NovelToon NovelToon

Penakluk Cinta Sang Pewaris

Mahendra Wijaya

Selamat membaca...

🍒

🍒

🍒

"Selamat malam, Tuan Mahen," sambut Pak Dodo sang kepala pelayan di Mansion Keluarga Mahendra Wijaya.

Seorang laki-laki mengayunkan langkahnya masuk ke dalam Mansion, setelah turun dari sedan mewahnya berwarna putih keluaran Eropa.

Para pelayan yang sudah berdiri tegak untuk menyambut kedatangannya, segera membungkukkan setengah badannya ketika sang Tuan, melewati barisan mereka.

Berjalan di belakang nya adalah Gala Halton yang merupakan sekretaris pribadi yang sangat dipercayai dan diandalkan oleh Mahendra Wijaya.

"Tuan, Nyonya besar sudah menunggu kedatangan anda sedari tadi di ruang keluarga," ucap Dodo lagi.

Mahen menghentikan langkahnya. Pria berdarah dingin itu menoleh ke arah Dodo, kepala pelayan.

"Mama?" tanya nya.

"Benar, Tuan. Nona Siska Wijaya sudah menunggu dari dua jam yang lalu," tutur sang kepala pelayan sambil menundukkan sedikit pandangannya.

"Hmm.. Kebiasaan Mama, selalu tidak mengabari terlebih dulu kedatangan nya," ucap Mahen menoleh ada Gala.

Gala hanya tersenyum dan seolah mengucapkan kalimat itulah kebiasaan dari Mama, Tuan Mahen.

"Tunggu aku di ruang kerja, nanti kita lanjutkan lagi pembahasan tadi sore," titah Mahen dengan suara dinginnya.

"Baik, Tuan," jawab Gala, seraya membungkuk dan berlalu menuju ruang kerja pribadi Mahen.

Mahendra melanjutkan langkahnya ke arah ruang keluarga, di mana sang Mama telah menunggunya.

"Putraku, akhirnya kau datang juga," wanita paruh baya berusia 49 tahun, menaruh cangkir teh di atas meja setelah menyisip lembut isinya. Dan menghampiri putra semata wayangnya.

Mahen tersenyum tipis, ketika melihat Mama nya yang menghampiri dirinya. "Kenapa dengan senyummu? Irit banget? Atau tidak suka dengan kedatangan Mama di sini?" pertanyaan Siska Wijaya sang Mama membuat Mahen meringis.

"Ada rencana apalagi Mama, ke sini?" tanya Mahen dengan tatapan datar.

"Putraku, kenapa kau bertanya seperti itu kepada Mama mu ini? Begitukah caramu menyambut wanita yang melahirkan dan membesarkanmu?" ucap Siska cemberut.

"Hmm.. Karena Mama pasti punya ide gila lagi buat Mahen?" tebak Mahen yang sudah bisa membaca gelagat sang Mama.

"Mahen.. Bahkan Mama belum berbicara apa maksud kedatangan Mama. Kenapa kamu berasumsi begitu?"

"Itulah, Mama. Wanita penguasa Keluarga Wijaya. Keputusan nya tidak akan bisa terganggu gugat," ucap Mahen yang tak pernah terkejut dengan semua ide gila Mama nya, sambil memiringkan kepala dengan tangan sebagai penahannya.

"Mahen..!" pekik wanita paruh baya yang masih terlihat kecantikannya.

"Mama.. Oh, Mama!" balas Mahen dengan menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Kali ini dengarkan Mama. Ini semua demi kebaikan kamu, Mahendra Wijaya!" suara Mama Siska menggelegar.

"Auw.. Suara guntur telah terdengar. Pasti sebentar lagi hujan deras membasahi bumi," ucap Mahen menyindir Mamanya.

Seketika Mama Siska melotot tersindir oleh ucapan putranya. "Hujan deras membasahi kepala dan seluruh tubuhmu, agar pelet istri manjamu itu luntur dari seluruh tubuhmu!" oceh Mama Siska lagi.

"Jaman gadget kok masih percaya pelet, Ma! Kalau pelet buat mancing ikan masih ada," kekeh Mahen tiba-tiba, menimpali ucapan Mamanya.

"Mancing ikan kakap!" cibik Mama Siska.

"Pakai sambal terasi lengkap lalapan dan juga nasi yang masih mengepul, ya Ma," sahut Mahen kembali.

"Mahen! Mama serius ini!"

