Dering telepon siang itu cukup mencengangkan Keanu yang tengah bersiap untuk meeting hari itu. Pria dua puluh delapan tahun itu tercengang tak percaya begitu mendapat kabar bahwa saudaranya meninggal. Pasalnya, Keanu baru saja bertelponan satu jam yang lalu. Dengan mengatakan kalau saudaranya akan pulang esok ke rumah utama karena sudah lama tak mengunjungi rumahnya.
"Tidak mungkin, Fiona tidak mungkin meninggal!" gumam Keanu tak percaya.
Pria itu langsung menutup pekerjaannya dan bertolak ke Surabaya. Dengan perasaan tak menentu ditemani asisten pribadinya. Keanu menuju tempat dinas saudaranya.
Saat pria itu sampai, dibuat tercengang berdasarkan keterangan yang di dapat dari tim medis yang memeriksa. Bahwa saudaranya meregang nyawa setelah mengkonsumsi makanan olahan rumahan.
Tangis batin langsung mendera. Ekspektasi esok hari akan segera bertemu merayakan tahun baru bersama harus berakhir setragis ini.
Keanu menuju ruang jenazah, menyaksikan sendiri bahwa saudaranya sudah terbujur kaku tanpa pesan. Terlihat jelas betapa terpukulnya pria itu kehilangan saudaranya yang selama ini begitu Keanu sayangi.
Setelah mengurus kepulangan jenazah ke rumah utama. Keanu tidak langsung pulang. Melainkan mencari tahu sejenak ke rumah tinggal Fiona selama di sana. Barang kali ia menemukan jejak kejahatan yang tak terduga. Termasuk mengecek CCTV rumahnya.
Pria itu dibuat tercengang setelah menemukan sebuah rekaman seseorang bertandang ke rumahnya. Nampak akrab sembari memberikan sebuah bingkisan.
Setelahnya, vidio itu terjeda dan tidak lagi menampilkan keduanya. Entah apa yang salah. Yang jelas, Keanu langsung mengarah pada satu orang yang terakhir bersamanya.
Brakk!
Suara dentuman pintu menabrak dinding hingga terjadi kerusakan di setiap sudut dan sisi. Berbarengan dengan seorang pria menyembul dari balik pagar. Siluet tubuhnya yang kekar masuk tanpa permisi.
"Ada apa, ini? Siapa Anda? Kenapa masuk rumah orang tanpa sopan santun!" tanya seorang gadis langsung berhambur keluar mencari tahu siapakah gerangan yang bertamu tak tahu aturan.
Seorang lelaki menyorotnya tajam dan dingin. Berjalan mengikis jarak, hingga membuat Sharen mundur teratur dengan wajahnya kaget.
"Makanan apa yang kau berikan untuk Fiona!" bentak Keanu murka. Langsung mencengkram rahang gadis itu hingga kesulitan bernapas.
Sharen terbatuk seraya berusaha meloloskan diri dari cengkraman sadis pria itu. Namun, tangannya yang kekar, tak mampu membuat perlawanan imbang di antara sisa tenaganya. Dengan ringan Keanu menghempaskan hingga perempuan itu terhuyung ke belakang. Terhempas ke lantai keramik begitu saja.
"Apa maksud Anda? Makanan? Saya tidak memberikan apa pun. Selain kue yang Fiona minta untuk testimoni buatan besok yang ia pesan."
"Kamu tahu akibat fatal yang kamu lakukan!" sentak pria itu bertambah murka. Berjongkok mendekati Sharena yang masih bersimpuh di lantai merasakan suasana kaget tiba-tiba didatangi pria asing yang langsung menghardiknya tanpa ampun.
"Pembunuh!" pekik Keanu menggelegar memenuhi telinganya.
Sementara di kediaman Abraham, tengah dirundung duka begitu Keanu memberikan kabar berpulangnya saudaranya, Fiona. Keluarga langsung bersiap menyambut jenazah dan memberikan penghormatan terakhir untuk saudaranya yang gugur di medan tugas.
Keanu sendiri langsung pulang begitu mengultimatum perempuan bernama Sharena itu. Usut punya usut mereka adalah berteman baik selama masa kuliah.
Pria itu akan mencari bukti dan akan melempar dengan tangannya sendiri ke jeruji penjara jika terbukti bersalah.
