Agatha tidak menyangka kalau jalan hidupnya akan seberat ini, dia tidak memiliki siapapun di dunia ini. Hanya ada suaminya, tapi pria yang menjadi bagian dari hidupnya itu juga tidak benar-benar mencintainya. Selama ini Agatha selalu bersikap menjadi istri yang baik, tapi kebaikannya itu tidak berbuah apa pun.
Sikap Agatha yang sangat lemah lembut itu membuatnya gampang untuk dibohongi, dia bahkan baru mengatahui kalau suaminya memiliki hubunga dengan wanita lain. Betapa hancurnya Agatha saat mengetahui hal itu, rasanya dia benar-benar sangat hancur.
Dan yang paling lebih menyakitkan adalah saat ini Agatha telah dituduh oleh suaminya sendiri, dia mengatakan kalau Agatha-lah yang membuat kekasihnya mengalami keguguran. Betapa hancurnya hati wanita itu saat mengetahui kalau suaminya lebih membela kekasih gelapnya ketimbang istrinya sendiri. Padahal Agatha sudah berusaha mengatakan kejadian sebenarnya, tapi suaminya tetap menuduhnya. Agahta sudah lelah untuk membujuk suaminya agar tidak memenjarakannya, tapi pria itu sudah termakan oleh hasutan dari kekasih gelapnya itu. Pria itu sudah benar-benar gila.
Padahal hari itu Agatha ingin memberitahukan hal yang sangat mebahagiakan kepada suaminya, tapi tuduhan itu lebih dulu datang dan menghancurkan semua rencananya. Hari itu juga rasa cinta Agatha pada sang suami langsung hancur, dia benar-benar tidak bisa mengharapkan hal apa pun lagi.
Air mata Agatha tidak berhenti mengalair saat majelis hakim membacakan putusan untuk dirinya, Agatha dihukum penjara selama sepuluh tahun dengan tuduhan membuat keselamatan orang terancam dan membuat anak dalam kandungan Merlin terbunuh. Tubuh wanita itu bergetar hebat mendengar putusan itu, dia tidak bisa membantah apa pun karena bukti-bukti mengarah kepadanya semua. Entah siapa yang sudah melakukan hal itu, Aghata sama sekali tidak akan bisa memaafkan perbuatannya.
"Bawa terdakwa meninggalkan ruangan sidang," ucap hakim setelah mengetuk palu putusan.
"Aku tidak bersalah. Kenapa aku dihukum!" teriak Agatha histeris. Namun, teriakannya diabaikan.
Dua polisi perempuan langsung mengeratkan gandengan di kedua sisi tubuh Agatha. Wanita itu hanya bisa pasrah saat itu. Saat tubuh wanita itu mulai digiring masuk ke luar ruangan, Agatha menyempatkan untuk melirik ke arah suami dan selingkuhannya yang saat itu datang untuk melihat hasil putusan. Bisa terlihat wajah keduanya yang sangat bahagia melihat Agatha yang akhirnya diberi hukuman.
Kalian harus membayar semua ini. Aku tidak terima atas tuduhan ini. Semoga Tuhan panjangkan umurku, agar suatu saat aku bisa bertemu kalian berdua dan membalas sakit hati ini.
Hati Agatha sangat sakit melihat hal itu, dia tidak menyangka kalau ada orang yang sangat tidaknmempunyai hati seperti itu. Tubuh Agatha mulai menjauh keluar dari ruangan, tangisan wanita itu masih belum bisa dikendalikan. Keadaannya saat ini sedang hamil, tapi harus dipenjara. Tidaka ada orang yang mengetahui hal ini selain dirinya sendiri, bahkan suaminya juga tidak tahu hal ini. Agatha juga sudah tidak mau mengatakan hal ini karena pria itu sudah mengehianatinya.
Agatha dimasukkan ke dalam penjara yang berisikan empat orang, semuanya wanita. Dia sedikit takut saat memasuk ke dalam jeruji besi itu.
"Ada anggota baru nih. Selamat datang, Mbak," sapa salah satu wanita berambut ikal yang sedang duduk di sudut ruangan.
Agatha yang mendengar sapaaan itu bingung harus merespon seperti apa. Dia pernah mendengar kalau orang yang ada di penjara semuanya jahat dan suka membully, dia takut kalau akan menjadi bahan olok-okokan.
