NovelToon NovelToon

Bukan Suami Yang Diinginkan

Bab 1

“Berita apa lagi ini?” Seorang pria paruh baya melempar majalah gosip ke atas meja.

Pertanyaan itu seketika membuat David menelan salivanya. Tidak menyangka berita tentang dirinya sudah didengar oleh sang papa.

Tadi pagi, David begitu terkejut ketika melihat foto dirinya yang sedang bermesraan dengan penari striptis terpampang di salah satu berita online. Walaupun foto wanita itu di blur, tetap saja orang tahu apa pekerjaan wanita itu.

Kepala David seketika berdenyut karena melihat beritanya sendiri. Dia mengingat jika beberapa waktu lalu dia datang ke pesta temannya yang di adakan di salah satu klub malam. Dia jelas mengingat jika dia mabuk saat pesta. Suguhan penari striptis membuat David semakin tak terkendali.

David jelas tidak tahu jika apa yang dilakukannya itu menjadi santapan wartawan gosip yang haus berita. Apalagi beberapa waktu lalu, David menjalin hubungan dengan salah satu penyanyi dangdut yang selalu membuat sensasi. Kini narasi berita tentang kandasnya hubungannya justru berbalik.

Jika dulu narasi menguntungkan David karena menyebutkan kandasnya hubungan asmara adalah David tidak mau diajak settingan untuk mencari sensasi. Kini semua berbalik. Kandasnya hubungan cinta mereka karena David memang pemain wanita. Jika sudah begini, jelas Davidlah yang paling dirugikan. Pasti para wartawan akan mencari penyanyi tersebut dan drama baru pun akan dibuat. Jelas akan panjang urusannya.

Namun, haal yang tak pernah disangka David adalah jika berita itu sampai di telinga sang papa.

Ini bukan skandal pertama yang dilakukan David. Tentu saja David tahu itu membuat geram papanya. Padahal citranya sudah membaik paska wawancara dengan Sylend Bisnis. Sayangnya, harus tercoreng lagi ketika fotonya tersebar dengan penari striptis di klub malam terkenal.

Pria bernama lengkap David Janitra itu memang tidak pernah kapok. Di usianya yang memasuki tiga puluh lima tahun terus saja berulah. Ada saja gosip tentangnya. Membuat Papanya Dewa Janitra pusing.

Umurnya tidak muda lagi. Hanya saja dia masih suka bolak-balik klub malam. Sesekali mencari mangsa, atau pun sekadar mencari hiburan semata.

David tidak pernah benar-benar serius menjalin hubungan. Baginya menikmati hubungan tanpa ikatan pernikahan lebih menyenangkan. Jika bosan, dia tinggal mencari yang lain.

“Saat itu aku mabuk, Pa. Jadi aku tidak tahu apa yang aku lakukan.” David mengatakan apa adanya. Memang benar jika dirinya tidak benar-benar sadar saat itu.

“Jika kamu tidak bisa mengendalikan diri saat mabuk, paling tidak kamu harus mengendalikan diri untuk tidak datang ke pesta seperti itu!” Papa Dewa begitu kesal dengan anaknya. Sudah salah, tetap saja mencari alasan.

“Itu undangan temanku, Pa. Jika aku tidak datang pasti tidak enak.” David mencoba menjelaskan.

“Lebih tidak enak mana dengan beritamu ini?” tanya Pak Dewa ketus.

David terdiam. Dia tahu jika beritanya ini jauh lebih tidak enak, tetapi dia tidak berani menjawab.

“Papa tidak mau tahu. Kamu harus segera menikah!” Menurut Pak Dewa, cara ini akan jauh lebih baik untuk menghentikan aksi sang anak yang tak henti-hentinya membuat skandal.

“Pa, kenapa harus menikah?” David bingung karena tidak ada hubungannya skandal dengan menikah.

“Iya, agar bisa segera menutup skandal ini.”

“Papa memintaku menikahi penari ini?” tanya David polos.

Pak Dewa semakin sakit kepala mendengar jawaban anaknya. “Bukan seperti itu juga!” Dia berusaha untuk menahan diri. “Pokoknya Papa mau kamu menikah. Jika tidak Papa akan pecat kamu dari jabatanmu ini.” Pak Dewa malas berdebat. Lebih baik dia memberikan ancaman pada anaknya agar anaknya itu mengerti.