"Peace, Mama cantik!" kata Mahen sambil mengangkat jarinya berbentuk huruf V.

"Kamu harus menikah lagi! Mama sama Papa sudah sangat menginginkan cucu dari kamu!" ucap Mama Siska bersemangat empat lima.

"Sabar, Mama.. Lima tahun lagi, ya."

HAAH! GILA!

"Otak kamu di mana, Mahen!" teriak Mama Siska yang terdengar sampai di telinga para pelayan yang sedang mempersiapkan makan malam.

Mahen menepuk keningnya sambil memejamkan kedua matanya. Dia bingung dan hampir stres ketika dua wanita yang sangat dia cintai dan sayangi itu membahas masalah baby. Wanita satunya menginginkan dirinya segera mempunyai keturunan, sedangkan wanita yang satunya ingin menunda kehamilan nya. Dua wanita itu adalah Mama Siska Wijaya, wanita yang telah melahirkan nya ke dunia ini. Dan Giska Hutomo, istri dari seorang Mahendra Wijaya dan artis yang sedang naik daun.

"Umur Mama sudah tidak muda lagi, Mahen. Mama takut jika Tuhan---" ucap Siska terhenti.

"Mama! Please jangan berpikir sedangkal itu, Ma. Aku mohon jangan bilang seperti itu lagi. Aku belum siap dan tidak mau kehilangan Mama, secepat ini," sela Mahen yang tahu akan kelanjutan kalimat yang terucap dari sang Mama. Seketika bayangan buruk itu melintas di pikiran nya. Rasa takut menyelinap di relung hatinya. Bagaimana jika sampai Mamanya benar-benar meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya dan belum pernah melihat dia memiliki keturunan.

Mahen bersimpuh di lantai dan meraih jemari sang Mama, kemudian mengecupnya berkali-kali punggung tangan wanita yang telah membesarkannya dengan sepenuh jiwa raga nya.

Cinta dan kasih sayang Mahen kepada Mamanya juga begitu besar. Baginya jasa seorang Ibu di dunia ini tidak bisa dibayar dengan apa pun. Netra hitamnya seolah menembus ke relung hati sang Mama yang begitu lembut dan lemah.

"Mama adalah segala nya bagi Mahen. Tanpa Mama, apalah seorang Mahendra Wijaya. Setinggi apa pun jabatan Mahen. Sekaya apa pun harta, Mahen. Tetap lah tak berguna tanpa adanya doa restu dari Mama. Surga Mahen ada di telapak kaki, Mama. Mahen sangat menyayangi Mama. Berhenti mengucapkan kata-kata itu, sakit Mahen mendengar nya," ucap Mahendra Wijaya penuh keyakinan.

"Apa kamu yakin sangat menyayangi, Mama?"

"Yakin."

"Kamu ingin melihat Mama hidup bahagia, di sisa umur Mama ini kan?"

Hanya dengan sebuah anggukan Mahen menjawab ucapan Siska.

"Apa kamu, bisa mengabulkan permintaan Mama untuk yang terakhir kali ini?" tanya Siska dengan senyum tipis dan mata sayunya.

"Mama.." pekik Mahen.

"Apakah kamu mau melakukan nya?"

"Katakan pada Mahen, Ma! Apa permintaan, Mama?" desak Mahen sambil memeluk tubuh sang Mama begitu erat.

Siska tampak menghela nafas sebelum melanjutkan kembali kalimat yang sempat terjeda. "Mama mohon menikahlah lagi dengan wanita yang benar-benar mencintai dan menyayangimu!" pintanya dengan berurai air mata. "Mama hanya ingin melihatmu bahagia bersama keluarga kecilmu dengan buah hati sebagai penerusmu. Penerus Keluarga Wijaya!"

"Mama!"

Mahen menggelengkan kepalanya pelan. Ia bingung dibuatnya. Atmosfer di dalam ruangan itu tiba-tiba terasa pengap dan menyesakkan. Padahal ruangan itu dilengkapi pendingin.

"Maafkan Mahen, Ma. Mahen telah memiliki Giska. Dan Mahen tak ingin berpoligami."

"Jika Giska menunda kehamilannya karena takut badannya melar atau dia memang tak ingin direpotkan dengan anak-anak nya. Kamu kan bisa program bayi tabung atau menyewa rahim pengganti," usul Mama Siska untuk berusaha membujuk putra tunggalnya itu.

"Baiklah, Ma. Mahen akan mencoba berbicara dengan Giska."

