Syifa Xheina Udara, salah satu gadis beruntung yang berhasil mendapatkan beasiswa di salah satu sekolah favorit di Jakarta. Sekolah yang dikenal dengan kumpulan siswa dan siswi perfect.
Hari ini adalah hari pertama Syifa bersekolah di SMA Trita Unasa. Jam berwarna navy yang melingkar di pergelangan tangan Syifa menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit. Dengan rok berwarna abu-abu yang dipadukan dengan blazer berwarna navy, gadis cantik itu berjalan menyusuri lapangan. Seluruh pasang mata melihat ke arahnya. "Wahh cantik banget" ucap salah satu siswa yang melihat kecantikan Syifa yang sudah diuji keasliannya dan tidak diragukan lagi.
"Ih, sok cantik banget sih tuh cewek" gerutu seorang siswi yang melihat Syifa dipuji oleh siswa lain.
Dua bola mata Syifa tertuju pada pria berwajah khas Arab yang duduk di kursi panjang. Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam, lalu mendekati pria itu.
Syifa melebarkan kedua sudut bibirnya, melihat pria itu dengan dekat. “Hai, kenalin, nama gue Syifa” ucapnya seraya menyodorkan tangan kanannya pada pria itu.
Pria itu mendongakkan kepalanya, ia terlihat bingung sekaligus terpaku saat melihat kedatangan Syifa yang tiba-tiba memperkenalkan dirinya. "Lo sales? kok sales bisa masuk ke wilayah sekolah sih?” tanya pria itu dengan tidak ramah.
Senyum di bibir Syifa sedikit memudar, tapi hal itu tidak membuat niatnya surut untuk berkenalan dengan pria tersebut. "Gue anak baru disini, lebih tepatnya anak beasiswa, nama gue Syifa, nama lo siapa?" tanya Syifa kembali.
Siswa itu mengedarkan pandangannya. Tanpa mengucap satu kata pun, ia beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Syifa yang berdiri tepat di depannya.
"Ehh tunggu, nama lo siapa?” tanya Syifa dengan suara sedikit keras. Namun siswa itu tak menggubris, ia tetap pergi meninggalkan Syifa.
"Dasar mentang-mentang cakep, sombong banget" gerutu Syifa saat melihat punggung pria itu kian menjauh.
"Pokoknya gue harus kenalan sama dia, gimana pun caranya” ucap Syifa tak menyerah.
Syifa kembali melanjutkan perjalanannya ke kelas yang ia tuju, langkah demi langkah mengantarkannya untuk masuk ke dalam kelas. Seluruh pasang mata tertuju pada dirinya yang berdiri di tengah-tengah pintu, perlahan, ia memasuki kelas dengan sopan, seperti baru masuk dalam sebuah rumah baru.
"Syifa, sini" ucap seorang siswi bernama Ersya, teman satu kamar asrama Syifa yang kebetulan satu kelas dengannya.
Syifa langsung menghampiri Ersya dan duduk di kursi kosong yang berada di sampingnya. "Lo kenapa duluan sih? jahat ninggalin gue" decak Syifa.
"Hehe sorry, bukannya lo udah biasa ditinggalin ya?" goda Ersya sembari mencolek dagu Syifa.
"Sya, lo kenal spesies cowok di sekolah ini yang kayak Aladdin?“ tanya Syifa.
Ersya mengernyitkan keningnya, ia terlihat bingung dengan ucapan Syifa, "Aladdin? maksud lo?" tanya Ersya.
Gelora penuh semangat yang terlukis di wajah Syifa berubah menjadi bibir yang maju beberapa sentimeter, "Ih, masa lo nggak tau sih, lo kan siswi lama disini."
"Asli, demi kuda laut Spongebob yang namanya masih menjadi misteri, gue nggak tau maksud lo apa, Syif" bingung Ersya.
"Tadi gue liat cowok, wajahnya arab-arab indo gitu, ya ampun keren banget, seketika khilaf gue” ucap Syifa dengan excited.
Ersya mengetuk pelan keningnya dengan jari telunjuk, seraya berpikir. "Hmm, setau gue, cowok di sekolah ini yang wajahnya kayak Arab itu ya Kibul, cowok ganteng yang punya sikap dingin kayak kulkas” sahut Ersya.
