NovelToon NovelToon

SHADOW OF YOUR LOVE

Prolog

Moona sama sekali tidak mengerti mengapa kakak kandung yang sangat ia sayangi tersebut tega menjebaknya masuk ke dalam perangkap pernikahan yang seharusnya dilakukan oleh kakaknya tersebut dengan calon suaminya.

Malam naas ketika ulang tahun perusahaan milik calon kakak ipar nya itulah yang membuat dirinya tidak memiliki muka sama sekali dan mau tidak mau dirinya pun yang harus menggantikan pernikahan Shiren sebagai mempelai wanita nya.

"Jangan berharap cinta dariku di pernikahan kita apalagi nafkah lahir dan batin dariku! Jika setelah 3 bulan pernikahan kita dan kamu ternyata tidak mengandung maka segera tanda tangani surat cerai yang telah aku persiapkan!" pekik Ryan di malam pertama yang seharusnya memberikan kenangan indah untuk Moona.

Pernikahan pun berjalan dengan penuh amarah dan kebencian dari Ryan terhadap Moona. Ryan memang menikahi Moona dan telah resmi menjadi suaminya.

Namun Ryan yang dahulu Moona kenal sebagai orang yang baik dan penyayang pun berubah 180° atas peristiwa yang mempermalukan dirinya tersebut.

Flashback On

Moona, anak bungsu dari dua bersaudara. Shiren adalah nama kakak Mona satu-satunya. Moona dan Shiren memiliki wajah yang hampir sama. Bagaikan anak kembar namun beda usia.

Papa Moona seorang pengusaha penyuplai komponen mesin seperti komponen mesin kapal, mesin truk, mesin mobil dan lainnya.

Sedangkan mama Moona merupakan ibu rumah tangga yang sangat terampil dalam membuat segala macam hidangan untuk keluarga mereka.

Mereka semua sangat menyayangi satu sama lain. Termasuk kakak kandung Moona satu-satunya yang selalu menjaga dan melindungi Moona dimana pun Moona berada.

Shiren telah bekerja di perusahaan papa dengan posisi sebagai manager keuangan. Shiren sendiri tipe wanita yang sangat gigih dalam bekerja.

Berusaha untuk mempelajari bisnis papa mulai dari menjadi karyawan biasa hingga kini di angkat menjadi manager keuangan. Bahkan tidak ada satupun karyawan di perusahaan milik papa nya tersebut yang mengetahui jika Shiren merupakan anak pemilik perusahaan.

Shiren pun telah memiliki calon suami yang sangat tampan dan mapan yang terikat oleh perjodohan dengan anak sahabat papa Moona yang telah berjasa menjadi penanam modal saham dengan sukarela sewaktu perusahaan papa di ambang pailit karena uang milik perusahaan papa di salah gunakan dan di korupsi oleh mantan manager keuangan nya tersebut.

Shiren pun nampak sering kali bertemu dengan calon suaminya tersebut selama di rumah ataupun di luar rumah. Shiren pun seperti sangat menerima dan mencintai lelaki yang di jodohkan dengan nya tersebut. Dan calon nya Shiren tersebut pun juga nampak sangat menyukai dan mencintai Shiren.

Selain memiliki wajah yang tampan dan kaya, disisi lain calonnya tersebut juga seorang pria yang baik hati ramah dan setia. Ryan adalah nama calon suami dari Shiren.

Jadi keduanya pun nampak terlihat saling mencintai satu sama lain. Seperti couple goals sama-sama saling mengisi dan sempurna.

"Ah, andai aku juga di jodohkan dengan lelaki sebaik dan sesempurna kak Ryan. Sudah paket komplit," gumam Moona di dalam hati.

Perusahaan Ryan merupakan produsen minyak goreng terbesar se Indonesia yang memiliki banyak anak cabang di dalam negeri dan sedang merambah ke Asia.

Kebetulan kampus Moona kali ini bekerja sama dengan beberapa perusahaan ternama termasuk perusahaan Ryan.

Dan entah kebetulan atau bukan, Moona pun mendapatkan tempat magang di perusahaan Ryan tersebut.

***

Seperti biasa, setiap hari keluarga Moona selalu menyempatkan waktu untuk melakukan rutinitas makan bersama. Sesekali mereka pun tampak bertukar pendapat setelah keluarga kami usai menyelesaikan makan bersama mereka.

Setelah nya selalu dilanjutkan dengan mengobrol ringan. Kali ini Moona nampak sangat berantusias memberitahu kepada seluruh keluarga nya jika dirinya kini telah mendapatkan tempat magang di perusahaan pusat milik calon suami dari Shiren.