'Sepandai apa pun kamu menyimpan bangkai itu rapat-rapat dari putraku, Giska! Tetap aku berusaha untuk membuka kedokmu,' gumam Mama Siska.

🍒🍒🍒🍒🍒

Bantu like komen favorit 🙏🏻

Om Galak

Selamat membaca..

🍒

🍒

🍒

"Batagor.. Abaaanng.. Beliiii!!" teriak Nayla refleks turun dari boncengan Lina sahabatnya. Berlari mengejar abang penjual batagor favoritnya.

Tanpa menoleh kanan kiri, Nayla langsung saja menyerobot nyebrang jalan raya depan sekolahannya.

Cekiiiiitt..

"Aaaaaaaaaa!!" suara melengking Nayla, seketika meramaikan jalanan yang semua tenang.

Brakkk..

Benda kecil di bawah kaki kanan pak sopir spontan diinjak sangat kuat demi menyelamatkan banyak nyawa. Mulutnya berkali-kali menyebut nama Alloh seraya memegangi erat kemudi mobil sedan putih mewah milik bos nya itu.

Nayla masih memejamkan kedua mata. Jantung nya hampir saja terbang bebas dari tempat nyamannya.

Duggh..

Tubuh pria tampan yang duduk di belakang sang supir itu pun terhuyung ke depan dan membentur kursi sang supir. Akibat pengereman yang sangat mendadak.

"Auww.." pekik pria tampan yang terbalut stelan jas abu-abu, terlihat elegan. "Ada apa, Pak Ujang?" sambil mengusap-usap keningnya yang kejedot kursi.

"Maafkan pak Ujang, Tuan. Terpaksa mengerem mendadak, di depan anak cewek nyebrang nyelonong hampir ketabrak mobil ini," jelas pak Ujang dengan gugup dan tangan yang masih gemeteran di atas stang bundar.

Pak Ujang turun dari mobil menghampiri gadis yang duduk di aspal dengan mata yang tertutup kedua tangannya.

"Mana yang sakit?" tanya pak Ujang berjongkok mensejajarkan dengan posisi Nayla yang duduk di aspal.

Nayla bergeming. Dengan detak jantung yang masih belum stabil.

Sedangkan pria tampan itu ikutan turun dari mobil juga. Namun, tidak terlalu dekat dengan posisi Nayla sekarang.

"Ada yang terluka, Pak?" pria tampan itu menanyakan keadaan Nayla.

"Belum tahu, Tuan," jawab Pak Ujang yang kini memegang pundak Nayla untuk menyadarkannya.

Perlahan Nayla membuka netra kecoklatan miliknya.

"Ya Alloh, apa aku ada di Surga? Apa dia seorang Arjuna? Seorang pangeran tampan yang dijodohkan Tuhan untuk menemaniku di Surga?"

"Hey, dijawab kalau ada orang tua bertanya!" omel pria tampan itu dengan membuka kacamata hitamnya yang sedari tadi nangkring di hidung mancungnya.

Nayla membulatkan bola matanya dengan sempurna. Segera ia tarik kembali kekagumannya pada pria tampan yang berdiri dengan gagah di hadapan nya.

"Ganteng-ganteng kok galak! Aku kutuk bucin sama aku. Baru kapok kamu, om tampan!" gerutu Nayla sambil mengerucutkan bibirnya dan berkacak pinggang.

Sayangnya gerutuan Nayla itu sampai juga di rungu pria tampan itu.

"Haah? Bucin sama gadis ingusan macam kamu? Jawabannya tidak ada dalam sejarah seorang Mahendra Wijaya! PD kali kau cakap!" dengan tatapan menghunus ke dalam netra Nayla.

Tak terima dengan sebutan gadis ingusan yang diucapkan oleh pria tampan yang berdiri di hadapan nya. Nayla melangkahkan kakinya mendekat ke arah pria tampan itu.

"Dengar baik-baik ya, om galak. Biar ingusan begini bisa buat spot jantung om galak lho! Kena gempa lokal si imut Nae, baru tahu rasa!" ketus Nayla pada pria tampan yang bernama Mahendra Wijaya pemilik mobil sedan putih yang dikemudikan pak Ujang.

"Bentar-bentar! Ulang lagi yang barusan kamu ucapkan! Telinga saya tiba-tiba buntu!" Mahen mendekatkan indera pendengaran ke bibir ranum Nayla.

"Buka telinga! Dengar baik-baik, om tampan tapi galak! Awas jatuh cinta pada gadis ingusan yang bisa buat gempa lokal di setiap malam-malam sepinya, om galak!" celutuk Nayla dengan seringai di wajahnya.

