Bunyi lonceng yang terdengar nyaring menjadi penanda pulang sekolah telah tiba. Para murid yang baru menyelesaikan ujian akhir itu berhamburan keluar dari kelas mereka. Pun begitu dengan Meisya, gadis cantik kelas 12 IPA 1 yang merupakan murid paling cerdas di angkatannya.
Gadis itu keluar dari kelas sambil menenteng tas selempangnya yang tidak berisi apa-apa karena memang mereka sedang ujian. Setelah ini mereka semua akan bebas dan mulai menentukan masa depan.
“Sayang, jalan yuk!” ajak cowok tampan yang merupakan kekasih Meisya. Laki-laki berperawakan tinggi dengan kulit putih yang sempurna itu sudah berdiri di depan kelas Meisya bahkan sebelum jam pulang.
“Jalan ke mana?” tanya Meisya malu-malu. Mereka sudah pacaran setahun lebih, tapi tetap saja Meisya masih begitu terpikat oleh pesona cowok tampan itu.
“Ya, jalan-jalan aja habisin bensin. Mau nggak?” tanya pacar Meisya itu.
“Cie, cie, yang punya pacar jalan-jalan. Ikut dong, El!” goda salah satu teman Meisya.
“Motornya nggak muat! Ajak Reno aja sono!” balas Ello, sapaan cowok tampan itu. “Jadi gimana, Sya? kamu mau kan jalan-jalan sama aku?”
Meisya berpikir cukup lama, sampai akhirnya gadis itu mengangguk setuju. “Tapi aku izin sama Kakak aku dulu ya,” kata Meisya yang sebenarnya sedikit takut pada suami dari kakaknya.
“Oke, Sayang.”
Meisya sudah kehilangan kedua orang tuanya beberapa waktu yang lalu, dan saat ini dia tinggal bersama sang kakak di rumah mewah milik kakak ipar Meisya. Setelah menelepon kakaknya dan mendapat izin, Meisya dan Ello akhirnya bisa pergi tanpa pulang ke rumah lebih dulu.
Saat ini, dua remaja itu sudah berganti pakaian dengan baju baru yang dibelikan Ello. Meisya juga sudah dibonceng Ello dengan motor besarnya. Meski bukan kali pertama dibonceng Ello, tetap saja Meisya merasakan bahagia yang luar biasa.
“Sya, peluk aku dong, Sayang!” kata Ello sembari meraih tangan Meisya dengan tangan kirinya.
Gadis itu dengan malu-malu merangkul perut Ello dan menyandarkan kepalanya yang mengenakan helm di punggung kekasihnya. Meisya begitu menikmati perjalanan bersama Ello kali ini karena mungkin ke depannya mereka tidak bisa menikmati momen seperti ini lagi.
Ello sudah berencana untuk kuliah di luar negeri setelah lulus nanti, sedangkan Meisya tidak banyak bermimpi untuk bisa kuliah karena orang tuanya sudah tiada. Meisya tidak mau membebani kakak dan iparnya yang sudah mau melunasi hutang-hutang yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Kali ini, Meisya ingin bekerja saja supaya tidak merepotkan orang lain.
Ello mengukir senyum bahagia saat merasakan hangatnya dekapan tubuh Meisya di belakang punggungnya. Dia begitu mencintai gadis itu dan sangat berat saat tahu Meisya tidak bisa pergi ke luar negeri bersamanya.
Sesekali tangan Ello mengusap lembut tangan Meisya yang sedang memeluknya. Siang itu, cuaca panas di jalan raya seolah tergantikan dengan kesejukan hati yang mereka rasakan. Dua insan yang saling mencinta itu larut dalam perasaan mereka masing-masing.
*
*
Meisya tersenyum bahagia saat Ello membawanya ke pantai. Hari telah berganti sore dan Ello akhirnya mengajak Meisya untuk mengukir kenangan indah bersama yang akan mereka ingat saat berpisah nanti.