"Ma, Pa, Kak Shiren ... Moona dapat tempat magang nya di perusahaan milik kak Ryan. Mulai besok Moona sudah mulai masuk magang lho,"

"Nanti kakak sampaikan kepada Ryan ya Moona kalau kamu magangnya di perusahaan milik Ryan," ucap Shiren.

"Biar tidak ada yang berani menyuruh-nyuruh kamu dengan semacam tugas yang kurang menyenangkan dan kurang penting apalagi menjadi pesuruh," ucap Shiren kemudian.

"Tidak! Jangan lakukan itu kak. Aku pun ingin bekerja seperti kakak. Memulai segala dari nol. Jadi aku tidak ingin melibatkan masa magangku ini dengan status kak Ryan sebagai calon kakak ipar aku. Aku ingin berusaha semampuku dahulu," jawab Moona dengan cepat.

"Iya sudah Shiren, kita turuti saja kemauan adek kamu itu. Biar dia merasakan sendiri kan susah senangnya jadi anak magang tanpa kenalan," sela papa seraya mendukung Moona.

Sedangkan mama pun menganggukkan kepala tanda isyarat sependapat dengan papa.

"Okee baiklah Moona sayang. Semoga magangnya lancar iya? Jangan begadang nonton Drakor terus dalam masa magang kamu. Biar enggak telat bangun. Nanti kalau kesiangan yang ada kamu dapat teguran dari atasan jika anak magang berani-beraninya berangkat terlambat di hari pertama magangnya. Hehehe," ucap Shiren menasehati ku sembari mengusap kepalaku dengan lembut.

"Siap kak Shiren," sahut Moona.

"Besok mau kakak antar ke perusahaan Ryan atau tidak?" tanya Shiren.

"Boleh deh kak, tapi kalau kakak sibuk biar aku di antar sama sopir saja," tutur Moona yang mencoba mengerti kesibukan kakaknya tersebut di perusahaan milik sang ayah.

"Oke besok kakak antar ya," jawab Shiren dengan senyuman manisnya.

"Ma, Pa, Moon. Shiren naik keatas untuk istirahat lebih dulu ya?" tutur Shiren meminta izin kepada kami semua.

"Ma, Pa. Moona juga mau istirahat lebih dulu," ucap Moona yang kemudian mengekor di belakang kakaknya tersebut menuju ke kamar masing-masing.

Mama dan papa yang melihat ke kompakan kedua putrinya tersebut pun menjadi bersyukur karena memiliki anak-anak yang baik dan penurut semuanya.

"Senang ya pa rasanya melihat putri kita selalu akur," ucap mama Moona dengan bergelayut manja di lengan suaminya tersebut.

"Iya ma, ini semua juga berkat didikan mama yang membuat mereka menjadi kakak adik yang saling menjaga dan mengisihi," tutur papa Moona dengan mengelus kepala istrinya tersebut dengan sangat lembut.

"Papa enggak ke ruang kerja buat melihat laporan perusahaan kembali?" ucap mama Moona mengingat kan suaminya tersebut.

"Iya ma, sebentar dulu lah papa masih ingin bercengkrama dengan mama sebentar saja," tutur papa Moona.

"Huh, entar papa jadi kemaleman tidurnya kan kalau larut malam masih juga diruang kerja. Ayo papa jangan malas-malasan seperti ini," ucap mama Moona dengan menarik tangan suaminya tersebut menuju ke ruang kerja suaminya tersebut.

"Alah mama ih enggak peka kalau papa masih ingin di manja-manja sama mama," ucap papa Moona dengan mencolek-colek pinggang istrinya tersebut.

"Tiap malam kan juga sudah mama manja-manjain sampai pinggang papa encok kan paa. Ayo beresin dulu pekerjaan papa," jawab mama Moona dengan mendudukkan suaminya tersebut di kursi kerja nya.

"Iya ya ... papa kerjakan sekarang," ucap papa Moona mengalah.

"Mama buatin papa kopi dan ambil camilan dulu ya pa. Nanti mama temenin," kata mama Shiren dengan melenggang keluar dari ruang kerja milik suaminya tersebut.

"Haihh, suaminya disuruh kerja terus. Sudah bisa di pastiin pasti mama bukan nya membuatkan kopi namun langsung tertidur dengan pulas," gumam papa Moona dengan menggelengkan kepala sembari tersenyum sendiri.

