Saat itu hatiku sedang kesal dengan Dhito, karna lagi - lagi dia membuat ku emosi. Padahal kami baru saja kembali bersama. Tapi rasanya aku sudah tidak nyaman lagi untuk berpacaran dengan Dhito, membuatku semakin emosi.
"Kamu tuh maunya apasih? Susah banget di bilangin. Udahlah males aku sekarang sama kamu Dhit."
"Baru kemarin loh kita balikan lagi Ri, kenapa jadi tiba - tiba emosi lagi gini sih kamu? Aku salah apa sama kamu?"
"Banyaakk. Terus aja bohongin aku soal rokok yaa Dhit. Terus ajaaa!"
"Iyaa aku salah... Maaf Ri. Aku lagi stress banget banyak kerjaan. Makanya aku tuh ngerokok terus. Please ngertiin aku dulu kali ini."
"Oh yaa??? Harus ngertiin kamu yaa. yang perokok? Gak pernah mau mikirin sekitar atau mikirin aku.. Mikirin diri sendiri aja terus yaa Dhit....."
"YaAllah gak gitu Ri.. Kamu kenapa sih jadi kayak gini? Semakin hari kamu tuh gak karuan emosinya sama aku. Di tambah aku lagi banyak kerjaan banget sekarang. Kita sama - sama capek loh, kamu sibuk dan capek kuliah, aku juga sibuk dan capek kerja. Ayo dong sama - sama ngerti."
"Mau sampe kapan yaa aku ngertiin kamu yang selalu ngeboong atau alibi soal ngerokok? Ada kok orang yang stress larinya gak ngerokok, ada kok dia yang lebih deket sama Allah, lebih rajin ibadahnya, ada kok yang nyalurin hobi positifnya. Emang dasar kamu aja yang gak akan mau berhenti. Udah deh gak usah alibi terus Dhit. Percuma banget aku ingetin kamu buat ngurangin satu batang rokok setiap hari kalo kamunya bodo amat ya susah. Jangan seakan - akan aku yang jahat yaa selalu emosi sama kamu yang ngerokok terus - terussan dalam sehari habis hampir 2 bungkus rokok!"
"Jujur aku bingung mau jawab apa lagi Ri, aku minta maaf banget sama kamu yaa Ri..."
Setelah terakhir Dhito membalas chat BBMku yang terakhir, aku tidak lagi membalas pesannya karan terlalu emosi menghadapinya. Selama aku menjalin hubungan dengan Dhito, lebih banyak emosi daripada damainya. Aku yang lebih banyak mencari kesalahannya karna aku memang kesal saat aku tau dia berbohong dengan dia selalu merokok sehari 2 bungkus.
***
"Ri...Woy!!" Panggil Tami saat aku sedang melamun.
"Eh.. yaa kenapa Tam?" Jawabku tersentak.
"Lo kenapa sih Ri? Dari tadi bengong aja kayak orang lagi banyak pikiran. Kesambet lo?"
"Gue lagi pusing banget sama Dhito Tam, bikin emosi bawaannya kalo komunikasi sama dia."
"Ribut lagi? Perasaan baru balikan lo berdua deh."
"Gue juga bingung harus gimana Tam... Gue udah jenuh ribut terus sama dia selama hampir setahun ini."
"Apalagi hubungan lo putus nyambung kan Ri?"
"Iya Tam, sebenarnya selama ini juga gue tuh sama dia kayak setengah hati jalaninnya Tam."
"Ri.. Jangan gitu ih kasihan Dhito. Kalo lo kayak gitu mending udahin aja hubungan kalian, daripada makin toxic nanti ribut terus. Gak baik Ri."
"Kayaknya gue harus cari waktu yang tepat buat menyelesaikan hubungan gue sama Dhito deh Tam. Gak bisa tiba - tiba gue putusin dia lagi. Gue juga gak tega sama dia."
"Tuhkan lonya juga sih masih pura - pura sayang dan baik sama dia. Makin lo kayak gitu, makin bikin nyakitin hati dia tau Ri."