“Ini tempatnya bagus banget, El!” seru Meisya yang baru pertama kali datang ke tempat ini. Gadis itu turun dari boncengan Ello dan menghirup udara pantai dengan bahagia.
Melihat senyum manis itu, rasanya Ello benar-benar tidak rela harus berpisah dengan Meisya. Namun, Ello ingin memberikan kebahagiaan yang sempurna untuk Meisya dengan menjadi orang yang sukses dengan menjadi arsitek dan mengembangkan perusahaan ayahnya yang bergerak di bidang konstruksi.
“Bagus dong, cantik nggak?” tanya Ello yang kini sudah berdiri di samping Meisya.
“Cantik banget, Ello! Aku mau ke sana ya, ke tengah laut sana!” seru Meisya sambil menunjuk jembatan berlapis kayu yang akan membawa pengunjung menuju laut.
“Lebih cantik kamu, Sya!” balas Ello sembari menatap wajah wanitanya.
Meisya tersenyum malu-malu menanggapi celetukkan Ello itu. Dia menunduk menyembunyikan rona merah di wajahnya. Namun tiba-tiba Ello merangkulnya dan membawa Meisya menuju tempat yang diinginkan gadis itu.
“Ello!” pekik Meisya dengan raut bahagia.
Ello malah mencium kening gadis itu dan membawanya berlari. Dua insan itu begitu bahagia sore ini bermain di pantai demi mengukir kenangan indah yang akan selalu terkenang selamanya.
Sampai akhirnya, Meisya mendapat kabar dari kakaknya bahwa hari ini kakak dan kakak iparnya tidak pulang ke rumah karena ada keperluan mendadak. Saat itu, hari sudah hampir gelap dan mereka masih menikmati senja di tepi pantai.
“Kakak aku nggak pulang, El! Nanti anter aku ke rumah Vanesa saja ya!” pinta Meisya pada kekasihnya itu.
Ello menatap lekat-lekat wajah Meisya yang sedang gelisah. Dia lalu meraih tangan gadis itu yang membuat Meisya ikut menatapnya.
“Bagaimana kalau kita cari penginapan di dekat sini! Biar kita bisa puas menghabiskan waktu seharian. Sebelum aku dapat kabar diterima atau nggaknya di London!” usul Ello yang sejujurnya ingin menghabiskan lebih banyak waktu lagi bersama kekasihnya itu.
Meisya berpikir sejenak. Jarak dari pantai ke rumah cukup jauh dan sejujurnya dia sendiri juga ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Ello.
“Tapi kita nggak apa-apa nginep berdua? Kita masih pacaran, Ello. Kita belum menikah!” sanggah Meisya yang masih ingin menatap masa depan cerah tanpa terkontaminasi hubungan pacaran yang tidak sehat.
“Kan kita bisa pesan kamar sendiri-sendiri, Sya. Pikiran kamu kotor banget!” seru Ello yang diiringi gelak tawa. Untungnya dia membawa banyak uang hari ini karena memang sengaja ingin membuat Meisya bahagia seharian penuh.
“Oke. Kamu yang bayar!” putus Meisya kemudian.
“Siap Nona!” Ello merangkul punggung Meisya dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Mereka lalu menikmati indahnya senja yang tengah mengucapkan salam perpisahan pada langit dari Sang Surya.
*
*
Ello dan Meisya kesulitan mencari tempat menginap karena rata-rata sudah penuh. Mungkin karena tiba-tiba turun hujan dengan deras sehingga orang-orang enggan kembali ke rumah dan menginap di pantai daripada hujan-hujanan.
“Bagaimana ini, El?” tanya Meisya sembari menatap hujan yang turun dengan derasnya. Sementara penginapan yang mereka datangi hanya menyisakan satu kamar saja.
“Kita ambil sajalah. Aku bisa tidur di lantai daripada kamu kehujanan!” jawab Ello setelah memikirkan banyak pertimbangan.
Meisya menghela napas berat sebelum akhirnya mengangguk. Kedua insan itu akhirnya mendapat kamar yang cukup nyaman.
