laila tak melihat lagi ke arah sang suami dan langsung saja menujukan kaki nya ke mini market untuk ikut melipir ke toilet nya.

Sekitar lima belas menit kemudian, Laila selesai menuntaskan hajat nya. Setelah nya, ia membeli pesanan Erlan yakni cokelat Maryqueen.

Setelah membayar, Laila bergegas keluar dari minimarket itu.

Dari depan pintu minimarket, Laila bisa melihat Erlan yang tampak pulas tertidur di depan kemudi mobil.

'Ceroboh banget sih, Erlan. Itu kaca mobil samping dibiarin terbuka begitu aja. Gimana kalau ada orang jahat yang mau merampok coba?!' dumel sang bumil di dalam hati nya.

Akan tetapi, kejadian yang terjadi pada detik berikutnya menjadi horor yang paling mengerikan dalam hidup pasangan suami istri tersebut.

Saat itu, jarak antara Laila dan mobil Erlan berkisar 9 meter. Mobil Erlan sebenarnya sudah menepi ke pinggir jalan.

Mobil Erlan sengaja tak masuk ke dalam area parkiran mini market, karena lahan nya yang tak cukup oleh sebab ada banyak kendaraan lain di area parkiran ini.

Di jalan besar, jalanan tampak sepi. Tak terlalu ada banyak kendaraan yang melintas pada pagi hari itu.

Karenanya, saat tiba-tiba saja ada sebuah truk kontainer yang melaju dari arah berlawanan dengan sangat cepat menuju mobil Erlan, Laila langsung bisa melihatnya selama beberapa waktu.

"ERLAANN!!"

Namun kesigapan bumil itu untuk meneriaki Erlan agar keluar dari dalam mobil demi menghindari tabrakan dari truk itu tak bisa membuat Erlan terbangun dari tidur nya.

Akhirnya truk itu menabrak mobil Erlan dengan tubrukan yang sangat dahsyat. Hingga membuat mobil Erlan, beserta Erlan di dalam nya, terseret mundur selama beberapa meter ke belakang.

Kemudian mobil truk itu baru berhenti ketika mobil Erlan sudah menabrak sebuah pohon besar yang berada di tepi jalan. Jadilah akhirnya mobil Erlan terjepit di antara truk dan pohon besar itu.

"Tidak!! ERLAN!!!"

Dan seketika itu pula dunia pun menggelap bagi Erlan dan juga Laila.

***

(POV Erlan/Aro)

Aku terbangun tiba-tiba dari mimpi buruk yang sudah menghantui ku ratusan kali banyak nya. Mimpi tentang kecelakaan mobil yang telah memisahkan ku dari wanita yang paling ku cintai, yakni Laila.

Kecelakaan itu juga telah memisahkan ku dari kehidupan lama ku sebagai Erlan, putra sulung dari pasangan suami istri Gilberth dan Ilmaya.

Juga memisahkan ku dari saudari kembar ku, Arline. Dan juga memisahkan ku dari kedua anak ku dalam kandungan Laila yang belum sempat untuk ku temui.

Bahkan aku pun terpisah pula dari dunia asal ku di bumi.

Nyatanya aku harus menerima fakta bahwa tubuh ku sebagai Erlan telah mati dalam kecelakaan itu. Dan ketika aku tersadar, aku telah berada dalam tubuh milik seorang bodyguard bernama Aro.

Ya. Setelah kematian yang tak ku sadari itu, aku pun bertransmigrasi ke dalam tubuh pemuda berusia 22 tahun tersebut.

Kembali ke saat ini.

Aku segera bangkit dari kursi tempat ku tertidur sesaat tadi.

Setelah nya ku langkahkan kaki ku mendekati salah satu pilar yang berada tak jauh dari posisi ku semula.

Aku berdiri menyender pada pilar berwarna putih gading tersebut. Lalu ku nikmati pemandangan ibu kota Nevarest yang tampak indah di pertengahan malam buta kini.

Nevarest adalah satu dari empat kerajaan yang ada di dunia ku berada saat ini.