"Kenapa berdiri saja di sana? Duduklah dengan santai, kita tidak akan melakukan apa pun kepadamu," ucap wanita gendut itu. Dia langsung menarik lengan Agatha dan mengajaknya duduk bersila di lantai.
Tentu saja Agatha terkejut dengan hal itu, dia hanya bisa menurut saja daripada dia harus mendapatkan hal lain.
Saat sudah duduk di lantai, empat orang yang ada di sana langsung menatap Agahta. Hal itu membuat wanita itu menjadi bingung, dia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Mau menyapa balik pun rasanya sangat takut.
"Wajahnya kelihatan baik, tapi kenapa kau sampai masuk penjara?" tanya wanita gendut yang tadi mengajak Agahta duduk.
"Heh! Jangan katakan itu, kau ini seperti tidak sadar diri saja," tegur wanita dengan rambut yang dicepol ke atas. "Tapi aku juga penasaran kenapa kau sampai di penjara?" tanyanya kemudian.
Agatha masih menatap teman satu selnya itu dengan bingung. Apa dia mendapat teman satu sel yang baik? Atau ini karena masih awal?
"Hei, kenapa kau diam saja?" tegur wanita yang bertanya tadi.
Lamunan Agatha seketika buyar. "Se-sebenarnya aku hanya difitnah saja. Aku tidak melakukam kejahatan apa pun," jawab Agatha pada akhirnya.
"Cih, siapa yang berani-berani menfitnah dirimu? Tidak tau malu!" respon dari salah satu mereka.
Agatha terkejut dengan hal itu, dia akhirnya menyimpulkan kalau semua teman selnya itu sangat baik. Agatha sepertinya harus mulai bisa terbuka kepada mereka agar tidak dikucilkan.
"Suamiku sendiri yang melakukannya," jawab Agatha pada akhirnya.
"Apa?!" Mereka semua merespon dengan serentak. Bahkan mulut mereka tidak bisa menutup saat mendengar pengakuan Agatha.
"Suami kamu sendiri? Sudah gila dia tuh!" ketus wanita gendut itu.
Agatha hanya bisa menundukkan kepalanya. Dia juga malu mengakui hal itu, suaminya memang sudah gila karena melakukan hal ini kepadanya.
"Dia menuduhku telah membuat calon anak kekasihnya meninggal karena mengalami keguguran. Padahal aku sama sekali tidak melakukan hal itu," jelas Agatha dengan suara yang sedikit bergetar. Dia berusaha mencoba untuk tidak menangis lagi.
"Kamu yang sabar, ya," ucap salah satu wanita di sana sambil mengusap lembut bahu Agatha.
Agatha kembali menangis, dari awal saat menghadapi masalah ini tidak ada yang mengatakan hal seperti itu kepada dirinya. Dan saat ini dia bisa merasakannya juga, wanita itu merasa memiliki keluarga baru saat ini. Dia bukan menangis karena sedih lagi, tapi karena dia senang bisa bertemu dengan orang yang mau menguatkannya.
Teman-teman satu selnya juga langsung memberikan Agatha dukungan. Mereka sangat prihatin dengan apa yang dialami oleh wanita itu. Dia tidak bersalah tapi harus menanggung semua beban ini dan rela di penjara.
Tiba-tiba saja perutny terasa keram, Agatha langsung memeganginya. Dia baru ingat kalau saat ini dirinya sedang mengandung.
"Ssshh," desis Agarha sambil megangi perut bawahnya.
"Eh, kau kenapa? Apa ada yang sakit?" Mareka semua terlihat panik.
"Perutku hanya keram saja, mungkin karena sejak pagi aku terus tegang dan stres. Jadi bayi yang sedang aku kandung merasa terkekan," jawab Agahta sambil terus menahan sakit.
"Kamu sedang hamil?" tanya semuanya dengan serentak. Tidak menyangka kalau Agatha dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.
"Suamimu sangat tega memenjarakan istri yang sedang mengandung. Apa pengadilan tidak membirikanmu keringanan karena saat ini kamu hamil?"