“Kamarnya cukup nyaman, kamu mau mandi duluan atau aku duluan aja?” tanya Ello sambil melepas jaketnya.
“Kamu duluan aja!”
Ello mengangguk lalu masuk ke kamar mandi. Keduanya masih baik-baik saja dan bergantian memakai kamar mandi untuk bersih-bersih.
Usai bersih-bersih, Ello dan Meisya duduk bersandar di ranjang sambil membicarakan masa depan mereka.
“Aku pasti akan jadi arsitek hebat, dan kamu pasti akan membuat seluruh wanita di dunia iri karena cuma kamu yang aku pilih menjadi istriku!” ucap Ello sembari menatap mata Meisya dengan penuh cinta.
“Apa iya aku akan menjadi istrimu, Ello? Kamu pasti akan dikelilingi banyak wanita cantik,” goda Meisya.
“Mana mungkin aku bisa tergoda, Sya. Di hati aku cuma ada kamu, dan aku nggak mungkin berpaling sama wanita lain,” ucap Ello bersungguh-sungguh. Dia mendekatkan wajahnya pada Meisya dan mengunci pandangan keduanya. “Aku mencintaimu, Sya!”
Tangan Ello menggenggam erat tangan Meisya, lalu laki-laki itu mendekatkan bibirnya pada sang gadis pujaan yang kini menatapnya dengan napas memburu.
Semua mengalir begitu saja sampai Meisya dan Ello terlupa bahwa mereka masih terlalu muda, terlebih lagi mereka belum menikah.
Ello menyentuh wajah Meisya dengan perasaan yang membuncah. Terbesit dalam pikiran lelaki itu untuk memiliki Meisya seutuhnya dan mengikat wanita itu agar tidak meninggalkannya apa pun yang terjadi.
“Sya, aku ... aku cinta sama kamu. Apa kamu juga mencintaiku?” tanya Ello yang kini telah dikuasai oleh nafsu yang tinggi. Tangannya bergerilya menyusuri lekuk tubuh Meisya seolah mengisyaratkan bahwa dia menginginkan gadis itu.
***
Jangan lupa pencet subscribe, semoga suka ya, ambil positifnya, buang negatifnya 🤗💖 Kembang kopinya jangan lupa 💋💋
Meisya menatap manik mata Ello yang seolah sedang mengobrak-abrik hatinya. Hujan yang turun dengan deras menambah kesan mendalam di kamar penginapan itu. Suasananya sangat mendukung dua remaja itu untuk saling mengungkapkan rasa cinta di hati mereka.
“Aku juga cinta kamu … tapi ini salah Ello!” Meisya berusaha menolak Ello. Dia mendorong tubuh kekasihnya itu dan bangun dari posisinya.
Ello tidak menyerah. Dia memeluk Meisya dari belakang dan mencium lehernya. “Aku ingin memiliki kamu seutuhnya, Sya. Ini bukti cinta kamu sama aku. Dengan begitu nggak akan ada laki-laki yang bisa ngambil kamu dari aku,” bisik Ello yang mulai dikuasai oleh naafsu.
“Ini salah Ello. Nggak gini caranya, kalau kamu tinggalin aku bagaimana?”
Pikiran Meisya masih bisa bekerja di tengah godaan sentuhan lembut Ello yang sebenarnya sudah membuatnya terbuai. Dia sendiri bisa merasakan kehangatan tubuh Ello yang tengah mendekapnya dengan erat disertai kecupan-kecupan di bagian seensitifnya.
“Kamu tahu rumahku, kamu tahu keluargaku. Kalau aku ninggalin kamu demi wanita lain, kamu bisa tuntut aku, Sya. Di hotel ini pasti ada rekaman CCTV kamu bisa pakai itu buat bukti. Banyak tempat yang kita kunjungi hari ini, kamu bisa gunakan itu kalau memang aku ninggalin kamu. Aku cinta banget sama kamu, Sya. Sebelum aku pergi, tolong kasih aku bukti kalau kamu nggak akan berpaling dari aku!”