Usai pemakaman yang masih menyisakan duka mendalam di lubuk hati keluarga besar. Kematian Fiona yang begitu mendadak tentu menjadi tanda tanya besar. Namun, lagaknya Keanu tidak puas jika langsung mengirimnya ke penjara tanpa gadis itu melewati rasa sakit berdarah-darah dulu. Pria itu pun menaruh dendam dan kebencian yang siap dimuntahkan.
Di sisi lain, Sharen nampak masih shock duduk di ruang kosong mengetahui kematian sahabatnya. Kenapa pria itu malah menuduhnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Sungguh Sharen tidak tahu pasti. Apalagi menghabisi nyawanya. Jelas saja itu tidak mungkin.
"Fiona, kenapa bisa jadi seperti ini, siapa yang telah melakukan ini," gumam gadis itu masih belum percaya.
Bingung hendak melakukan apa, Sharen juga merasa tak aman, takut-takut pria asing itu akan datang kembali menuduhnya. Sharena malam itu terpaksa pergi dari rumah dengan membawa baju dalam tubuhnya saja. Niat hati ingin menepi sejenak. Mungkin ia akan merasa aman jika di rumah orang tuanya dari pada tinggal dikontrakan.
"Mau ke mana pembunuh!" sentak Keanu tiba-tiba muncul mengagetkan Sharen. Hingga ponsel gadis itu terjatuh. Namun, dengan sigap Keanu menginjaknya tanpa ampun.
Tatapannya yang dingin dan tajam, seakan mengulitinya hidup-hidup. Sharen jelas ketakutan mendapati pria itu lagi. Belum sempat menenangkan diri setelah hampir dua hari merenungi, kini apa yang dikhawatirkan terjadi. Pria jelmaan iblis itu datang kembali dengan tuduhan yang tak pasti.
Sharen berlari sejauh mungkin, terseok-seok menghindari langkah lebar pria itu. Dirinya bagai di ujung mimpi buruk.
Suara deru napas dalam dadanya seakan mau lepas. Sharen sudah tidak kuat lagi setelah lari begitu jauh. Perempuan itu bahkan tidak menyadari sekarang ada di mana. Hendak meminta bantuan seseorang pun urung lantaran ponselnya tertinggal jauh bersama pria itu.
"Wah ... cewek cantik, Bro!" ucap seorang lelaki menembus pendengarannya.
Sharen langsung menoleh, suasana agak gelap membuatnya tidak begitu paham dengan wajah-wajahnya.
Mengetahui situasi yang tidak aman, gadis itu kembali mengambil ancang-ancang. Bersiap melesat setelah tiga hitungan mundur.
Sharen kembali ke arah awal. Membuatnya tanpa sadar kembali mendekati singa lapar yang ingin menghakiminya.
Keanu langsung terhenti begitu mendapati gadis yang tengah ia cari menyerahkan nyawanya sendiri.
Sharena langsung mengerem kakinya yang hampir oleng menabrak seseorang yang berdiri tegap dengan gagah. Ia dihadapkan dengan situasi rumit. Maju orang jahat, mundur pria kejam yang menginginkan penebusan.
Tiga pemuda yang mengejar Sharen ikut terhenti, menyorot tajam pria di depannya yang berdiri tanpa getar.
"Serahin cewek itu, dia memasuki kawasan kami, mengumpan dirinya sendiri!" ucap salah seorang pemuda menunjuk Sharen dengan penuh minat.
Sharen menggeleng resah, memperhatikan kiri dan kanan yang seakan sama-sama membuatnya dalam kesusahan. Apakah gadis itu akan berakhir di tangan Keanu, atau tiga pemuda yang menatapnya dengan lapar.
Pria itu menarik lengan Sharen, mencengkramnya begitu kuat.
"Sudah saatnya kamu menerima atas balasan yang menimpa adikku!" bisik Keanu dengan tatapan mengarah ketiga pemuda yang tengah menyorotnya galak.
Dengan tubuh gemetar Sharen menggeleng resah. Berharap ada keajaiban malam ini yang akan membuatnya selamat sampai esok hari. Agar bisa membuktikan bahwa apa yang dituduhkan padanya tidaklah benar.
"Aww ...," desis Sharen merasa kakinya begitu ngilu setelah terkantup benda kasar di tanah. Dengan kasar pria itu menariknya lalu menghempaskan ke belakang. Sakit, itulah yang dirasakan. Namun, setidaknya ia merasa lebih bersyukur terhindar dari tiga manusia yang saat ini tengah adu kekuatan dengan Keanu mempertahankan lawan.