Agatha menggeleng. "Tidak. Tidak ada yang tahu tentang kehamilanku, aku juga tidak ingin semua orang mengetahuinya. Biarlah ini menjadi rahasiku sampai anak ini lahir."
Semua yang ada di sana merasa sangat sedih mendengar hal itu. Mereka sangat kagum melihat ketegaran yang ditunjukkan oleh Agatha.
...****************...
Agatha terbangun di tengah malam. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Bayangan saat suaminya menyeret dirinya masih terus membayang diingatan. Agatha tidak akan bisa melupakan saat itu.
Agatha mengusap perutnya yang masih rata. Niat hatinya ingin mengatakan tentang kehamilan harus terkubur karena suaminya yang memenjarakannya.
Hari itu Agatha ingin memberikan kejutan pada suaminya. Agatha ingin mengabarkan jika saat ini dirinya sedang hamil.
Dengan riang, wanita itu mendatangi kantor suaminya. Saat sampai di ruang kerja, dia melihat ada wanita yang sedang hamil sekitar 4 bulan duduk di kursi kerja suaminya.
Gerald Andrian Harianto, suaminya Agatha adalah seorang CEO muda yang tampan. Selama ini pernikahan antara Agatha dan Gerald memang berjalan biasa saja.
Mereka menikah karena perjodohan. Sehingga Gerald memang sedikit dingin pada istrinya itu. Mereka tidak banyak bicara.
"Maaf Mbak. Mas Gerald-nya di mana?" tanya Agatha pada wanita itu.
Wanita itu berdiri dari duduknya dan memandangi Agatha dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mendekati wanita itu.
"Kamu siapa? Kenapa bisa masuk ke ruang kerja Gerald tanpa izin?" tanya wanita itu dan menatap wajah Agatha dengan wajah kurang suka.
"Aku istrinya Mas Gerald." Agatha menjawab dengan tersenyum karena berpikir jika wanita yang ada di ruang kerjanya suaminya itu adalah karyawannya.
Namun, tanpa di duga wanita itu menarik kerah baju Agatha dan menatapnya tajam.
"Jadi kamu istrinya Gerald. Kamu yang telah merampas kebahagiaanku!" Wanita berkata dengan penuh penekanan.
Agatha tidak mengerti, kenapa wanita dihadapkannya saat ini malah menjadi marah. Kenapa dia mengatakan jika Agatha telah merebut kebahagiaan dirinya.
"Maaf, aku tidak mengerti maksud ucapan, Mbak."
"Dasar pecundang. Kenalin, aku Merlin kekasihnya Gerald. Saat ini aku sedang mengandung buah cinta kami. Jika saja kau tidak menerima perjodohanmu dengan Gerald, mungkin saat ini aku telah hidup bahagia tanpa penghalang seperti kamu!"
Agatha kaget mendengar ucapan wanita yang bernama Merlin itu. Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi. Suaminya memiliki seorang wanita idaman lain dan saat ini sedang hamil.
"Kamu pasti bohong. Mas Gerald tidak mungkin memiliki wanita lain," ucap Agatha dengan suara bergetar.
"Kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Mau lihat buktinya? Kamu lihatlah di atas meja kerjanya ada foto kami berdua bukan foto kamu."
Agatha yang penasaran mendekati meja kerja dan melihat foto suaminya dengan wanita lain dibingkai indah terpajang di atas meja kerjanya.
"Bagaimana? Apa kamu sudah percaya sekarang? Gerald itu tidak pernah mencintai kamu. Dia menikahi kamu hanya karena terpaksa. Kau hanyalah istri di atas kertas. Kau lihat ini. Perutku makin membesar dan sebentar lagi aku akan menberi keturunan buat Gerald. Aku pastikan dia akan menikahi aku setelah aku melahirkan. Siap-siaplah karena Gerald pasti akan mencampakkan kamu dan menceraikan kamu secepatnya."
Agatha memegang sudut meja sebagai tumpuan dia berdiri tubuhnya terasa lemah. Melihat wajah Agatha yang pucat Merlin menjadi tertawa riang. Dia memutar tubuhnya dan sedikit melompat.
"Kau tahu jika aku dan Gerald telah berhubungan badan lebih dari dua tahun lalu dan bertambah sering sejak dia menikah denganmu. Pasti karena kau yang tidak bisa memberikan kepuasan bagi suamimu."