Manjanya Moona

Seperti biasa rutinitas keluarga kami di pagi hari selalu menyempatkan sarapan bersama sembari bertukar cerita seputar apa saja yang membuat nuansa makan pagi di keluarga kami terlihat harmonis.

"Moon.. Nanti di bawakan bekal dari rumah atau tidak? Shiren juga mau di bungkuskan bekal atau tidak?" tanya mama terhadap kedua anaknya secara bersamaan.

"Di bawakan saja ma. Aku belum mengenal area perusahaan tersebut takut kalau tersesat ketika jajan makan siang nanti. Hehehe," jawab Moona seperti biasa yang lebih suka untuk di bawakan bekal makanan dari rumah.

Selain itu Moona sendiri sudah terlalu sering tersesat jika keluar rumah atau kemana saja seorang diri. Walaupun selalu membawa hp dan melihat peta GPS, namun sepertinya Moona buta dengan arah mata angin.

"Aku tidak usah di bawakan bekal ma. Nanti Shiren makan di kantin perusahaan saja sekalian berbaur dengan teman sekantor," jawab Shiren yang memang lebih menyukai suasana makan di tempat keramaian dari pada harus memakan bekal di ruang kantornya seorang diri.

"Yasudah, mama bungkuskan bekal buat adik kamu dulu ya," tutur sang mama.

"Baik ma," sahut Shiren.

"Kak, nanti aku pulang nya sama siapa? Dijemput kakak bukan?" tanya Moona.

"Dijemput siapa ya? Aku nanti pulang kerja ada janji bersama Ryan dahulu. Minta jemput papa saja dulu ya Moona. Atau kalau papa sibuk naik taksi dulu aja ya?" sahut Shiren.

"Waduhh.. Papa nanti sore masih ada janji bertemu dengan klien penting itu nak? Naik taksi dulu saja ya?" jawab sang papa.

"Yasudahlah, Moona nanti nanti naik taksi aja," sahut Moona kemudian dengan raut wajah yang sedikit kecewa.

"Anak papa kan sudah besar. Jadi latihan pulang dan pergi sendiri ya? Atau nanti telepon supir kita buat jemput kamu di tempat kamu magang," bujuk sang papa.

"Iya deh pa. Gampang itu nanti bisa di atur," sahut Moona mengalah.

Tak berapa lama pun akhirnya bekal dari mama pun telah siap.

"Ini bekalnya. Jangan lupa di habiskan ya sayang?" kata mama sambil mengusap pelan rambut Moona.

"Iya mamaku sayang. Siap laksanakan. Kak, ayo kita berangkat ntar keburu aku dan kakak terlambat loh?" kata Moona mengingatkan Shiren.

"Oiya ya sampai lupa kalau mau berangkat nganterin kamu dulu. Duh masih muda sudah pikun," jawab Shiren.

"Pa.. Ma.. Kami berdua berangkat dahulu," ujar keduanya serempak berpamitan.

"Hati-hati dijalan. Jangan ngebut ya Shiren," teriak sang mama memperingatkan anak gadisnya tersebut.

10 menit berlalu. Kini Moona telah sampai di perusahaan milik calon suaminya sekaligus tempat magang sang adik tersayangnya tersebut.

"Moon. Sudah sampai turunlah. Hati-hati di tempat magang. Dan ingat jangan sampai ceroboh ya," tutur sang kakak.

"Kakak tidak ikut turun mengantarkan aku sampai ke depan lobby sana?" tanya Moona sambil menunjuk ke arah lobby perusahaan.

"Astaga Moona, kakak itu nganter kamu magang cukup sampai di depan sini saja ya. Kalau sampai depan lobby yang ada nanti seperti mama nganter anaknya masuk sekolah TK dan sampai di anter ke dalam kelasnya pula. Masak enggak malu minta di anterin sampai kedepan lobby," tutur Shiren sambil mengerucutkan bibirnya menahan sebal terhadap adiknya yang terkadang kelewat manja tersebut.

"Iya boleh deh kak di anter sampai depan lobby terus sampai keruangan aku juga," jawab Moona sembari tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Astaga, mulai kumat. Sudah sana keluar keburu telat kamu," ucap Shiren dengan tegas kali ini.

"Iya deh kak, doain Moona ya kak," ucap Moona dengan terburu-buru membuka pintu mobil dan setengah berlari menuju ke lobby.

"Hemm, astaga punya adik satu namun manja nya kelewat luar biasa," gumam Shiren sembari melajukan mobilnya.

Day One, Magang.

Moona pun melangkah menuju Lobby. Memasuki perusahaan tersebut dan menuju tempat resepsionis.