Benar kata Tami, jika aku terus bertahan dengan hubungan ini. Semakin lama aku akan terus menyakiti hati Dhito. Aku harus segera mengakhirinya tapi aku harus tetap membuat hati dia kuat setelah kita benar - benar berpisah.
"Masalah Dhito lagi?" Sahut Mily yang tiba - tiba menghampiriku dan Tami.
Aku pun menoleh kearahnya. "Hmmm iyaa Mil." Jawabku pelan.
"Udah sih daripada gini terus kelarin aja Ri. Jangan bikin susah diri sendiri dan jangan bikin anak orang berharap terus kalo kalian bakal baik - baik ke depannya. Itu gue yakin Dhito berharap banyak sama lo, apalagi pas lo cerita kemarin - kemarin kan sama gue soal dia yang mau serius sama lo nantinya. Udah deh jangan Ri, kasian tau dia." Mily menasehatiku seperti kakak.
Aku memang terlalu jahat untuk Dhito, selama hampir setahun aku mempertahankan hubungan yang tidak jelas karna aku setengah hati menjalaninya. Semua memberikan saran jika aku stop untuk hubungan ini. Tapi aku memilih untuk terus bertahan hanya kasihan dan sekedar memberikan kesempatan. Apa Dhito tau apa isi hatiku yang sebenarnya? Atau dia hanya pura - pura tidak tau agar dia tetap terus bersamaku.
***
Kali ini aku akan menceritakan kisah yang tidak di duga sebelumnya terjadi di hidupku. Saat aku sedang galau hubunganku denan Dhito, aku bertemu seorang laki - laki yang bertubuh bagus, lumayan tinggi,berkacamata, berpenampilan rapih dan sangat wangi. Inilah kisahku selanjutnya dengan orang baru:
Sebelum aku menceritakan seseorang yang bernama Adi, aku masih berlanjut menjalani hubungan bersama Dhito kala itu. Tapi hubunganku dan Dhito sudah di ujung tanduk. Seakan tidak bisa lagi di pertahankan, aku sudah tidak ingin lagi putus nyambung terus menerus dengannya.
Hari ini aku masuk setengah hari karna memang hanya 1 mata kuliah. Dan tepat hari ini tanggal 7 September 2013 aku memutuskan hubunganku dengan Dhito. Ya.. Aku benar - benar selesai dengan Dhito.
Keesokan harinya setelah aku menangis seharian karna sudah memutuskan hubunganku dengan Dhito, hari ini aku ingin healing dengan menikmati waktu malas.
"Ri, kamu hari ini gak kemana - mana kan?" Tanya Mama saat aku sedang sibuk memainkan HP.
"Gaklah, mau kemana libur gini Ma..." Jawabku sambil bermalas - malasan.
"Yaudah beres - beres dong anak gadis males amat sih." Ternyata Mama sarkasme yaa meledekku karna melihatku yang bermalas - malasan di kursi malas.
"Astaghfirullah iyaaa iyaa sabar kek, namanya juga lelah seminggu full. Pengen leyeh - leyeh dulu sebentar Ma..." Jawabku.
"Yaudah nanti kalo udah gak capek beres - beres."
"Hmm iyaa..."
Mama pun melanjutkan merapihkan tanaman diluar, dan aku masih tetap berleyeh - leyeh menikmati hari minggu yang malas.
Dhito masih saja tetap menghubungiku karna aku meminta kita tetap berteman tapi memang tidak bisa lagi untuk menjadi pacar.
"Aku sedih sebenarnya Ri, cuma bisa berteman sama kamu. Tapi aku belajar ikhlas kok." Dhito mengirimkan chat di BBM.
"Maaf yaa Dhit, emang ini yang terbaik buat kita. Aku udah gak bisa break lagi tapi udah bener - bener putus yaa selesai. Daripada aku sakit kepala harus emosi terus sama kamu. Mending jadi teman aja yaaa Dhit... Maaf sama kata - kataku selama kita pacaran kemarin yaa Dhit, kalo kamu merasa tersinggung aku minta maaf... Kata - kata yang di sengaja ataupun tidak di sengaja." Balasku.