Keanu langsung menarik Sharen agar menjauh begitu tiga bajingan itu terkapar oleh pukulan telaknya. Pria itu melangkah lebar, mengabaikan kaki Sharen yang nampak kesakitan. Berlari sebelum pria-pria kurang kerjaan itu bangkit mengejarnya.
Sharen sendiri meringis terseok-seok mengimbangi langkah lebar Keanu yang sama sekali tidak menghiraukan dirinya.
Gadis itu menarik tangannya dalam cengkraman Keanu, lalu berhenti sejenak. Membuat pria itu ikut berhenti, memutar tubuhnya dengan tatapan ingin membunuh.
Gadis itu menghela napas pasrah, merasakan perih, dan ngilu pada kakinya. Sepertinya ia tak sanggup untuk berjalan. Sementara ketiga penjahat itu berusaha mengejar lagi, tiga lawan satu tentu bukan lawan yang sebanding.
Keanu berjalan pelan, meninggalkan Sharen tanpa peduli. Bersikap bodo amat lalu kembali melangkah. Sementara Sharen sendiri, nampak galau melangkah, tetapi melihat ketakutan di belakang sana yang sama ingin memangsa dirinya, berhenti bukan pilihan yang tepat.
Sharen kembali mengikuti langkah Keanu dengan hati putus asa. Tak ada pilihan lebih baik yang bisa ia pilih.
Pria itu menyorot tajam perempuan di belakangnya yang berjalan pincang dengan perlahan. Seakan tak peduli, mengabaikan begitu saja rasa sakit gadis itu.
Sementara Sharen, terpaksa terus mengikutinya dari pada harus putar balik dan berakhir dengan ketiga penjahat itu. Cukup jauh kaki itu melangkah, rasa sakit yang mendera akhirnya membuatnya tumbang hingga ambruk tak sadarkan diri.
Keanu yang melihat itu seakan tidak peduli. Namun, melihatnya terkapar tak berdaya di atas jalan membuat pria itu akhirnya berbelok lalu dengan terpaksa mengamankannya. Membawanya ke sebuah tempat, berusaha mengobati kakinya yang jelas terdapat luka dan sedikit membengkak.
Usai mengobati Sharen, pria itu mengamatinya dengan penuh kebencian. Mengingat kembali saudaranya yang telah pergi akibat ulahnya.
Perlahan Sharen terjaga, samar netra itu memandang sekitar. Terkesiap saat menemukan dirinya berada di tempat asing dengan kondisi kaki diperban. Perempuan itu meringis saat hendak melangkah turun dari kursi yang saat ini ia tempati untuk rebahan.
Gadis itu terdiam dengan wajah memucat, melihat Keanu yang menatapnya seakan memakan dia hidup-hidup. Menunduk dengan perasaan resah. Berharap bisa pulang ke rumah dengan aman.
Diam-diam Sharen memikirkan cara untuk keluar dari tatapan pria itu. Menunggu cukup lama, setelah dirasa cukup aman, Sharen perlahan berjalan keluar. Berharap ada pertolongan di luar sana yang akan memberikan kehidupan lebih baik untuknya.
Sementara Keanu yang baru saja kembali setelah membeli makanan, dibuat murka mendapati Sharen telah pergi.
Pria itu menatap kursi panjang yang tadi ditempati Sharen dengan perasaan bergemuruh.
Sharen sendiri telah berhasil meloloskan diri. Ia pulang ke rumah orang tuanya yang seperti biasa, nampak tak begitu peduli.
"Ayah, aku pulang," ucapnya masuk setelah mengucap salam.
"Tumben pulang, bukankah sudah nyaman hidup di luar sana!" sahut Ibu dingin.
"Kakimu kenapa?" tanya Ayah demi melihat cara putrinya berjalan sedikit pincang.
"Keseleo, Yah, tidak apa-apa, hanya luka kecil," jawabnya lalu pamit ke kamar.
Perempuan itu duduk di atas ranjang, merebah perlahan dengan mata terpejam. Sedikit memberi ketenangan, setelah melewati hari buruk beberapa jam lalu, yang bahkan hampir mencelakai dirinya.
Samar-samar terdengar keributan di ruang tamu, Sharen penasaran, tetapi tubuhnya yang masih butuh ditenangkan mengurungkan niatnya untuk keluar. Ia butuh istirahat barang sejenak menenangkan batin dan juga pikirannya.
Suara ketukan pintu yang menggema, membuat gadis dua puluh tiga tahun itu kaget. Ia baru saja hendak terlelap, rasanya enggan beranjak.