"Kamu bilang apa barusan? Istri saya saja cantiknya melebihi kamu, gadis ingusan! Mana mungkin aku milih kamu, nggak level!" sungutnya yang terdengar jelas di rungu Nayla.

"Dasar om-om narsis! Kita tunggu episode selanjutnya! Yang bucin aku or kamu, om-om galak!" kesal Nayla.

"Ohh, nantangin! Atau ngarep jadi wanita seorang Mahen!"

"Cuiih!! Malas lihat muka om-om galak bin narsis nggak jelas! Walaupun kaum Adam di dunia ini tinggal om aja! Lebih baik aku---," belum selesai Nayla berbicara sudah tersambar oleh Mahen.

"Lebih baik jadi istri kedua saya saja!" ucap Mahen dengan mencibirkan bibirnya.

"Istri kedua?" Mata Nayla melotot. "Ogahh!" lanjutnya.

"Ogah di mulut! Heem di hati!"

"Diihh.. Ternyata om-om galak ini ngarep seorang Nayla Suherman yang imut, gemoy, gemesin ini jadi istri keduanya!" kekeh Nae.

"Siapa ngarep?"

"Om galak bin narsis lah yang ngarep! Ucapan adalah doa, om galak! Tapi, sayangnya. Nayla Suherman tak mau jadi istri kedua!" ujar Nae sambil terus berkacak pinggang.

"No.. No.. Istriku lebih cantik dari pada gadis ingusan seperti kamu!" balas Mahen.

"Yang cantik banyak, om galak!" Yang pahami ini, susah carinya!" ucap Nayla sambil menunjuk tepat di hati Mahendra Wijaya. "Dan satu lagi, om galak bin narsis. Ucapan adalah sebuah do'a! Jadi berhati-hati lah jika mengeluarkan kata-kata! Apalagi kata-kata dari hati!" kata Nayla lagi seraya mengedipkan matanya sebelah.

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara yang memanggil nama Nayla.

"Nae.. Nae.." teriak Lina yang berlari ke arah Nayla.

"Tuan lebih baik kita pulang, sebelum masa mengeroyok! Biar nanti saya yang menyelesaikan saja," sela Pak Ujang untuk menyelamatkan sang Bos.

Adu mulut antara dua insan yang berlawanan jenis itu, seketika terhenti oleh suara gadis yang terus memanggil nama Nayla. Yang diikuti beberapa temannya dan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Nayla menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya.

"Gaswat ini!" Nayla tepuk jidat. "Kenapa Lina bawa satu kompi Clubs Marmut yang amit-amit itu, ke sini? Bisa modyar si om-om galak ke semprot mereka!"

"Kamu nggak kenapa-kenapa kan, Nae?" tanya Rahadian yang langsung mengecek keadaan Nayla.

Nayla tersenyum irit. Bukan rahasia lagi di Clubs Marmut, selain cowok paling tampan dan fans terberat Nayla adalah Rahadian Pradipta.

Clubs Marmut yang beranggotakan dari tiga cewek dan tiga cowok itu diprakasai oleh si imut Nayla Suherman. Terdiri dari Nayla sebagai ketua gemoy. Lanjut si Lina, Desi, Wildan, Rezasyah dah Rahadian.

Mahen dan Pak Ujang langsung masuk ke dalam mobil mewahnya. Dan segera melajukan kendaraan roda empat itu. Karena beberapa mobil di belakang nya sudah tidak sabar menunggu kemacetan akibat insiden kecil tadi dan sudah membunyikan klakson berulang-ulang kali.

"Hey.. Tanggung jawab dulu, jangan langsung kabur!" teriak Rahadian dari luar mobil Mahen.

Nayla menarik tangan Rahadian. "Apaan sih? Pakai tanggung jawab segala! Orang nggak hamil juga!" sungut Nae pada Rahadian.

Mahen mengumpat dalam mobil.

"Dasar gadis ingusan! Amit-amit.. Jangan sampai punya istri kedua macam dia!" umpat Mahen sambil bergidik.

"Gadis ingusan tapi selalu terngiang-ngiang di kepala ya, Tuan?" seloroh Pak Ujang sambil tersenyum penuh arti.

🍒🍒🍒🍒🍒

Yuk bantu like, komen, favoritin juga ya. 🙏🏻🥳🥳

Bermain Air

Selamat membaca..