"Namanya Kibul? masa sih? masa cowok se-keren dia namanya Kibul?" tanya Syifa tak percaya.
Ersya mendekatkan wajahnya dengan wajah Syifa, "Namanya Khresna Rizky Arjuna, anak kelas sebelah yang biasa dipanggil Kibul sama teman-temannya" jelas Ersya.
"Kenapa lo manggilnya Kibul juga? emang lo temannya?" tanya Syifa dengan polos.
Ersya mengepal tangannya kuat-kuat sambil memberikan senyuman terpaksanya. "Astagfirullah, lo pintar, tapi kenapa otak lo nggak bisa dipakai buat mikir sih?" Ersya menahan kekesalannya pada sikap polos temannya yang satu ini.
Syifa menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal, lalu menunjukkan rentetan gigi putihnya. “Emang salah ya gue nanya kayak gitu?" tanya gadis itu kembali dengan polosnya.
"Seterah lo, gue males ngomong sama lo!" Ersya segera menghadap depan agar gadis yang berada disampingnya tak bicara lagi dengannya.
°°°°°
Kring ...
Bel istirahat berbunyi, seluruh siswa dan siswi segera keluar dari kelas dan menuju zona tersantai mereka yaitu kantin. Seluruh siswa-siswi memenuhi area kantin. Tidak terkecuali dengan Rizky dan teman-temannya yang terlihat asyik memakan bakso paling fenomenal di SMA Trita Unasa.
"Eh, tadi gue liat, ada siswi cantik banget” ucap Eko membuka pembicaraan.
"Dimana? lo liat dimana, Ko?” tanya Ali sambil menyedot es teh manis yang berada di depannya.
"Di lapangan, masyallah cantik banget, berasa di surga gue, lihat dia " Jawab Eko seraya mengelus dada datarnya.
“Anak kelas berapa?“ tanya Ali penasaran.
“Kayaknya anak baru deh, wajahnya asing gitu sih“ jawab Eko.
Kedua temannya yang sibuk membicarakan seorang gadis cantik, tidak membuat Rizky terhanyut ke dalam pembicaraan tersebut. Ia tetap asik dengan semangkok bakso dan es teh manis yang berada di hadapannya.
Syifa dan Ersya berjalan memasuki kantin. Seluruh siswa yang melihat kecantikan Syifa dibuat terpanah olehnya. Keriuhan kantin seolah hening. Banyak siswa yang melihatnya tajam. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, gadis itu patut dikategorikan dalam wanita idaman.
“Itu dia orangnya.“ Eko menunjuk Syifa yang baru memasuki kantin.
Seketika pandangan Rizky dan Ali tertuju kepada seseorang yang ditunjuk Eko. "Itu kan cewek aneh yang ngenalin dirinya tadi pagi," gumam Rizky dalam hati.
"Masyallah, ukhti cantik banget" ucap Ali dengan senyum nakal yang terlukis di bibirnya.
Kedua bola mata Syifa tertuju pada Rizky, yang saat itu sedang melihat kearahnya. "Itu dia cowok yang gue maksud" bisik Syifa pada Ersya.
"Tadi kan gue udah bilang namanya Rizky, si cowok kulkas," ucap Ersya.
Kedua sudut bibir Syifa mengembang dengan sangat lebar. "Aladdinku, akhirnya gue tau nama dia siapa” ucap Syifa.
Ersya mendesah berat seraya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Syifa.
Ersya bergumam pelan "Cantik, pintar, tapi sayang otaknya nggak digunain."
"Makan bakso aja yuk." Syifa menarik pergelangan tangan Ersya menuju tempat bakso Ka'Dal.
Ersya geleng-geleng kepala. “Gue tau nih, lo mau makan bakso pasti karena Rizky makan bakso juga kan ?" tanya Ersya dengan ketus.
Syifa menunjukkan rentetan gigi putihnya, ia tak ingin membawa perasaan dengan nada bicara temannya itu "Hehe lo tahu banget ya, hebat deh lo." Syifa mencolek hidung mancung Ersya yang membentuk prosotan paud.