“Pa, kenapa tega sekali. Jika aku tidak jadi CEO di sini, aku mau jadi apa?” tanya David kesal.

“Jadi pengangguran.” Pak Dewa menjawab santai.

“Astaga, tega sekali. Padahal aku sudah membesarkan perusahaan ini.” David sudah bertahun-tahun bekerja sebagai CEO. Jadi jelas dia adalah orang yang membesarkan perusahaan sepuluh tahun ini.

“Sebesar apa kamu berusaha membesarkan perusahaan ini, jika kamu tidak punya anak.

Siapa yang akan meneruskan!”

“Jika masalahnya anak. Aku bisa membuatnya. Aku ahli dalam pembuatan anak. Walaupun hasilnya belum ada. Tapi, yang jelas pasti bibitku bibit unggul.”

“Dasar!” Pak Dewa melempar pulpennya yang berada di balik jasnya. Dia kesal sekali anaknya yang dengan tidak sopannya menjawab ucapannya. Terkadang Pak Dewa menyesali. Dia yang sibuk bekerja terus membuat David tumbuh liar. Apalagi sejak ibunya meninggal.

“Pa, jika aku mati. Siapa yang akan mengurus perusahaan ini.” David masih menanggapi amukan sang papa dengan tenang.

“Aku akan berikan pada adikmu.”

“Dia tidak akan mau.” David punya satu adik tiri. Sayangnya, adik tirinya itu tinggal di panti asuhan. Tak pernah mau diajak tinggal bersama atau pun mengurus perusahaan. Adiknya itu merasa jika lebih baik berusaha sendiri. Alhasil, semua usaha David yang kelola.

“Pokoknya Papa tidak mau tahu. Kamu harus menikah!” Keputusan Pak Dewa sudah bulat.

“Pa, aku tidak punya pacar sekarang. Lalu siapa yang bisa aku nikahi?” David merasa bingung. Jika biasanya para wanita mengantre untuk datang ke ranjangnya, kali ini tidak ada satu wanita pun singgah ke ranjangnya. Lalu, siapa yang bisa dipaksanya untuk menikah.

Bukan David sudah bertobat. Dengan tidak adanya para wanita dengannya. Hanya saja pekerjaannya sedang banyak di kantor. Alhasil dia sibuk belakangan ini. Tak sempat untuk menjalin hubungan.

“Papa akan carikan wanita untukmu.” Pak Dewa benar-benar pusing melihat anaknya. Dia merasa menikah adalah solusi untuk anaknya berhenti untuk bermain di luar sana. Lagi pula anaknya sudah tidak muda lagi. Sudah waktunya menikah. “Jika kamu yang cari, yang ada kamu akan mencari di klub malam.” Pak Dewa tahu kelakuan anaknya. Jadi dia tahu pasti anaknya akan mencari wanita seperti apa yang dipilih.

“Bagus jika Papa yang mencari. Jadi aku tidak perlu susah-susah mencari.”

“Baiklah, Papa akan kabari nanti.” Pak Dewa segera keluar dari ruangan anaknya.

David bernapas lega karena sang papa akhirnya pergi. Kali ini David pasrah saja. Lagi pula juga dia tidak masalah jika sang papa yang mencari. Lagi pula, dia yakin jika yang dicari oleh papanya pasti wanita baik-baik. Tidak seperti dirinya yang mencari wanita-wanita yang hobi ke klub malam. Tinggal menunggu saja bertemu dengan wanita pilihan papanya.

Pak Dewa segera berpamitan. Meninggalkan David di kantor.

David melanjutkan pekerjaannya kali ini dia harus menyelesaikan pengecekan pesanan dari luar negeri. Pembuatan kaos salah satu brand dari luar negeri. Di balik sifatnya yang suka bermain wanita, David adalah pria yang bekerja keras. Terbukti perusahaannya sudah bekerja sama dengan beberapa brand-brand luar untuk mengoleksi produksi mereka. Kerja sama itu sangat menguntungkan bagi perusahaannya.

Bab 2

Mauren melihat foto yang diberikan Arriel-temannya. Foto-foto itu adalah pria-pria yang akan dikenalkan pada Arriel. Mama Arriel berniat membuat kencan buta anaknya. Sayangnya, karena temannya menolak. Karena temannya tidak mau, akhirnya Mauren pun berniat menemuinya pria-pria itu. Dia penasaran dengan pria-pria itu. Karena dari tampilan di foto cukup meyakinkan.