"Sha, keluar, bawa sekalian barang-barangmu!" ucap Ibu cukup mengagetkan.
"Tapi Bu, ada apa? Sharen ingin tinggal di sini untuk beberapa hari, kakiku sedang sakit," sahut gadis itu turun dari ranjang.
"Ayahmu ingin bicara, keluar sekarang!" titahnya dingin.
Sharen keluar dari kamar dengan wajah bingung. Menemui ayahnya yang saat ini tengah duduk manis bersama seorang pria, yang tak lain adalah Keanu.
Pria bertubuh kekar itu menyorotnya datar, sementara Ayah nampak bingung.
"Ayah! Ada apa ini?" tanya Sharen merasa tidak enak.
"Pria ini akan menjemputmu, Sharen, ikutlah!" ucap Ayah tenang.
"Tidak Ayah, dia ingin menyakitiku, aku tidak mau ikut dengannya," tolak Sharen cepat.
Keanu berdehem cukup keras, membuat pria tua itu kembali menatap Sharen dengan kesal.
"Ayah bilang kemasi barangmu, ikutlah dengannya."
"Tapi Ayah, Sharen takut, Sharen tidak mau!" tolak perempuan itu hampir menangis.
"Kamu harus mau, karena ayah telah menjualmu pada pria ini sebagai jaminan atas hutang ayah yang menggunung," ucap pria tua itu lantang.
Mendengar itu, seketika lemas lutut Sharen, seakan tiada daya untuk melangkah. Apa katanya? Dijual sebagai penembus hutang? Sharen jelas syok, ia tak percaya ayahnya akan sekejam ini. Walaupun biasanya terlihat datar dan nampak tak peduli, tetapi ini lebih kejam dari apa pun.
"Tapi Ayah, kenapa Ayah begitu tega?" tanya Sharen mengiba. Ia jelas ketakutan jatuh ke tangan pria kejam yang sengaja Sharen hindari beberapa jam lalu.
Berharap pulang bisa lolos darinya, nampaknya hanya akan menjadi angan saja. Karena pada kenyataannya, pria itu sudah berdiri lalu memiringkan kepalanya dengan mengkode dua pria bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam membawanya masuk ke dalam mobilnya.
"Ayah, Ibu, tolong! Sharen tidak mau," pekik gadis itu tak mampu melawan.
"Jadilah anak yang baik dan berbakti Sharen, kalau kamu tidak begini, ayah dan ibumu akan masuk penjara," ucap Ibu tanpa merasa berdosa. Seakan baik-baik saja menukar anaknya sebagai penebus hutang.
Kenapa keluarganya begitu tega, benarkah Sharen itu anaknya? Gadis yang tengah ketakutan itu bertanya-tanya dalam hati.
Dengan tubuh gemetar, Sharen terpaksa masuk ke mobilnya. Perempuan itu menangis ketakutan. Sementara Keanu tersenyum penuh rencana yang sudah terlist di dalam otaknya.
"Diam! Berhenti menangis!" bentak Keanu kesal. Membuat Sharen terdiam dengan batin nelangsa. Menyusut air matanya yang banjir membasahi pipi.
Mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Berhenti tepat di sebuah villa. Keanu langsung keluar begitu sang supir memarkirkan mobilnya dengan benar.
"Keluar!" titah Keanu dingin.
Sharen keluar dengan wajah kuyu dan tubuh gemetar. Jelas saja perempuan itu takut, ia seperti masuk kandang singa setelah keluar dari jeratan buaya.
"Jalan!" pekiknya lantang.
Melihat Sharen yang enggan melangkah, Keanu menyeretnya dengan gemas. Lalu menarik tangan perempuan itu, kemudian menghempasnya ke depan kandang-kandang Anjing yang tengah menggonggong.
"Bersihkan kandang-kandang Anjing itu, tanpa terlewat sedikit pun!" titah Keanu tanpa mau tahu.
Sharen jelas ketakutan, mendengar gonggongannya saja membuat ia gemetar sambil menutup kedua telinganya. Apalagi membersihkan binatang itu dan kandangnya, perempuan itu tak punya nyali untuk mendekat.
Melihat Sharen yang ketakutan, Keanu tersenyum puas, ia akan membuat perempuan itu membayar mahal atas kesalahannya, sampai perempuan itu melambaikan tangan, mengakui kesalahannya dan menyerah untuk hidup.
Sharen menutup kedua telinganya dengan tubuh bergetar mendengar gonggongan Anjing yang seakan memangsa dirinya bila dilepaskan.