"Iyaa Ri, aku juga minta maaf yaa.. Terima kasih kamu udah pernah jadi orang yang berharga buat hidupku untuk beberapa bulan ini. Semoga kita tetap menjalin komunikasi dengan baik yaa Ri."
"Iya Dhit." Aku membalasnya dengan singkat, karna aku tidak mau terus - terussan membalas pesannya seolah masih ada kesempatan untuk aku dan dia, untuk kita.
***
"Myth, mau telpon dong." Siangnya aku langsung menghubungi Mytha karna aku sedang ingin curhat.
"Bentar yaa.. Gue masuk kamar dulu." Balas Mytha cepat.
"Oke."
"Udah, yuk telpon."
Langsung saja aku menelpon Mytha.
"Halo Assalamualaikum." Jawabku di telpon.
"Halo Walaikumsalam Yaaanggg.... Kenapa niih?" Jawab Mytha seperti sudah tau kalau sahabatnya sedang butuh teman curhat.
"Mythhhhh! Aku putus sama Dhitooooo..."
"Lagi?"
"Bukan lagi tapi udah selesai. Bener - bener udah selesai."
"Bener udah selesai? Nanti bersambung lagi kayak sinetron lagi."
"Hahaha ih sialan nih.. Malah ngeledek lagi ah."
"Yaa lagian kalian pacaran udah kayak sinteron, bersambung terus gak tamat - tamat. Aku walaupun deket sama Dhito dan deket sama kamu juga tapi aku tuh sebenarnya gak setuju kalo kalian tuh kayak gini, jadi kayak gak baik aja gitu yaang hubungannya.."
"Iyaa sih yaang... Aku juga gak mau kayak gini terus sebenarnya, tapi yaa akunya aja gak tega sama dia kalo putusin nanti dia malah sedih."
"Lah kamu ngerasa harus jaga perasaan dia.. dengan kamu kayak gini malah menyakiti hati dia dan juga menyakiti diri kamu sendiri. Karna kamu sebenarnya gak bener - bener sayang sama dia."
Aku terdiam saat Mytha mengatakan seperti itu, sejak aku mengalami patah hati dengan Yori pada tahun 2011 lalu, aku menjadi kurang baik pendkatan dengan laki - laki. Dari Fandi sampai ke Dhito aku merasa perasaanku seperti benar - benar tidak tulus dari hati. Hanya sebuah status yang ku jalani dan seperti hambar saja rasanya. Tak terasa aku meneteskan air mata saat mendengar ucapan Mytha.
"Yaang... Halo... Kamu baik - baik aja kan?"
"Hmm... Ah iyaa yaang i'm fine." Jawabku sambil menyeka air mata.
"Udah sekarang jangan di sesali, di syukuri aja dan yang terpenting kamu fokus sama kuliah kamu. Gak usah mikirin percintaan dulu, mungkin yaa mungkin hati kamu sebenarnya belum pulih karna Yori dulu makanya kamu kayak gini. Buang dulu pikiran dan hati kamu yang luka, baru mulai lagi kenal cowok baru. Oke?"
Begitu tenang saat aku curhat dengan Mytha, Mytha sekarang adalah salah satu sahabat terbaikku. Sejak di SMA saat aku mulai galau tentang Yori dan Lani, membuat ku dan dia jadi dekat sekali. Dan aku bersyukur punya sahabat sebaik Mytha. Dia cukup dewasa untuk menasehati dan menenangakan hatiku yang sedang bingung ataupun sedih.
"Makasih banyak yaa Myth, kamu selalu bisa jadi pendengar yang baik dan juga menjadi pengingatku yang tepat. Aku bersyukur bisa kenal kamu dan sampai sekarang kita bisa jadi sahabat. Semoga persahabatan kita langgeng terus sampe tua nanti yaa dan juga dengan Pran."
Pran adalah salah satu sahabatku dan Mytha juga. Nanti akan aku ceritakan tentang mereka di novelku ini.
Keesokan harinya, aku sudah di teriakki mama karna belum bangun dan waktu sudah menunjukkan pukul 9.00 WIB pagi.
"Riri!!! Banguuuunnnn! Udah siang heyyy!"