🍒

🍒

🍒

Nayla Suherman terlahir sebagai putri tunggal dari pasangan Hadi Suherman dan Yunita Kharisma.

Sang ayah yang kini telah berusia 50 tahun, yang bekerja di sebuah perusahaan makanan, PT. Mekar Jaya. Perusahaan terbesar nomor tiga di kota S. Sedangkan ibunya, yang berusia 45 tahun tidak bekerja di perusahaan mana pun, melainkan menjadi ibu rumah tangga biasa dan menjaga toko sembako yang disiapkan oleh ayahnya.

Mereka sangat bersyukur dengan kehidupannya sekarang ini. Kehidupan yang cukup sederhana, namun dapat selalu terpenuhi. Keluarga Hadi Suherman yang tidak bergelimang harta tetapi juga tidak merasa kekurangan dalam kehidupan sehari-hari.

Nayla yang sangat bahagia bisa terlahir di antara kedua orang tua nya yang sangat menyayanginya. Semua keinginannya selalu dipenuhi dan dituruti oleh ayah dan ibunya. Namun, jika hal itu masih dalam kewajaran tidak yang berlebihan. Dan begitu juga Nayla, jika menginginkan sesuatu. Dia harus bekerja keras terlebih dulu, baru lah dia mendapatkan hasil dari kerja keras nya. Dia harus mendapatkan juara kelas terlebih dahulu, agar mendapatkan sebuah hadiah dari ayah ibunya sebagai pengganti lelahnya, agar Nayla selalu bersemangat dalam belajarnya dan terus termotivasi untuk menjadi seorang yang hebat, membutuhkan kegigihan dan tekad yang besar.

****

Percikan air laut yang menerpa ke wajah Nayla, spontan membuatnya menjerit dan berlari menjauh dari pinggiran pantai.

"Nae, ayo berenang," ajak Lina yang sudah bersiap dengan pelampung di pundak kanan kirinya.

"Nggak mau!" sahut Nayla yang semakin berjalan menjauh.

"Kenapa, Nae?" tanya Lina lagi.

"Lagi malas aja, main air. Kamu lanjut aja main air nya dengan yang lain," jawab Nayla tanpa menoleh ke arah Lina.

Clubs Marmut itu merayakan kelulusan mereka dengan bermain air di pantai pasir putih. Namun entah kenapa sejak keberangkatan nya hingga sampai di tempat tujuan, perasaan Nayla menjadi tak enak. Dia kepikiran terus dengan kedua orang tuanya di rumah.

"Lala.. Mau kemana kamu?" langkah Nayla terhenti oleh suara seseorang yang memanggil namanya dengan berbeda. Tetapi Nayla sudah bisa memastikan siapa orang itu.

"Mau beristirahat di kamar saja," jawab Nayla melirik sekilas cowok yang mensejahterakan langkah dengan dirinya.

"Kamu sudah makan?"

Nayla menggeleng sebagai jawabannya.

"Kenapa?" tanya cowok itu lagi.

"Nggak apa-apa, lagi malas aja," sahut Nayla asal.

Tiba-tiba cowok itu menggenggam tangan Nayla dan berjalan ke arah sebuah restoran.

"Mau kemana?" tanya Nayla berusaha melepaskan tangannya dari genggaman si cowok.

"Sudah diam saja! Nanti kamu juga tahu sendiri, kita ke mana!"

"Iihh, resek!" kesel Nayla.

Setelah sampai di restoran. Nayla langsung duduk di gazebo dekat kolam ikan sambil lesehan. Kemudian dia bersandar di dinding gazebo yang terbuat dari bambu. Sementara cowok itu sedang memesan menu makanan untuk mereka berdua.

Setelah menunggu, akhir nya pesanan datang di antar mbak-mbak pelayan restoran.

"Silakan Mbak, Mas," ucap mbak pelayan itu dengan santun sambil meletakkan makanan dan minuman di atas meja.

Satu mangkok berkuah panas disodorkan di hadapan Nayla, saat ini. "Soto ayam?" tebak Nayla.

"Tidak suka?" tanya cowok itu. "Atau mau pesan yang lain?" tawarnya.

Nayla menggeleng sambil menghirup aroma wangi, sedap khas soto ayam favoritnya. "Nggak usah, ini saja."

"Maaf, tadi sengaja aku pesankan soto ayam, karena aku tahu itu makanan favorit kamu," jelas cowok itu yang faham makanan favoritnya. Dia adalah Rahadian Pradipta.