Entah bagaimana cara nya hingga aku bisa terdampar di dunia yang berbeda dari dunia asal ku (bumi). Dan aku bahkan menjelma ke dalam sosok pemuda lain yang bernama Aro.

Hingga kini, aku masih mempertanyakan rahasia takdir yang telah menyeret ku secara paksa ke dalam kehidupan sebagai Aro. Dan yang paling ku sesalkan adalah perpisahan ku dengan istri ku, Laila.

Laila..

Menyebut satu nama itu saja sudah cukup membuat hati ku bergemuruh dalam guncangan rasa rindu dan juga sedih yang tak terkira.

Laila.. istri ku.. wanita yang paling ku cintai setelah Mama kandung ku.

Laila.. aku sungguh menyesali perpisahan kami yang begitu tiba-tiba ini. Sehingga aku bahkan tak sempat menyampaikan kata-kata perpisahan kepada nya.

Laila.. entah bagaimana kabar nya kini? Keingintahuan ku atas segala yang terjadi kepada nya senantiasa menghantui malam-malam ku di Nevarest ini.

Tanpa sadar, aku melantunkan sebuah lagu yang keluar begitu saja dari mulut ku.

Aku tak sempat, melihat mu..

Aku tak sempat menatap matamu..

Sungguh ku rindu, kepada mu..

Andai.. saja kau tahu..

Aku tak sempat, menyapa mu..

Aku tak sempat berbincang dengan mu..

Tapi biarlah ku tak apa..

Karena, kau selalu di hati ku..

(Ini adalah soundtrack pertama yang Mel buat untuk novel ini. Judul nya: "Tak Sempat")

Tes.

Setetes air mata tak bisa ku cegah untuk turun dari sudut mata ku.

Betapa kerinduan ku kepada Laila sungguh menyiksa batinku. Selalu dan selalu saja pertanyaan 'kenapa?' itu menggaung di pikiran ku.

'Kenapa harus aku yang mengalami ini?'

'Kenapa kecelakaan itu harus terjadi?'

'Kenapa takdir begitu kejam merenggut ku dari samping Laila?'

Aku sungguh mencintai nya!

Laila.. Laila.. Laila..

Satu nama yang selalu mengangkasa dalam relung hati ku yang kini nyata merana..

***

Tertidur

"Aku tak tahu. Ternyata kau cukup pandai bernyanyi."

Aku terkejut setengah mati saat mendengar suara seorang wanita mengomentari nyanyian ku tadi.

Spontan ku tolehkan wajah ke kanan. Dan ku dapati seorang wanita cantik dengan mata besar bak buah badam, serta rambut cokelat bergelombang sepanjang pinggang, kini berdiri menyender pada dinding dekat pintu yang tadi ku jaga.

Dialah Ratu Charrine. Ratu dari kerajaan Goluth yang ditugaskan kepada ku, untuk ku jaga.

"Ratu. Maaf jika Anda terbangun karena suara hamba!" Tutur ku dengan sikap menghormat.

Telah enam bulan lama nya aku hidup sebagai Aro di kerajaan Nevarest ini. Sehingga aku mulai beradaptasi dengan segala tata krama dan aturan yang berlaku di dunia ini.

Termasuk juga etika ketika aku berhadapan dengan para penguasa, seperti ratu Charrine di hadapan ku saat ini.

Aku langsung menegakkan posisi berdiri ku, seraya sedikit menundukkan kepala ku. Itu adalah bentuk penghormatan seorang hamba kepada Penguasa nya.

Hanya saja, Ratu Charrine sendiri tampak nya malah abai dengan etiket kerajaan. Ini bisa dilihat dari sikap nya saat ini. Sang ratu terlihat santai dalam balutan gaun malam nya.

Meski gaun yang dikenakan oleh ratu Charrine saat ini tidak lah menerawang. Tetap saja, aku sebagai lelaki normal pun tak bisa menghentikan diriku dari mengagumi bentuk tubuh wanita itu yang sekilas terbentuk karena posisi tangan nya yang bersedekap.