"Bang, bakso dua," ucap Ersya pada Ka' Dal si penjual bakso.
"Oke siap sayang” sahut Ka' Dal dengan tertawa.
Ersya memasang raut wajah jijik, seluruh tubuhnya terasa bergidik ketika mendengar dirinya dipanggil sayang. "Idih, manggil sayang! ingat Bang, abang itu udah punya enam anak sama tiga istri" ucap Ersya.
"Hehe, sudah atuh neng, jangan di omongin semua" sahut Ka'Dal.
"Nanti tolong bawain ke meja yang disitu ya bang” Ersya menunjuk ke arah meja yang berada tepat di depan meja Rizky dan teman-temannya.
"Oke, Neng cantik” Sahut Ka'Dal.
Kedua gadis itu duduk di depan meja Rizky dan teman-temannya. Kedua mata Syifa tetap fokus pada Rizky yang sedang asyik menyantap baksonya. Di sisi lain Eko melihat Syifa yang sedari tadi terus memperhatikan Rizky.
"Kibul, kayaknya tuh bidadari ngelihatin lo terus deh," bisik Eko pada Rizky.
Rizky tersenyum kecil, "Ya namanya juga orang ganteng, jadi wajar lah dilihatin" ucapnya dengan ada sombong.
Ali yang mendengar ucapan Rizky, langsung menutup wajah Rizky dengan telapak tangannya “Iya tahu deh yang ganteng, apalah daya lo ya, Ko, yang hanya segelintir daun bawangnya Ka'Dal," ucap Ali dengan tawa terbahak–bahak.
"Mentang-mentang kualitas wajah gue paling rendah diantara kalian, gue selalu dibully” sahut Eko seraya menakupkan wajahnya dengan telapak tangannya.
Ka' Dal membawa dua mangkok bakso ke meja Syifa dan Ersya.
"Makasih bang," ucap Syifa dan Ersya secara bersamaan. Ka'Dal hanya mengangguk dan kembali ke dagangannya.
Syifa kembali melihat ke arah Rizky dan hanya mengaduk-aduk baksonya. “Syif, makan," ucap Ersya dengan tenang.
Syifa tak menggubris ucapan Ersya, gadis itu tetap tertuju pada pria tampan yang sedari tadi menjadi titik fokus penglihatannya.
"Syifa makan!” ucapnya dengan nada sedikit meninggi. Namun, tidak ada sahutan dari Syifa.
"SYIFA MAKAN!!" teriak Ersya yang membuat seisi kantin melihat ke arahnya.
Seketika angin pun seperti berhenti berhembus, suara kicauan burung gagak seolah hadir dalam keheningan. Seluruh pasang mata melihat ke arah Ersya, dengan segera Ersya menakupkan kedua telapak tangannya sebagai permohonan maaf sudah menganggu murid lain yang sedang asyik makan.
"Kenapa sih, Sya, teriak-teriak?" tanya Syifa dengan rasa tak bersalah.
Ersya kembali mengepalkan tangannya, menarik napasnya panjang, menahan amarahnya pada gadis disampingnya itu “Astagfirullah Syifa, demi Upin Ipin yang berebutan Susanti, lo nggak nyadar gue teriak karena apa?" tanya Ersya dengan nada yang mulai menurun.
"Ya Allah, salah apa hamba? ampuni hamba Ya Allah,” tambah Ersya seraya mengelus dadanya.
"Lo kenapa sih, Sya, udah makan gih, ngomong terus lo," ucap Syifa.
Kedua mata Ersya membulat saat mendengar ucapan Syifa. "Ya ampun, kok orang kayak gini bisa-bisanya ya dapat beasiswa" ucap Ersya sarkasme.
Syifa memberanikan dirinya untuk mendekati dan duduk di sebelah Rizky, “Haii,“ sapanya dengan menunjukkan rentetan gigi putihnya.
Rizky memandang Syifa dengan raut wajah bingung, “Lo lagi, mau ngapain sih lo?” tanya Rizky dengan nada sedikit tinggi.
“Gue itu suka sama lo, jadi gue mau dekat sama lo” jawab Syifa jujur.