"Hmmm Astaghfirullah." Jawabku sambil melompat dari tempat tidur.
"Mentang - mentang hari libur." Ledek Mama yang sudah sibuk merapihkan baju - baju.
"Mama mau kemana? Kok rapih?" Tanyaku heran.
"Mama mau ke rumah eyang, mau ada tetangga baru dateng katanya. Mau kontrak di sebelah rumah kita katanya."
"Oh gitu. Alhamdulillah deh itu rumah ada yang tempatin."
"Iyaaa... Udah ah, sana mandi, sarapan. Jangan tidur lagi."
"Iyaa Maa..." Jawabku sambil mengambil handuk untuk mandi.
Aku langsung mandi dan setelah itu aku sarapan. Yang pasti mama sudah menyiapkan segelas susu untuk sarapanku. Setelah itu aku mengintip lewat jendela rumah, melihat di depan sudah ada orang yang datang untuk bersiap menempati rumah itu. Aku melihat ada dua mobil, satu kijang lama dan satunya mobil honda Jazz keluaran lama.
Aku berfikir, ini orang darimana yaa kok mau tinggal di rumah sebelahku. Rumah sebelahku itu tidak layak di tempati, kotor, lapuk bangunannya, yaa kurang nyaman lah untuk dijadikan tempat tinggal.
"Nak... Yang tinggal di rumah sebelah anaknya cakep deh. Kayakna umurnya masih muda. Kamu gak mau kenalan sama dia?" Tiba - tiba mama masuk dengan heboh membicarakan tetangga baru itu.
"Duh kaget aku, aku kira ada apa mama tiba - tiba heboh gitu."
"Ih kamu mah, sini kek keluar tuh lagi ngobrol sama eyang di rumah eyang. Tadi mamanya nanya - nanya foto cucu - cucu eyang."
"Yaaaa namanya tetangga baru yaa nanya - nanya maa.."
"Yaa keluar kek kenalan dulu Naaak."
"Gak ah, kapan - kapan aja. Lagian nanti juga ketemu terus kan tiap hari."
"Yee kamu nih. Jangan gitu laah.. Jangan sombong kamu sama orang baru." Jawab mama sambil mengomel.
Aku hanya diam dan tidak menjawab. Lalu Mama keluar lagi dan ke rumah eyang untuk mengobrol lagi dengan tetangga baru itu Tapi ternyata tetangga itu belum tinggal disitu hari ini juga, hanya masih memindahkan beberapa barang saja.
***
Aku belum tau siapa tetanggaku itu, siapa yang Mama maksud dan kenapa Mama begitu tertarik untuk segera mengenalkanku dengannya. Mama bilang di tampan seperti penyanyi favoritku Reza. Ah ya bagaimana bisa ada seseorang yang tampan seperti Reza penyanyi favoritku. Bahkan dulu Yori saja tidak mirip hanya punya kesamaan yaitu punya lesung pipit.
Dan setelah dia dan kedua orang tuanya pergi, Mama pulang masuk dengan kehebohan lagi.
"Ri, Mama dikasih Kartu Keluarganya nih. Namanya Adi anaknya, Adi Wiranda. Lahir tahun 1986, yaampun Mama kira tuh masih umur 20 tahun atau 22 tahun. Ih jauh banget sama kamu umurnya, gak keliatan loh Ri."
Aku penasaran saat Mama menyebut namanya, segera saja aku search namanya di google dan di facebook. Ternyata ada namanya dan taraa... Aku melihat, dia berkacamata, badan berotot, tidak terlalu tinggi, wajah manis, kulit yang agak putih. Aku ragu dia ini laki - laki tulen atau tidak, dari foto tampak seperti laki - laki yang penyuka sesama jenis. Jadi aku tidak menghiraukan kata - kata Mama seteah itu.
"Minggu depan kan mau ada penyemprotan tuh, nanti katanya mereka mau datang lagi Ri." Kata Mama lagi sambil heboh.
"Hmmm..." Responku hanya biasa dan Mama setelah itu tidak lagi membahasnya, lega sekali rasanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!