Akhirnya Mauren membuat janji dengan satu per satu pria tersebut. Dia meluangkan waktunya untuk bertemu para pria tersebut.

Pria pertama adalah anak seorang pengusaha motor. Mauren membuat janji pagi-pagi. Menikmati sarapan di salah satu restoran.

“Hai.”

Seorang pria menyapa Mauren. Mauren memang sudah memberitahu pria yang akan ditemuianya, di mana dirinya duduk. Jadi bisa dipastikan jika yang menyapa adalah pria yang baru saja dihubunginya.

“Hai.” Mauren membalas sapaan pria tersebut. Hal pertama yang menjadi perhatiannya tampangnya masih muda sekali. Penampilannya mirip anak motor di film-film.

“Sudah lama menunggu?” Pria itu bertanya dengan tidak sopannya. Tanpa dipersilakan duduk, dia sudah duduk lebih dulu.

“Belum.” Mauren tersenyum.

Mauren memperhatikan pria di depannya. Dia merasa benar-benar aneh. Karena tampilan pria di depannya begitu urakan. Rambutnya berantakan seperti tidak disisir.

“Kenapa mengajak bertemu pagi-pagi? Aku masih mengantuk. Semalam aku balapan motor.” Pria itu melemparkan protesnya pada Mauren.

“Karena aku sedang ingin bekerja. Aku pikir bisa sekalian. Balapan motor memang ada sampai malam?” Mauren merasa tidak enak sekali.

“Ada.” Pria itu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

“Di sirkuit mana?”

“Di jalan biasa. Bukan di sirkuit.”

Kedua bola mata indah milik Mauren membulat sempurna. Dia merasa begitu terkejut dengan jawaban pria di depannya.

“Balapan liar maksudmu?” tanya Muaren memastikan.

“Iya, dan semalam aku memang.” Pria itu menjawab.

Mauren menelan salivanya. Umur berapa pria di depannya itu masih main balapan liar. Mauren pikir anak pengusaha motor itu akan balapan di sirkuit.

“Berapa umurmu?” tanya Mauren penasaran.

“Dua puluh tiga, Tante.” Pria itu menjawab.

Bola mata indah milik Muaren membulat sempurna. Apa setua itu dirinya hingga dipanggil ‘tante’?

“Anak Tante mana yang mau dikenalkan denganku.”

Jatuh sudah harga diri Mauren. Ternyata dirinya datang hanya untuk mewakilkan anak yang dipikir akan dikenalkan.

“Tidak akan ke sini, dan sepertinya tidak akan ke sini.” Mauren meraih tasnya. Dia merasa jika pria kecil di depannya tidak pantas untuknya.

“Kenapa?”

“Karena tidak jadi dikenalkan denganmu!”

Mauren segera berlalu pergi. Tak mau berlama-lama menghadapi bocah cilik.

“Hai, Tante. Kenapa tidak jadi dikenalkan?”

Suara pria itu terdengar. Namun, Mauren terus berjalan tanpa berhenti sama sekali. Pria kecil yang kurang ajar itu benar-benar bukan selera Mauren. Membuat Mauren berpikir jika pria itu tidak cocok dengannya. Jadi tentu saja tidak akan bisa masuk daftarnya. Apalagi Mauren dipanggil ‘tante’. Jelas itu kurang ajar. Karena dirinya tidak setua itu.

...****************...

Mauren membuat janji berikutnya. Kali ini dia memilih siang hari. Setelah tadi pagi bertemu dengan pria pagi hari tampak begitu berantakan, dia memilik siang hari. Siapa tahu akan lebih rapi.

Pilihannya jatuh pada anak pengusaha optik terbesar di tanah air. Saat datang ke restoran, Mauren mencari meja pesanan pria yang akan ditemui. Dia mengirim pesan jika sudah datang.

Dari belakang, Mauren melihat pria itu memiliki rambut yang rapi. Jauh berbeda dengan pria yang ditemuinya. Dia yakin jika pria ini pasti akan lebih baik dari yang pertama tadi.

“Hai, maaf aku terlambat.” Mauren dengan percaya dirinya menyapa.

Pria yang berada dalam posisi duduk, menengadah untuk melihat Mauren. Dia tidak menyangka jika Mauren begitu cantik sekali.

