NovelToon NovelToon

PENGGODA YANG TERGODA

Awal

Dia menyentuhnya. Bibirnya itu mengenai permukaan dadaku. Kumis tipisnya membangkitkan saraf-saraf sensorik yang ada di tubuhku. Hingga akhirnya satu kancing bajuku terlepas oleh bibirnya. Saat itu juga dia menghentikan aktivitasnya. Melihatku sejenak dengan tatapan penuh arti. Sedang aku...

"Sepertinya kau merindukannya, Lilia." Dia berbicara dengan jarak yang dekat sekali.

"Jake, kau sengaja?" tanyaku yang masih tak bisa bergerak di hadapannya.

Pria berwajah muram itu tersenyum padaku. Kedua tangannya masih mengunci tubuhku. Perlahan-lahan satu tangannya menyusuri lenganku. Lalu kemudian berhenti tepat di bibirku. Jarinya mengusap bibirku yang terpoles lipstik merah. Mengusapnya dengan pelan dan lembut sekali. Eksotis dan juga menggairahkan.

"Kau hanya milikku. Selamanya hanya milikku, Beb." Dia berkata lagi lalu menatapku tepat di mata ini.

Siapa yang tidak akan terpesona dengan kharisma yang dia miliki. Jake adalah seorang bos besar sebuah perusahaan raksasa terkemuka. Dia seorang pemimpin yang disegani. Dan uang yang dia miliki tentunya tidak bernominal lagi. Lantas wanita mana yang sanggup menolaknya?

"Aku harap kau tidak mengecewakanku lagi." Aku berharap kali ini dia benar-benar serius padaku.

Jake tersenyum kecil. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Hangat napasnya mulai terasa di permukaan pipi ini. Dia kemudian melakukan sesuatu yang membuat saraf sensorik di tubuhku bereaksi.

Jake ... geli.

Dia menggigit telingaku. Gigitan kecil yang membangkitkan gairah tubuhku. Dia juga menarik pinggulku agar lebih dekat dengan tubuhnya. Hangat panggulnya begitu terasa di perutku. Dia kemudian menggendongku agar lebih terikat dengannya. Rasanya aku hanya bisa pasrah saat seperti ini. Entah akan dibawa ke mana aku olehnya. Aku seperti tidak mempunyai pilihan lain selain menuruti kehendaknya.

Jake, hangat sekali di bawah sana.

Jake menurunkanku. Kami lalu berdiri di depan cermin yang ada di dekat kasir. Dia lalu berkata, "Katakan apa yang kau mau, Beb?" tanyanya, seolah ingin aku melihat pantulan kami di cermin itu.

"Jake, aku ...," Saat itu juga rasa takut kehilangannya terlintas di benakku. "Jake, aku khawatir kejadian lalu terulang kembali," kataku padanya.

Dia memerhatikan wajahku. "Tidak, Beb. Hal itu tidak akan terjadi lagi. Aku berjanji." Dia tampak sepenuh hati mengatakannya. "Setelah sidang berakhir, aku akan mempersiapkan semuanya." Dia memegang tanganku lalu mengecupnya.

Bak pejantan yang sedang merayu betinanya, Jake tidak henti-hentinya menatapku dengan tatapan penuh cinta. Tak kulihat lagi sorot matanya yang tajam. Tak kulihat lagi semburat muram yang tersembunyi dari wajahnya. Jake sudah berubah. Dia jadi lebih hangat dan tidak dingin seperti dulu. Dan aku menyukainya.

"Sebentar."

Tak lama kemudian ponselnya berdering di tengah suasana yang mulai intens ini. Dia pun segera mengangkat telepon itu.

Aku memerhatikannya. Seperti biasa Jake selalu sibuk dengan berbagai urusannya. Kulihat dia pun tampak serius menerima telepon masuk itu. Entah dari siapa.

"Tetap bertahan di posisi. Tunggu aku sampai." Dan hanya kata itu yang kudengar dari mulutnya saat menerima telepon yang masuk.

"Jake?" Kulihat dia memutuskan sambungan teleponnya.

"Lilia, ada seseorang yang mencoba mencari tahu keberadaan Petrus. Dan kubilang pada mereka agar tetap bertahan di posisi penjagaan." Jake memberi tahuku.

Saat itu juga aku merasa bingung. "Petrus? Ada apa dengan tuan Petrus?" Aku pun teringat dengan sosok pria tua pemilik rumah keluarga besar itu.

Jake menghela napasnya. "Ada sesuatu yang ingin kubicarakan padamu sebelum kembali ke tanah air. Bisakah kita ke atas sekarang?" Jake mengajak ku ke lantai dua toko ini.