Ello mulai mengeluarkan kata-kata manisnya untuk membujuk Meisya. Keinginannya untuk mengikat kekasihnya itu semakin kuat. Dia benar-benar takut kehilangan gadis cantik yang pasti akan diincar banyak laki-laki setelah dia pergi nanti.
Meisya begitu mencintai Ello. Dia juga tidak rela jika kekasihnya itu berpaling, tetapi hal yang saat ini dia khawatirkan adalah masa depannya. Bagaimana jika nanti Ello berpaling demi wanita lain?
“Sebelum aku lulus, aku akan pulang buat lamar kamu, Sya. Kamu tahu kan bagaimana aku berjuang buat dapatin kamu?”
Segala rayuan mulai Ello keluarkan demi mencapai tujuannya. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengikat wanita yang dicintainya itu. Tujuan Ello bukan hanya untuk mencicipi rasa yang selama ini tidak pernah dia rasakan, tetapi juga demi membuat Meisya bertahan di sisinya selamanya.
Meisya menatap laki-laki tampan yang masih memeluknya erat dari belakang itu. Dia mulai melihat sorot mata Ello yang teduh dan penuh cinta. Gadis itu tahu, Ello begitu mendambanya saat ini.
Gadis cantik itu tiba-tiba berpaling. Dia tahu konsekuensi melakukan hubungan itu pastilah kehamilan. Jika nanti dia hamil, bukan hanya masa depannya yang hancur, tapi masa depan Ello juga.
“Kalau aku hamil gimana?” Sebuah pertanyaan itu akhirnya meluncur keluar dari mulut Meisya yang dipenuhi dengan keraguan.
Mendengar pertanyaan itu, Ello menghela napas dengan berat. “Aku nggak akan buat kamu hamil, Sayang. Aku cuma ingin hubungan kita semakin dekat. Aku janji nggak akan ninggalin kamu! Kita bisa lakukan dengan aman, kamu nggak akan hamil, Sya.”
Tak hanya mengucapkan kata-kata rayuan, Ello juga melancarkan aksinya lewat sentuhan-sentuhan yang memabukkan. Hingga akhirnya, Meisya memasrahkan diri dan jatuh ke dalam bujuk rayunya.
“Tapi, janji ya kalau ada apa-apa, kamu nggak boleh tinggalin aku!” pinta Meisya yang kini berbalik badan menghadap kekasihnya.
Ello menyunggingkan senyum kemenangan dan melanjutkan usahanya. “Aku janji, Sya. Cuma kamu satu-satunya wanita yang aku cintai, selamanya!”
Laki-laki itu mulai menangkup wajah Meisya dan mendaratkan ciuman di bibir sang gadis pujaan. Kedua insan yang masih menyandang status sebagai pelajar itu melakukan dosa yang teramat menjijikkan. Mereka lupa, bahwa takdir mungkin saja akan mempermainkan mereka kelak. Namun, malam ini Ello dan Meisya melakukan semuanya atas dasar suka sama suka.
**
**
Setelah mendapatkan mahkota Meisya malam itu, Ello semakin menunjukkan rasa cintanya. Hal itu membuat Meisya sangat yakin bahwa hubungan mereka akan baik-baik saja dan bertahan meski harus menjalani hubungan jarak jauh.
Namun, hal yang paling Meisya takutkan akhirnya terjadi. Satu bulan sejak mereka melakukan hubungan terlarang itu, Meisya muntah-muntah di pagi hari dan tamu bulanannya pun belum datang juga meski telah lewat beberapa hari dari yang seharusnya.
“Aku nggak mungkin hamil, ‘kan? Aku sama Ello cuma sekali melakukan dan Ello juga keluarin di luar. Bagaimana mungkin aku hamil? Pasti ini cuma masuk angin saja!” Meisya membasuh muka dengan cepat dan berusaha menyingkirkan pikirannya dari hal-hal buruk yang mungkin terjadi karena sudah dua hari ini dia mual dan muntah di pagi hari.