“A-a-aku baru sampai.” Pria itu gemetar. Dia mengulurkan tangan pada Mauren.

Mauren menatap pria di depannya terperangah. Jika tadi dia bertemu pria dengan rambut bak singa, kali ini berbeda, karena jauh lebih rapi. Namun, kali ini orang tersebut terlalu rapi. Hingga membuat

Mauren bingung. Rambut klimis pria di depannya seperti baru saja memakai gel rambut satu jar. Belum lagi kacamata bulat yang bertengger di hidungnya, membuat penampilan pria di depannya tampak aneh. Mauren pikir, jika pemilik optik akan tampil dengan kacamata model terkini, ternyata tidak.

“Ayo duduk.” Pria itu mempersilakan Mauren duduk

Tentu saja Mauren tidak bisa lari. Mau tidak mau duduk dan menikmati makan bersama.

“Kamu Arriel?” tanya pria itu pada Mauren.

Ini adalah kesempatan Mauren. Karena jika sudah begini dia tidak merasa bersalah.

“Bukan. Aku Mauren- asisten Arriel. Arriel sedang ada urusan.” Mauren menjadikan Arriel sebagai tameng.

“Oh ....”

Mereka berdua menikmati makan siang bersama. Tak ada obrolan. Pria itu tidak mau bertanya. Jadi tentu saja Mauren memilih diam juga.

“Maaf Arriel tidak bisa datang.” Karena tidak kunjung ada obrolan, akhirnya Mauren membuka obrolan lebih dulu.

“Tidak apa-apa.” Pria itu mengangguk.

“Dia menitipkan pesan. Terima kasih sudah mau datang untuk bertemu, tetapi Arriel sudah punya kekasih. Jadi dia tidak melanjutkan kencan ini.” Mauren sebenarnya tidak tega berbohong dan terlebih lagi menjual nama temannya. Namun, dia tidak punya pilihan lain.

“Oh ... begitu.” Pria tersebut tampak kecewa.

Melihat wajah kecewa itu membuat Mauren tidak tega. Namun, mau bagaimana lagi. Pria itu bukan tipe-nya. Bukan Mauren memandang fisik, tetapi paling tidak pandangan pertama harus meyakinkan baginya.

“Kalau kamu bagaimana?” Pria itu memilih bertanya pada Mauren.

Mauren membulatkan mata indahnya yang dihiasi bulu mata lentik. Dia juga menelan salivanya. Dia pikir pria di depannya akan memikirkan Arriel saja, ternyata tidak.

Ibarat tidak ada rotan, akar pun jadi. Mungkin berlaku. Tidak ada Arriel, aku pun tak masalah. Mungkin itu yang dipikirkan pria ini.

Mauren memikirkan apa yang ada di pikirannya. Mencoba menebak pria di depannya.

“Maaf aku sudah punya kekasih.” Mauren pun mengelak. Jelas pria di depannya bukan harapannya.

“Baiklah.” Pria itu pasrah.

...****************...

Beberapa kali bertemu pria yang berada di foto ternyata membuat Mauren menyerah. Dia sedikit mensyukuri karna temannya tidak menemui pria-pria itu. Yang ada justru temannya akan menggerutu seperti dirinya.

“Satu lagi. Jika ini gagal. Aku akan menyerah.” Mauren memutuskan menemui satu pria dulu. Jika pria itu sesuai dengan kriteria, mungkin bisa dipertimbangkan.

Mauren mengambil ponselnya. Dia segera menghubungi nomor telepon yang tertera. Berharap pria kali ini benar.

“Halo, siapa ini?” Suara pria terdengar di seberang sana.

“Saya Mauren-asisten dari Nona Arriel. Ingin membuat janji dengan Anda. Apa Pak David bisa bertemu dengan Nona Arriel?” tanya Mauren. Sengaja Mauren tidak berterus terang jika dirinya yang ingin bertemu.

“Oh ... baiklah. Aku bisa menemuinya di restoran hotel Maxton malam ini. Tolong sampaikan padanya.” David di seberang sana menjelaskan pada Mauren.

“Baiklah, saya akan sampaikan.” Mauren segera mematikan sambungan telepon. Dia kembali melihat foto milik David. Baginya David cukup tampan. Apalagi dia adalah seorang CEO. Jadi jelas jika jabatannya menjanjikan. Dia semakin penasaran akan seperti apa bertemu dengan seorang CEO.