Agatha menarik napas dalam. Tidak pernah dia menduga jika dalam rumah tangga mereka akan ada duri. Merlin yang sedang tertawa bahagia sambil menari membuat badannya kurang seimbang sehingga tersungkur ke lantai dengan keras.
Darah segar mengucur dari kakinya. Merlin yang melihat itu menjadi kuatir. Berteriak minta tolong. Agatha yang kasihan karena terbayang dirinya yang juga sedang hamil mendekati Merlin dan ingin membantunya berdiri. Tepat di saat bersamaan Gerald masuk dan melihat kekasih hatinya yang terduduk di lantai dengan kaki yang berdarah menjadi kuatir.
Gerald mendorong tubuh Agatha kuat, sehingga dia juga menjadi terduduk di lantai. Gerald langsung menggendong tubuh Merlin. Pria itu berlari meninggalkan Agatha seorang diri dengan perasaan sedih.
...****************...
Sesampainya di rumah sakit Gerald langsung menggendong tubuh kekasihnya ke ruang IGD. Dokter segera menangani. Setengah jam kemudian Dokter keluar menemui Gerald yang menunggu di depan ruangan.
"Apa ada keluarga ibu Merlin?" tanya dokter begitu keluar dari ruangan.
"Saya, Dok. Bagaimana keadaan Merlin?" tanya Gerald dengan suara kuatir.
Dokter itu tampak berpikir dan menarik napas sebelum mengucapkan sesuatu. Gerald yang menunggu suara Dokter itu menjadi makin kuatir. Dia sangat mengharapkan keturunan. Pernikahannya yang telah berlangsung enam bulan tidak ada tanda jika istrinya sedang hamil.
"Maafkan kami, Pak. Kami telah berusaha tapi benturan keras pada perut istri Bapak, menyebabkan anak yang ada dalam kandungan istri Bapak tidak dapat kami tolong. Istri Bapak mengalami keguguran."
Seperti mendengar petir di siang hari, Gerald kaget dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan dokter. Harapannya memiliki keturunan secepatnya, tidak akan terwujud. Tubuh Gerald menjadi lemas tak bertenaga.
"Apa sudah tidak bisa ditolong lagi, Dok. Aku akan membayar berapapun asal bisa menyelamatkan bayinya."
"Maaf, Pak. Tapi anaknya memang tidak dapat di tolong lagi. Sudah tiada. Kami turut berduka. Dokter hanya bisa berusaha dan yang menentukan semua tetaplah Tuhan."
Gerald memegang dinding untuk menopang tubuhnya yang lemah. Dokter meminta izin untuk melakukan kuret.
Kuret adalah nama sebuah alat bedah yang digunakan untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Tindakannya disebut dengan kuretase. Prosedur kuret atau kuretase umumnya memakan waktu sekitar 10–15 menit, dan pasien akan mendapatkan pembiusan saat menjalani prosedur ini.
Saat ini Merlin telah menjalani kuret dan telah dipindahkan keriangan rawat inap. Dokter mengizinkan pulang setelah 3 jam jika tidak terjadi pendarahan. Namun, Gerald memilih untuk di rawat inap sampai kekasihnya itu pulih.
Gerald duduk di samping ranjang sambil menggenggam tangan Merlin kekasihnya. Sesekali dikecupnya tangan wanita itu.
Satu jam berlalu akhirnya Merlin membuka mata. Merlin melihat wajah kekasihnya kusut menjadi bertanya-tanya. Apa yang terjadi? Satu menit barulah kesadarannya kembali. Merlin teringat jika dia jatuh.
"Ge, bagaimana kandungan aku? Tidak terjadi apa-apa dengan kehamilan aku'kan?" tanya Merlin.
Gerald makin mempererat genggaman tangannya. Tampak sekali jika pria itu kesulitan untuk bicara.
"Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bisa menjaga kamu dan calon bayi kita. Dia telah tiada. Kamu mengalami keguguran, Sayang," ucap Gerald akhirnya.
"Tidakkkk ...," teriak Merlin. Gerald memeluk tubuh wanita itu memberikan kekuatan.
"Ini semua gara-gara wanita itu. Dia mendorongku. Istri kamu pasti iri dan marah karena tahu aku sedang mengandung anakmu," ucap Merlin.