Seketika Rizky terdiam sejenak. Baru kali ini ada seorang gadis yang berani mengungkapkan perasaannya secara langsung, entah gadis ini kurang waras atau kurang sajen. “Nggak waras lo jadi cewek“ ucap Rizky sinis.
“Waras kok, kalau gue nggak waras nggak mungkin gue dapat beasiswa“ ucap Syifa.
Rizky mengernyitkan keningnya, gadis ini benar-benar berbeda dari gadis lainnya. “Lo suka sama gue?” tanya Rizky.
Syifa menganggukan kepalanya penuh semangat.
“Tapi sayangnya, gue nggak suka sama lo!“ ucap Rizky. Lalu berjalan meninggalkan Syifa.
“Emang salah ya kalo gue suka sama lo? emang salah kalau gue duluan yang bilang suka?“ tanya Syifa dengan suara sedikit keras.
Rizky menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh ke arah Syifa. “Salah. Lo udah salah suka sama gue, karena gue nggak akan suka sama lo," wajah Rizky terlihat kesal, namun ia tetap menahan emosinya agar tidak memuncak.
“Sekarang lo boleh nggak suka sama gue, tapi suatu saat nanti gue pastiin lo bakal suka sama gue“ ucap Syifa tak menyerah.
Rizky tersenyum sinis “Gue nggak akan pernah suka sama lo,” lalu kembali berjalan meninggalkan Syifa.
Wajah ceria Syifa kini terlihat murung “Kurang apa sih gue? cantik sudah, pintar sudah, tapi kenapa Rizky nggak suka sama gue!" gumamnya sendiri.
“Lo kurang waras” ucap seseorang dari belakang Syifa.
Dengan cepat, Syifa menoleh ke arah sumber suara, dilihatnya gadis cantik dengan rambut yang dikepang satu, “Gue waras kok“ ucap Syifa.
“Kalau lo waras, nggak akan lo bilang suka secara frontal ke Rizky“ ucap Ersya dengan emosi.
Rizky tertunduk lemas. “Apa salah ya kalau gue ngungkapin perasaan?“ lirihnya.
“Ngungkapin perasaan itu nggak salah, lo berhak bilang suka, cuma masalahnya, lo suka ke orang yang salah” ucap Ersya kesal.
Kedua mata Ersya seperti menunjukkan api kekesalan pada Syifa. “Lo cantik, pintar, cowok-cowok disini tuh pada suka sama lo“ tambah Ersya.
“Tapi gue kan sukanya sama Rizky,” ucap Syifa pelan.
Ersya menggelengkan kepalanya, ia benar-benar bingung dengan pemikiran Syifa, “Seterah lo deh ya, gue capek sama lo."
Ersya berjalan meninggalkan Syifa.
Lagi – lagi Syifa ditinggalkan sendiri. Ia terduduk lemas, pria yang ia suka, jelas-jelas bilang tidak menyukainya, hatinya hancur berkeping–keping, namun bukan Syifa namanya jika ia menyerah begitu saja “Gue pastiin, lo bakal suka sama gue."
°°°°°
Kring...! Bel masuk berbunyi. Seluruh murid SMA Trita Unasa memasuki ruang kelas masing-masing, tidak terkecuali Syifa dan Rizky.
“Selamat siang anak-anak” ucap seorang Guru yang baru memasuki ruang kelas.
“Siang, Bapak“ sahut murid dengan kompak.
“Bapak? ada bapak-bapak gaizzz“ goda Eko. Disambut dengan tawa murid lainnya.
Pak Ubin menatap Eko lekat. “Eko, kualat kamu, nanti bapak kutuk jadi kertas origami baru tahu rasa kamu” canda Pak Ubin.
“Mampus lo dikutuk jadi kertas origami” ucap Ali memperkeruh.
“Kotak, berwarna“ sahut Rizky.
“Ampun Pak, saya nggak mau jadi kertas origami, apalagi kalau dibentuk jadi bebek,“ mohon Eko seraya menakupkan kedua telapak tangannya.