Wanita yang tidak lagi menjadi gadis itu, akhirnya membeli tes kehamilan karena terus merasa resah. Dengan hati-hati dan menunggu minimarket sepi, Meisya berhasil mendapatkan alat sekali pakai itu dan segera pulang untuk mengecek hasilnya.
Dia memejamkan mata dan menekan dadanya yang berdebar dengan keras. “Tenang, Sya. Ini pasti cuma masuk angin. Hasilnya pasti negatif!” gumam gadis itu coba membuang pikiran buruknya.
Hingga akhirnya, Meisya mengumpulkan keberanian untuk membaca hasil tes itu. Dua garis merah terlihat jelas di sana, dan itu membuat lututnya terasa lemas seketika.
“A-aku hamil? Kenapa aku bisa hamil? Ini pasti salah!” Meisya menjatuhkan alat tes yang menunjukkan dua garis merah itu. Dia menangis karena masih tidak percaya dengan apa yang sebenarnya sedang menimpa dirinya.
Di saat Meisya masih berperang dengan pikirannya yang berkecamuk, Ello menghubungi wanita malang itu dan mengajaknya bertemu. Meisya pikir, mungkin ini kesempatan yang sangat baik untuk mengatakan pada Ello bahwa dia sedang mengandung anak kekasihnya itu.
Dua remaja yang kini telah lulus SMA itu akhirnya bertemu di kafe tempat mereka biasa bertemu. Wajah Ello terlihat sangat bahagia dan antusias, sangat berbanding terbalik dengan Meisya yang terlihat cemas. Sepertinya, Ello sedang mendapatkan kabar bahagia.
“Sayang, lihat ini! Aku diterima!” ucap Ello yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Dia benar-benar tidak sabar membagi kabar bahagia ini dengan sang kekasih.
Meisya menatap kertas dengan logo universitas ternama di London itu dengan pilu. Jelas sekali Ello sedang bahagia, apa iya dia tega menghancurkan kebahagiaan kekasihnya itu dengan menyampaikan kabar kehamilannya?
“Oh ya, selamat ya, El! Sebentar lagi mimpi kamu akan menjadi kenyataan!” ucap Meisya dengan mengulum senyum palsu.
“Makasih ya, Sayang. Aku janji aku akan belajar dengan sungguh-sungguh, biar aku cepat lulus dan segera nikahin kamu,” ucap Ello dengan tulus. Dia memeluk erat tubuh Meisya yang sedang berusaha menahan tangis.
Mendengar ucapan kekasihnya itu, hati Meisya seakan direemas dengan kuat. Sekarang, bagaimana cara mengatakannya pada Ello bahwa dia sedang hamil?
“Iya, semangat ya kuliahnya nanti,” jawab Meisya dengan sedih. Suaranya terdengar parau dan sangat lemah. Seakan-akan, Meisya tidak bahagia sama sekali dengan kabar yang Ello sampaikan.
“Kamu kenapa sih, Sya? Kok kayaknya nggak senang gitu aku keterima kuliah di London? Apa kamu nggak mau LDR-an?” tanya Ello dengan memicingkan mata.
“Bukan begitu, Ello! Aku ....” Meisya memejamkan mata berusaha menahan gerak bibirnya agar tidak mengungkapkan kebenaran yang akan menghancurkan impian Ello, tapi dia juga tahu anak dalam kandungannya juga butuh sosok seorang ayah.
“Kamu kenapa, Sya? Apa kamu mulai ragu sama aku? Kamu takut aku berpaling di sana nanti?” tanya Ello bingung.
“Ello, kalau aku bilang aku hamil, kamu percaya nggak?”
***
Kembang kopinya jangan lupa 💋💋
“Jangan bercanda, Sya! Aku udah mau berangkat loh. Kamu nggak ngizinin aku buat pergi?!”
Ello menggenggam tangan Meisya dan berharap apa yang dikatakan kekasihnya itu adalah sebuah guyonan saja. Wanita itu tidak boleh hamil dalam situasi ini. Bagaimanapun juga Ello pergi untuk studinya dan itu juga demi masa depan mereka nanti.