Lantas Moona pun segera mengeluarkan berkas-berkas magang dari pihak kampusnya untuk diperlihatkan kepada resepsionis tersebut.

"Permisi nona, perkenalkan nama saya Moona yang hari ini sampai 3 bulan ke depan melakukan magang di perusahaan ini. Ini berkasnya," tutur Moona menyerahkan berkasnya kepada sang resepsionis.

Resepsionis tersebut pun mengecek berkas tersebut. Setelah memastikan berkas telah lengkap sesuai dengan standar prosedur perusahaan tersebut dengan segera resepsionis tersebut mengarahkan Moona untuk menuju ruangan untuk para anak magang.

Moona pun mengetuk dan memasuki ruangan tersebut. Di dalam ruangan tersebut telah ada beberapa teman kampusnya yang terpilih untuk magang di perusahaan tersebut.

"Haii, Moana siniii," teriak Dika teman lelaki satu kelasnya yang suka sekali menyebut Moona dengan sebutan Moana.

"Heh, Moona tau namanya. Selalu saja usil dengan panggilan Moana," ucap Lily menegur Dika.

"Tuh Moona aja suka suka aja aku panggil dengan sebutan Moana. Siini duduk di sebelah aku," sahut Dika menepuk kursi di sampingnya agar Moona segera duduk disampingnya tersebut.

Dengan senyum mengembang Moona pun duduk di kursi di sebelah Dika.

"Sudah enggak masalah terserah dia aja deh Ly mau manggil aku apa. Biar dia seneng juga kan kalau udah mengganti nama panggilan aku," kata Moona sambil menepuk pundak Lily.

Entah keberuntungan apa yang mereka miliki sehingga ketiga sahabat tersebut bisa terpilih magang di tempat yang sama.

"Tuh dengerin Ly. Moana itu kan anak baik karakter kesukaan aku. Sesuai lah seperti Moona yang lincah, periang dan selalu baik sama siapa saja," puji Dika.

"Tapi kan dari segi parasnya Moona dan Moana aja beda lhoo," jelas Lily.

"Eh jangan selalu membandingkan fisik satu dengan yang lain. Harusnya yang kamu lihat dan teladani itu sifat dan sikap dari Moana nya," jawab Dika dengan nada ngegas.

"Bukan gitu maksud aku Dika. Ah terserah kamu sajalah," ucap Lily mengalah.

"Eh kok jadi ngeributin enggak jelas gini sudah-sudah. Ssttt.. Itu sudah ada pihak perusahaan yang akan memberi pengarahan untuk kita," sahut Moona.

Seorang lelaki muda dengan penampilan yang sangat tampan pun memasuki ruangan untuk para anak magang tersebut.

"Selamat pagi semuanya. Harus sudah siap ya untuk memulai magang di perusahaan ini?" sapa nya mengawali pembicaraan.

"Sudah sangat siap pak," jawab seluruh anak magang serempak.

"Oke, good job. Baiklah kali ini saya akan memulai dengan perkenalan dulu. Kalian bisa memanggil saya Pak Angga. Disini saya menjabat sebagai wakil direktur utama dan sekaligus mewakili perusahaan untuk menyambut seluruh anak magang saat ini," tutur sang wakil direktur tersebut.

Tatapan mata Angga jatuh kepada wajah Moona yang nampak sangat tidak asing lagi dengan nya.

"Kenapa anak magang itu rasanya sangat tidak asing? Kenapa wajahnya sangat mirip sekali dengan nya?" gumam Angga di dalam hati.

Kemudian Angga pun menjelaskan secara singkat profil perusahaan nya, sejarah berdirinya, menjelaskan masing-masing divisi yang ada di perusahaan nya serta kebijakan demi kebijakan yang di berlakukan oleh perusahaan dengan sesekali nampak melihat ke arah Moona.

Kemudian Wakil direktur Angga bersama sang asisten pun mengajak para anak magang untuk mengelilingi setiap sudut perusahaan untuk mengenalkan bagian demi bagian ruangan tersebut.

Kemudian masing-masing divisi pun di isi oleh 2 mahasiswa magang yang telah di tetapkan oleh sang asisten wakil Dirut.

"Moana.. Huhuhuu.. Kenapa kita enggak satu divisi. Kenapa kamu selalu saja bisa bersama dengan Lily," sahut Dika merengek kepada Moona.

"Halahh.. Cowok kok lebay. Ruangan kita itu cuma sebelahan. Kalau jam istirahat kan kita bisa ketemu makan di kantin bersama. Masih untung kita magang di tempat yang sama," sahut Lily.