"Tak apa-apa. Teruskan saja nyanyian mu itu, Aro. Aku tak keberatan," ujar ratu Charrine tampak santai.

Kini Sang ratu memilih untuk duduk di kursi yang tadi ku duduki. Selanjut nya ia terdiam. Dan ini membuat ku jadi bingung sekaligus serba salah jadi nya.

"Err.. apa tak sebaik nya Yang Mulia kembali tidur? Ini masih larut malam, Yang Mulia!" Aku memberikan usulan.

"Ah.. aku kegerahan di dalam. Jadi aku ingin mendapatkan angin dulu di sini. Kenapa? Apa aku tak boleh duduk di sini?" Tanya sang Ratu dengan bahasa informal.

"Tentu saja Anda boleh melakukan nya, Yang Mulia. Kalau begitu. Hamba pamit diri untuk berjaga di.."

Ucapan ku lantas dipotong oleh sang ratu.

"Tetaplah di tempat mu, Aro. Dan lanjutkan nyanyian mu tadi. Itu cukup merdu. Barangkali aku bisa mengantuk lagi setelah mendengar nyanyian mu lagi," tutur sang ratu kembali.

Langkah ku seketika terhenti. Tanpa sengaja ku angkat pandangan ku hingga akhirnya kedua mata ku dan mata sang ratu kini bersitatap.

Satu detik. Dua detik.

Selama sepersekian detik aku merasakan desiran halus menyisiri hati ku. Namun buru-buru ku tundukkan pandangan dan kembali bersandar pada pilar tinggi yang menopang istana Nevarest.

Selanjutnya, kuikuti titah sang ratu tanpa banyak bicara. Aku pun akhirnya bernyanyi kembali dengan suara yang sengaja agak ku pelankan dari suara ku sebelum nya.

Hanya saja, aku tak lagi bisa menyanyikan lagu yang tadi ku nyanyikan. Maka aku pun menyanyikan lagu lain. Lagu yang lagi-lagi tercipta begitu saja dari dasar hati ku.

Malam panjang, berhias bintang

Bermahkotakan rembulan..

Kisikan jangkrik, temani angin,

Ciptakan melodi syahdu..

Di sini aku, dalam heningku..

Mengingat masa lalu ku.

Langkah kecilku, jejaki waktu,

Dewasakan aku..

Malam panjang, ku telusuri,

Hingga mentari kembali..

(ini soundtrack ke 2 novel ini. judul nya, "Malam Panjang")

Setelah selesai bernyanyi, aku terdiam selama beberapa waktu lama nya.

Dan saat ku sadari kalau ratu Charrine pun ikut terdiam. Aku pun mengangkat pandangan ku kembali ke arah nya.

Ternyata sang ratu telah kembali tertidur di atas kursi. Wajah nya terlihat damai tak seperti biasanya ia yang selalu berwajah serius dan berhati-hati.

Aku menatap wajah ratu Charrine selama beberapa detik lagi. Baru kemudian ku langkah kan kaki ku menuju tempat sang ratu berada kini dengan langkah yang teramat pelan.

Aro, pemuda yang kini tubuh nya ku inangi, tadi nya adalah seorang agen mata-mata pihak musuh dari penguasa Nevarest saat ini. Yakni Raja Daffa dan Ratu Tasya.

Tapi, karena suatu hal Aro akhirnya beralih haluan. Ia kini mengabdikan diri nya di bawah kekuasaan raja Daffa dan ratu Tasya.

Sehingga kini Aro pun bekerja sebagai penjaga bagi ratu Charrine, yang adalah sahabat dari ratu Tasya, selama sang ratu berdiam di kerajaan Nevarest.

Sebagai seorang agen mata-mata, Aro diberkahi kemampuan untuk berkamuflase. Ia bisa menyamarkan keberadaan nya dengan cara menggunakan aliran chi dari inner power yang ia miliki.