Pak Ubin menggelengkan kepalanya. Eko adalah siswa yang unik, ia memiliki jiwa humor yang sangat tinggi, Pak Ubin pun tahu itu, jadi selama Eko masih bercanda di zona yang tidak melebihi batas, tentunya tidak akan menjadi hal serius bagi Pak Ubin.
Berbeda dengan kelas Rizky. Di kelas Syifa nampak hening. Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara hikmat, tak ada candaan ataupun suara riuh yang terdengar, seluruh siswa dan siswi mencatat yang ditulis di papan tulis.
“Syifa sini,“ panggil Pak Ridwan.
“Iya pak." Syifa segera menghampiri pak Ridwan.
“Tolong ke kelas sebelah, berikan ini ke Pak Ubin“ ucap Pak Ridwan sambil memberikan amplop berwarna coklat kepada Syifa.
“Iya pak, kalau gitu saya ke kelas sebelah dulu ya“ ucap Syifa.
“Iya," sahut Pak Ridwan.
Syifa melangkahkan kakinya keluar kelas, ia memberanikan diri untuk masuk ke kelas sebelah. Dengan ragu, mau tidak mau, ia harus masuk ke kelas itu, “Permisi pak“ ucap Syifa.
Seluruh pasang mata tertuju pada Syifa yang berdiri di tengah-tengah pintu. Perlahan dirinya menghampiri Pak Ubin. “Saya disuruh Pak Ridwan untuk kasih ini ke Bapak.“ Syifa memberikan amplop coklat kepada pak Ubin.
“Cantiknya," Celetuk salah satu murid.
“Gue baru tau kalau disekolah ini ada bidadari“ timpa murid lain.
“Ini sekolah atau surga sih? kok ada bidadari?” sahut murid lain.
“Ya ampun ukhti cantik itu lagi, adem banget liatnya“ ucap Eko.
“Cantik banget ya, ikhlas gue kalau dia mau sama gue” sahut Ali.
“Oh, dari Pak Ridwan, terima kasih ya.“ Pak Ubin mengambil amplop coklat tersebut. Lalu melihat Syifa dengan tajam. “Sebentar, wajah kamu terlihat asing, kamu anak baru?“ tanya Pak Ubin.
Syifa menganggukkan kepalanya pelan.
“Nama kamu siapa?“ tanya Pak Ubin.
“Syifa, Pak“ jawabnya.
“Oh, ternyata namanya Syifa“ ucap siswa di kelas itu secara kompak, kecuali Rizky.
Syifa dan Pak Ubin melihat ke arah mereka. “Ada yang salah kah?“ tanya Syifa polos.
“Salahnya itu, lo terlalu cantik“ celetuk salah satu murid. Disambut riuh kembali dengan murid lainnya.
Kedua sudut bibir Syifa mengembang. Dipuji cantik oleh orang lain menjadi hal biasa bagi Syifa, bukan untuk pertama atau kedua kalinya ia dipuji cantik, tapi untuk kesekian kalinya, di sekolah lamanya saja ia menjadi pusat perhatian karena memiliki kecantikan diatas gadis-gadis lainnya.
“Saya permisi dulu ya pak,” ucap Syifa.
“Iya nak,” Sahut Pak Ubin.
“Yah, jangan pergi dong” ucap salah satu murid.
“Iya sini aja” sahut Ali.
Syifa berjalan keluar kelas dengan senyumnya yang tertahan.
“Kalian itu ya, kalau lihat cewek aja langsung ribut, sudah kayak lihat pisang saja“ ucap Pak Ubin kepada murid yang berada di kelas.
“Pada genit banget sih!” ucap Megan, si ketua kelas dengan penuh penekanan.
“Bilang aja lo iri, minta dipuji tuh” sahut Eko.
“Sudah, sudah, kok malah pada ribut” ucap pak Ubin menenangkan keduanya.
°°°°°
Syifa duduk di kursi panjang dekat lorong sekolah, ia sengaja tidak langsung kembali ke kamar asrama, ia lebih memilih baca buku dan mendengarkan sebuah lagu sendirian.