Moona yang mendengar mereka berdua berdebat pun hanya bisa tertawa.

"Tapi ngomong-ngomong aku bawa bekal dari rumah masakan mama aku. Gimana dong. Enggak ikut nggak masalah kan?" sahut Moona.

"Yahh sayang banget kalau kita enggak makan bareng di kantin dong," jawab Dika dengan wajah tanpa semangat tersendiri.

"Udahlah Moon. Entar kamu bawa aja bekal kamu ke kantin. Kita temani saja bayi besar ini buat makan siang," jawab Lily menengahi.

"Okelah kalau begitu. Eh sudah mulai disuruh masuk ke ruang divisi masing-masing tuh. Ayo kita kerja. Bukan waktunya buat sedih-sedihan. Udah kayak enggak ketemu selama berapa dekade aja. Udah yang semangat magangnya," kata Moona sambil menepuk pundak Dika.

Mereka semua pun memasuki ruangan masing-masing. Hari pertama magang saja sudah super sibuk semua.

Alhamdulillah semua karyawan di divisi yang di tempati Moona dan Lily rata-rata baik semua. Walaupun masih ada satu atau dua karyawan yang melihat dengan tatapan tidak suka terhadap Moona dan Lily namun mereka berdua memilih untuk mengabaikan hal tersebut.

Mereka berdua pun menenggelamkan diri di antara tumpukan tugas yang di berikan oleh manager di divisinya tersebut.

Moona dan Lily ditugaskan untuk menginput data keuangan perusahaan yang paling sederhana terlebih dahulu berdasarkan laporan hasil dari divisi penjualan dan promosi.

Dengan cekatan pun mereka berdua berhasil menyelesaikan tugasnya tersebut dalam waktu yang singkat.

Kemudian Moona dan Lily pun menyerahkan hasil laporan keuangan yang ia input kepada manager tersebut.

"Laporan yang kalian buat ini sangat bagus dan cepat. Setelah ini mintalah tugas-tugas yang lainnya kepada asisten saya. Karena setelah ini saya akan mengikuti meeting akhir bulan bersama jajaran direksi yang lain nya. Jika ada kendala yang kurang di mengerti pun tanyakan kepada asisten saya tersebut." Seru sang manager sambil menunjuk di mana tempat duduk sang asisten nya.

"Baik Pak. Terimakasih," ucap Lily dan Moona secara serempak.

Lantas mereka berdua pun menuju ke tempat sang asisten manager berada.

"Permisi pak, kami dari anak magang yang di minta bapak manager untuk menghadap bapak. Kami meminta instruksi tugas apa selanjutnya yang harus saya kerjakan," tutur Moona secara halus dan sopan.

Sang asisten manager pun menoleh ke arah Moona dan Lily. Kemudian menjawab dengan anggukan kepala ringan. Dan menyerahkan berkas dokumen yang harus anak magang tersebut input.

"Tolong cermati seluruh dokumen ini. Kelompokkan masing-masing sesuai dengan nama barang dan total pendapatan penjualan nya. Cocokkan berkasnya dengan jumlah data yang di sebelah kanan itu. Kalau ada selisih atau kejanggalan yang lainnya bisa kembali ke saya biar saya cross check kembali. Jika sampai waktu jam istirahat belum selesai juga, tolong data yang di sebelah kanan itu kalian kembalikan lagi ke saya dan jangan sampai ada yang hilang. Setelah jam istirahat selesai segera ambil kembali di meja saya," kata sang asisten manager divisi keuangan tersebut.

"Baik Pak. Kami permisi dulu," sahut Moona dan Lisa.

"Eh Moon, asisten managernya ganteng banget ya. Sayangnya dia terlihat sangat dingin dan terlalu perfeksionis dalam mengerjakan suatu hal," kata Lily sepanjang menuju ke tempat duduk mereka sambil membawa tumpukan berkas.

"Iya juga ya. Mungkin juga karena tuntutan pekerjaan Ly," ucap Moona sembari meletakkan berkas tersebut di meja dan segera ia mengerjakan tugas tersebut satu persatu.

Sedangkan Angga di dalam ruangan nya nampak terus terbayang-bayang wajah cantik anak magang yang sangat mirip dengan seseorang yang pernah ia tinggalkan dan lukai perasaan nya.

"Baru beberapa hari kembali dari luar negeri rasanya aku sudah sangat merindukan dan ingin segera bertemu dengannya," gumam Angga dengan membayangkan wajah cantik mantan kekasih nya tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!