Inner power adalah kekuatan dalam milik seseorang yang terlahir di dunia ini. Di mana kekuatan itu bentuk nya bisa beragam. Seperti misal nya membaca pikiran, berubah bentuk menjadi benda atau sesuatu yang lain, menguasai hewan buas, dan lain-lain.

Dan inner power yang dimiliki oleh ku adalah kekuatan berkamuflase.

Selain kamuflase, aku juga bisa berjalan cepat tanpa mengeluarkan suara. Kemampuan inilah yang sedang kulakukan saat ini. Ketika aku melangkah mendekati ratu Charrine yang tertidur di kursi.

Setelah berada di samping sang ratu, aku tepekur selama beberapa waktu lama nya. Bingung antara harus membangunkan sang ratu atau tidak.

Tetapi melihat penampilan ratu Charrine dalam gaun malam nya saat ini, ku pikir itu akan memberikan pandangan negatif terhadap sang ratu. Khawatir bila ada mata lain yang melihat penampilan nya saat ini.

Akhirnya, aku pun berdeham dan mencoba membangunkan ratu Charrine.

"Ehem! Ratu.." panggil ku dengan suara pelan.

Sang ratu tak bergeming dalam tidur nya.

Aku pun kembali berdeham. Kali ini dengan suara yang lebih keras.

"Ehem!! Yang Mulia Ratu Charrine!" Panggil ku berulang.

Akan tetapi sang ratu tetap tak bergeming. Sehingga dengan enggan, aku pun menepuk pundak sang ratu.

Puk. Puk.

Kali ini sang ratu bergeming. Namun kedua mata nya masih terpejam saat ia hampir saja terjatuh ke samping kursi.

Dengan sigap, ku tangkap tubuh ratu Charrine sehingga ia selamat dari membentur lantai. Namun hal berikut nya yang terjadi sungguh membuat ku merasa kikuk.

Dalam tidur nya ratu Charrine melindur. Ia mengira aku sebagai bantal, sehingga tanpa sadar meraih leher ku untuk dipeluk nya.

Aku pun mematung seketika.

Merasa tak lagi bisa menghindar, akhirnya aku pun memutuskan untuk membopong tubuh sang ratu kembali ke dalam kamar nya.

Ku baringkan sang ratu kembali ke atas kasur. Di mana di atas nya juga sedang tertidur putri Rinaya, putri tunggal dari Ratu Charrine dan Raja Elfrans.

Setelah itu, aku bergegas meninggalkan ruang di mana sang ratu dan putri nya tertidur kini.

Di perjalanan ku menuju pintu, samar ku dengar ratu Charrine melindur.

"Jangan pergi.." gumam pelan ratu Charrine dalam tidur nya.

***

Perkenalan Ulang

Satu bulan kemudian.

Suatu sore yang cerah, aku tak sengaja ikut mendengar pembicaraan Ratu Tasya dan Ratu Charrine di taman istana.

Hal yang menarik pendengaran ku adalah saat keduanya menyebutkan kalimat "pulang ke bumi".

Seperti ini kiranya pembicaraan kedua nya yang kudengar.

"Aku pasti akan sangat merindukan mu, Rin. Kau yakin ingin pulang ke bumi? Padahal di dunia ini kamu sudah menjadi ratu dari kerajaan Goluth, Rin. Apalagi sekarang Frans (raja Elfrans) juga sudah mati. Jadi tak ada yang akan menyiksa mu lagi," bujuk ratu Tasya pada wanita di samping nya.

"Hh.. aku kangen sama kehidupan ku di bumi, Tasy. Aku kangen sama Mami, Papi dan juga Bang Idham. Menjadi ratu sama sekali gak cocok untuk ku. Kalau kamu sih, yah.. lumayan lah.." sahut ratu Charrine.

Kedua ratu dari dua kerajaan yang sempat berseteru itu lalu tertawa bersama. Aku tak lagi memperhatikan perbincangan mereka selanjut nya.

Kalimat "pulang ke bumi" yang ku dengar telah memenuhi hati ku dengan gumpalan harapan baru.

Aku pun ingin pulang kembali ke bumi. Aku ingin kembali bertemu dengan keluarga ku. Terutama Laila.. Laila-ku Sayang..