“Kenapa kamu mikirnya aku cuma bercanda, El? Bukannya waktu itu kamu bilang mau tanggung jawab?” tanya Meisya yang kini sudah kehilangan kata-kata.
Tadinya dia ingin menceritakan semuanya dan mencari solusi bersama. Bukankah yang sekarang tumbuh di rahimnya adalah darah daging Ello sendiri
Ello mengulas senyum tipis. Sepertinya Meisya yang sangat cerdas ini lupa dengan pelajaran biologi yang guru mereka ajarkan. Ello sangat yakin, yang dikatakan gurunya itu benar bahwa kehamilan itu terjadi saat sel telur dibuahi oleh speerma sedangkan malam itu Ello mengeluarkan semua benihnya jauh dari bagian sensitif tubuh Meisya itu. Jadi, Ello pikir bagaimana mungkin Meisya hamil jika mereka melakukannya dengan sangat aman?
“Iya, aku akan tanggung jawab tapi nggak sekarang, Sayang. Aku harus kuliah, terus kerja dulu, baru kita nikah dan pikirkan soal anak. Makanya malam itu aku nggak keluarin di dalam biar kamu nggak hamil, Sya.” Ello tetap yakin dengan pikirannya sendiri. Baginya, apa yang Meisya katakan saat ini hanya untuk menahannya agar tidak pergi.
Meisya memejamkan mata. Tubuhnya terasa lemas seolah tanpa tenaga. Namun, demi janin yang tidak bersalah itu, Meisya tetap harus mengatakan kebenarannya pada Ello. “Kalau kamu nggak percaya, kita bisa kok pergi ke dokter dan cek semuanya. Aku ini benar-benar hamil, Ello!”
Raut muka Ello berubah karena apa yang dikatakan oleh sang kekasih sudah tidak lucu lagi sekarang. Dengan tatapan dingin, laki-laki itu berkata, “Sya, cukup! Kamu jangan kayak anak kecil gini dong! Aku pergi juga demi mewujudkan mimpi aku, demi bisa menjamin masa depan kita nanti. Kalau kamu terus-terusan kayak gini, aku nggak tahu lagi harus gimana. Dokter pasti akan ngetawain kita. Kita akan dicurigai karena sudah melakukan hubungan yang tidak seharusnya, terus orang tuaku dan kakak kamu akan dipanggil biar kita dinikahkan. Akhirnya aku batal kejar mimpi aku dan kita akan kehilangan masa depan yang cerah dengan menikah muda!”
Suara Ello terdengar lebih keras dari biasanya. Laki-laki itu sepertinya memang sengaja menaikkan nada bicaranya agar Meisya tidak mempermainkannya dan mau memberikan dukungan penuh untuk kepergiannya ke luar negeri.
Meisya hanya menatap mata Ello tanpa berniat mengeluarkan suara. Dia ingin mendengar apa lagi yang bisa kekasihnya itu katakan dalam situasi ini.
“Kamu nggak mungkin hamil sama aku, Sya!” Ello bersuara lagi. Kali ini suara Ello terdengar pelan hingga nyaris tidak terdengar.
Dia sendiri tidak percaya sudah tega mengatakan hal yang menyakiti hati Meisya itu. Ello sebenarnya tidak bermaksud seperti itu, hanya saja pemuda tampan itu bingung dengan apa yang dimau kekasihnya.
“Ello kamu nuduh aku?” tanya Meisya dengan suara bergetar dan langsung tanggap dengan perkataan Ello.
Dia sama sekali tidak menyangka sang kekasih bisa dengan tega menuduhnya semurah itu. “Ya sudah. Kalau kamu nggak percaya lagi sama aku juga nggak apa-apa. Anggap saja aku cuma mencari alasan supaya kamu nggak pergi, Ello! Dan, karena kamu tetap mau pergi, aku mau kita putus saja!” ucap Meisya putus asa.