Bab 3

Mauren sampai di restoran yang berada di hotel Maxton. Tepat saat masuk, dia mengedarkan pandangan. Dilihatnya pria yang berada di dalam foto duduk di kursi yang berada di depan kaca besar. Meja yang duduki menghadap ke arah luar. Memberikan pemandangan kota di malam hari.

Mauren segera menghampiri pria tersebut. Dia berharap kali ini pria yang ditemuinya benar. Karena sejak pagi, dia bertemu dengan pria-pria aneh.

“Pak David?” Mauren langsung bertanya pada pria yang sedang duduk manis menikmati kopinya.

Saat melihat David, dia mendapati jika pria tersebut sesuai dengan foto. Pria tampan dengan rahang tegas yang ditumbuhi jambang. Terlihat gagah sekali. Dari sekian pria yang ditemuinya hari ini, hanya David yang sesuai dengan deskripsi dari foto yang dilihatnya.

David mengalihkan pandangan. Dilihatnya seorang wanita cantik dengan bibir tebal dan kulit eksotik. David yakin jika wanita itu adalah wanita yang ingin dikenalkan oleh papanya. Saat pertama kali melihat saja, David langsung tertarik. Dibanding wanita-wanita berkulit putih, dia lebih suka dengan wanita-wanita berkulit coklat. Baginya, mereka lebih seksi.

“Iya, aku David Janitra.” David mengulurkan tangannya.

“Aku Mauren Aelin-asisten dari Arriel.” Mauren memperkenalkan dirinya.

David masih memikirkan kenapa wanita yang baru datang itu memperkenalkan diri dengan menyebut nama orang lain.

“Maaf, Arriel tidak dapat datang. Karena itu saya mewakilkan untuk datang.” Mauren menjelaskan kedatangannya.

Akhirnya David tahu kenapa Arriel tidak hadir. Namun, baginya tidak masalah, justru dia senang saja. Apalagi yang ditemuinya adalah wanita cantik.

“Tidak masalah.” David tersenyum. “Ayo silakan duduk.” Dia mempersilakan Mauren untuk bergabung.

“Terima kasih.” Mauren langsung duduk.

David segera memesan makanan untuk Mauren. Perlakuan manis itu membuat Mauren terpesona. Mauren terus memerhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh David.

David jelas melihat Mauren memerhatikannya. Karena itu, dia memilih untuk mengeluarkan keahliannya sebagai seorang pemain. Mudah baginya menaklukkan seorang gadis.

“Jadi kamu asisten Arriel, dan dia memintamu ke sini untuk mengatakan jika dia tidak datang?” Kemarin papanya mengatakan jika akan ada seorang wanita yang menghubunginya untuk kencan buta. Karena itu papanya meminta David untuk menemuinya. Karena ingin melihat pilihan sang papa. Akhirnya, David memilih menemui wanita itu.

Mungkin bagi orang ini adalah kesialan. Di saat dia meluangkan waktu, ternyata wanita yang akan ditemuinya tidak datang. Namun, saat melihat wanita yang datang tak kalah cantik, tentu saja membuatnya merasa diuntungkan. Tak ada akar, rotan pun jadi.

“Iya, dia memintaku ke sini untuk menyampaikan permintaan maaf.” Mauren terpaksa berbohong. Tidak mungkin bukan jika dia mengatakan apa alasannya datang karena ingin mencari pria yang tepat di antara pria yang dikenalkan ke Arriel.

“Aku tentu akan memaafkannya, tapi tidak semudah itu. Aku sudah meluangkan waktu untuk datang di tengah kesibukan aku. Jadi tentu saja aku tidak mau sia-sia begitu saja.” David menyeringai.

Mauren tidak mengerti apa yang dimaksud oleh David. Dia masih mencerna. Apa arti kata ‘tidak sia-sia’ itu.

“Maksudnya?” Karena tidak menemukan jawaban. Dia memilih bertanya.

“Makanlah denganku dulu. Karena aku sudah memesan makanan untuk pertemuan itu. Anggap saja itu sebagai permintaan maaf dari Arriel.” David tersenyum. Seperti bisnis, dia selalu mengambil keuntungan dalam setiap apa yang dilakukannya. Jadi kali ini pun, dia harus dapat keuntungan dari pertemuan mereka.