Merlin berani menuduh Agatha karena dia tahu jika setiap siang sampai pulang kerja, cctv di ruang kerja Gerald sering dimatikan jika dia datang berkunjung. Semua itu karena Gerald dan Merlin sering memadu kasih bahkan bercinta di ruang kerja itu.
"Kamu harus memberikan hukuman yang setimpal sama pembunuh anak kita. Gara-gara istrimu itu aku kehilangan anak. Dia pembunuh," ucap Agatha kembali.
Gerald yang terbawa emosi membuat pikirannya buntu. Dia langsung saja percaya dengan ucapan Merlin. Gerald langsung menghubungi pengacaranya.
"Lakukan apa saja yang bisa membuat wanita itu masuk penjara dengan hukuman paling berat. Aku akan membayar berapa saja asalkan wanita itu bisa di bui."
Orang suruhan Gerald itu berusaha memenuhi keinginan atasannya walau ha;rus melakukan tuduhan palsu. Satu jam kemudian Gerald pamit dari rumah sakit.
"Sayang kamu tunggu di sini. Aku akan mengurus sesuatu. Jika butuh bantuan, minta tolong saja dengan perawat."
"Baiklah, Sayang. Jangan lupa minum obatnya setelah makan."
Gerald mengecup dahi dan kedua pipi kekasihnya sebelum meninggalkan ruang rawat itu.
Sementara di rumah kediaman mereka, Agatha heran melihat kedatangan polisi yang cukup banyak.
"Ada apa ini, Pak?" tanya Agatha pada pengacara suaminya. Dia pernah melihat pengacara itu.
"Maaf, Bu. Ibu kami tahan dengan tuduhan pembunuhan!" ucap salah seorang polisi wanita.
Mendengar ucapan polisi itu, Agatha berjalan mundur. Dia menjadi ketakutan. Wanita itu tidak mau dipenjara atas apa yang tidak pernah dia lakukan.
"Aku tidak pernah membunuh siapapun. Jangankan membunuh, melukai seseorang aja aku tidak pernah," ucap Agatha.
"Maaf, Bu.Banyak saksi atas perbuatan ibu dan pernyataan mereka semua memberatkan Ibu!" ujar polisi itu lagi.
"Siapa yang aku bunuh? Aku tidak pernah melakukan itu," ucap Agatha lagi.
"Ibu telah melakukan pembunuhan pada calon bayi Bapak Gerald dan Ibu Merlin!".
Agatha baru mengerti sekarang. Jadi wanita simpanan suaminya itu mengalami keguguran dan dia di tuduh sebagai pembunuh. Pasti wanita itu yang telah berbohong.
"Aku tidak melakukan apa-apa. Dia jatuh sendiri," ucap Agatha membela diri.
"Jangan dengarkan kata wanita itu. Jebloskan dia dipenjara dengan hukuman yang paling berat!" ucap Gerald yang muncul dari pintu. utama.
"Mas Gerald, aku bersumpah tidak melakukan itu. Wanita itu jatuh sendiri," ucap Agatha masih berusaha membela diri.
"Mana ada penjahat yang mengaku. Bawa dia segera. Aku mau dia di penjara segera!" perintah Gerald.
Dua orang polisi mengapit Agatha dan memasangkan borgol ketangannya. Agatha berusaha memberontak. Namun, tenaganya tidak sekuat mereka.
"Bawa wanita itu segera. Aku mau dia dipenjara dengan hukuman paling berat agar dia menyesal karena menyentuh kekasihku!"
"Mas, aku bersumpah tidak pernah melakukan itu," teriak Agatha. Namun, percuma polisi tetap menyeretnya masuk ke mobil tahanan.
Gerald melihat ke arah Agatha dengan mata menyala. Seperti akan memakannya.
Sebelum masuk ke mobil tahanan, Agatha berpaling dan memandangi Gerald dengan mata tajam.
"Kau akan menyesal suatu saat nanti jika tahu aku tidak bersalah. Aku bersumpah akan membalas semua yang kau lakukan padaku!" teriak Agatha.
Hati wanita mana yang tidak hancur jika suami sendiri tidak percaya pada kita dan memenjarakan kita atas apa yang tidak pernah dia lakukan.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!