Saat itu juga aku menyadari jika percakapan ini rahasia. Aku pun mengangguk, menurut padanya. Kami akhirnya menuju lantai dua toko bersama.

Mencari Tahu

Beberapa menit kemudian...

Jendela lantai dua toko yang dibiarkan terbuka menjadi saksi percakapan Lilia dan Jake yang serius. Tampak Lilia mendengarkan apa yang dikatakan oleh Petrus lewat voice recorder di ponsel Jake. Lilia pun tampak mengernyitkan dahinya. Ia segera melihat tanda lahir yang terdapat di telapak kakinya.

"Jake, jadi maksudmu?" Lilia tak percaya.

Jake mengangguk. Ia menyilangkan kedua tangannya di dada. "Tidak mungkin terjadi kebetulan berulang kali di waktu yang bersamaan, bukan?" tanyanya pada Lilia.

Lilia menelan ludahnya. Raut wajahnya menyiratkan kebimbangan. "Tapi ... aku tidak tahu cerita sebenarnya. Panti asuhan yang membesarkanku juga sudah digusur. Aku tidak tahu di mana keberadaan ibu pantiku sekarang." Lilia tampak berpikir keras mengenai hal ini.

Jake menanyakan hal yang berkaitan dengan ucapan Petrus waktu itu. Di mana ia ingin kejelasan atas apa yang Petrus ucapkan. Firasatnya mengatakan jika Lilia ada hubungannya dengan bayi yang dicari Petrus. Terlebih tanda lahir di telapak kaki Lilia tampak jelas terlihat. Jake menaruh curiga jika Lilia adalah bayi yang dimaksud.

"Apa kau tahu pasti di mana letak panti asuhan itu dulu?" tanya Jake kepada Lilia.

Keduanya duduk menyilangkan kaki di lantai dua toko ini. Jake pun menanyakan keberadaan panti asuhan Lilia dulu. Ia tampak ingin mencari tahu kebenarannya sendiri. Tentunya Jake juga mempunyai maksud tersendiri dari hal ini. Yang mana hal itu akan sangat menguntungkan baginya.

"Aku ... kurang ingat letak persisnya. Karena tata kota sudah berubah semua. Yang aku ingat pengusaha itu hanya menyebut kata Empire saja," terang Lilia kepada Jake.

"Empire?" Jake pun serius menanggapi.

Lilia mengangguk. Kenangan akan masa kecilnya pun teringat kembali. Di mana ia dan saudara pantinya diusir paksa oleh bodyguard-bodyguard pengusaha yang ingin menggusur panti asuhan tempat Lilia tinggal. Lilia pun berusaha mengingat jelas sosok itu di pikirannya.

Belasan tahun yang lalu...

"Tolong Tuan, jangan usir kami. Kami hanya mempunyai sepetak rumah ini. Rumah ini tempat kami berlindung dan berkumpul."

Seorang ibu mengemis kepada sosok pria paruh baya berjas mewah. Pria itu tampak menghisap cerutunya. Perawakannya sekitar empat puluh lima tahun dengan penampilan yang sadis. Ia seperti tidak mengenal belas kasihan terhadap orang lain.

"Jangan banyak bicara. Aku sudah memberimu waktu untuk mencari tempat tinggal yang baru. Pergi!"

Sosok itu pun mengusir paksa ibu panti Lilia. Ia mendorong ibu panti dengan kasar sampai ibu panti terjatuh ke lantai. Lilia kecil pun segera menolong ibu pantinya.

"Paman, kau jahat sekali! Tidak berprikemanusiaan!" Lilia kecil tak terima ibu pantinya diperlakukan semena-mena oleh pria berjas mewah itu.

Pria itupun menatap Lilia kecil dengan tajam. Raut wajahnya menyiratkan amarah karena ada seorang anak kecil yang berani mengatainya. Kakak-kakak panti asuhan Lilia pun segera menahan Lilia agar tidak bicara lagi.

"Lilia, sudah. Kita pergi sekarang. Tidak ada gunanya melawan." Kakak-kakak pantinya meminta Lilia diam.

Lilia kecil pun mengepalkan tangannya. Ia merasa geram terhadap sosok pria yang mengusir keluarga panti asuhannya dari rumahnya sendiri. Para bodyguard itu pun kemudian mendekati dan mengusir Lilia beserta saudara-saudaranya. Mau tak mau Lilia bersama keluarganya pergi meninggalkan rumah itu untuk selama-lamanya. Tentunya dengan ganti rugi yang tidak setimpal.