Tentu saja itu semua diterima oleh Mauren dengan tangan terbuka. Dia sendiri tidak masalah dan justru senang.

“Baiklah.” Mauren setuju.

Akhirnya mereka berdua mengobrol. Menceritakan banyak hal. Mulai dari bisnis dna juga fashion. Karena David adalah pengusaha tekstil dan memiliki konveksi besar, dia sering bekerja sama dengan brand-brand besar. Jadi itu membuat

Mauren senang ketika mendengarnya. Apalagi brand-brand itu cukup familar di telinganya.

Mereka berlanjut. David memesan wine. Kemudian meminta Mauren mencicipinya. Sayang toleransi alkohol pada diri Mauren sangat kecil. Baru minum wine sedikit saja, dia sudah mabuk. Hal itu membuat David merasa jika dia harus mengantarkan Mauren pulang.

“Di mana rumahmu?” tanya David. Ketika keluar dari restoran.

“Mana rumah aku?” Alih-alih menjawab dia justru bertanya pada dirinya sendiri.

David melihat Mauren sudah mulai mabuk. Ketika tidak mendapatkan di mana rumah Mauren jelas dia memilih untuk membawa Mauren ke hotel saja. Dengan segera David memesan kamar hotel di resepsionis.

Dengan kunci kamar, David membawa Mauren ke kamar yang dipesan. Dia memapah Mauren ke kamar. Sepanjang jalan, Mauren mengocek tentang wine yang diminumnya. Rasanya tidak enak sama sekali. David hanya tertawa ketika Mauren terus mengoceh.

“Apa kamu tahu jika kamu pria yang tampan aku temui hari ini.” Mauren mengoceh ketika melihat David yang sedang membuka pintu kamar.

“Benarkah?” tanya David memastikan sambil membawa tubuh Mauren ke dalam kamar.

“Iya, aku benar.” Mauren menangkup wajah David. Memintanya untuk menatap. Agar percaya dengan apa yang dikatakan.

Pandangan mereka saling beradu ketika Mauren menangkup wajah David. Pandangan yang saling mengunci mengantarkan Mauren membelai lembut rahang David. Tepat saat tiba pada bibir David, tangannya membelai lembut.

Mauren sudah lama tidak mencium seseorang. Rasanya, dia merindukan bibir seorang pria. Tanpa izin dari David, dia segera mendaratkan bibirnya. Mencium benda kenyal yang selalu membuat candu itu.

David yang mendapati ciuman dari Mauren begitu terkejut. Dia tidak menyangka jika Mauren menciumnya.

Jika tersaji makanan di depan mata, bukankah sayang untuk dinikmati?

Pikiran itu membuat David tak menyia-nyiakan ciuman itu. Dia membalas ciuman Mauren. David mendorong tubuh Mauren ke tembok. Membuat ciuman mereka semakin dalam.

Perasaan menggebu keduanya membuat mereka begitu menikmati pertukaran saliva itu. Suara kecapan dari pertemuan dua bibir itu terdengar mengisi keheningan di dalam kamar.

Ketika keduanya mulai kehabisan oksigen, keduanya mulai melepaskan tautan bibirnya. Namun, perasaan menuntut membuat Mauren mendaratkan kecupan di leher David.

“Jangan me-mulai.” David sedikit terbata. Kecupan di lehernya mengantarkan gairahnya muncul. Jelas dia tidak akan bisa menahan diri jika hasratnya mulai menggebu.

Sayangnya, Mauren yang mabuk tak menghiraukan peringatan David. Dia masih asyik mendaratkan kecupan-kecupan di leher David.

“Jika kamu yang memulai, maka jangan salahkan aku yang tidak akan melepaskan.”

David menangkup wajah Mauren. Mendaratkan kembali bibirnya. Kemudian beralih pada leher milik Mauren.

Kecupan David itu tentu saja membuat Mauren merasakan gelenyar aneh yang berpusat di bawah sana. Mengantarkan suara ******* sensual yang justru membuat David menggebu.

David mendorong tubuh Mauren ke arah ranjang. Dengan sekali dorongan, dia membuat tubuh Mauren berada di atas ranjang. Berada dalam kungkungannya, jelas David tidak akan membiarkan Mauren lepas begitu saja. Jika ada permulaan, pastinya harus ada akhir untuk mencapai kenikmatan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!