Maka malam itu juga, ketika ratu Charrine hendak beranjak istirahat menuju kamar nya, aku pun menghentikan langkah nya di depan kamar.

"Yang Mulia! Mohon tunggu sebentar!" Aku memanggil ratu Charrine.

Sang ratu pun berbalik dan menyapa ku balik.

"Ada apa Aro? Tak biasa nya kau mengajak ku bicara?" Sapa Ratu Charrine.

Sedikit canggung karena ucapan sang ratu, ku kumpulkan kembali keberanian ku untuk berbicara kepada nya.

"Maaf. Hamba tak sengaja mendengar pembicaraan Yang Mulia dengan Yang Mulia Tasya!" Ungkap ku jujur.

"Nah. Itu sih aku sudah terbiasa. Bukankah memang biasa nya kau selalu mengikuti ku sepanjang hari? Jadi ku pikir kau memang biasa menguping kan? Kenapa sekarang baru mengaku?" Tuding ratu Charrine dengan kalimat frontal.

'ggrrr.. wanita ini sungguh tak bisa diajak bicara damai. Jika saja kami tinggal di bumi, dan tak ada hubungan ratu dan sahaya di antara kami, sudah tentu akan kubalas kata-kata pedas nya itu!' aku merutuk dalam hati.

Ku abaikan rasa kesal ku. Dan ku sampaikan kembali maksud ku kepada sang ratu.

"Maaf, jika hamba lancang, Yang Mulia. Tapi, bisakah bila nanti hamba ikut menyertai Yang Mulia kembali pulang ke bumi?" Mohon ku dengan tatapan mengiba.

"... Apa kau memiliki urusan di bumi, Aro?" Tanya ratu Charrine.

'Bukan hanya urusan. Tapi kehidupan ku yang sebenar nya memang berada di sana. Berikut juga Cinta ku, Laila..' balas ku dalam hati.

"Hamba.. ingin menjenguk keluarga hamba yang berada di sana. Itu saja," jawab ku setengah jujur.

Sang ratu menatap ku lekat-lekat. Sebelum akhirnya kembali berkomentar.

"Tentu saja. Kau pernah mengatakan kalau kau sebenar nya berasal dari bumi. Bukan begitu?" Gumam ratu Charrine, masih sambil menatap ku.

Aku tak membalas tatapan nya. Terlampau sulit bagi ku untuk menahan gempuran rasa rindu dan juga sedih yang menghimpit dada ku saat ini.

Tak ada yang akan bisa mengerti posisi ku yang harus diseret paksa ke dalam dunia ini, dan meninggalkan semua yang ku cintai di kehidupan lama ku. Tak ada. Tak ada yang akan bisa mengerti nya.

Tak menerima tanggapan dari ku lagi, sang ratu akhirnya menyatakan persetujuan nya untuk membawa ku serta pulang ke bumi bersama nya.

"Oh, baiklah! Tak ada rugi nya juga jika nanti kau ikut aku pulang. Ikut lah nanti!" Ratu Charrine pun memberi ku senyuman tipis, sebelum akhirnya kembali masuk ke kamar nya untuk beristirahat.

Sementara itu, aku langsung membeku diam usai mendengar persetujuan dari ratu Charrine tadi. Dan aku baru menyampaikan rasa terima kasih ku kepada daun pintu yang menutup, lama setelah sang ratu berlalu.

"Terima kasih, Ratu!" Ucapku pelan dengan mata yang terasa penuh oleh air bah kebahagiaan.

Dua pekan berikut nya, aku akhirnya mengawal ratu Charrine aka. Karina kembali pulang ke bumi. Kepada raja Daffa dan ratu Tasya, aku tak mengatakan kalau aku tak akan kembali ke Nevarest lagi.

Padahal jika aku sudah bertemu dengan Laila ku dsn menjelaskan kondisi ku dalam tubuh Aro, jika istri ku itu masih mau menerima ku, maka aku tak akan pernah meninggalkan Laila ku lagi. Tidak, walau hanya untuk sekejap waktu pun!