Janji Seorang Jake

"Cepat, jalankan misi Empire!" Pria berjas mewah itu pun meminta pekerja segera meratakan panti dengan alat berat.

.........

Isak tangis mewarnai percakapan keduanya kali ini. Tampak air mata Lilia yang jatuh saat menceritakan apa yang terjadi dulu. Dunia terasa begitu kejam baginya. Jake yang berada di dekat Lilia pun terenyuh melihat wanitanya menangis. Jake segera menenangkan hati wanitanya.

"Beb ...."

Jake menarik Lilia agar merebahkan kepala di dadanya. Ia kemudian mengecup kepala Lilia dengan penuh kasih sayang. Ia juga mengusap-usap lengan Lilia agar Lilia bisa segera tenang.

"Beginikah nasib orang tidak punya di mata kalian? Kalian seenaknya mengusir kami tanpa peduli bagaimana nasib kami selanjutnya. Kalian sungguh kejam!" Lilia pun terisak-isak dalam tangisnya.

Jake diam. Ia merasa bersalah karena telah membuka kembali luka lama yang sudah Lilia pendam. Tentang masa kecil Lilia yang begitu tragis dan tanpa kasih sayang kedua orang tua. Hatinya ikut merasakan apa yang Lilia rasakan. Jake pun berulang kali mengusap-usap lengan Lilia. Berharap Lilia segera tenang dari isak tangisnya.

"Maafkan aku. Aku akan mencari tahu siapa orang itu secepatnya. Aku berjanji padamu. Dia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya dulu." Jake berjanji kepada Lilia.

Lilia pun perlahan-lahan berhenti menangis. Ia tatap pria yang sudah melamarnya itu.

"Jake, bisakah kau membantuku untuk menemukan saudara-saudaraku? Atau setidaknya ibu pantiku. Aku belum sempat berterima kasih kepadanya. Belasan tahun dia merawatku. Aku ingin balas budi kepadanya, Jake." Lilia berharap Jake dapat mengabulkan permintaannya.

Jake mengangguk. Ia kemudian mengusap air mata di wajah Lilia. "Aku berjanji, Beb. Setelah urusanku selesai, aku akan membantumu mencari ibu panti. Sekarang tenanglah. Sebentar lagi karyawan barumu akan datang. Master kue juga akan ikut membantu mengajari mereka." Jake menguatkan Lilia.

Lilia mengangguk. Ia tersenyum saat Jake menguatkan hatinya. Tanpa merasa sungkan Lilia pun langsung memeluk Jake dengan sepenuh hatinya. Lilia membutuhkan Jake. Karena nyatanya hanya Jake lah yang bertahta di hatinya. Jake pun membalas pelukan wanitanya dengan erat.

Lilia, akan kuhapus kesedihanmu. Bersabarlah.

Jake telah berubah sejak rasa bersalah itu menggerogoti hatinya. Ia begitu menyesal telah membiarkan Lilia menanggung derita. Dan kini ia ingin menebus semua kesalahannya dulu dengan memberikan kebahagiaan untuk wanitanya. Karena Jake mencintai Lilia. Transaksi istrinya itu malah berhasil mengantarkan Jake menemui cinta sejatinya.

Lilia sendiri amat berharap semua masalah bisa cepat terselesaikan. Ia juga berharap teka-teki dalam hidupnya bisa segera terjawabkan. Lilia ingin sekali bertemu dengan kedua orang tuanya. Ia sudah amat rindu dan juga ingin mengadu. Betapa keras hidup ini tanpa bantuan kedua orang tuanya. Dan Lilia ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu pantinya. Karena telah mengurusnya sedari bayi hingga remaja.

Jake, aku percaya padamu.

Lantas kedua insan yang saling mencintai itu kembali melangkah bersama. Dengan perbedaan kasta, dengan perbedaan cara pandang di antara mereka. Namun, keduanya memutuskan untuk selalu bersama. Dalam suka ataupun duka. Karena rasa cinta itu begitu besar di hati mereka. Perpisahan telah membuat keduanya tersadar dari arti betapa besarnya nilai kebersamaan.

Pukul dua siang waktu sekitarnya...

Semilir angin siang mengantarkanku menuju suatu waktu yang amat tidak kusukai. Kini tiba bagiku dan Jake untuk berpisah kembali. Padahal kami baru beberapa hari bersama di sini. Rasanya tidak adil, setelah lama berpisah harus berpisah lagi. Tapi aku juga tidak bisa memaksakan dirinya untuk tetap tinggal di sini. Dia mempunyai urusan lain yang tidak bisa kucampuri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!