"Hmmm...," jawab Nayla sambil menambahkan sambal dan kecap ke dalam mangkuk sotonya, lalu mengaduk-aduk kuahnya.

Setelah tercampur rata, lantas Nayla mulai menikmati soto dengan kuah berkoyak yang sangat nikmat. Namun masih dapat satu suapan, tiba-tiba Nayla berhenti menyuapkan kembali sendok ke dalam mulutnya.

"Kenapa lagi, Lala?" ucap Rahadian melihat ke arah Nayla. "Mau makan ikan gurami bakar ini?" tunjuk Rahadian ke arah piring oval yang masih utuh ikan gurami bakarnya.

"Enggak! Hanya teringat ayah. Soto ayam kan juga makanan favorit ayah," ujar Nayla dengan netra yang berkaca-kaca.

"Aku tahu juga soal itu. Kalian berdua memang sama-sama penikmat soto ayam. Ayah dan putri nya tersoto-soto ayam," kekeh Rahadian menghibur Nayla.

"Apa hubungannya coba!" pekik Nayla melotot.

"Sudah makan dulu, nanti keselek," sambung Rahadian.

"What it's keselek?" seloroh Nayla sambil ikutan tertawa.

"Mendelik," jawab asal Rahadian disertai kekehan.

"Begitu kan enak dipandang mata, wajah manis Lala. Jadi semakin terlop-lop aku padamu," seloroh Rahadian disertai kedipan mata nakalnya.

"Diih, mulai gombal mukiyo berkibar di angkasa raya!" gerutu Nayla.

"Bukan gombal sembarangan gombal! Tapi gombal yang memukau hati!" ucap Rahadian sambil senyum-senyum narsis menyugar rambutnya kebelakang.

"Sudah jangan dilanjut! Atau kuah soto ayam ini pindah tempat di atas kepala kamu!"

"Wauww, keren dong! Berawal dari semangkok soto ayam yang nangkring di atas kepala, lanjut turun setetes demi setetes kuah soto ayam ke hati ini!" Rahardian tersenyum lebar sambil menatap kedua netra Nayla.

"Yang ada itu turun ke mata, lanjut kepedasan karena kuah soto ayam nya banyak sambal!"

"Waduh, pedih perih dong mataku. Jadi nggak bisa lihat mataku," ucap Rahadian sambil menutup matanya dengan kedua tangan.

"Sokor!" pekik Nayla.

"Memang cinta itu buta, ya. Tapi aku sungguh bahagia karena cintaku yang membuat kedua mataku buta," ujar Rahadian semakin ngaco dengan kata-kata nya.

"Semakin malas makan aja. Sotonya jadi hambar terkena dampak erosi," ucap Nayla tidak melanjutkan makannya.

"Kenapa nggak dimakan, Lala? Kan sayang ayam nya masih utuh?"

"Kenyang! Dari tadi dengerin ocehan recehmu yang buat eneg pingin muntah!" jawab Nayla yang beranjak meninggalkan Rahadian.

***

Selepas dari makan soto ayam yang tidak habis. Nayla berpindah tempat menyendiri, ia duduk di pinggiran kolam ikan sambil dimainkan kakinya ke dalam kolam ikan. Terkadang tersenyum sendiri karena rasa geli akibat ikan-ikan yang berada dalam kolam itu bermain di kakinya.

"La, maafkan aku," senyum dengan lengkungan sempurna, dipamerkan oleh Rahadian Pradipta. "Jangan ngambek, ya. Please," cowok itu mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

"Sudah jangan bahas itu lagi!" Nayla hendak mengeluarkan kakinya dari kolam ikan itu, tetapi segera ditahan oleh Rahadian.

"Iya-iya, tapi dimaafkan?"

"Malas!" kata Nayla tetap kekeh mengeluarkan kakinya. Beranjak dari posisi duduknya dan mulai mengayunkan langkah untuk menjauhi cowok yang sedari tadi mengikutinya dan membuat resek hari ini.

"Stop! Jangan ikuti aku lagi!" omel Nayla yang keluar dari bibir nya sambil mengerucut hingga berbentuk sebuah huruf U.

Kalimat yang baru saja lewat di indera pendengaran nya, tidak menyurutkan hari seorang Rahadian Pradipta. Ia terus berjalan mengekor di belakang gadis pujaan hatinya. Walaupun berkali-kali cintanya ditolak halus oleh seorang Nayla Suherman.

🍒🍒🍒🍒🍒

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!