***

Bersama ratu Charrine, Putri Rinaya serta Putri Anna sebagai pemandu, aku akhirnya mengikut mereka pulang ke bumi.

Hati ku tak sabar untuk mereguk nikmat nya perjumpaan dengan orang-orang yang ku cintai tak lama lagi.

Setelah melalui sekitar setengah hari perjalanan, dari dunia satu ke dunia yang lain nya, akhirnya rombongan kecil kami pun tiba juga di pinggir jalan sebuah hutan.

Kami baru saja melalui beragam rute perjalanan yang ajaib dan tak masuk diakal. Dari Nevarest ke Dunia Enam Pintu dan akhirnya tiba di bumi.

"Aku akan meninggalkan ini untuk mu, ratu Charrine. Gunakan ini untuk ongkos menuju rumah keluarga mu," ujar putri Anna.

"Ya. Terima kasih, Anna.. maaf sudah merepotkan mu dengan perjalanan yang melelahkan ini," tutur ratu Charrine terdengar lebih humanis.

"Tak apa-apa. Santai saja. Lagipula Tasya sebenar nya ingin mengantarkan mu pulang. Namun karena ia hamil jadi kondisi nya tak memungkinkan. Khawatir bila kejadian kehamilan seperti sebelum nya akan kembali terulang," papar putri Anna menjelaskan.

Aku tak terlalu mengerti pembicaraan kedua nya. Jadi aku hanya terdiam memandang kegelapan hutan dan pekat nya malam yang ada di sekeliling ku.

Sambil menatap ke sekitar, ku perbaiki posisi putri Rinaya yang sedang tertidur dalam gendongan ku saat ini.

Setelah itu putri Anna pamit untuk kembali ke Nevarest. Se pendengaran ku ia pun akan segers pergi meninggalkan Nevarest bersama calon suami nya, yakni Jason.

Selanjutnya, kami bertiga (aku, ratu Charrine dan juga putri Rinaya) menaiki bus. Selanjutnya, kami berhenti di sebuah halte.

Dari halte, kami sambung kembali perjalanan dengan menaiki taksi. Setelah satu jam perjalanan, akhirnya kami tiba juga di rumah orang tua dari ratu Charrine.

"Nah, Aro. Kita cukup berpisah sampai di sini saja. Kau pergilah menemui keluarga mu. Aku tahu, kau pasti juga sangat merindukan mereka," ujar ratu Charrine kepada ku tepat sebelum ia masuk ke dalam rumah orang tua nya.

"Apa itu..tak apa-apa ratu..?" Tanya ku tak enak hati.

"Hey. Kita sudah sampai di bumi. Jadi jangan memanggil ku ratu lagi, bisa kan? Nanti orang yang mendengar nya bisa mengira aku ratu beneran gimana coba? Panggil saja nama ku langsung. Karina. Itu nama ku yamg sebenar nya!" Jawab Karina dengan sikap santai.

Aku sedikit kikuk untuk menyanggupi permintaan wanita di depan ku itu. Namun karena aku tak ingin memperpanjang masalah, jadilah akhirnya aku mengangguk kaku saja.

"Baik lah..Karina," sahut ku singkat.

"Bagaimana dengan mu?" Tanya balik Karina kepada ku.

"Huh?" Ku pandang ia dengan tatapan tak mengerti.

"Siapa nama mu sebenar nya, Ro? Aku lupa. Alan bukan ya? Atau Milan? Ah maaf. Aku paling susah jika harus mengingat nama!" Ujar Karina sambil tersenyum lebar.

Aku sempat merasa malu telah disenyumi seperti itu. Karena selama ini, Karina aka ratu Charrine selalu bersikap acuh dan hati-hati kepada siapa pun.

Tapi mungkin karena kini ia telah kembali ke rumah dan keluarga nya di bumi, wanita itu kembali jadi diri nya yang sebenar nya lagi. Seorang yang ramah.

"Erlan.. nama ku adalah Erlan."

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!