Syifa mengambil earphone dari tas dan memakai di kedua telinganya. Sebuah novel ditangannya pun mulai terbuka. Kondisi sekolah yang sepi dan sunyi membuat Syifa terbuai dalam lantunan lagu yang sedang ia dengarkan, tanpa sadar Syifa menyanyikannya.
I have been in the shadows
Water's thick as shallow heart
And you where there
Everything is lovely here
And just wait baby, i'm in love
Can't i fall in love again?
Baby, you're the one i needed
To take it all away .. this pain
Can't you fall in love in me?
Tell me that you care for me
So, when i close my eyes
Will you be there ?
To let me know that all Will be okay
Can't i fall in love again..
This way with you..
Saat Syifa sedang terbuai dalam lagu yang ia dengarkan, tiba-tiba ada suara tepuk tangan yang hadir. Sontak suara itu membuat Syifa tersadar dan menoleh ke arah sumber suara.
Pria berkulit putih, dan berwajah tampan berjalan menghampiri Syifa seraya bertepuk tangan. Dengan erat Syifa memegang ujung roknya, ia mengigit bagian bibir dalamnya kuat-kuat, wajahnya memerah, ia benar-benar malu, ternyata ada seseorang yang mendengarkannya bernyanyi.
“Suara lo bagus” ucap pria itu ketika berdiri di depan Syifa.
Syifa diam sejenak, ia mencopot earphone yang masih terpasang di telinganya, lalu bangkit dari duduknya.
“Lo mau kemana? kok udahan nyanyinya?” tanya pria itu, melihat Syifa yang bangkit dari duduknya dan ingin beranjak pergi.
“Nyanyi lagi aja, suara lo bagus tau, sorry ya gue jadi ganggu lo nyanyi“ tambah pria itu.
Kedua sudut bibir Syifa mengembang sedikit, lalu, kembali berjalan meninggalkan pria itu.
Senyum manis keluar dari dari sudut bibir pria itu saat melihat Syifa yang pergi meninggalkannya. “Nama gue Adam, nama lo siapa?” tanya pria itu dengan sedikit keras.
Syifa menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah pria itu, “Syifa,“ jawabnya singkat, kemudian kembali melanjutkan langkah kakinya menuju ke kamar Asrama.
Langkah Rizky mendadak terhenti, saat melihat Syifa yang berdiri di depan kelasnya. Membuat Rizky harus terdiam.
“Selamat pagi, Rizky” sapa Syifa dengan senyum manis yang melintang di bibirnya.
Rizky menarik napasnya panjang, berusaha menahan emosinya. “Ngapain sih lo?” tanya Rizky tak ramah.
“Kasar banget sih” ucap Syifa kecewa. Senyumnya perlahan memudar.
Rizky mengedarkan pandangannya, lalu berjalan meninggalkan Syifa. Ia tidak peduli seberapa cantik gadis itu, karena menurutnya, gadis itu tidak lebih sebagai pengganggu di hidupnya.
Syifa menghela napas berat, raut kekesalan kini nampak di wajah cantiknya. “Liat aja, suatu saat lo akan suka sama gue!”
“Lo nggak akan bisa jauh dari gue!”
Seperti tidak terjadi apa-apa pagi ini, Rizky langsung memasuki ruang kelasnya, lalu menutup rapat pintu kelas tersebut.
Beberapa orang yang mengintip kejadian tersebut, dibuat terpaku oleh Rizky yang nampak biasa saja. “Nggak ada reaksinya banget sih, Ky!” ucap Gaeun, teman satu kelas Rizky.
Rizky tetap diam, ia lebih memilih mengambil earphone di dalam tasnya, lalu memasang earphone tersebut, memutar lagu dengan volume paling keras.
Eko dan Ali hanya bisa menatap Rizky dengan pasrah. Teman mereka yang satu ini memang memiliki sifat cuek, apalagi kepada seorang wanita.
“Terlalu dingin ya” ucap Eko.
“Apanya?” tanya Ali.
“Cuaca!” jawab Eko ketus.
°°°°°
Pukul 10.00 WIB. Seperti biasa, bel istirahat berbunyi dengan sangat keras. Euforia kegembiraan seperti berada di puncak kemenangan, rasa lega pun hadir, seluruh beban yang ada di dalam tubuh, seolah hilang seketika.