“Sya, bukan begitu. Kok kamu jadi egois gini sih, Sya? Aku kuliah bukan buat selingkuh. Kenapa kamu malah minta putus?” Ello ingin sekali mendekap Meisya, sayangnya wanita itu sudah bersiap melarikan diri dari kafe dan pertengkaran mereka pasti akan mengundang perhatian pengunjung.
“Aku memang egois. Makanya aku mau kita putus aja. Semoga kamu sukses, Ello!” Meisya benar-benar meninggalkan Ello di kafe itu.
Dengan sekuat tenaga dan secepat yang dia bisa, Meisya melarikan diri dari laki-laki yang sudah menuduhnya macam-macam itu.
Sementara Ello yang sangat mencintai Meisya pun mengejar sang kekasih hati. Dia tidak ingin kehilangan Meisya walau mereka harus terpisah jarak dan waktu.
“Sya, dengerin aku dulu!” Ello meraih lengan Meisya untuk menghentikan langkah kekasihnya itu.
Dengan sigap, Meisya langsung menepis tangan Ello dan menatap lelaki itu dengan sorot kekecewaan. Dia sudah terluka dengan ucapan Ello dan menganggapnya sebagai penolakan. Bagi Meisya, tidak perlu lagi menjelaskan apa pun pada ayah dari janinnya itu karena Ello tidak mempercayainya lagi.
“Jangan ganggu aku lagi, Ello! Lebih baik kamu pergi dan kejar cita-cita kamu!” Tatapan mata Meisya begitu menusuk. Dia sedang mengibarkan bendera perang pada Ello yang seolah menuduhnya berselingkuh.
Sementara Ello malah semakin larut dengan pikiran bodohnya sendiri. Bukannya meminta maaf dan bertanya baik-baik, Ello seolah menuduh Meisya sedang menahannya pergi dan ingin menikah muda tanpa masa depan yang jelas.
“Kenapa, Sya? Kenapa kamu jadi egois gini? Mana Meisya yang dulu selalu suport aku? Meisya yang selalu percaya sama aku itu mana? Kenapa sekarang kamu berubah, Sya? Melakukan kebohongan besar demi keegoisan. Iya kamu egois karena nggak mau bersabar empat tahun aja, setelah itu kita bisa sama-sama lagi. Kenapa kamu jadi berpikiran sempit gini, Sya?”
Ello masih tidak terima dengan keputusan Meisya yang ingin mengakhiri hubungan mereka. Dia tidak mengerti kenapa Meisya sampai berpura-pura hamil demi menahannya ke luar negeri. Akan tetapi, di satu sisi dia juga berpikir bahwa mungkin dengan perpisahan ini, ia dan Meisya bisa fokus dengan kuliah masing-masing, dan mereka akan bertemu lagi di masa depan yang lebih baik.
“Iya, aku memang sepicik itu, El! Aku pura-pura hamil biar bisa nahan kamu! Aku nggak sanggup untuk menjalani hubungan jarak jauh. Jadi, kita putus aja!” Meisya berjalan cepat meninggalkan Ello sambil menahan air matanya.
Dia tidak perlu lagi mendengar pembelaan dan janji manis yang akan Ello ucapkan untuk menahannya. Bagi Meisya, hubungannya dengan Ello sudah tidak ada gunanya dipertahankan karena secara tidak langsung, Ello sudah meragukannya dan hubungan tanpa kepercayaan itu tidak akan berlangsung lama.
Ello menatap punggung sang kekasih yang saat ini telah meninggalkannya. Memutuskan hubungan mereka dan pergi dengan keegoisan seperti yang ada dalam benak lelaki itu.
“Aku akan berusaha keras untuk sukses, Sya. Aku akan buktikan kesetiaan aku. Semoga di masa depan nanti kita bisa bertemu dan kamu sudah menyadari keegoisanmu ini. Orang bilang, dengan kehilangan kita baru akan sadar arti orang lain, dan aku harap kamu bisa menyadari artinya aku di hati kamu.”
Ello tidak tahu saja jika kata-kata itu justru lebih tepat ditujukan padanya.
**
Ramaikan kolom komen gaess, kembang kopinya jangan lupa 💋💋💋
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!