Keanu meninggalkan tempat itu begitu saja tanpa peduli ketakutan Sharen. Pria itu seakan tidak peduli sama sekali. Kembali menghadapnya dengan melempar sikat, sapu, dan alat kebersihan lainnya.
"Kerjakan semuanya dengan benar!" titahnya dingin.
Sharen dengan tatapan takut mulai melakukan apa yang diperintahkan. Ia membersihkan sekitarnya saja sudah ketakutan. Pipinya basah karena tangis tak berhenti sedari tadi, ia merasa diperlakukan tidak adil.
Cukup lama gadis itu berkutat dengan alat tempur kebersihan. Hingga setengah hari pria itu datang meneliti, melihatnya duduk di pojokan terdiam tanpa tahu harus melakukan apa. Sharen langsung berdiri mundur teratur saat pria itu mendekat. Menunduk tanpa berani menatapnya.
"Tegakkan kepalamu, tatap lawan bicaramu!" bentak Keanu menatap tajam.
Sharen menelan ludah kasar, menunduk dengan derai air mata.
"Tegakkan kepalamu, Sharen!" sentak Keanu meninggikan satu oktaf nada bicaranya.
Sharen menyusut air matanya dengan punggung tangannya. Berusaha menatap netranya yang tengah menyorotnya seakan membunuhnya begitu saja.
"Dengar baik-baik, mulai sekarang kamu adalah tawananku, ayahmu telah menjualmu padaku. Bukankah itu terserah pembelinya ingin melakukan apa!" tandas Keanu cukup jelas.
Rasa benci dan dendam pada diri pria itu telah mendarah daging. Menatap dengan penuh kebencian, setiap rasa sakit yang adiknya lalui harus Sharen bayar mahal untuk hari ini.
Gadis itu terdiam pilu, tidak adakah keadilan di dunia ini untuk dirinya yang bahkan tidak melakukan itu semua. Hanya buliran bening dan jeritan yang mewakili deritanya kali ini.
"Berhenti menangis! Tegakkan kepalamu, sambutlah neraka di depanmu!" ucap pria itu penuh intimidasi.
Mendengar hal itu, luruh sudah semangat hidupnya. Sakit tubuhnya tak berarti, lebih perih batinnya yang seakan menjerit meminta dibebaskan.
Puas memaki sesuka hati, Keanu nampak beranjak dengan santai. Sementara Sharen benar-benar tak kuat menahan ini semua. Ia bahkan tidak seharusnya bagai di penjara hanya karena ulah ayahnya yang tega menukar dirinya sebagai alat tukar uang.
"Aku harus bisa pergi dari sini," batin Sharen mencoba mencari celah. Tidak mungkin dirinya kuat bertahan di bawah tekanan pria jelmaan iblis itu.
Sharen mencoba keluar lewat pintu belakang. Gadis itu menepi sejenak bagai pengintai memastikan sekitar tak ada orang dan bahaya. Gadis itu mengintip terlebih dahulu area samping sebelah pintu keluar yang ternyata dijaga seorang pria dengan pakaian serba hitam dan tubuh tegap.
Sharen pun mengurungkan niatnya untuk keluar, mencoba mencari celah yang lain. Sharen yakin sekali, pintu keluar belakang rumah pria itu lebih dari satu. Mengingat banyak celah langsung menghadap ke timur yang nampak kawasan lepas.
Sharen melangkah dengan hati-hati, berusaha membuka gerbang yang tak begitu besar. Cukup untuk dua orang berpapasan. Perempuan baru saja mengayunkan kakinya keluar tetiba suara bariton itu menyeru.
"Berani melangkahkan kakinya keluar satu senti pun, akan aku pastikan Anjing peliharaan kesayanganku akan mencabik tubuhmu!" ucapnya dingin seraya menuntut hewan peliharaannya yang begitu penurut. Sekali saja titah itu diberikan, sudah pasti hewan itu akan mengejarnya.
Sharen diam di tempat, nyalinya menciut. Mengingat pria itu begitu dominan bagai iblis hidup. Gadis itu mengurungkan niatnya yang begitu menggebu kebebasan.
Keanu sendiri berjalan gontai mendekati Sharen setelah menyerahkan Anjing peliharaan miliknya diamankan. Dengan gemas pria itu menarik tangan Sharen lalu menghempaskan tubuhnya begitu saja ke lantai paving.