"Yuhuuuu, akhirnya penderitaan ini selesai" teriak salah satu siswa bernama Boim.
“Horee, akhirnya merdeka!” sahut siswa lain berteriak.
"Ke kantin nggak?" tanya Ersya pada Syifa yang masih asyik dengan beberapa soal matematika di depannya.
Tanpa menoleh ke arah Ersya, Syifa tetap fokus dengan soal matematika yang sedang ia kerjakan. “Gue nggak ke kantin deh, lo aja, gue nggak mau ninggalin ini, cinta banget gue sama ini” ucap Syifa.
Ersya menggeleng melihat kelakuan Syifa, gadis cantik dengan tingkah laku aneh. Di benaknya muncul pertanyaan, bagaimana bisa laki-laki menyukai gadis aneh seperti Syifa? apa mungkin karena Syifa lebih cantik dibanding gadis lain? atau karena Syifa pintar? atau karena.. ah, sudahlah pikiran itu selalu muncul dalam benak Ersya.
"Ya udah, gue ke kantin dulu ya, Syif."
"Iya, iya."
Di kelas itu Syifa nampak duduk sendirian ditemani oleh hitungan matematika yang ia sangat cintai.
"Andai saja, bikin Rizky suka sama gue, semudah ngerjain soal matematika, pasti gue sama Rizky udah ... " ucapan Syifa terhenti saat ia menyadari ada seseorang yang berdiri di tengah-tengah pintu sambil melihat ke arahnya.
"Lo ngapain? cari siapa?" tanya Syifa pada laki-laki itu.
Kedua sudut bibir laki-laki itu mengembang, ia menghampiri Syifa dan duduk di kursi kosong, sebelah Syifa “Gue cari lo”.
Syifa meletakkan bolpoinnya, lalu menoleh ke samping. "Hmm, tunggu deh, gue kayaknya pernah liat lo deh” Syifa berusaha mengingat-ingat.
Laki-laki itu mengacak-acak pucuk rambut Syifa pelan "Gue Adam, cowok yang dengar lo nyanyi di koridor sekolah, masa lo lupa sih?”
Wajah Syifa seketika memerah, rasa malu pada dirinya muncul, laki-laki yang mendengar dirinya bernyanyi kini datang lagi dan mengingkatkan hal yang memalukan untuknya “Please, lupain soal lo yang dengar gue nyanyi”.
Adam menakupkan wajahnya dengan telapak tangannya, senyum di bibirnya masih melintang dengan sangat lebar "Iya, iya gue lupain, tapi sumpah ya, suara lo bagus".
Syifa menutup bibir Adam dengan jari telunjuknya, membuat kedua pasang mata mereka saling bertemu, tatapan demi tatapan membuat mereka terbuai. Angin berhembus seolah mendukung tatapan mata mereka, akhirnya mereka tersadar dan mengakhirinya "Ma..ma..maaf” Syifa menarik jari telunjuknya dari bibir Adam.
Adam menelan ludahnya, baru kali ini jantung Adam di buat berdegup cepat oleh seorang gadis. Adam memperhatikan gadis itu, sungguh gadis yang cantik, gadis yang memiliki paras yang sungguh di atas gadis lainnya.
"Cantik," ucap Adam yang terkesima melihat kecantikan Syifa dengan sangat dekat.
"Hah? apa?” tanya Syifa tidak mendengar apa yang Adam katakan.
"Hmm.. itu.. antik” sahut Adam menunjuk lukisan yang ada di kelas. Adam berusaha mengalihkan ucapannya agar Syifa tidak tahu kalau Adam baru saja memuji dirinya.
"Tujuan lo kesini sebenarnya apa sih?” tanya Syifa dengan tidak ramah, ia sedikit risih jika ada seorang pria yang mendekatinya, karena ia hanya ingin dekat dengan satu orang pria, yaitu Rizky si pria cuek yang menyerupai Aladdin dengan kearifan lokal.
"Gue mau jadi teman lo” ucap Adam.
“Ya kalau mau temanan, silahkan aja” sahut Syifa datar.
°°°°°
Adam termenung dibawah pohon besar belakang sekolah, ia sangat terpesona oleh gadis yang tidak lain adalah Syifa. Bayang-bayangnya selalu hadir dalam pikiran Adam, dan senyumnya yang membuat Adam jatuh hati pada gadis itu.
Oh angin ..
Sampaikanlah padanya ..
Jika aku mencintainya ..
Benar - benar mencintainya ..
Sungguh ..
"Adam,” panggil seorang gadis yang melambaikan tangannya, kemudian menghampiri Adam yang sedang duduk di bawah pohon.
"Ada apa, Syif?” tanyanya dengan lembut ketika Syifa sudah berada disebelahnya. Meskipun jantungnya berdegup dengan cepat, Adam tetap berusaha mengontrol suasana hatinya.
"Gue mau nanya dong, cowok itu suka cewek yang kayak gimana sih?" tanya Syifa polos pada Adam.
Adam membuat kerutan-kerutan kecil dikeningnya, dirinya sedikit terkejut mendengar pertanyaan Syifa yang begitu frontal. "Emang kenapa lo nanya kayak gitu?" tanya Adam.
"Lo nggak perlu tau, lo jawab aja, cowok itu sukanya sama cewek yang kayak gimana? apa harus cantik? harus perfect?”.
Adam menggelengkan kepalanya "Nggak semua cowok ngelihat cewek dari segi fisik, ada juga cowok yang liat dari segi sosial, kepedulian, sikap, lingkungan, bahkan latar belakang, karena setiap orang punya asumsi sendiri untuk menentukan pilihannya, Syif".
"Oh, gitu ya Dam, kalau gitu gue mau balik ke asrama dulu ya, bye! makasih Adam" ucap Syifa beranjak meninggalkan Adam dibawah pohon besar.
Kedua sudut bibir Adam mengembang sedikit, ia melihat punggung Syifa yang berjalan jauh di depannya "Lo itu cewek langka, spesies cewek yang belum pernah gue temuin sebelumnya" gumamnya pelan.
"Jika kami ditakdirkan untuk bertemu
Maka , takdirkan kami juga untuk bersama."
°°°°°
Di koridor sekolah Syifa menunggu Rizky mulai dari duduk, berdiri, jongkok, sampai duduk lagi, bahkan berdiri lagi. Sosok Rizky yang ditunggu tidak kunjung lewat, Syifa hampir menyerah menunggu Rizky, tapi..
"Rizky," panggil Syifa ketika melihat laki-laki itu berada di ujung koridor sekolah sedang berjalan menuju dirinya.
“Apalagi sih? lo nggak ada capek-capeknya ganggu hidup gue!” ucap Rizky ketika berada di depan Syifa.
“Gue itu nggak ada maksud buat ganggu hidup lo, justru gue mau bikin hidup lo berwarna” ucap Syifa dengan senyum cerianya.
“Lo mau bikin hidup gue berwarna? lo pikir, lo ini crayon gitu? atau cat air?” sahut Rizky dengan tidak ramah.
“Serius Ky, gue bisa bikin hidup lo itu berwarna” ucap Syifa penuh keyakinan.
“Seterah Lo!”.
"Kok Rizky gitu sih ngomongnya" lirih Syifa.
Ingin sekali rasanya ia menangis saat itu juga, namun ia harus tetap terlihat kuat di depan pria yang ia sukai.
"Udah ya, lo nggak usah dekatin gue lagi, nggak usah bilang suka lagi sama gue” ucap Rizky dengan jari telunjuk yang menunjuk Syifa.
"Kenapa? gue cantik kok, pintar, kenapa lo nggak suka sama gue? cowok - cowok lain aja pada mau jadi pacar gue" ucap Syifa.
Rizky menggelengkan kepalanya,ia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Syifa. "Nggak waras lo!" ucap Rizky, lalu berjalan meninggalkan Syifa sendirian di koridor sekolah.
Untuk kesekian kalinya, Rizky mengabaikan Syifa yang terus mendekatinya.
Ku ambil secarik kertas
Ku buat garis berbentuk coretan
Dalam penuh rasa yang dapat aku sampaikan
AKU MENYERAH
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!