"Punya nyali ya, baru aku peringatkan terang-terangan berulah! Dasar perempuan bedebah!" murka Keanu lantang. Menyambar selang taman lalu menyemprotkan ke tubuh Sharen dengan kekuatan penuh.
Sharen yang menerima perlakuan kasar itu menjerit seraya melindungi kepalanya menyembunyikan wajahnya. Rasa dingin dan sakit langsung menyerbu tubuhnya. Keanu melakukannya tanpa ampun, di saat yang bersamaan memorinya mengingat Fiona yang terbujur kaku telah pergi. Hatinya makin murka dibuatnya.
Pria itu baru berhenti setelah mendapati handphone di saku jasnya bergetar. Ia melempar selang di tangannya begitu saja. Menyisakan Sharen yang tengah menggigil menahan dingin.
"G***ok! Jangan memberikan pernyataan apa pun bod*h!" maki pria itu menyahut telepon di sebrang sana. Pria itu terdengar begitu marah. Kembali menatap Sharen yang tengah memeluk dirinya sendiri menahan dingin di sekujur tubuhnya.
Hari sudah sore kala pria itu kembali menyeret perempuan itu untuk membersihkan kamar mandi.
"Bersihkan tubuhmu!" ucapnya dingin seraya melempar satu pakaian lengkap menimpuk tubuhnya, lalu mengurungnya di sana hingga petang.
Keanu tidak begitu peduli selama perempuan itu terdiam di sana. Pria itu baru menyadari saat menjelang makan malam. Melangkah gontai membuka kuncinya, mendapati Sharen yang terdiam di sana sembari memeluk dirinya sendiri.
"Keluar!" titahnya dingin.
Sharen mendongak berjalan perlahan menjauh dari ruang yang satu setengah meter persegi itu. Merasakan tubuhnya lebih baik setelah berpacu dalam ruang pengap.
"Untuk apa diam di sana! Jalan!" sentaknya lagi dengan kesal.
Sharen hanya bingung, Keanu yang melihat pergerakan Sharen begitu pelan tak sabar kembali menariknya lalu menghempaskan ke kursi makan.
Di meja besar itu terdapat begitu banyak hidangan yang cukup menggugah selera pada normalnya. Namun, Sharen tak merasa lapar, apalagi minat untuk makan. Gadis itu hanya ingin pergi, menjauh dari sana. Kembali pada kehidupannya yang damai seperti dulu.
"Makan!" sentak Keanu galak. Melihat Sharen hanya diam saja.
Perempuan itu masih enggan mengambilnya. Biarlah ia kelaparan sekalian dari pada hidup dalam tawanan presdir kejam.
"Aku bilang ambil dan isi piringmu, habiskan semuanya!" bentak Keanu hilang kesabaran melihat Sharen tak kunjung beranjak mengambilnya.
"Ambil, atau aku patahkan tanganmu!" tandas Keanu menatap murka.
Tangis Sharen kembali pecah, menatap banyaknya makanan itu dengan nanar. Tangannya terulur dengan tubuh gemetar menyuap ke mulutnya. Memaksa Sharen untuk menghabiskan semuanya tanpa sisa.
"Jangan berani menyisakan satu butir pun nasi di piringmu, habiskan semuanya!" titahnya tak mau tahu.
Sharen menelan dengan ludah kasar. Terasa berhenti di tenggorokan. Berusaha mendorongnya, menikmati dengan tatapan sadis. Usai menikmati makan malam penuh intimidasi, pria itu bangkit dengan langkah kasar. Menatapnya seakan belum berakhir kekejamannya untuk hari ini.
"Ikut denganku sekarang!" ucap pria itu tanpa mau dibantah.
Sharen berjalan pelan, masuk ke mobil sesuai interuksi pria itu. Mobil melaju dengan kecepatan penuh. Membuat penumpang di jok belakang jelas senam jantung dibuatnya. Pria itu baru menghentikan di bahu jalan gelap.
"Turun!" titahnya dingin dengan sorot menyala bakal mata elang memangsa.
Sharen turun dengan tatapan nyalang menatap sekitar yang nampak gelap dengan banyaknya pohon besar.
Keanu kembali menatapnya dengan tatapan membunuh. Menarik Sharen agar mengikutinya dengan sisi kiri dan kanan nampak pemakaman umum. Tanpa diduga sama sekali, Keanu menghempaskan tubuh Sharen ke pusara Fiona.
"Malam ini, kamu akan menemaninya di sini!" ucap pria itu dingin.
"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!